Pemberian 4 macam obat selama 2 bulan, diteruskan dengan pemberian INH dan Rifampisin
selama 10 bulan.
1. Penurunan kesadaran
2. Defisit neurologis fokal
Pengobatan simptomatis
a. Menghentikan kejang
- Diazepam 0,25-0,5 mg/kgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/kgBB/dosis rektal
suppositoria, kemudian dilanjutkan dengan :
- Phenytoin mg/kgBB/hari IV/PO di bagi dalam 3 dosis atau
- Phenobarbital 5-7 mg/kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
b. Menurunkan demam
- Antipiretik : paracetamol 10 mg/ kgBB/dosis PO atau ibuprofen 10
mg/kgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali perhari.
- Kompres air hangat
Pengobatan suportif
a. Cairan intravena
b. Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50 %
Perawatan
a. Komplikasi akut :
- Edema otak
- Hipertensi intrakranial
- Ventrikulitis
- Kejang
- Meningkatnya TIK : dapat diakibatkan edema, SOP, hidrosefalus,
penanganannya : (1) posisi head trunk up 300 , posisi netral. (2) cairan &
osmolalitas tidak boleh hipotonis, terapi hiperosmolar. (3) hipervemtilasi. (4)
terapi demam, induksi hipotermia. (5) tekanan darah 120 – 110 > CPP > 60. (6)
kortikosteroid. (7) bedah. (8) sedasi / barbiturate coma.
b. Komplikasi intermediet :
- Efusi subdural
- Abses otak
- Hidrosefalus
- Demam
c. Komplikasi kronik :
- Memburuknya fungsi kognitif
- Ketulian
- kecacatan motorik.
Meningitis Tuberkulosis
Kebutuhan cairan, elektrolit serta gizi dapat diberikan melalui infus maupun saluran
pipa hidung. Di samping itu, pengobatan untuk hiperpireksia, gelisah atau kejang juga
diberikan. Pengobatan Saat ini telah tersedia berbagai macam Tuberkulostatika, pada
umumnya Tuberkulostatika diberikan dalam bentuk kombinasi, dikenal sebagai triple drugs,
ialah kombinasi antara INH dengan dua jenis Tuberkulostatika lainnya. Kita harus kritis
untuk menilai efektivitas masing-masing obat terutama dalam hal timbulnya resistensi.
Berikut ini adalah beberapa contoh Tubekulostatika yang dapat diperoleh di Indonesia :
1. Isoniazid (INH), diberikan dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari (pada anak) dan pada
dewasa dengan dosis 400 mg/hari. Efek samping berupa neuropati, gejala-gejala
psikis.
2. Rifampisin, diberikan dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari, pada orang dewasa dapat
diberikan dengan dosis 600 mg/hari dengan dosis tunggal. Efek samping
seringditemukan pada anak di bawah 5 tahun dapat menyebabkan neuritis optika,
muntah, kelainan darah perifer, gangguan hepar dan flu-like-symptom.
3. Etambutol, diberikan dengan dosis 25 mg/kg/BB/hari -150 mg/hari Efek samping
dapat menimbulkan neuritis optika.
4. PAS atau Para-Amino-Salicilyc-Acid diberikan dengan dosis 200 mg/kgBB/ hari
dibagi dalam 3 dosis dapat diberikan sampai 12 g/hari. Efek samping dapat
menyebabkan gangguan nafsu makan.
5. Streptomisin, diberikan intramuskuler selama lebih kurang 3 bulan. Dosisnya adalah
30-50 mg/kgBB/hari. Oleh karena bersifat ototoksik maka harus diberikan dengan
hati-hati. Bila perlu pemberian Streptomisin dapat diteruskan 2 kali seminggu selama
2-3 bulan sampai CSS menjadi normal.