CEPHALGIA
Pembimbing :
Disusun oleh :
Dian Kusumadewi
06 – 113
JAKARTA
1
NYERI KEPALA / CEPHALGIA
I. PENDAHULUAN
sebagian besar sakit kepala merupakan ketegangan otot, migren atau nyeri kepala
tanpa penyebab yang jelas. Sakit kepala banyak yang berhubungan dengan kelainan di
mata,hidung, tenggorokan, gigi dan telinga. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan
perasaan berdenyut di kepala, tetapi tekanan darah tinggi jarang menyebabkan sakit
kepala menahun
Biasanya dokter bisa menentukan penyebab sakit kepala dari riwayat kesehatan
penderita dan hasil pemeriksaan fisik. Kadang dilakukan pemeriksaan darah untuk
menentukan penyebabnya. Pungsi lumbal (pengambilan sejumlah kecil cairan dari
kolumna spinalis untuk diperiksa dibawah mikroskop) dilakukan jika diduga
penyebabnya adalah suatu infeksi (misalnya meningitis).
Hanya sebagian kecil sakit kepala yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak
atau berkurangnya oksigen ke otak. Jika diduga suatu tumor, stroke atau kelainan otak
lainnya, maka dilakukan pemeriksaan ct scan atau mri.
2
I.1 DEFINISI
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada
daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala
(area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.
Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital
dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.
II. ETIOLOGI
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional,
cedera kepala, migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa
intrakranial, penyakit mata, telinga /hidung.
I. GAMBARAN KLINIK
III.1 Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam rongga
tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah
distribusi saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan
kranium, di fosa kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan di
daerah frontal, parietal di dalam atau belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini
disalurkan melalui cabang pertama nervus Trigeminus. (1,5)
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung cenderung di
frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan
kemungkinan massa intrakranial yang membesar (hematoma subdural, anerysma)
3
III.2 Lamanya nyeri kepala
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure headache)
disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-hari atau berminggu-
minggu. Pada penderita migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal, singkat &
melumpuhkan, berlansung kurang dari 30 menit.
II. PATOGENESIS
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri kepala
yang berasal dari sumber intrakranial (2).
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak dan
pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.Frontalis, A.
Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri meliputi
kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis, m.orsipiutlis.
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan cervikalis
bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen meliputi
konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan oleh
4
karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial
dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan atau massa
intrakranial.
Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat pada waktu
mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan kepala relatif lebih rendah. Pada
nyeri kepala nocturnal tipe migraine kadang-kadang diperberat dengan posisi berbaring
dan berkurang rasa nyeri jika penderita berdiri tegak.
a. Migren
b. Tension Type Headache
c. Cluster headache
d. Other primary headaches
5
A . MIGREN
Merupakan serangan nyeri kepala berulang bervariasi dalam intensitas, frekuensi
dan lamanya. Serangan seringkali berawal unilateral biasanya disertai dengan anoreksia
terkadang nausea dan vomitus. Pada sebagian kasus didahului atau disertai gangguan
efek, motorik serta sensorik yang nyata dan seringkali turunan. Dibawah ini diberikan
varian khusus nyeri kepala, masing-masing memiliki sebagian ciri, namun tidak tidak
perlu seluruhnya yang telah dijelaskan :
Kriteria Diagnosis :
Epidemiologi
Migraine sering mulai terdapat pada anak-anak 15 tahun. Gejala khas yang
timbul pada saat serangan nyeri kepala disertai gejala gastrointestinal dan visual
(Nausea dan vomitus, photofobia, hemianopsia). Dan onsetnya mendadak dan
menghilang perlahan-lahan.
Faktor Pencetus
i. Faktor Ekstrinsik
1. Ketegangan jiwa ( stress ) : emosional maupun fisik dapat memperberat
serangan migren.
2. Makanan tertentu : makanan atau zat tertentu dapat memicu timbulnya
serangan migren. Pemicu migren tersering adalah alkohol dan bir.
3. Lingkungan : perubahan lingkungan (cuaca, musim, tekanan udara, terik
matahari; lingkungan kerja tak menyenangkan dan suara yang tak
menyenangkan).
