Anda di halaman 1dari 22

No INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL

Sarana

1 Jumlah Posyandu Lansia / Posbindu Lansia Posyandu yang melayani kesehatan Lansia

Puskesmas yang telah melaksanakan minimal 3 komponen


kesehatan reproduksi yaitu KIA, KB, dan salah satu dari program
kesehatan reproduksi lainnya (seperti kespro remaja, IMS dan HIV
2 Jml PKM PKRT AIDS, deteksi dini kanker leher rahim, kespro lansia, PP KtPA, dll)
secara terintegrasi

Puskesmas yang mempunyai tenaga terlatih PP-KtPA dan atau


telah memberikan pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak
3 Jml PKM Mampu PP-KtP/A korban kekerasan

Cakupan puskesmas yang melaksanakan pembinaan kesehatan


Puskesmas yang membina bayi/ balita/ anak usia
4 bay/balita/anak usia sekolah/remaja terlantar di panti/LKSA di
sekolah/ remaja terlantar di panti/LKSA
wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun

Cakupan puskesmas yang melaksanakan pembinaan kesehatan di


Puskesmas yang membina Lapas/Rutan/Lembaga
5 Lapas/Rutan/Lembaga Pembinaan Anak di wilayah kerja
Pembinaan Anak puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun

Puskesmas yang melaksanakan pelayanan Cakupan puskesmas yang melaksanakan pelayanan Neonatal
6 Esensial sesuai standar di wilayah kerja puskesmas dalam kurun
Neonatal Esensial sesuai standar
waktu 1 tahun

Jumlah Puskesmas dengan kriteria:


• Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas -- > Petugas
terlatih atau memahami pelayanan kesehatan lansia dan geriatri
• Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan
Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan penyediaan sarana yang aman dan mudah diakses
7
Pelayanan Santun Lansia • Melakukan pelayanan secara pro-aktif --- > minimal 50% desa
mempunyai Posyandu Lansia
• Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan
pendekatan siklus hidup

Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan bagi geriatri dengan


8 Jml RS MEMILIKI Poliklinik Khusus Geriatri
konsep pelayanan dengan tim terpadu (interdisiplin)

RS yang memiliki pelayanan pemulihan kesehatan yang terpadu 1


pintu bagi perempuan dan anak korban kekerasan
9 RS/RSUD/RS Bhayangkara yang memiliki PPT-PKT

puskesmas yang memberikan layanan kesehatan kepada balita


10 Jumlah Puskesmas yang melaksanakan MTBS
sakit sesuai standar (MTBS)

puskesmas yang memberikan layanan kesehatan pemantauan


11 Jumlah Puskesmas yang melaksanakan SDIDTK
perkembangan kepada balita sehat sesuai standar (SDIDTK)

Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu Cakupan puskesmas yang di wil. Kerjanya melaksanakan kelas ibu
12 balita balita dalam kurun waktu 1 tahun

Kegiatan Program

Cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan


13 K1 Akses antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu

Cakupan ibu hamil yang pertama kali saat trimester 1 kehamilan


K1 Murni mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal


sesuai dengan standar paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x
14 K4 pada trimester 1, 1x pada trimester ke 2, 2x pada trimester ke 3 di
suatu wil, kerja pada kurun waktu tertentu

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh


15 PN tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di suatu
wil. Kerja dalam kurun waktu tertentu
No INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh


tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas
16 PN DI FASYANKES
pelayanan kesehatan di suatu wil. Kerja dalam kurun waktu
tertentu

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh


tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di luar
17 PN DI NON FASYANKES
fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wil. Kerja dalam kurun
waktu tertentu

Cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam - hari ke 3 pasca


18 KF1
persalinan sesuai standar

Cakupan pelayanan kepada ibu pada hari ke 4 - 28 pasca


19 KF2 persalinan sesuai standar

Cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan


42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3x dengan
20 KF3 distribusi waktu 6 jam - hari ke 3 (KF1), hari ke 4 - hari ke 28 (KF2),
dan hari ke 29 - 42 (KF3) setelah bersalin di suatu wil. kerja pada
kurun waktu tertentu

Cakupan ibu nifas yang mendapatkan Vit A 200.000 SI sebanyak 2


21 VIT A NIFAS kali yaitu 1 kaspsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama

Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar


22 KN1 pada usia 6 jam - 48 jam setelah lahir di suatu wil. Kerja pada
kurun waktu tertentu

Cakupan neonatus mendapatkan pelayanan sesuai standar paling


sedikit 3 kali dengan distribusiwaktu: 1 x pd usia 6-48 jam, 1x pada
23 KN Lengkap
usia 3 - 7 hari, dan 1 x pada usia 8 - 28 hari setelah lahir di suatu
wil. Kerja pada kurun waktu tertentu.

