Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Hemoragik Fever (DHF) adalah kasusu demam dengue dengan kecenderungan
perdarahan dan manifestasi kebocoran plasm. Demam berdarah dengue atau Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai dengan pembesara hati dan
manifestasi perdarahan. Demam Berdarah Dengue (BDB) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviride, dengan
genusnya adalah Flavivirus. Virus mempunyai empat serotype yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda-beda tergantung dari sterotipe virus dengue. Mordibitas penyakit DBD menyebar di
negara-negara tropis dan sub tropis. Di setiap Negara penyakit DBD mempunyai manifestasi
klinik yang berbeda.

Dengue Shock Syndrome (SSD)/ Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman
berdarah dengue disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue
Shok Syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar dengan luas dan
tiba-tiba, tetapi juga merupakan permasalahan klinis. Karena 30 – 50% penderita demam
berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian terutama bila
tidak ditangani secara dini dan adekuat.

Dasar penangani renjatan DBD ialah volume replacement atau penggantian cairan
intravascular yang hilang, sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan
peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan plasma leakage. Kematian dijumpai pada
waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat
dan kejang. Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam
berdarah.Oleh itu, pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau
mengurangi vector nyamuk demam berdarah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Demam Berdarah Dengue ?
2. Apa saja etiologi dari Demam Berdarah Dengue ?
3. Bagaimana fatopisiologis dari Demam Berdarah Dengue ?
4. Apa saja Klasifikasi Demam Berdarah Dengue ?
5. Apa saja manifestasi Demam Berdarah Dengue ?
6. Apa saja komplikasi Demam Berdarah Dengue ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik Demam Berdarah Dengue ?
8. Bagaiman terapy Demam Berdarah Dengue ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mampu Memahami Definisi Dari Demam Berdarah Dengue
2. Mampu Memahami Etiologi Dari Demam Berdarah Dengue
3. Mampu Memahami Fatopisiologis Dari Demam Berdarah Dengue
4. Mampu Memahami Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
5. Mampu Memahami Manifestasi Demam Berdarah Dengue
6. Mampu Memahami Komplikasi Demam Berdarah Dengue
7. Mampu Memahami Pemeriksaan Diagnostik Demam Berdarah Dengue
8. Mampu Memahami Terapy Demam Berdarah Dengue

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
1. Menurut Depkes (2005), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi
mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2‐7 hari,
manifestasi perdarahan (peteke, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji
tourniquet (Rumple Leede) positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/l,
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit ≥ 20%) disertai atau tanpa pembesaran hati
(hepatomegali).
2. Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok
(Suhendro, Nainggolan, Chen, 2006).
3. DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty betina ). (Christantie
Effendy, 1995).

B. Etiologi

1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan
4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu
dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK

3
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat
di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto,
1990).

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).

4
C. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi –
virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (C3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga
terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+
dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya
komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan
perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi
Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga
disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler
sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)
agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan.Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan
permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;
trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000).

D. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada 2009, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan, atau membagi,


demam dengue ke dalam dua jenis: tanpa komplikasi dan parah. Sebelum ini, pada 1997,
WHO telah membagi penyakit tersebut ke dalam demam yang tidak terdiferensiasi (tidak
dapat digolongkan), demam dengue, dan demam berdarah. WHO memutuskan bahwa cara

5
lama pembagian dengue ini harus disederhanakan. Mereka juga menetapkan bahwa cara
tersebut terlalu membatasi: tidak mencakup semua cara yang diperlihatkan pada dengue.
Meskipun klasifikasi dengue telah diubah secara resmi, klasifikasi lama tersebut masih
sering digunakan.

Dalam sistem lama WHO untuk klasifikasi, demam berdarah dibagi ke dalam empat
fase, yang disebut tingkat I–IV:

1. Pada Tingkat I, pasien menderita demam. Dia mudah melebam atau memiliki hasil
tes tourniquet yang positif.
2. Pada Tingkat II, pasien mengeluarkan darah melalui kulit dan bagian lain
tubuhnya.
3. Pada Tingkat III, pasien menunjukkan tanda-tanda renjatan sirkulasi.
4. Pada Tingkat IV, pasien mengalami renjatan yang sangat parah sehingga tekanan
darah dan detak jantungnya tidak dapat dirasakan. Tingkat III dan IV disebut
"sindrom renjatan dengue.”