7
4. Obat-obatan : vasodilator (nitrogliserin, isosorbid dinitrat), antihipertensi
(nifedipine, captopril, prazosin, reserpin, minoxidil), histamin-2 bloker
(simetidin, ranitidin), antibiotik (trimetoprim sulfa, griseofulvin,
tetrasiklin), selective serotinin reuptake inhibitor, vitamin A dosis
tinggi,dan lain-lain.
ii. Faktor Instrinsik
1. Hormonal : Fluktuasi hormonal merupakan faktor pemicu pada 60%
wanita. Nyeri kepala migren di picu oleh turunnya kadar 17-b estradiol
plasma saat akan haid. Serangan migren berkurang selama kehamilan
karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan konstan. Pemakaian pil
kontrasepsi, clomiphene, danazol juga meningkatkan frekuensi serangan
migren.
2. Menopause : Nyeri kepala migren akan meningkat frekuensi dan berat
ringannya pada saat menjelang menopause. Tetapi beberapa kasus
membaik setelah menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis
rendah dapat di berikan untuk mengatasi serangan migren pasca
menopause.
Pencegahan
Methysergide meleat (sansert) efektif untuk mencegah nyeri kepala
vaskuler.
Dosis : 2-4 tablet / hari ( @ tablet : 2 mg
Kontraindikasi : kehamilan, penyakit vaskuler perifer dan arteriosolerosis
berat tidak boleh digunakan lebih dari 6 bulan dengan masa selang tanpa obat
3-4 minggu.
Terapi
a. Terapi serangan akut
1. Ergotamin tartat (gynergen)
Dosis : 0,25 – 0,5 mg IM
4 –5 mg oral/sublingual dilanjutkan dengan pemberian 2
8
mg tiap jam sampai dosis II mg.
Kontraindikasi : sepsis/infeksi, penyakit vaskuler perifer / jantung
arteriosclerosis
Efek samping : baal dan kesemutan pada ekstremitas, tegang, nyeri otot.
b. Tindakan umum
Sampai obat meredakan nyeri kepala maka :
1. Beristirahat di kursi.
2. Tidur minimal selama 2 jam setelah nyeri hilang dalam ruangan gelap
dan tenang tanpa makan dan minum.
c. Menggagalkan serangan
Penderita merasa serangan akan terjadi, harus beristirahat dan relaks
ditempat tidur dalam ruangan tenang dan gelap.
- Pentobarbital 0,1 g/oral
- Ergotamin tatrat (gynergen) 3-4 sublingual aspirin.
(3,8,10)
B . TENSION TYPE HEADACHE
Tension headache merupakan tipe nyeri kepala yang paling sering dijumpai
terutama pada wanita setengah baya penderita datang dengan keluhan nyeri kepala
berdenyut, nyeri tumpul seperti tertarik, terbakar atau tidak jelas ciri-cirinya.
Sesuai dengan kriteria the international headache society maka diagnosis nyeri
kepala tegang otot episodik ditegakkan apabila :
Tatalaksana
a. Psikologik (psikoterapi)
b. Fisiologik (relaksasi).
c. Farmakologik (analgesik, sedative minor transquilizers)
d. Edukasi
- Latar Belakang Timbal Penyakit
- Penjelasan mengenai pemeriksaan tambahan.
C . CLUSTER HEADACHE
Nyeri kepala atau muka unilateral yang hebat selama 15 menit-3 jam yang
disertai injeksi konjungtiva, lakrimasi, penyumbatan hidung ipsilateral
beberapa kali dalam sehari dalam kurun waktu beberapa minggu hingga
bulan.
Pada sebagian penderita menimbulkan nyeri tekan di daerah dasar
tengkorak dan leher ipsilateral.
Bentuk-bentuk Cluster Headache :
1. NKK tipe episodik, paling sering (80%) : 1-3 serangan singkat periorbital
11
seharinya selama 2-12 minggu diikuti masa bebas serangan selama 3 bulan
- 3 tahun.