Cakupan neonatus dengan komplikasi/gangguan kesehatan yang


ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan yang kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wil. Kerja pada
kurun waktu tertentu.
24 NK
Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1x pada
masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani asalh seluruh
kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnnya hidup atau mati

Jumlah Balita yang memiliki dan menggunakan balita yang mengaku memiliki buku KIA, dipilah antara yang dapat
25 buku KIA menunjukkan buku KIA (fisik) dan yang tidak bisa menunjukkan.

Cakupan puskesmas yang minimal 50% desa / kelurahan di wil.


26 Puskesmas melaksanakan kelas ibu
Kerjanya melaksanakan kelas ibu dalam kurun waktu 1 tahun

Cakupan puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K di suatu wil.


27 Puskesmas Melaksanakan Orientasi P4K
Kerja dalam kurun waktu 1 tahun

Cakupan puskesmas yang melaksakan penjaringan kesehatan bagi


Puskesmas melaksakan peserta didik kelas 1 SD/MI/SDLB di wilayah kerja puskesmas
28 penjaringan
dalam kurun waktu 1 tahun ajaran.
Puskesmas yang
melaksanakan penjarkes
Cakupan sekolah (SD/MI/SDLB ) yang dilakukan penjaringan
peserta didik kelas 1 (yang Jumlah SD yang
29 kesehatan bagi Peserta Didik kelas 1 dalam wilayah kerja
mencakup target 100% dijaring
puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran.
sekolah sasaran)

Cakupan peserta didik kelas 1 SD/MI/SDLB yang mendapatkan


Jumlah Peserta Didik penjaringan kesehatan di wilayah kerja puskesmas dalam kurun
30 Kelas 1 yang dijaring
waktu 1 tahun ajaran.

Cakupan puskesmas yang melaksakan penjaringan kesehatan bagi


Puskesmas
peserta didik kelas 7 SMP/MTs/SMPLB dan kelas 10
31 melaksanakan
SMA/SMK/MA/SMALB di wilayah kerja puskesmas dalam kurun
penjaringan
waktu 1 tahun ajaran.
No INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan sekolah (SMP/MTs/SMPLB ) yang dilakukan penjaringan


Jumlah SMP yang
32 kesehatan bagi Peserta Didik kelas 7 dalam wilayah kerja
dijaring
puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran.
Puskesmas yang
melaksanakan penjarkes
peserta didik kelas 7 & 10 Jumlah Peserta Didik Cakupan peserta didik kelas 7 SMP/MTs/SMPLB yang
33 (yang mencakup target mendapatkan penjaringan kesehatan di wilayah kerja puskesmas
Kelas 7 yang dijaring
100% sekolah sasaran) dalam kurun waktu 1 tahun ajaran.

Cakupan sekolah (SMA/SMK/MA/SMALB ) yang dilakukan


Jumlah SMU yang
34 dijaring penjaringan kesehatan bagi Peserta Didik kelas 10 dalam wilayah
kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran.

Jumlah Peserta Didik Cakupan peserta didik kelas 10 SMA/SMK/MA/SMALB yang


35 mendapatkan penjaringan kesehatan di wilayah kerja puskesmas
Kelas 10 yang dijaring
dalam kurun waktu 1 tahun ajaran.

