Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kanker berkaitan dengan benjolan patologis pada tubuh yang secara
umum sinonim dengan tumor. Tumor berarti benjolan atau pembengkakan,
terdiri dari tumor ganas dan tumor jinak. Tumor ganas inilah yang dikenal
sebagai kanker (neoplasma = karsinoma = keganasan). Namun tumor
biasanya dipakai pula untuk pengganti nama kanker jinak, sementara istilah
kanker dimaksudkan sebagai suatu tumor ganas. Dengan demikian dapat
disebutkan bahwa semua benjolan adalah tumor, tapi tidak semua tumor
adalah kanker.
Kanker dan tumor merupakan penyebab kematian utama kedua yang
memberikan kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian akibat penyakit
tidak menular utama di dunia. (Shibuya K, Mathers CD, Boschi-Pinto C,
Lopez AD, Murray CJL). Dampak Penyakit Tidak Menular khususnya
penyakit tumor terhadap ketahanan sumber daya manusia sangat besar
karena selain merupakan penyebab kematian dan kesakitan juga
menurunkan produktivitas. Angka kesakitan dan kematian tersebut sebagian
besar terjadi pada penduduk dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Di
Indonesia penyakit kanker/tumor merupakan urutan ke 6 dari pola penyakit
nasional. Setiap tahunnya 100 kasus baru terjadi diantara 100.000
penduduk.

(Departemen

Kesehatan

Republik

Indonesia,

2002)

Meningkatnya pengguna rokok (57 juta orang), konsumsi alkohol,


kegemukan atau 0 besitas dan kurangnya aktifitas fisik/olahraga juga
berperan dalam peningkatan angka kejadian kanker di Indonesia. (Depkes
RI. 2005)
Lima besar provinsi di Indonesia mempunyai prevalensi di atas angka
nasional (> 5,03 %), yang pertama Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki
urutan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 9,66 %, disusul Jateng
8,06 %, DKI Jakarta 7,44 %, Banten 6,35 %, selanjutnya Sulut (5,76%0)
(Oemiati Ratih , Ekowati Rahajeng , Antonius Yudi Kristanto). Organisasi

kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar penyakit kanker di


dunia adalah kanker paruparu, kanker payudara, kanker usus besar kanker
lambung dan kanker hati. (WHO, 2005)
Tumor/kanker saluran cerna menempati urutan ke-6 terbanyak dari
seluruh jenis tumor/kanker yang ada. Perempuan mempunyai risiko 2,2 kali
lebih besar dibandingkan laki-laki. Risiko tumor/kanker saluran cerna akan
bertambah seiring dengan bertambahnya umur dan semakin tinggi tingkat
pendidikan. Berat badan obes mempunyai risiko 1,7 kali dibandingkan
dengan responden yang mempunyai berat badan kurus. Kebiasaan merokok
berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna. Kebiasaan
minum alkohol, konsumsi buah sayur, maupun konsumsi makanan berlemak
tidak berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna.
Kanker/tumor merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang
terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui
stadium yang berbeda-beda. (Bonita R, de Courten, Dwyer T, and Leowski,
J. 2001) Faktor nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting,
yang kompleks dan sangat dikaitkan dengan proses patologis kanker. Secara
umum total asupan berbagai lemak (yaitu tipe yang berbeda-beda dari
makanan yang berlemak) bisa dihubung-kan dengan peningkatan insiden
beberapa kanker utama misalnya kanker payudara, colon, pro stat, ovarium,
endometrium dan pancreas. (Weisburger JH. 2002) Disamping itu obesitas
juga meningkatkan risiko untuk kanker dan aktivitas fisik merupakan
determinan utama dari pengeluaran energi akan mengurangi risiko
(Kritchevsky, D. Key TJ. 2003).
Faktor gaya hidup antara lain merokok, diet, konsumsi alcohol,
reproduksi (hamil, menyusui, umur pertama menstruasi, menopause),
obesitas dan kurangnya aktivitas fisik diduga sebagai kontributor utama pertumbuhan kanker. (Eichholzer-M. 1997) Beberapa faktor risiko penyakit
kanker antara lain; merokok dan faktor gaya hidup (khususnya konsumsi
sayur dan buah serta aktivitas fisik) merupakan faktor risiko kanker.
(Alberty, G. 2001). Hal ini diperjelas dengan per-nyataan Ray (2005) yang
mengatakan bahwa asupan buah dan sayur yang tinggi akan menurunkan

risiko kanker/tumor. (Ray, A. 2005). Alkohol adalah faktor risiko untuk


tumor dan saluran pencemaan atas, kanker hati dan kanker co lonrectal,
jumlah sedikit (small amount) akan meningkatkan risiko kanker payudara.
(Sinagra D, et.al, 2002) Disamping itu total asupan lemak berkait an dengan
peningkatan penyakit kanker/tumor seperti payudara, colon dan prostat.
(Adebamowo CA, Ajayi, Adebamowo CA, and Ajayi. 2000) Faktor lain
yang berpengaruh adalah kesehatan mental. Orang dengan mental disorder
(khususnya yang berkaitan dengan masalah mood seperti depresi klinis dan
bipolar) akan meningkatkan risiko kejadian kanker pada usia muda. Pada
wanita 43 % dengan mental disorder akan menjadi sakit kanker kurang 2
tahun setelah didiagnosa menderita masalah dengan mood. (Davis, JL.
2005).