Menurut WHO beratnya DBD dikelompokkan :


1. Derajat (grade) I : demam tanpa gejala khas + tes tourniquet (+)
2. Derajat (grade) II : derajat I + manifestasi perdarahan spontan
3. Derajat (grade) III : derajat II + hipotensi (SSD)
4. Derajat (grade) IV : derajat III + syok (SSD)

E. Manifestasi Klinis

1. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun


menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala –
gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990).

2. Perdarahan

Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat

6
fungsi vena, petekia dan purpura. (Soedarto, 1990). Perdarahan ringan hingga sedang
dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson,
1993). Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
(Ngastiyah, 1995).

3. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederta,
1995).

4. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (Soedarto, 1995).

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dan
gejala lain adalah :

a. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

b. Asites

c. Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

d. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

e. Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi
dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995).

f. Komplikasi
1. Sindrom Syok Dengue (Ssd)
2. Ensefalopati Dengue
3. Kelainan Ginjal

7
4. Udem Paru
5. Pendarah
6. Hipotensi
7. Kerusakan Hati

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pasien DBD dilakukan pemeriksaan diagnostik, antara lain :
a.     Pada pemeriksaan laboratorium darah pasien DBD menurut Nursalam (2005) akan
dijumpai :
1) Hemoglobin dan PCV meningkat (20 %).
2) Trombositopenia (< 100.000 / uL).
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokoremia dan
hiponatremia.
5) IgD dengue positif.
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
7) SGOT atau SGPT mungkin meningkat.
8) Asidosis metabolik : PCO2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
b.  Uji Tornikuet atau Rample Lead Test positif. Dengan cara mengukur tekanan
sistolik dan diastolik, jumlahkan nilai sistolik dengan nilai diastolik, selanjutnya
dibagi dua. Hasil nilai pembagian digunakan untuk dipasang di lengan selama 5
menit. Jika di lengan bawah terdapat bintik – bintik merah dengan radius 2,8 cm lebih
dari 20 bintik dinyatakan positif DBD derajat I (Ngastiah, 2005)
c. Pada pemeriksaan foto rongen thorak terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru (efusi pleura) terjadi pada derajat III dan IV (Ngastiah, 2005)
d.  Pada pemeriksaan USG Abdomen adanya hepatomegali (Ngastiah, 2005)

H. Therapy/tindakan penanganan
Penatalaksanaan medis menurut Mansjoer (2000), Ngastiah (2005) dan Soegijanto (2002),
yaitu :
1. Therapi
a. Tirah baring.
b. Makanan lunak.
c. Kompres bila panas.

8
d. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum.

2. Tindakan Medis Yang Bertujuan Untuk Pengobatan


a. Berikan therapi caiaran intravena.
b. Berikan antipiretik dan antibiotik.
c. Therapi oksigen.
d. Transfusi darah segar.

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian menurut Nursalam (2005), yaitu :
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DBD paling sering menyerang anak – anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke Rumah Sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 – 7 dan anak
semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa gatal, manifestasi perdarahan pada kulit,
gusi (derajat III, IV), melena dan hematemesis.
4. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Anak mengalami serangan ulang DBD dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindari.
6. .Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Anak yang menderita DBD
sering mengalami mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi Lingkungan

10
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih,
seperti air yang menggenang dan pakaian bergantungan di dalam rumah.