Puskesmas yang melaksnakan kegiatan kesehatan Cakupan Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan
36
remaja peduli remaja di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun

Jumlah Kelompok Lansia / Posyandu Lansia yang Jumlah Posyandu Lansia / Posbindu Lansia yang frekuensi
37
Aktif pertemuannya minimal 4 kali dalam 1 tahun

Puskesmas yang memberikan intervensi kepada lansia dengan


ketergantungan sedang, berat dan total, yang tidak sepenuhnya
mampu merawat dirinya sendiri, hidup sendiri atau bersama
Jumlah Puskesmas yang Melaksanakan
38 keluarga namun tidak ada yang mengasuh. Perawatan diberikan
Home Care
oleh care giver (pengasuh/pelaku rawat) informal atau
profesional, dengan home nursing (kunjungan rumah) oleh
perawat profesional atau petugas puskesmas

Lansia (umur ≥ 60 tahun) yang dibina / yang mendapat pelayanan


39 umur ≥ 60 tahun kesehatan / diskreening kesehatannya di wilayah kerja Puskesmas
minimal 1 kali dalam kurun waktu 1 tahun
Lansia yang dibina
/ yang mendapat
pelayanan

Lansia Risiko Tinggi (umur ≥ 70 tahun) yang dibina / yang


mendapat pelayanan kesehatan / diskreening kesehatannya di
40 umur ≥ 70 tahun
wilayah kerja Puskesmas minimal 1 kali dalam kurun waktu 1
tahun

Lansia (umur ≥ 60 tahun) yang mendapat skrining kesehatan di


wilayah kerja Puskesmas minimal 1 kali dalam kurun waktu 1
tahun. Komponen skrining meliputi :
1) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter
(manual atau digital)
2) Pengukuran kadar gula darah dan kolesterol dalam darah
menggunakan alat monitor/pemeriksaan laboratorium sederhana
Lansia yang diskrining
41 umur ≥ 60 tahun 3) Pemeriksaan gangguan mental emosional usia lanjut
kesehatan menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale (GDS) ,
4) Pemeriksaan gangguan kognitif usia lanjut menggunakan
instrumen Abbreviated Mental Test (AMT),
5) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut menggunakan
penilaian Activity Daily Living (ADL) dengan instrument Indeks
Barthel Modifikasi

Jumlah lanjut usia yang masih mampu melakukan kegiatan hidup


42 Tingkat Kemandirian A sehari-hari tanpa bantuan sama sekali dari orang lain : mandiri
(Skor ADL : 20)

Jumlah Lansia dengan adanya gangguan dalam melakukan sendiri,


Lansia dengan hingga kadang-kadang perlu bantuan - Ketergantungan Ringan
43 Tingkat Kemandirian B
tingkat kemandirian (skor ADL : 12 – 19) atau Ketergantungan Sedang (skor ADL 12-19
atau 9 – 11)
Lansia dengan
tingkat kemandirian

No INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL

Jumlah lanjut usia yang sama sekali tidak mampu melakukan


44 Tingkat Kemandirian C kegiatan sehari-hari, sehinga sangat tergantung : Ketergantungan
Berat (skor ADL : 5-8) atau Ketergantungan Total (skor ADL : 0 – 4)

Cakupan calon pengantin (terpilah laki-laki dan perempuan) yang telah


Pasangan calon pengantin mendapat pelayanan
45 kesehatan reproduksi calon pengantin
mendapat pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun

Cakupan calon pengantin (terpilah laki-laki dan perempuan) dengan


46 Pasangan calon pengantin dengan anemia anemia (berdasarkan pemeriksaan klinis dan/atau laboratorium) di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun

Cakupan calon pengantin (terpilah laki-laki dan perempuan) dengan


kekurangan gizi (Indeks Massa Tubuh/IMT <18,5 atau Lingkar Lengan
47 Pasangan calon pengantin dengan kekurangan gizi
Atas/LiLA <23,5 cm) di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu 1
tahun

KB

PUS dimana istrinya memiliki salah satu kriteria “4T” yaitu : 1)


berusia kurang dari 20 tahun; 2) berusia lebih 35 tahun; 3) telah
memiliki anak hidup lebih dari 3 orang; atau 4) jarak kelahiran
48 PUS 4 T ber KB antara satu anak dengan lainnya kurang dari 2 tahun.

