Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker kolorektal adalah keganasan yang menyerang usus besar dan rektum.

Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia yang menempati urutan ke-3

kanker terbanyak di dunia, dimana jumlah pasien laki-laki sedikit lebih banyak daripada

perempuan dengan persentase 10% dan 9,2 %. Riset Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada

tahun 2012 melaporkan bahwa 32,6 juta orang yang hidup dengan kanker di seluruh dunia

dengan 14,1 juta kasus baru. Dari data tersebut dapat diketahui kanker paru menyumbang

angka penderita paling besar sebesar 13 % dari total penderita. Setelah itu, diikuti oleh

kanker payudara dengan persentase 11,9 % dan kanker kolon persentase penderita atau 9,7

%. Hal ini tentu menjadi masalah serius mengingat angka kematian karena kanker juga

cukup besar (IARC, 2012). Secara umum didapatkan kejadian kanker kolorektal

meningkat tajam setelah usia 50 tahun karena terkait dengan pajanan terhadap berbagai

karsinogen dan gaya hidup. Lebih dari 150.000 kasus baru di Negara Amerika Serikat

angka kematian per tahun mendekati 60.000. Rerata usia pasien kanker kolorektal terjadi

saat pasien berusia diatas 55 tahun.

Di Indonesia, pada laporan registrasi kanker nasional yang dikeluarkan oleh

Pelayanan Medik Departemen Kesehatan dan Perhimpunan Patologik Anatomik Indonesia

didapatkan kecenderungan terjadi pada usia lebih muda dibawah 40 tahun dengan angka

35,265% (Setiatiet al., 2014). Insidensi kanker kolorektal pada pria sebanding dengan

wanita dan lebih banyak terjadi pada usia produktif. Hal ini berbeda dengan data yang

diperoleh di negara barat dimana kanker biasanya terjadi pada pasien usia lanjut.

Perbandingan insidensi pada lakilaki dan perempuan adalah 3 banding 1.Kurang dari 50%

kanker kolon dan rektum ditemukan di rektosigmoid (Jong, 2013).

1
Tanda dan gejala dari kanker kolorektal bervariasi dan tidak spesifik.Keluhan

utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan ukuran tumor, lokasi tumor

dan ada tidaknya metastasis.Sering kali tidak didapatkan gejala dan tanda dini dari kanker

kolorektal.Kanker kolorektal umumnya berkembang lambat, keluhan dan tanda-tanda fisik

timbul sebagai bagian dari komplikasi seperti obstruksi, perdarahan akibat invasi dan

kakesia (Setiatiet al.,2014).

Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) adalah test diagnostik utama

digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsi jaringan.

Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50-65% dari kanker kolorektal. Pemeriksaan

endoskopi dan kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsi lesi

pada pasien dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum,

barium enema mungkin tidak dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah,

ulseratif sentral, seperti penyakit divertikel, ulseratif kolitis dan penyakit Crohn’s

(Harahap, 2004).

Hasil kunjungan rumah terhadap keluarga Ny.S (47 tahun) teridentifikasi Ca Rectum

dengan laporan selengkapnya adalah sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. S, sebagai penderita, anggota keluarga

dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan

sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.

2
C. Tujuan

1. Tujuan umum

Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan

menyeluruh kepada Ny.S, sebagai penderita, anggota keluarga dan anggota masyarakat

dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga

maupun masyarakat sekitar.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi penyakit pasien.

b. Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.

c. Mengidentifikasi fungsi faktor keluarga dan fungsi faktor lingkungannya.

d. Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/faktor risiko) yang dihadapi

pasien (diilustrasikan dengan diagram Blum).

e. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan lingkungannya serta memberi saran

terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.

D. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan dan dokter muda

a. Meningkatkan pemahaman Mahasiswa dokter muda tentang penyakit serta

kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

b. Meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi antar mahasiswa dengan pasien;

c. Mahasiswa dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan

pasien;

d. Mahasiswa memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan pasien.

3
2. Bagi pasien dan keluarganya

Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan keluarganya mengenai

penyakitnya dan penanganannya agar tidak menyebabkan komplikasi yang

berat/apabila penyakit menular, agar tidak menular minimal kepada anggota keluarga.

3. Bagi institusi kesehatan/Puskesmas

Manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai sumber evaluasi dalam

memberikan pelayanan terhadap pasien penyakit CA RECTUM sehingga bisa dicari

solusi yang tepat dan efisien.

4
DAFTAR PUSTAKA

Hararap IA. Perawatan Pasien dengan Kolostomi pada Penderita Cancer Colorektal. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2004.

International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012). GLOBOCAN 2012: Estimated
cancer incidence, mortality, and prevalence world wide in 2012.

Jong D. Buku Ajar Ilmu Bedah. In: Riwanto Ignatius, Hamami AH, Pieter John, Tjambolang
Tadjuddin Ahmadsyah Ibrahim. Usus Halus, Appendiks, Kolon, dan Anorektum. Jakarta: EGC, 2013.
731-98.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI.
Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.

Anda mungkin juga menyukai