Anda di halaman 1dari 3

Judul

Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada akhir-akhir dekade ini, muncul suatu kesadaran baru dikalangan industri energi dan
pertambangan untuk memberikan kontribusinya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat
terutama komunitas lokal di sekitar wilayah operasi dan membantu terciptanya pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Hal ini telah mendorong perusahaanperusahaan
di industri energi dan sumber daya mineral untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan atau yang lazimnya disebut sebagai corporate social responsibility
(Tanggungjawab Sosial Perusahaan). Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang ada disekitar lokasi tambang, baik selama operasi tambang
berlangsung maupun pasca tambang. Salah satu perwujudan CSR dilingkungan industri
ekstratif adalah dengan melaksanakan program community development (pengembangan
masyarakat). Sebagai bagian dari CSR, pengembangan masyarakat merupakan upaya
mengembangkan masyarakat yang diarahkan guna mencapai kondisi dan kualitas kehidupan
sosial ekonomi yang lebih baik, meliputi community relation (hubungan masyarakat),
community services (Pelayanan kepada masyarakat), dan community empowerment
(pemberdayaan masyarakat). Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, selain dilakukan
sebagai sarana perusahaan untuk memenuhi sasaran usaha (terutama untuk kondusifitas usaha
dan investasi sosial jangka panjang), juga merupakan upaya untuk mendapatkan local license
(izin lokal) beroperasinya usaha (Budimanta, 2002). Dalam pelaksanaannya, program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pihak perusahaan didasarkan atas 2 dorongan
yang bersifat simultan yaitu dorongan secara internal dan eksternal. Dorongan yang bersifat
internal yaitu dorongan dari lingkungan internal perusahaan terutama berupa kebijakan dari
level top management (Manager/ Direktur), sedangkan dorongan dari lingkungan eksternal
berasal dari kondisi-kondisi lain yang tidak bisa dikontrol oleh pihak perusahaan namun
dapat mempengaruhi keberadaan dan operasional perusahaan. Sebagai salah satu contoh
adalah kewajiban-kewajiban perusahaan yang diatur dalam peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah tentang pelaksanaan CSR dilingkungan perusahaan melalui UU
No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, atau situasi-situasi tertentu yang berkaitakan
dengan tuntutan-tuntutan masyarakat yang ada disekitar tambang yang mempengaruhi
operasional perusahaan. Menanggapi dua dorongan diatas maka pihak perusahaan diharapkan
dapat menjalin kemitraan dengan para stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya dalam
melaksanakaan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena pada
dasarnya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tidak bisa terlepas dari keberadaan
para stakeholder (pemangku kepentingan). Kegagalan program pengembangan masyarakat
biasanya diakibatkan karena lemahnya jalinan kemitraan dengan para stakeholder (pemangku
kepentingan) potensial. Membangun kemitraan strategis dengan stakeholders (pemangku
kepentingan), baik dengan komuniti (Masyarakat), Pemerintah Daerah, maupun media,
merupakan bagian penting dari perancangan program agar dapat berjalan secara lebih efektif.
Disinilah sesungguhnya konsep kerjasama yang bersifat multistakeholder (kelembagaan
Forum Bersama) dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat sangat diperlukan
agar sinergitas antar stakeholder (pemangku kepentingan) dalam pelaksanaan CSR dapat
terwujud secara baik. Untuk merealisasikan tercapainya pelaksanaan program pengembangan
masyarakat dengan tepat di lokasi sekitar tambang, maka perlu disusun suatu pedoman
pengelolaan program yang dapat menjaga konsistensi proses dan kesinambungan hasil yang
maksimal. Hal ini diperlukan sebagai panduan bagi perusahaan pertambangan, pemerintah
dan semua pihak yang memiliki kewajiban dalam mengembangkan perekonomian
masyarakat.
1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Dasar Hukum