Peserta KB baru atau lama yang mengalami gangguan kesehatan


mengarah pada keadaan patologis, sebagai akibat dari proses
tindakan/pemberian/pemasangan
alat kontrasepsi yang digunakan seperti: perdarahan,
infeksi/abses, fluor albus bersifat patologis, perforasi, translokasi,
49 Komplikasi hematoma, tekanan darah meningkat, perubahan HB, expulsi
(Depkes, 2005:16)

Pelayanan Keluarga
Berencana Kasus terjadinya kehamilan pada peserta KB aktif yang pada saat
tersebut menggunakan metode kontrasepsi (Depkes, 2005:15)
50 Kegagalan

Peserta KB yang mengalami efek yang tidak diinginkan akibat


pesertaan alat kontrasepsi tetapi tidak menimbulkan akibat yang
51 Efek Samping serius (PMK 97)

Peserta yang tidak melanjutkan pesertaan


kontrasepsi (drop-out) dalam satu tahun kalender dibandingkan
jumlah peserta aktif di wilayah kerja tertentu. Kasus DO tidak
52 Drop Out termasuk mereka
yang ganti cara.

Peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai kondom


terus-menerus hingga saat ini untuk menjarangkan kehamilan atau
53 Kondom yang mengakhiri kesuburan.

Peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai kontrasepsi


pil terus-menerus hingga saat ini untuk menjarangkan kehamilan
54 Pil atau yang mengakhiri kesuburan.

Peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai kontrasepsi


suntik terus-menerus hingga saat ini untuk menjarangkan
55 Suntik kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.

Peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai AKDR hingga
saat ini untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
56 AKDR kesuburan.
Peserta KB Aktif
Peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai implan hingga
saat ini untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
57 Implan kesuburan.

Peserta KB baru dan lama yang menjalani MOW untuk mengakhiri


kesuburan.
58 MOW

Peserta KB baru dan lama yang menjalani MOP untuk mengakhiri


kesuburan.
59 MOP
No INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL
Peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alokon terus-
menerus hingga saat ini untuk menjarangkan kehamilan atau yang
60 Jml Peserta KB Aktif mengakhiri kesuburan.

ibu yang suami nya menggunakan kontrasepsi kondom langsung


setelah istrinya melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah
61 Kondom melahirkan)

Ibu yang mulai menggunakan KB pil langsung (setelah 3 hari) pasca


melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
62 Pil

Ibu yang mulai menggunakan KB suntik langsung sesudah


melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
63 Suntik

Ibu yang mulai menggunakan AKDR langsung sesudah melahirkan


(sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
64 AKDR
Jumlah Peserta KB Paska
Persalinan Ibu yang mulai menggunakan implan langsung sesudah melahirkan
(sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
65 Implan

Ibu yang menjalani MOW langsung sesudah melahirkan (sampai


dengan 42 hari sesudah melahirkan).
66 MOW

Ibu yang suami menjalani MOP langsung sesudah istrinya


melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
67 MOP

Ibu yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah


Jml Kb Paska melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
68 Persalinan
CARA PERHITUNGAN

Jumlah Posyadu Lansia DIBAGI Jumlah Posyandu di wilayah kerja

Jumlah absolut puskesmas PKRT di kab/kota DIBAGI Jumlah Puskesmas di wilayah kerja

Jumlah absolut puskesmas mampu PP KtPA di kab/kota DIBAGI Jumlah Puskesmas di


wilayah kerja

Jumlah absolut puskesmas yang membina bayi/ balita/ anak usia sekolah/ remaja
terlantar di panti/LKSA DIBAGI Jumlah Puskesmas di wilayah kerja

Jumlah absolut puskesmas yang melaksanakan pembinaan kesehatan di


Lapas/Rutan/Lembaga Pembinaan Anak DIBAGI Jumlah Puskesmas di wilayah kerja

Jumlah absolut puskesmas yang melaksanakan pelayanan Neonatal Esensial DIBAGI


Jumlah Puskesmas di wilayah kerja

Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Santun Lansia

Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Jumlah absolut RS yang memiliki Poliklinik Khusus Geriatri DIBAGI Jumlah RS di


Kab/Kota

Jumlah absolut RS/RSUD/RS Bhayangkara yang memiliki PPT/PKT di kab/kota DIBAGI


Jumlah RS di Kab/Kota

Jumlah absolut puskesmas yang memberikan layanan kesehatan kepada balita sakit
sesuai standar (MTBS) DIBAGI Jumlah Puskesmas di wilayah kerja

