I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 9 tahun
Alamat
Status Perkawinan
: Belum kawin
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Pendidikan
: SD
Suku Bangsa
: WNI
No RM
: 25-76-88
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dari orang tua pasien pada tanggal 13 November
2013 pukul 10.00 WIB di ruang poliklinik saraf dengan didukung catatan medis.
Keluhan Utama
Kejang 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Tidak ada keluhan tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan diantar oleh ibunya ke poliklinik Saraf RS Marzoeki Mahdi
dengan keluhan kejang 3 hari SMRS. Kejang terjadi saat pasien sedang dalam keadaan
beristirahat. Sebelum kejang, orang tua pasien mengaku melihat pasien seperti
melamun dengan tatapan kosong, dan menurut ibunya kejang berlangsung kurang
lebih 5 menit. Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku dan kelojotan, serta pasien
dalam keadaan tidak sadar. Saat kejang juga mata memandang keatas, lidah tidak
tergigit tapi keluar lendir dari mulut pasien. Setelah kejang pasien tidak sadar diri.
Keluhan kejang dirasakan mulai terjadi pada saat pasien berusia 3 tahun. Pada saat
usia pasien 3 tahun awal muncul kejang akibat demam tinggi yang dialami pasien.
Setelah itu pasien sering mengalami kejang apabila demam tinggi. Namun, semakin
lama kejang yang terjadi tidak berhubungan dengan demam. Kejang terjadi begitu saja
walaupun pasien tidak dalam keadaan demam. Kejang biasanya terjadi lebih dari tiga
kali dalam seminggu. Biasanya setelah kejang pasien tersadar dan merasa pusing lalu
tertidur karena lemas, namun tiga hari yang lalu setelah kejang pasien tidak sadarkan
diri sekitar 30 menit. Pasien baru pertama kali berobat ke poli Saraf dan sebelumnya
tidak pernah mengkonsumsi obat dalam jangka waktu panjang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tekanan darah
: 110/80 mmHg,
Denyut nadi
: 36oC
BB
: 24 kg
TB
: 155 cm
B. STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk
: normochepali, simetri
Nyeri tekan
: (-)
Rambut
Wajah
Mata
RCTL (+/+) konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), ptosis (-/-),
lagoftalmus (-/-)
- Hidung
- Telinga
- Gigi Mulut
- Lidah
- Tenggorokan
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Hemithoraks simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-),
deformitas (-)
: Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
: Sonor di kedua lapang paru
: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
: Ictus cordis tidak terlihat
: Ictus cordis teraba di ICS V , 1 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: supel, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi
Ekstremitas
- atas
- bawah :
C. STATUS NEUROLOGIS
1) Kesadaran
: Composmentis
2) GCS
: E 4 V5 M 6
:-
Brudzinsky 1
:-
Brudzinsky 2
: -|-
Laseque
: >700 | >700
Kernig
: >1350 | >1350
4) Saraf kranial
1. N. I (Olfactorius )
Daya pembau
Kanan
dbn
Kiri
dbn
Keterangan
Dalam batas
normal
2. N.II (Opticus)
Daya penglihatan
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Keterangan
Lapang pandang
Dbn
Dbn
Pengenalan warna
Dbn
Dbn
Kanan
(-)
Kiri
Bentuk
Bulat
Bulat
Ukuran
2mm
2mm
Dalam