2. NKK tipe kronik (20%) : tidak ada remisi selama lebih dari 1 tahun atau
remisi singkat kurang dari 14 hari (NKK tipe primer), sedangkan yang
berkembang dari tipe episodik disebut sebagai NKK tipe sekunder.
3. NKK varian :
a. Chronic paroxysmal hemicrania (Sjasteed&Dale) :serangan sering,
singkat, dapat diatasi dengan Indometasin.
b. Cluster headache varian-varian NKK(Medina&Diamond) : serangan
multipel pada nyeri kepala vaskuler tanpa bebas nyeri kepala.
Gejala Klinis :
Nyeri timbul mendadak, eksplosif dan unilateral (mencapai puncak dalam 10-
15 menit dan berlangsung hingga 2 jam) berupa nyeri seperti dibor disekitar
dan belakang mata, seperti biji mata mau keluar, nyeri seperti dibakar,
menetap tak berdenyut, tanpa disertai gejala aura, frekuensi 4-6 serangan
dalam sehari.
Nyeri menjalar ke daerah supraorbita, pelipis, maksila dan gusi atas (daerah
divisi 1 dan 2 nervus trigeminus ).
Sering ditemukan nyeri tumpul yang ditemukan menetap di mata, pelipis
rahang atas di luar serangan.
Serangan sering terjadi tepat setelah tertidur dan gangguan pernafasan waktu
tidur dapat mencetuskan serangan.
Gejala Penyerta :
Gejala otonom : penyumbatan hidung ipsilateral, pembengkakan jaringan
lunak, dahi berkeringat, lakrimasi, mata merah (injeksi konjungtiva) akibat
aktivitas berlebihan parasimpatis.
Paralisis parsial simpatis sindroma Horner ringan (ptosis, miosis,
anhidrosis), bradikardia, muka merah atau pucat, nyeri di muka dan daerah
arteri karotis ipsilateral.
12
Gejala migren : ggn gastrointestinal, fotofobia dan fonofobia ( tdk sebanyak
migren)
Perubahan perilaku selama serangan berupa kegelisahan : berlari-lari atau
duduk dalam posisi tertentu dengan mata yang dikompres, berteriak
kesakitan dan kadang-kadang ada upaya untuk bunuh diri.
Gejala neurologik : hiperalgesia pada muka dan kepala
Faktor Pencetus :
vasodilator (nitrogloserin )
histamin
menghirup asap
stress
panas
perubahan cuaca
terlambat makan
tidur hingga siang
pernah trauma
operasi di kepala
Terapi :
1. Methosergide meleat (sansert), 2 mg 2-3 kali/hari.
2. Desensitisasi histamin
3. Derivat ergot
4. Inhalasi oksigen
5. Istirahat total
6. Kompres dingin
13
NYERI KEPALA AKIBAT REAKSI VASCULAR HIDUNG
Nyeri kepala dan gangguan hidung (hidung tersumbat, rinore, rasa sesak atau
terbakar) berulang, diakibatkan bendungan dan edema membran mukosa hidung. Nyeri
kepala terutama pada bagian anterior, ringan sampai sedang dalam intensitasnya.
Penyakit ini biasanya merupakan bagian dari reaksi individu selama stress. Seringkali
disebut ‘rinitis vasomotor’.
14
NYERI KEPALA AKIBAT RADANG KRANIUM YANG HEBAT
Nyeri kepala akibat radang struktur kranium yang dapat segera dikenali-terjadi
akibat radang yang biasanya tidak berulang, steril ataupun infeksi.
a. Gangguan intrakranial – meningitis infeksiosa, kimia ataupun alergi, perdarahan
subaraknoid, reaksi pasca pneumo-ensefalografi, arteritis dan flebitis.
b. Gangguan ekstrakranial-arteritis dan selulitis.
NYERI KEPALA AKIBAT PENYAKIT MATA, TELINGA, HIDUNG DAN SINUS, GIGI
ATAU STRUKTUR KEPALA DAN LEHER LAINNYA.
NEURALGIA KRANIALIS
Nyeri kepala yang menusuk-nusuk dan berdenyut lebih mungkin dijumpai pada penyakit-
penyakit vascular seperti migren, hipertensi arterial dan malformasi vascular intrakranial.