8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, nafsu makan berkurang.
b. Eliminasi bowel : kadang – kadang anak mengalami diare.
c. Eliminasi urine : sering atau sedikit BAK, sakit atau tidak BAK.
d. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian.
e. Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat yang biasa untuk sarang
nyamuk (tempat genangan air).
f. Perilaku dan tanggapan : keluarga berperan serta untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkat (derajat), keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Derajat I : kesadaran CM, keadaan umum lemah, nadi lemah.
b. Derajat II : kesadaran CM, keadaan umum lemah, perdarahan spontan (ptechi),
perdarahan gusi, nadi lemah dan tidak teratur.
c. Derajat III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah
dan tidak teratur, tekanan darah menurun.
d. Derajat IV : kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin dan kulit
tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechi pada kulit, turgor kulit tidak elastis dan muncul keringat dingin
dan lembab.
b. Kuku tidak sianosis.
c. Kepala dan leher.
d. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada derajat II, III dan IV,
pada mulut didapatkan mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri

11
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan telinga (pada derajat II, III dan IV)
e. Dada.
f. Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorak terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru (efusi pleura), ronchi positif yang
biasanya terdapat pada derajat III dan IV.
g. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
h. Ekstemitas akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pada pemeriksaan laboratorium darah pasien DBD menurut Nursalam (2005)
akan dijumpai :
1) Hemoglobin dan PCV meningkat (20 %).
2) Trombositopenia (< 100.000 / uL).
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokoremia
dan hiponatremia.
5) IgD dengue positif.
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
7) SGOT atau SGPT mungkin meningkat.
8) Asidosis metabolik : PCO2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
b. Uji Tornikuet atau Rample Lead Test positif. Dengan cara mengukur tekanan
sistolik dan diastolik, jumlahkan nilai sistolik dengan nilai diastolik,
selanjutnya dibagi dua. Hasil nilai pembagian digunakan untuk dipasang di
lengan selama 5 menit. Jika di lengan bawah terdapat bintik – bintik merah
dengan radius 2,8 cm lebih dari 20 bintik dinyatakan positif DBD derajat I
(Ngastiah, 2005:).
c. Pada pemeriksaan foto rongen thorak terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru (efusi pleura) terjadi pada derajat III dan IV (Ngastiah, 2005: hal).
d. Pada pemeriksaan USG Abdomen adanya hepatomegali (Ngastiah, 2005: ).

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian
dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya :

12
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
5. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
6. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.

C. Rencana Tindakan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
Tujuan Rencana Rasional
Ø Mempertahankan suhu 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Suhu 38,90C-41,10C
tubuh normal. (suhu). menunjukkan proses
Ø  KH : 2. Berikan kompres penyakit infeksi akut.
1. Suhu tubuh antara 36 – hangat. 2. Kompres hangat akan
370C. 3. Tingkatkan intake terjadi perpindahan
2. Membrane mukosa cairan. panas konduksi.
basah. 3. Untuk mengganti cairan
3. ·   Nyeri otot hilang. tubuh yang hilang
akibat evaporasi.

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Tujuan Rencana Rasional
Ø  Kebutuhan cairan 1. Observasi tanda-tanda 1. Penurunan sirkulasi
terpenuhi. vital paling sedikit darah dapat terjadi dari
Ø  KH : setiap tiga jam. peningkatan kehilangan
1. Mata tidak cekung. 2. Observasi dan cata cairan mengakibatkan
2. Membrane mukosa intake dan output. hipotensi dan takikardia.
tetap 3. Timbang berat badan. 2. Menunjukkan status
3. lembab. 4. Monitor pemberian volume sirkulasi,
4. Turgor kulit baik. cairan melalui terjadinya / perbaikan

13
intravena setiap jam. perpindahan cairan, dan
respon terhadap terapi.
3. Mengukur keadekuatan
penggantian cairan
sesuai fungsi ginjal.
4. 4.Mempertahankan
keseimbangan
cairan/elektrolit.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


untuk mencerna makanan.
Tujuan Rencana Rasional
Ø Kebutuhan nutrisi adekuat. 1. Berikan makanan yang 1. Mengganti kehilangan
Ø  KH : disertai dengan vitamin karena
1. Berat badan stabil suplemen nutrisi untuk malnutrisi/anemia.
atau meningkat. meningkatkan kualitas 2. Porsi lebih kecil dapat
intake nutrisi. meningkatkan masukan.
2. Anjurkan kepada 3. Mengawasi penurunan
orang tua untuk berat badan.
memberikan makanan 4. Mulut yang bersih
dengan teknik porsi meningkatkan selera
kecil tapi sering secara makan dan pemasukan
bertahap. oral.
3. Timbang berat badan 5. Jelaskan pentingnya
setiap hari pada waktu intake nutrisi yang
yang sama dan dengan adekuat untuk
skala yang sama. penyembuhan penyakit.
4. Pertahankan
kebersihan mulut
klien.
5. Jelaskan pentingnya
intake nutrisi yang
adekuat untuk