akomodasi
baik
baik
normal
Langsung
(+)
(+)
Tidak langsung
(+)
(+)
Dbn
Dbn
ortoforia
ortoforia
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Dalam
batas
normal
3. N.III (Oculomotorius)
Ptosis
Keterangan
(-)
Pupil
batas
Refleks pupil
4. N. IV (Trokhlearis)
Gerak bola mata
Keterangan
Dalam
batas
normal
5. N. V (Trigeminus)
Motorik
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Sensibilitas
Keterangan
Dalam
batas
normal
Opthalmikus
Dbn
Dbn
Maxilaris
Dbn
Dbn
Mandibularis
Dbn
Dbn
5
6. N. VI (Abduscens)
Gerak bola mata
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Keterangan
Dalam
batas
Strabismus
(-)
(-)
normal
Kanan
Kiri
Keterangan
Saat diam
simetris
simetris
Dalam
Mengernyitkan dahi
Dbn
Dbn
normal
Senyum
Dbn
Dbn
memperlihatkan gigi
Dbn
Dbn
7. N. VII (Facialis)
Motorik
Daya
perasa
2/3 Tidak
anterior lidah
batas
Tidak dilakukan
dilakukan
8. N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan
Kiri
Tuli konduktif
(-)
(-)
Tuli sensorieural
(-)
(-)
Keterangan
Pendengaran
Vestibular
Dalam
batas
normal
Vertigo
(-)
(-)
Nistagmus
(-)
(-)
Kanan
Simetris
Kiri
Simetris
9. N. IX (Glossofaringeus)
Arkus farings
Daya
perasa
posterior lidah
/3
Keterangan
Dalam
Tidak
Tidak dilakukan
batas
normal
dilakukan
10. N. X (Vagus)
Kanan
Simetris
Kiri
Simetris
Keterangan
Arkus farings
Disfonia
Dalam
Refleks muntah
Tidak
Tidak dilakukan
normal
Kanan
Kiri
Keterangan
Menoleh
dbn
dbn
Dalam
Mengankat bahu
dbn
dbn
normal
Eutrofi
Eutrofi
Kanan
dbn
Kiri
Dbn
Keterangan
Motorik
Trofi
eutrofi
Eutrofi
Dalam
Tremor
(-)
(-)
normal
Disartri
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Keterangan
Dalam
Batas
Kekuatan
5555
5555
Normal
Tonus
Trofi
Eu
Eu
Ger.involunter
Ekstremitas bawah
(-)
(-)
5555
5555
batas
dilakukan
11. N. XI (Assesorius)
Motorik
Trofi
batas
batas
5) Sistem motorik
Ekstremitas atas
Kekuatan
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Eu
Eu
(-)
(-)
6) Sistem sensorik
Sensasi
Raba
Kanan
baik
Kiri
baik
Keterangan
Dalam
batas
Nyeri
baik
baik
normal
Suhu
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Propioseptif
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
7) Refleks
Refleks
Fisiologis
Kanan
Kiri
Biseps
(+)
(+)
Triseps
(+)
(+)
Patella
(+)
(+)
(+)
(+)
Hoffman Tromer
(-)
(-)
Babinski
(-)
(-)
Dalam
Chaddock
(-)
(-)
normal
Openheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Achilles
Patologis
Keterangan
batas
Pemeriksaan
Jari tangan jari tangan
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Baik
Baik
Keterangan
Tumit lutut
Baik
Baik
Pronasi supinasi
Baik
Baik
Romberg test
Tidak
Tidak dilakukan
dilakukan
9) Sistem otonom
Miksi: Baik
Defekasi
: Baik
Keringat
: Baik
11) Vertebra
kali dalam seminggu. Biasanya setelah kejang pasien tersadar dan merasa pusing lalu
tertidur karena lemas, namun tiga hari yang lalu setelah kejang pasien tidak sadarkan
diri sekitar 30 menit. Pasien baru pertama kali berobat ke poli Saraf dan sebelumnya
tidak pernah mengkonsumsi obat dalam jangka waktu panjang. Tidak ada riwayat
trauma kepala maupun infeksi otak sebelumnya.Ada riwayat kejang demam saat
pasien berusia 3 tahun. Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami hal yang
sama.