Jumlah absolut puskesmas yang memberikan layanan kesehatan pemantauan


perkembangan kepada balita sehat sesuai standar (SDIDTK) DIBAGI Jumlah Puskesmas
di wilayah kerja

Jumlah absolut puskesmas yang di wil. Kerjanya melaksanakan kelas ibu balita DIBAGI
Jumlah Puskesmas di wilayah kerja

Cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu DIBAGI Jumlah sasaran ibu
hamil di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Cakupan ibu hamil yang pertama kali saat trimester 1 kehamilan mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
DIBAGI Jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x pada trimester 1, 1x pada trimester ke 2, 2x
pada trimester ke 3 di suatu wil, kerja pada kurun waktu tertentu DIBAGI Jumlah
sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di suatu wil. Kerja dalam kurun waktu tertentu
DIBAGI Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu
CARA PERHITUNGAN

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wil.
Kerja dalam kurun waktu tertentu DIBAGI Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah
kerja pada waktu tertentu

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di luar fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wil.
Kerja dalam kurun waktu tertentu DIBAGI Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah
kerja pada waktu tertentu

Cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam - hari ke 3 pasca persalinan sesuai
standar DIBAGI Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Cakupan pelayanan kepada ibu pada hari ke 4 - 28 pasca persalinan sesuai standar
DIBAGI Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin
sesuai standar paling sedikit 3x dengan distribusi waktu 6 jam - hari ke 3 (KF1), hari ke 4
- hari ke 28 (KF2), dan hari ke 29 - 42 (KF3) setelah bersalin di suatu wil. kerja pada
kurun waktu tertentu DIBAGI Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja pada
waktu tertentu

Cakupan ibu nifas yang mendapatkan Vit A 200.000 SI sebanyak 2 kali yaitu 1 kaspsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul 24 jam setelah pemberian kapsul pertama
DIBAGI Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

(jumlah neonatus yangmendapat layanan sesuai standar pada 6 - 48 jam setelah lahir di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu DIBAGI jumlah seluruh sasaran bayi di
suatu wilayah kerja dalam 1 tahun)

(jumlah neonatus yangmendapat 3 kali layanan KN sesuai standar di suatu wilayah


kerja pada kurun waktu tertentu DIBAGI jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah
kerja dalam 1 tahun)

(jumlah neonatus dengan komplikasi/gangguan kesehatan yang ditangani tenaga


kesehatan yang kompeten di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu DIBAGI
15% dari jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun)

balita yang mengaku memiliki buku KIA, dipilah antara yang dapat menunjukkan buku
KIA (fisik) dan yang tidak bisa menunjukkan DIBAGI Jumlah sasaran balita di suatu
wilayah kerja dalam 1 tahun

Cakupan puskesmas yang minimal 50% desa / kelurahan di wil. Kerjanya melaksanakan
kelas ibu dalam kurun waktu 1 tahun DIBAGI Jumlah Puskesmas di suatu wil. Kerja
dalam waktu tertentu

Cakupan puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K di suatu wil. Kerja dalam kurun
waktu 1 tahun DIBAGI Jumlah Puskesmas di suatu wil. Kerja dalam waktu tertentu

Cakupan puskesmas yang melaksakan penjaringan kesehatan bagi peserta didik kelas 1
SD/MI/SDLB di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran DIBAGI
Jumlah Puskesmas di suatu wil. Kerja dalam waktu tertentu

Cakupan sekolah (SD/MI/SDLB ) yang dilakukan penjaringan kesehatan bagi Peserta


Didik kelas 1 dalam wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran DIBAGI
Jumlah Sekolah (SD/MI/SDLB) di suatu wil. Kerja dalam waktu tertentu

Cakupan peserta didik kelas 1 SD/MI/SDLB yang mendapatkan penjaringan kesehatan


di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran DIBAGI Jumlah peserta
didik kelas 1 SD/MI/SDLB di wilayah kerja puskesmas

Cakupan puskesmas yang melaksakan penjaringan kesehatan bagi peserta didik kelas 7
SMP/MTs/SMPLB dan kelas 10 SMA/SMK/MA/SMALB di wilayah kerja puskesmas
dalam kurun waktu 1 tahun ajaran DIBAGI Jumlah Puskesmas di suatu wil. Kerja dalam
waktu tertentu
CARA PERHITUNGAN