14
penyembuhan
penyakit.

d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan Rencana Rasional
Ø  Perfusi jaringan perifer 1. Kaji dan catat 1. Penurunan sirkulasi
adekuat. tanda-tanda vital. darah dapat terjadi dari
Ø  KH : 2. Nilai kemungkinan peningkatan kehilangan
1. TTV stabil. terjadinya kematian cairan mengakibatkan
jaringan pada hipotensi.
ekstremitas seperti 2. Kondisi kulit
dingin, nyeri, dipengaruhi oleh
pembengkakan sirkulasi, nutrisi, dan
kaki. immobilisasi.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi


Tujuan Rencana Rasional
Ø  Klien mengerti dan 1. Tentukan kemampuan 1. Adanya keinginan
memahami proses dan kemauan untuk untuk belajar
penyakit dan pengobatan. belajar. memudahkan
2. Jelaskan rasional penerimaan informasi.
pengobatan, dosis, efek 2. Dapat meningkatkan
samping dan kerjasama dengan terapi
pentingnya minum obat obat dan mencegah
sesuai resep. penghentian pada obat
3. Beri pendidikan dan atau interkasi obat
kesehatan mengenai yang merugikan.
penyakit DHF. 3. Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan
dapat mengurangi
kecemasan.

15
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

anak usia 12 tahun di bawa ke IGD dengan keluhan demam ± 4 hari yang lalu. Ibu
pasien mengatakan demam anaknya hilang timbul dan di sertai sakit di bagian kepala. Satu
hari sebelum masuk rumah sakit, pasien muntah-muntah sebanyak 4x, jumlah ± 3 sendok
makan s/d ¼ gelas per kali, berisi apa yang dimakan, muntah tidak menyemprot. Pada saat di
laukan pengkajian pasien mengatakan nyeri terutama di ulu hati dan perut bagian kanan atas,
skala nyeri 3, S : 37, 9 C, TD : 96 / 78 mmhg, RR : 28 ×/i, N : 120 ×/i. Riwayat perdarahan
dari hidung, gusi, saluran cerna, dan tempat lain disangkal. Buang air kecil jumlah dan warna
biasa, terakhir 2 jam sebelum masuk RS sekitar ½ botol aqua ukuran sedang. Selama empat
hari pasien belum buang air besar. Pasien tidak memiliki riwayat ke luar kota sebelumnya.

A. Diagnosa Kperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat
3. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue

B. Rencana tindakan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
Tujuan Rencana Rasional
Setelah di berikan asuhan 1. Kaji keluhan nyeri 1. Mengidikasikan
keperawatan 1 × 24 jam di secara komperehensif kebutuhan untuk
harapkan nyeri pasien termasuk lokasi , intervensi dan juga
berkurang / hilang dengan karakteristik, durasi, tanda - tanda
kriteria hasil : frekuensi, kualitas, perkembangan /
a. Mampu mengontrol dan faktor presipitasi resolusi komplikasi.
nyeri 2. Observasi reaksi non 2. Untuk mengetahui
b. Melaporkan nyeri verbal dari ketidak kenyaman yang
berkurang dengan nyamanan dirasakan pasien
menggunakan 3. Kolaborasikan 3. Untuk memberikan
manajemen nyeri dengan dokter jika penanganan segera

16
c. Mengatakan rasa ada keluhan dan apa bila tindakan
nyaman setelah nyeri tindakan nyeri tidak yang telah di lakukan
berkurang berhasil tidak berhasil.