15
Nyeri kepala tertekan (pressure headache) yaitu perasaan seperti pita yang melingkari
kepala dan menjepitnya kuat-kuat sering disebabkan gangguan emosional.
Nyeri kepala yang baru saja terjadi mempunyai banyak kemungkinan penyebab baik
yang bersifat ringan/benigna maupun berat/serius. Nyeri kepala yang makin memberat atau
menghebat menunjukkan kemungkinan adanya proses intrakranial yang makin berkembang.
Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak harus dicurigai sebagai akibat dari
perdarahan intrakranial spontan, terutama perdarahan subaraknoidal atau intraventrikular.
Meningitis, glukoma, masloiditis Sementara itu nyeri kepala yang kronis dapat terjadi pada
kasus tension headache, pasca trauma kepala, neurosis rinitas vasomotor, sinusitis, kelainan
refraksi yang tidak dikoreksi.
Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang seringkali dapat mengenali
faktor apa saja yang mendorong terjadinya suatu serangan nyeri kepala. Migren dapat
dicetuskan oleh makanan tertentu, dan minuman obat tertentu. Faktor emosi dapat
mencetuskan serangan migren dan tension headache.
Nyeri kepala selama koitus, teristimewa selama atau segera sesudah orgasmus bersifat
benigna apalagi apabila sebelumnya terjadi aktvitas seksual beberapa kali. Dalam keadaan
ini dapat terjadi nyeri kepala tunggal, langsung bersifat berat. Hal demikian ini harus
dicurigai adanya kemungkinan perdarahan subaraknoidal.
Cluster headache seringkali didahului oleh miosis dan ptosis ipsilateral, epifora,
konjungtiva kemerahan dan hidung mampet. Sementara itu nyeri kepala dengan demam
sugestif untuk infeksi. Keluarnya cairan berdarah atau purulen dari hidung harus
dicurigai adanya proses patologik di hidung atau sinus. Nyeri kepala yang hebat disertai
warna merah pada sclera merupakan gambaran infeksi bola mata atau glaukoma akut.
Aktivitas dapat memperberat nyeri pada migren atau tension headache sebaliknya
istirahat baring biasanya akan memperberat situasi penderita cluster headache.
18
j. Faktor pereda nyeri
Istirahat, menghindari cahaya dan tidur meredakan perasaaan nyeri pada penderita
migren. Masase atau kompres hangat akan menolong penderita tension headache. Nyeri
pada cluster headache akan berkurang dengan penekanan lokal penakanan lokal atau
pemberian kompres hangat atau dingin.
k. Riwayat keluarga
Migren dan tension headache kadang-kadang bersifat familial.
Riwayat minum obat sebelumnya dan efek yang dirasakan penderita perlu
ditanyakan secara rinci, meliputi dosis, cara memasukkan obat (diminum,
suntikan) dan lamnya pengobatan. Hal ini untuk mengetahui apakah ada lajak
dosis dalam penggunaan preparat ergot dan analgesik serta kafein.
19
VII. PEMERIKSAAN FISIK
Dalam praktek pemeriksaan fisik dimulai pada saat penderita masuk ke dalam
ruang periksa atau pada saat dokter melakukan pendekatan di sisi tempat tidur penderita.
Observasi yang teliti merupakan kunci untuk mengetahui apakah penderita mengalami
gangguan fisik atau psikiatrik atau apakah penderita tampak cemas depresif dan apakah
riwayat penderita dapat dipercaya sepenuhnya.
Setiap kali ada keluhan nyeri kepala maka pemeriksaan neurologi secara lengkap
harus dilakukan secara cermat. Pemeriksaan tersebut secara garis besar meliputi status
mental, gaya berjalan, nervi, kraniales, sistem motorik dan sistem sensorik.
Kepala dan leher harus diperiksa secara seksama. Inspeksi dan palpasi dilakukan
secara bersama-sama untuk mengetahui kelainan-kelainan yang mungkin ada. vertebra
servikal perlu diperiksa apakah ada kaku kuduk, gangguan mobilitas leher, nyeri otot-otot
leher dan gangguan lainnya.