Undang – Undang
• UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
• UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
• UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, Psl 141 ayat 1(k). pengembangan
dan pengembangan masyarakat setempat;
• UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah
• PP 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara pasal 106 – 109, Pasal 111
• PP 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Peraturan Menteri
• Permen ESDM Nomor 13 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral
• Permen ESDM Nomor 41 tahun 2016 tentang Pengembangan Dan Pemberdayaan
Masyarakat Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara

Pada dasarnya pelaksanaan pengembangan masyarakat di Indonesia didukung oleh beberapa


peraturan yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Dimana peraturan ini dapat dijadikan
panduan ataupun justifikasi dalam mengimplementasikan program pemberdayaan
masyarakat. Beberapa peraturan tersebut antara lain : a. UUD Pasal 33 UUD 1945,
Amandemen IV b. UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional c. UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah d. UU No.25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal e. UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas f. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara g. UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup h. Peraturan Menteri BUMN No.5 Tahun 2007 Tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Pasal 33
UUD 1945, Amandemen IV merupakan salah satu peraturan yang paling mendasar dalam
mengimplementasikan program pengembangan masyarakat. Di dalamnya dikemukakan
bahwa segala kekayaan alam dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena itu dalam
kegiatan sektor energi dan sumber daya mineral yang mengekstrak kekayaan alam,
pengembangan masyarakat menjadi penting untuk dilakukan. Di sisi lain, terkait dengan
pelaksanaan Pengembangan Masyarakat (Community Development) yang menekankan pada
pentingnya keikutsertaan komuniti (partisipasi), hal ini sejalan dengan pelaksanaan otonomi
daerah, seperti disebutkan dalam UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, di mana
partisipasi merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dalam program pembangunan.
Sebagai wilayah otonom, sudah seharusnya daerah memegang kewenangan dan tanggung
jawab dalam menyelenggarakan kepentingan masyarakat, akan tetapi pelaksanaannya harus
disertai dengan prinsip partisipatif dan keterbukaan. Sementara itu, UU No. 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal memfokuskan CSR pada aspek sosial dan lingkungan, yang
diimplikasikan melalui bagaimana menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai
dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat serta melestarikan fungsi
lingkungan hidup. Dengan berbagai dasar regulasi yang sudah ada tersebut, dikeluarkannya
UU PT (Perseroan Terbatas) pada tahun 2007 dan Undang undang No. 4 tahun 2009
mengenai pertambangan mineral dan batubara. Dalam perundang-undangan ini
mengamanatkan bahwa pelaksanaan pengembangan masyarakat merupakan wujud dari
tanggungjawab perusahaan dan harus dilakukan sesuai dengan karakteristik masyarakat
ataupun daerah masing-masing. Dalam kaitannya dengan aktivitas industri ESDM yang dekat
dengan lingkungan, ditegaskan dalam UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 70 ayat 1,2 dan 3 dimana masyarakat memiliki
hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam pengelolaan
lingkungan sehingga perlu meningkatkan kemandirian, keberdayaan dan kemitraan bersama-
sama masyarakat.

BAB II CETAK BIRU PPM SEKITAR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

2.1 Visi dan Misi PPM Provinsi


2.1.1 Visi PPM Provinsi
2.1.2 Misi PPM Provinsi
2.2 Kondisi Saat Ini
2.2.1 Indeks pembangunan manusia provinsi dan/atau kabupaten/ kota setempat
2.2.2 Ekonomi masyarakat sekitar tambang
2.2.3 Sosial budaya dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang
2.2.4 Kelembagaan komunitas masyarakat Sekitar Tambang
2.2.5 Infrastruktur Sekitar Tambang
2.3 Cetak Biru PPM Cetak Biru PPM berisi goals pemerintah provinsi untuk program
program PPM yang dibuat oleh badan usaha pertambangan termasuk di dalamnya
rencana kerja dan penanggung jawab kegiatan yang disinkronkan dengan dokumen
rencana pascatambang (RPT) dan rencana tata ruang wilayah (RTRW).

BAB III KESIMPULAN

LAMPIRAN (DATA PENDUKUNG)

Anda mungkin juga menyukai