Pada Pemeriksaan Fisik ditemukan :
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah
Denyut nadi
Frekuensi Nafas
: 110/80 mmHg
: 88x/mnt
: 20x /mnt
Suhu
: 36oC
Status generalis
Status Neurologis
: GCS E4V5M6
: baik
Sistem motorik :
Lengan kanan/kiri
: 5555/5555
Tungkai kanan/kiri
: 5555/5555
Sistem sensorik
: baik
Refleks fisiologis
: (+)
Refleks Patologis
: (-)
10
VII. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
Pertolongan pertama
o Pasien dan anggota keluarga harus diberitahukan dengan jelas
tindakan apa yang harus diambil bila menghadapi serangan.
o Jangan memasukan sesuatu ke dalam mulut pasien atau memaksa
membuka mulut pasien.
o Tidak perlu diusahakan mengekang gerakan kejang karena hanya
akan berakibat menimbulkan cedera.
o Pasien
harus
dibiarkan
untuk
mengalami
kejang
seperti
seharusnya.
o Pasien harus dipindahkan ke tempat yang aman.
o Setelah serangan balikkan pasien pada salah satu sisi dalam posisi
setengah telungkup untuk membantu pernafasan pasien dan
pemulihan serta berikan bantalan di kepala dengan sesuatu yang
lunak.
o Jalan nafas harus diperiksa dan diawasi
o Jangan memberikan minuman apapun setelah suatu serangan
kejang dan jangan memberikan pasien antikonvulsan oral
tambahan.
o Setelah suatu serangan pasien harus ditemani dan diberi dukungan
hingga fase bingung yang menyertainya telah hilang seluruhnya
dan pasien memperoleh kembali keseimbangannya.
2. Medikamentosa
Pada pasien ini diberikan terapi depkote pil 250 mg, 2 x 1.
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam
: ad bonam
11
Ad fungsionam : ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI EPILEPSI
Epilepsi menurut JH Jackson (1951) didefinisikan sebagai
suatu gejala akibat cetusan pada jaringan saraf yang berlebihan
dan
tidak
beraturan.
Cetusan
tersebut
dapat
melibatkan
sebagian kecil otak (serangan parsial atau fokal) atau yang lebih
luas pada kedua hemisfer otak (serangan umum). Epilepsi
merupakan
gejala
klinis
yang
kompleks
yang
disebabkan
rekaman
elektroensefalografi
(EEG),
atau
keduanya.
epileptik,
perubahan
neurobiologis,
kognitif,
psikologis
dan
ini
membutuhkan
sedikitnya
satu
riwayat
13
dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada
waktu lahir atau pada masa perkembangan anak.
Penyebab spesifik dari epilepsi sebagai berikut :
1. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, menglami infeksi,
minum alcohol, atau mengalami cidera.
2. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
3. Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
4. Tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada
anak-anak.
5. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak
6. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak
7. Penyakit
seperti
fenilketonuria
(FKU),
sclerosis
tuberose
dan
C. KLASIFIKASI EPILEPSI
Epilepsi dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi bangkitan
epilepsi dan klasifikasi sindroma epilepsi. Klasifikasi sindroma
epilepsi berdasarkan faktor-faktor tipe bangkitan (umum atau
terlokalisasi), etiologi (simtomatik atau idiopatik), usia dan situasi
yang berhubungan dengan bangkitan. Sedangkan klasifikasi
epilepsi menurut bangkitan epilepsi berdasarkan gambaran klinis
dan elektroensefalogram.
Data 1. Klasifikasi internasional bangkitan epilepsi (1981)
adalah
Bangkitan parsial
1. Bangkitan parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)
a. Dengan gejala motorik
b. Dengan gejala sensorik
14
tiba-tiba,
tanpa
di
dahului
aura.
Kesadaran
15
4. Bangkitan atonik
Atonik, serangan atonik terdiri atas kehilangan tonus tubuh.
Keadaan
ini
bisa
di
menifestasikan
oleh
kepala
yang
jenis
Epilepsi Umum
1. Idiopatik
a. Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal
convulsions
b. Benign myoclonic epilepsy in infancy
c. Childhood absence epilepsy
d. Juvenile absence epilepsy
e. Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
f. Epilepsy with grand mal seizures upon awakening
g. Other generalized idiopathic epilepsies
2. Epilepsi Umum Kriptogenik atau Simtomatik
a. Wests syndrome (infantile spasms)
b. Lennox gastaut syndrome
c. Epilepsy with myoclonic astatic seizures
d. Epilepsy with myoclonic absences
3. Simtomatik
a. Etiologi non spesifik
b. Early myoclonic encephalopathy
c. Specific disease states presenting with seizures
D. PATOFISIOLOGI
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuronneuron otak dan transmisi pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk
neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan
oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane
neuron
bergantung
pada
permeabilitas
selektif
membrane
neuron, yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dari ruang
ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na
dan Cl, sehingga di dalam sel terdapat kosentrasi tinggi ion K
dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaan
sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi
ion-ion inilah yang menimbulkan potensial membran.