4. Angiografi serebral
Pemeriksaan ini bersifat invasive, dan jarang sekali dipergunakan dalam upaya
menegakkan penyebab nyeri kepala tertentu. Sebagai contoh oklusi pembuluh darah
serebral dapat menimbulkan nyeri kepala dan demikian juga halnya kasus aneurisma
dan malformasi arterio-venosa.
VIII. C. ELEKTRO-ENSEFALOGRAFI
Kadang-kadang EEG bermanfaat pada kasus-kasus dengan gejala fokal
sementara hasil CT Scan normal. Perlu pula diingat bahwa nyeri kepala merupakan salah
satu gejala epilepsi. Untuk itu perlu anamnesis yang lebih cerma sebelumnya
mempertimbangkan pemeriksaan EEG.
Konsultasi kepada dokter gigi dapat dilakukan setelah dicurigai adanya faktor
gigi sebagai penyebab. Sementara itu konsultasi kepada dokter spesialis THT dapat
dilakukan setelah diketahui atau dicurigai adanya kemungkinan kelainan di bidang
penyakit THT.
Kasus tertentu memerlukan konsultasi dan atau penanganan psikiatri perlu hati-
hati dan penjelasan yang cukup agar penderita dan atau keluarganya tidak kaget atau
malu.
IX. PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
1. Analgetikum, misalnya :
a. Asam salisilat 500 mg tablet, dosis 150 mg/hari.
b. Metampiron 500 mg tablet, dosis 1500 mg/hari
c. Asam mefenamat 250 – 500 mg tablet, dosis 750 – 1500 mg/hari.
2. Penenang / ansiolitik, misalnya :
a. Klordiasepoksid 5 mg tablet, dosis 15-30 mg/hari.
b. Klobazepam 10 mg tablet, dosis 20 – 30 mg/hari
c. Lorazepam 1-2 mg tablet, dosis 3 – 6 mg/hari.
3. Antidepresan, misalnya :
a. Maprotiline 25, 50, 70 mg tablet, dosis 25 – 75 mg/hari.
b. Amineptine 100 mg tablet, dosis 200 mg/hari.
4. Anestesia / analgetik lokal misalnya injeksi prokain.
REHABILITASI
1. Latihan pengendaraan otot-otot misalnya latihan relaksasi, psikoterapi, yoga,
22
meditasi, dll.
STATUS NEUROLOGI
1. Nama : Tn. E
2. Jenis Kelamin : Pria
3. Usia : 44 tahun
4. Pekerjaan :-
23
5. Agama : Kristen Protestan
6. Tgl. Masuk : 11 April 2011
Anamnesis
± 3 minggu SMRS, pasien mengeluh sakit kepala, rasanya seperti ditarik-tarik, keluhan ini
dirasakan hilang timbul. Pasien belum minum obat untuk mengurangi keluhan ini, selain itu
paseien juga merasa lehernya tegang, lemas dan suka berkeringat jika mendengar bunyi
keras.
±1 minggu SMRS, pasien datang ke puskesmas dengan keluhan yang sama dan diberikan B
komples, namun keluhan tidak berkurang.
Tahun 2008 : awal mula pasien merasakan sakit kepala, dalam setahun bisa 4-
5x timbul.
Tahun 1998 : Riwayat hipertensi tidak terkontrol, kepala bergerak-gerak sendiri
dan frekwensinya makin meningkat, riwayat merokok
(+) 10 tahun, 1bungkus/hr.