Cakupan sekolah (SMP/MTs/SMPLB ) yang dilakukan penjaringan kesehatan bagi


Peserta Didik kelas 7 dalam wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran
DIBAGI Jumlah Sekolah (SMP/MTs/SMPLB) di suatu wil. Kerja dalam waktu tertentu

Cakupan peserta didik kelas 7 SMP/MTs/SMPLB yang mendapatkan penjaringan


kesehatan di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran DIBAGI
Jumlah peserta didik kelas 7 SMP/MTs/SMPLB di wilayah kerja puskesmas

Cakupan sekolah (SMA/SMK/MA/SMALB ) yang dilakukan penjaringan kesehatan bagi


Peserta Didik kelas 10 dalam wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun
ajaran DIBAGI Jumlah Sekolah (SMA/SMK/MA/SMALB) di suatu wil. Kerja dalam waktu
tertentu

Cakupan peserta didik kelas 10 SMA/SMK/MA/SMALB yang mendapatkan penjaringan


kesehatan di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun ajaran DIBAGI
Jumlah peserta didik kelas 10 SMA/SMK/MA/SMALB di wilayah kerja puskesmas

(Cakupan Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan


peduli remaja di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun) dibagi
Jumlah seluruh puskesmas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama) x 100%

Jumlah absolut Kelompok Lansia / Posyandu Lansia yang Aktif

Jumlah Absolut Puskesmas yang melaksanakan Home Care

Jumlah Lansia yang dibina / yang mendapat pelayanan (umur ≥ 60 tahun)

Jumlah sasaran Lansia (umur ≥ 60 tahun) di wilayah kerja dalam kurun 1 tahun

Jumlah Lansia Risti yang dibina / yang mendapat pelayanan (umur ≥ 70 tahun)

Jumlah sasaran Lansia (umur ≥ 70 tahun) di wilayah kerja dalam kurun 1 tahun

Jumlah Lansia yang mendapat skrining kesehatan

Jumlah sasaran Lansia (umur ≥ 60 tahun) di wilayah kerja dalam kurun 1 tahun

Jumlah Lansia dengan tingkat kemandirian A

Jumlah Lansia yang dibina / mendapatkan pelayanan

Jumlah Lansia dengan tingkat kemandirian B

Jumlah Lansia yang dibina / mendapatkan pelayanan


CARA PERHITUNGAN

Jumlah Lansia dengan tingkat kemandirian C

Jumlah Lansia yang dibina / mendapatkan pelayanan

Jumlah calon pengantin (terpilah laki-laki dan perempuan) yang telah mendapat pelayanan
kesehatan reproduksi calon pengantin, dibagi jumlah calon pengantin (terpilah laki-laki dan
perempuan) yang terdaftar di KUA/lembaga agama lain di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu 1 tahun, dikali 100%.

Jumlah calon pengantin (terpilah laki-laki dan perempuan) dengan anemia (berdasarkan
pemeriksaan klinis dan/atau laboratorium), dibagi jumlah calon pengantin (terpilah laki-laki dan
perempuan) yang mendapat pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun, dikali 100%.

Jumlah calon pengantin (terpilah laki-laki dan perempuan) dengan kekurangan gizi (Indeks Massa
Tubuh/IMT <18,5 atau Lingkar Lengan Atas/LiLA <23,5 cm), dibagi jumlah calon pengantin
(terpilah laki-laki dan perempuan) yang mendapat pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun, dikali 100%.

Persentase PUS dengan “4T” yang menjadi peserta KB terhadap seluruh PUS dengan
“4T” di wilayah kerja tertentu.
= Jumlah PUS “4T” ber-KB / Jumlah PUS dengan “4T”
x 100%

Persentase peserta KB yang mengalami komplikasi terhadap seluruh peserta KB aktif di


wilayah kerja tertentu.
= Jumlah Kasus Komplikasi/
Jumlah peserta KB aktif
x 100%

Persentase peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi terhadap


seluruh peserta aktif di wilayah kerja tertentu.
= Jumlah Kasus Kegagalan KB / Jumlah peserta KB aktif x 100%