Ujung terminal neuron-neuron berhubungan
dengan
memudahkan
depolarisasi
neurotransmitter
inhibisi
atau
yang
lepas
muatan
menimbulkan
listrik
dan
hiperpolarisasi
glutamate,aspartat
dan
asetilkolin
sedangkan
aksi
tiba
di
Dalam
keadaan
istirahat,
dalam
keadaan
polarisasi.
Aksi
potensial
akan
depolarisasi
membrane
dan
lepas
muatan
listrik
18
satu
epilepsi
umum
yang
dapat
diterangkan
19
SCN2A, GABRG2
KCNQ2, KCNQ3
Kanal Kalsium
CACNA1A,
convulsions
Episodic ataxia tipe 2
CACNB4
ACNA1H
CLCN2
Kanal Klorida
with
grand
mal
seizure on awakening
Ligand-gated
Reseptor
asetilkolin
Reseptor GABA
GABRA1, GABRD
lobe epilepsi
Juvenile
myoclonic
epilepsy
Pada kanal ion yang normal terjadi keseimbangan antara
masuknya ion natrium (natrium influks) dan keluarnya ion kalium
(kalium efluks) sehingga terjadi aktivitas depolarisasi dan
repolarisasi yang normal pada sel neuron. Jika terjadi mutasi
pada kanal Na seperti yang terdapat pada generalized epilepsy
with febrile seizures plus, maka terjadi natrium influks yang
berlebihan
sedangkan
kalium
efluks
tetap
seperti
semula
20
juga
pertumbuhan
(neurodevelopmental
jarigan
problems),
saraf
yang
pengaruh
tidak
normal
genetik
yang
mengakibatkan
kelainan
jaringan
otak
sehingga
bisa
sekresi
maupun
fungsi
neurotransmiter
penelitian
neurogenetik
membuktikan
adanya
maka
bangkitan
listrik
akan
juga
terganggu
dikenal
beberapa
neurotransmiter
seperti
gamma
maka
terjadinya
diperlukan
kejang
mengalami
kejang
obat
lanjutan.
anti-kejang
Sekitar
kambuhan,
untuk
mencegah
sepertiga
penderita
sisanya
biasanya
hanya
efek
bisa
samping.
22
pada
anak-anak
menyebabkan
hiperaktivitas.
Dilakukan
Pembedahan
dilakukan
jika
obat
tidak
berhasil
denganpemberian
kelompok
inhibitorik
GABAergik.
lain
karbamazepin
klonazepam(Klonopin),
(Neurontin),
(Tegretol),klobazam
felbamate
lamotrigin(Lamiktal),
(Frisium),
(Felbatol),gabapentin
levetirasetam
pregabalin(Lyrica),
asam
tiagabine
valproat(Depakene,
(Gabitril),topiramat
Convulex)
(Brodie
23
epilepsidimulai
dari
terapi
benzodiazepinyang
kemudian
kanalnatrium
listrik.Beberapa
berperan
studi
dalam
membuktikanbahwa
obat-obat
lain
yangberefek
terhadap
dan
reseptoralpha-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-
isoxazolepropionic
acid
(AMPA).
Ikatan
glutamate
dengan
masih
Levetirasetamadalah
tetap
derivat
dalam
dari
penelitian
pirrolidona
sebagai
lanjut.
obat
penelitian
ditemukan
bahwa
levetiracetam
dapat
24
levetirasetam
denganprotein
SVA2.
Dari
beberapa
mendasar
pada
karakter
serta
terbuktipada
hewan
percobaan
bahwa
pemberian
25
DAFTAR PUSTAKA
at
26