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
Tujuan Rencana Rasional
Setelah di berikan asuhan 1. Kaji pemenuhan 1. Mengetahui
keperawatan 1 × 24 jam di kebutuhan nutrisi kekurangan nutrisi
harapkan kebutuhan pasien pasien pasien
terpenuhi secara adekuat 2. Kaji penurunan 2. Agar dapat
dengan kriteria hasil : nafsu makan pasien dilakukan intervensi
a. Mempertahankan 3. Jelaskan pentingnya dalam pemberian
berat badan dalam makan bagi proses makan pada pasien
batas normal penyembuhan 3. Dengan pengetahuan
b. Pasien mampu pasien yang baik tentang
menghabiskan ½ nutrisi akan
porsi makan yang di memotivasi untuk
sediakan meningkatkan
c. Pasien mengalami pemenuhan nutrisi
peningkatan nafsu
makan

3. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue


Tujuan Rencana Rasional
Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh 1. Mencegah terjadinya
keperawatan selama 1 × 24 dan warna kulit peningkatan suhu
jam di harapakan tanda 2. Monitor tekanan tubuh pasien
tanda vital normal dengan darah, nadi dan RR 2. Untuk mengetahui
kriteria hasil : 3. Kompres pasien perkembnagan TD,
a. Suhu tubuh dalam pada lipatan paha Nadi, dan RR pasien
batas normal dan aksila 3. Untuk menurunkan
b. Nadi dan RR dalam suhu pasien

17
batas norma
c. Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing

BAB V

18
PENUTUP

A. Kesimpulan

syok sindrom ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksaan anamnesis akan nampak gejala demam,lemas,gusi
berdarah.Pemeriksaan fisik yang ditemukan keadaan umum tampak sakit berat dengan
o
kesadaran menurun, suhu pasien 37 C dan saturasi oksigen 93%. Dari pemeriksaan status
general didapatkan napas normal, auskultasi paru ditemukan suata bronkovesikular, rhonki
ascites,demam tinggi, hepatomegali, acsites, , suara bronkovesikular, rhonki dan. Untuk
pemeriksaan penunjang yang kerap dilakukan berupa pemeriksaan laboratorium darah
lengkap, pemeriksaan kimia elektrolit dan albumin. Pada umumnya pada pemeriksaan
laboratorium diperoleh adalah leukopenia (WBC < 5000 cells/mm3) dengan lymphocytosis,
sel darah merah yang sedikit meningkat disertai dengan peningkatan hematokrit, dan paltelet
berkurang. WHO menggunakan kriteria gejala klinis berupa demam dengue diikuti lebih dari
2 gejala iaitu nyeri kepala,muntah,nyeri perut,nyeri otot,rash mungkin disertai dengan
menisfestasi pendarah berupa ujian torniquet positif atau pendarahan spontan, sedangkan
demam berdarah dengue gejala klinis harus disertai dengan manifestasi pendarahan baik
dengan uji tourniquet positif dan atau pendarahn spontan,terbukti terjadinya peningkatan
permeabilitas kapiler dengan nilai hematokrit maksimal> 44% hiyung trombosit minimal
≤100,000mm³.Dengue syok sndrome pula demam harus berlangsung selama beberapa hari
keadaan umum tiba-tiba memburuk,hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam
menurun,yaitu pada hari sakit ke 3-7.Biasanya ditemukan kegagalan perederan darah,kullit
terasa dingintampak lesu,gelisah,sianosis sekitar mulutnadi menjadi cepat.Pasien juga akan
mengeluh nyeri di perut sesaat sebelum syok seringkli karena pendarahan
gastrointestinal.Disamping kegagalan sirkulasi syok ditandai oleh nadi lembut,cepat,kecil
sampai tidak dapt diraba.Tekanan nadi menurun sampai 20mmHg atau kurang dan tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau lebih rendah.Secara umumnya, dengue syok sindrom
ini dapat membahayakan keadaan pasien sehingga membutuhkan perotolongan emergensi.
Oleh karena itu, penyakit dengue syok sindrom dipandang remeh dan tidak bisa besikap lalai
dalam memgambil langkah-langkah pencegaha

DAFTAR PUSTAKA

19
Https://Simdos.Unud.Ac.Id/Uploads/File_Penelitian_1_Dir/A96c726a15ad91180c42ebb45a1
ebb30.Pdf

Https://Www.Academia.Edu/27846945/Dss_Dengue_Syok_Sindrom

Nurarif, amin. 2015.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan nanda nic noc. Jogjakarta :
mediaaction publishing

20

Anda mungkin juga menyukai