= Jumlah peserta KB yang mengalami efek samping / Jumlah peserta KB aktif x 100%

= Jumlah kasus drop-out / Jumlah peserta KB aktif x 100%

Persentase peserta kondom aktif terhadap total Peserta KB Aktif, di suatu wilayah kerja
tertentu.
= Jumlah peserta Kondom Aktif / Jumlah Peserta KB Aktif x 100%

Persentase peserta KB pil aktif terhadap total Peserta KB AKtif, di suatu wilayah kerja
tertentu.
= Jumlah peserta KB Pil Aktif / Jumlah Peserta KB Aktif x 100%

Persentase peserta KB suntik aktif terhadap total Peserta KB Aktif, di suatu wilayah
kerja tertentu.
= Jumlah peserta KB Suntik Aktif / Jumlah Peserta KB Aktif x 100%

Persentase peserta AKDR aktif terhadap total Peserta KB Aktif, di suatu wilayah kerja
tertentu.
= Jumlah peserta AKDR Aktif / Jumlah Peserta KB Aktif x 100%

Persentase peserta implan aktif terhadap total Peserta KB Aktif, di suatu wilayah kerja
tertentu.
= Jumlah peserta Kondom Aktif / Jumlah Peserta KB Aktif x 100%

Persentase perempuan di-MOW terhadap total Peserta KB Aktif, di suatu wilayah kerja
tertentu.
= Jumlah Perempuan di-MOW / Jumlah Peserta KB Aktif x 100%

Persentase laki-laki di-MOP terhadap total Peserta KB Aktif, di suatu wilayah kerja
tertentu.
= Jumlah Laki-laki di-MOP / Jumlah Peserta KB Aktif x 100%
CARA PERHITUNGAN
Persentase peserta KB aktif terhadap total PUS, di suatu wilayah kerja
tertentu.
= Jumlah Peserta KB Aktif / Jumlah PUS x 100%

= Jumlah ibu paska persalinan menggunakan KB Pil / Jumlah Peserta KBPP x 100%

= Jumlah ibu paska persalinan menggunakan KB Pil / Jumlah Peserta KBPP x 100%

= Jumlah ibu paska persalinan menggunakan KB Suntik / Jumlah Peserta KBPP x 100%

= Jumlah ibu paska persalinan menggunakan AKDR / Jumlah Peserta KBPP x 100%

= Jumlah ibu paska persalinan menggunakan implan / Jumlah Peserta KBPP x 100%

= Jumlah ibu paska persalinan menjalani MOW / Jumlah Peserta KBPP x 100%

= Jumlah ibu paska persalinan yang suaminya menjalani MOP / Jumlah Peserta KBPP x
100%

= Jumlah ibu paska persalinan ber KB / Jumlah sasaran ibu bersalin x 100%
No INDIKATOR

1 Kematian Ibu

2 Perdarahan

3 Hipertensi

4 Infeksi

Penyebab Kematian Ibu


5 Gangguan Darah

6 Gangguan Metabolik

7 Lain2

8 Lahir Mati

9 0-6 hari

10 Kematian Neonatal 7-28 hari


Kematian Neonatal

11 0-28 hari

12 BBLR

13 Asfiksia

14 Tetanus
Penyebab Kematian Neonatal

15 Sepsis

16 Kelainan Kongenital

17 Lain2

18 Kematian Post-Neo

19 Pneumonia

20 Diare

21 Saluran Cerna

Penyebab Kematian Post-Neo


22 Penyebab Kematian Post-Neo Tetanus

23 Kelainan Saraf

24 Malaria

25 Lain2

26 Kematian Bayi

27 Kematian Balita

28 Diare

29 Pneumonia

30 Malaria

31 Penyebab Kematian Balita Campak

32 Demam

33 Difteri

34 Lain2
35 Kab/Kota Melaksanakan AMP
DEFINISI OPERASIONAL

Kasus kematian seorang perempuan yang diakibatkan oleh proses yang


berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus
(termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk
didalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian incidental

kasus kematian seorang perempuan pada masa hamil, bersalin dan nifas yang
disebabkan karena perdarahan antepartum, inpartum maupun postpartum.

kasus kematian seorang perempuan pada masa hamil, bersalin dan nifas
karena hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi dan eklamsi.