Pemeriksaan Fisik
24
a. Status Generalis:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36° C
b. Status Regional
Kepala : normocephali
Wajah : simetris
25
c. Status Neurologi
1. Rangsang meningeal
Kaku kuduk : tidak ada
Brudzinski I : tidak ada
Brudzinski II : -/-
Kerniq : -/-
Laseque :>70º/>70º
2. Syaraf Kranial
N.I : cavum nasi: lapang/lapang
tes penghidu: sulit dinilai
N.II : visus kasar, lihat warna, dan lapang pandang
sulit di funduscopy tidak dilakukan
N.III, IV, VI :
Sikap bola mata : simetris
Ptosis : -/-
Strabismus : -/-
Enoptalmus : -/-
Eksoptalmus : -/-
Refleks akomodasi :+
26
Refleks akomodasi +/+
N.V
Motorik : buka tutup mulut : baik
gerakan rahang : baik
menggigit : baik
Sensorik : rasa nyeri : baik
rasa raba : baik
rasa suhu : baik
Refleks : refleks kornea :+/+
refleks maseter :+
N.VII
Sikap wajah : simetris
Mimik : biasa
Lagoftalmus :-
Chovstek :-
N. VIII
Nistagmus :-
27
Vertigo :-
N. IX, X
Uvula : di tengah
Disartria :-
Disfagia :-
Disfonia :-
Refleks faring :+
N. XI
28
Menoleh : baik
N. XII
Atrofi :-
Fasikulasi :-
Tremor :-
3. Motorik
Tonus Otot
Kanan Kiri
Lengan :
Fleksor
normotoni normotoni
Tungkai :
Fleksor
normotoni normotoni
29
4. Refleks :
Triceps ++/++
KPR ++/++
APR ++/++
Chaddock -/-
Gordon -/-
Oppenheim -/-
Schaefer -/-
Rossolimo -/-
5. Koordinasi :
Statis : baik
Dinamis : baik
6. Sensibilitas :
Eksteroseptif :
30
Raba : Baik, simetris kanan dan kiri
Nyeri : Baik, simetris kanan dan kiri
Suhu : Baik, simetris kanan dan kiri
Propioseptif :
Getar dan arah : baik
Gerak dan sikap : baik
7. Vegetatif :
Miksi : baik
Defekasi : baik
8. Fungsi Luhur :
Memori : baik
Bahasa : baik
Kognitif : baik
Emosi : baik
Visuospasial : baik
Resume :
Seorang pasien pria berusia 44 tahun datang ke RS UKI dengan keluhan sakit kepala. Hal ini
sudah ia rasakan ± 3 minggu. Pasien mengeluh sakit kepalanya seperti ditarik-tarik, dan
dirasakan hilang timbul. Pasien belum minum obat untuk mengurangi keluhan ini, selain itu
paseien juga merasa lehernya tegang, lemas dan suka berkeringat jika mendengar bunyi
keras.
±1 minggu SMRS, pasien berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama dan diberikan B
komples, namun keluhan tidak berkurang.
Pada tahun 2008 pasien mulai merasakan sakit kepala dan dalam setahun bisa 4 hingga 5x
timbul. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol sejak tahun 1998.
Selain itu ia juga merasa kepalanya sering bergerak-gerak sendiri dan frekwensinya makin
meningkat. Riwayat merokok (+) 10 tahun, 1bungkus/hr.
31
Status Generalis:
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36° C
Diagnosa
Klinis : cephalgia
Etiologis : idiopatik
Diagnosa Banding :
32
Pemeriksaan Penunjang :
Terapi
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD :-
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar2 x 500 mg
Cap. Campur3 x 1:
Clobazam7,5 mg
Atifan0,25 mg
Serenase0,25 mg
Cefalgin3 x 1 tab
Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationum : Dubia ad malam
Ad fungsionum : Dubia ad bonam
Pemeriksaan Neurologis
33
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : IRL + 1amp Neurobion 5000/24jam
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
34
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmhg
Nadi : 70 x/menit
Suhu : 36ºC
RR : 21x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
Koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : IRL + 1amp Neurobion 5000/24jam
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,4ºC
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
36
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : IRL + 1amp Neurobion 5000/24jam
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5ºC
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
37
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : IRL + 1amp Neurobion
5000/24jam
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
38
Suhu : 36ºC
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : AFF Infus
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,2ºC
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
40
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD :-
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1 tab
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36ºC
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
41
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD :-
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1 tab
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
Cefalgin3 x 1 tab
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/90 mmhg
42
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36ºC
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD :-
44
DAFTAR PUSTAKA
45