kasus kematian seorang perempuan pada masa hamil, bersalin dan nifas yang
disebabkan karena penyakit infeksi yang langsung terkait kehamilannya. Misal
: abortus sepsis, sepsis puerperalis, dsb

kasus kematian seorang perempuan pada masa hamil, bersalin dan nifas yang
disebabkan karena penyakit terkait gangguan darah . Misal : ITP, Thalasemia,
leukemia, dsb

kasus kematian seorang perempuan pada masa hamil, bersalin dan nifas yang
disebabkan karena penyakit gangguan metabolik. Misal : penyakit diabetes
melitus, penyakit jantung, dsb.

kasus kematian seorang perempuan pada masa hamil, bersalin dan nifas yang
bukan disebabkan karena perdarahan, hipertensi, infeksi kehamilan, gangguan
darah, dan gangguan metabolik . Misal : malaria, meningitis, tuberkulosis, dsb.

Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28minggu,
tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan

Kematian Neonatal dini: kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama
kehidupannya

Kematian Neonatal Lanjut : Kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari
kehidupannya
Kematian Neonatal: kematian bayi lahir hidup yang terjadi pada masa 0-28 hari
kehidupannya

Kasus kematian neonatal diakibatkan oleh prematuritas/BBLR ( BBLR adalah


bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa kehamilan.) Prematur adalah: semua kelahiran yang terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. (Manajemen BBLR)

Kasus kematian neonatal yang mengalami gangguan berat pernafasan selama


proses persalinan dan kelahiran. (AMP 2015)
Kasus kematian neonatal yang diakibatkan masuknya bakteri Clostridium tetani
ke dalam tubuh bayi melalui praktik persalinan yang tidak higienis, seperti
memotong tali pusar dengan alat-alat yang tidak steril.

Kasus kematian neonatal akibat sindrom klinik penyakit sistemik disertai infeksi
bakteri, infeksi jamur dan infeksi virus. (modul TOT Gadar)

kasus kematian neonatal yang diakibatkan kelainan yang terlihat pada saat
lahir, bukan akibat proses persalinan. Kelainan kongenital bisa herediter, dapat
dikenali saat lahir. Misalnya atreis ani, anensefali.

kasus kematian neonatal yang tidak dapat diklasifikasikan ke penyebab


kematian neonatal diatas.
kab/kota yang melaksanakan pengkajian minimal 4 kali dalam 1 tahun dan
pembelajaran minimal 1 kali dalam 1 tahun
CARA PERHITUNGAN

Jumlah kematian ibu karena perdarahan dibagi jumlah seluruh kematian ibu
dikali 100%

Jumlah kematian ibu karena hipertensi dibagi jumlah seluruh kematian ibu
dikali 100%

Jumlah kematian ibu karena infeksi dibagi jumlah seluruh kematian ibu dikali
100%

Jumlah kematian ibu karena gangguan darah dibagi jumlah seluruh kematian
ibu dikali 100%

Jumlah kematian ibu karena gangguan metabolik dibagi jumlah seluruh


kematian ibu dikali 100%

Jumlah kematian ibu karena lain-lain dibagi jumlah seluruh kematian ibu dikali
100%

jumlah kelahiran bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu
tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan per 1000 kelahiran hidup

jumlah kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya per 100
kelahiran hidup

jumlah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari kehidupannya per
1000 kelahiran hidup
jumlah kematian bayi lahir hidup yang terjadi pada masa 0 - 28 hari
kehidupannya per 1000 kelahiran hidup
Jumlah kematian neonatal karena prematuritas/BBL dibagi jumlah seluruh
kematian neonatal dikali 100%

Jumlah kematian neonatal karena asfiksia dibagi jumlah seluruh kematian


neonatal dikali 100%

Jumlah kematian neonatal karena tetanus dibagi jumlah seluruh kematian


neonatal dikali 100%

Jumlah kematian neonatal karena sepsis dibagi jumlah seluruh kematian


neonatal dikali 100%

Jumlah kematian neonatal karena kelainan kongenital dibagi jumlah seluruh


kematian neonatal dikali 100%

Jumlah kematian neonatal karena penyebab lain-lain dibagi jumlah seluruh


kematian neonatal dikali 100%

Anda mungkin juga menyukai