1.2

Metode penulisan
Dalam menyelesaikan penulisan laporan profesi penulis menggunakan
metode deskriptif. Metode ini melakukan pengumpulan data berdasarkan
masalah-masalah yang sedang terjadi pada saat waktu melaksakan
perawatan dan teknik pengumpulan datanya dengan beberapa cara yaitu :
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan bertanya secara langsung pada pasien,
keluarga pasien, perawat, dokter atau tim kesehatan lain yang ikut
merawat pasien selama melakukan asuhan keperawatan.
2. Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung
terhadap pasien serta ikut dalam membina asuhan keperawatan.
3. Studi dokumentasi
Yaitu dengan cara menggunakan atau melihat catatan medis dan
laporan keperawatan.
4. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku buku atau literatur ynag berkaitan
dengan kasus pembuatan laporan komprehensif

1.3

Sistematika penulisan
BAB I

: Pendahuluan yang berisi latar belakang, metode penulisan,


sistematika penulisan, tujuan dan manfaat penulisan.

BAB II

: Tinjauan teori yang meliputi, Definisi, Etiologi, Klasifikasi,


Kriteria

Klinis,

Patway,

Diagnosa,

dan

Intervensi

keperawatan.
BAB III

: Tinjuan kasus yang meliputi pengkajian data pasien, data


laboratorium,
keperawatan,

diagnosa

keperawatan,

implementasi,

evaluasi

intervensi
dan

catatan

perkembangan.
BAB IV

: Pembahasan

BAB V

: Penutup

1.4 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswi dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
dengan kanker abdomen
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswi dapat mengetahui anatomi dan fisiologi
sistem pencernaan.
b. Mahasiswi dapat mengetahui pengertian, klasifikasi,
etiologi, manisfestasi, tanda dan gejala, phatway,
penatalaksanaan dari tumor abdomen.
c. Mahasiswi dapat menyusun analisa data pada pasien
tumor abdomen.
d. Mahasiswi dapat menyusun diagnosa keperawatan pada
pasien tumor abdomen.
e. Mahasiswi dapat melakukan implementasi keperawatan
pada pasien tumor abdomen.

f. Mahasiswi dapat melakukan evaluasi keperawtan pada


pasien tumor abdomen.
g. Mahasiswi

dapat

melakukan

pendokumentasian

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan


pada pasien tumor abdomen.
1.5 Manfaat
1.5.1 bagi ilmu pengetahuan
Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
sebagai bahan bacaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
keterampilan di bidang perawatan khususnya dalam melakukan
asuhan keperawatan pasien tumor abdomen.
1.5.2 bagi perawat
Bagi perawat atau sebagai tenaga kesehatan (keperawatan)
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien
tumor abdomen. sehingga dapat mengurangi atau meminimalisir
masalah keperawatan yang mungkin terjadi.
1.5.3 bagi institusi pendidikan
Kepada institusi pendidikan diharapkan laporan ini dapat
memberi manfaat di bidang kepustakaan agar dapat dijadikan
referensi bagi mahasiswa / mahasiswi sehingga mahasiswa /
mahasiswi

memperoleh

gambaran

tentang

aplikasi

asuhan

keperawatan pada pasien dengan tumor abdomen..


1.5.4 bagi lahan praktek atau rumah sakit
Laporan ini dapat dijadikan pedoman bagi pemberi
pelayanan kususnya rumah sakit. Demi kelancaran proses asuhan
keperawatan pada klien khususnya perawatan pada pasien dengan
tumor abdomen.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


Berikut adalah susunan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia.
1. Mulut
Mulut atau orsis adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri
atas 2 bagian yaitu bagian luar yang senpit atau vestibula yaitu ruang di
antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Bagian rongga mulut bagian dalam
yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oeh tulang malsilaris, platum
dan mandibularis, di belakang bersambung dengan faring.
a) Gigi
Gigi dewasa berjumlah 32 yang terdiri dai gigi seri untuk
memotong makanan, gigi taring untuk memutuskan makanan yang
keras dan liat dan gigi geraham untuk menguyah makanan yang
sudah dipotong-potong.
b) Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah. Fungsi lidah
itu sendiri yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai
alat pengecap, dan menelan, serta merasakan makanan.
c) Kelenjar ludah
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ada dua yaitu
kelenjar submaksilaris dan subblingualis.
2. Faring
Merupakan

organ

berhubungan

rongga

mulut

dengan

kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil


(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tekak terdiri dari
bagian superior ( bagian yang sama tinggi dengan hidung ) bagian
media ( bagian yang sama tinggi dengan laring ). Bagian superior di

sebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang memghubungkan


tekak dengan ruang gendang telinga.
3. Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak di baeah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar:
melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanang longituginal. Esofgus
terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah
melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen
menyambung dengan lambung.
4. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung
terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium pirolok, terletak di bawah diafragma di depan
pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri funtus uteri.
Bagian lambung terdiri dari :
a)

Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di


sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

b)

Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada


bagian bawah kurvatura minor.

c)

Antrum pilorius, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai


otot yang tebal membentuk sfingter pilorius.

d)

Kurvantura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang


dari osteum kardiak sampai ke pilorus.

e)

Kurvantura mayor, terdapat lebih panjang dari kurvantura minor,


terbentang dari sisi kiri osteum melalui fundus vebtrikuli menuju
ke kanan sampai bagian atas kurvanturi mayor sampai ke limpa.

f)

Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen


masuk ke lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila


melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung
akan terangsang. Rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding
lambung melepaskan hormon yang di sebut getah lambung. Getah
lambung di halangi oleh sitem saraf simpatis yang dapat terjadi pada
waktu gangguan emosi seperti, arah dan rasa takut.
5. Usus halus
Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada piloris dan berakhir pada
sekum panjangnya 6m, merupakan saluran paling panjang tempat
proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari
lapisan usus halus ( lapisan mukosa [sebelah dalam], lapisan
pencernaan terdiri dari lapisan otot melingkar [m. Sirkuler], lapisan otot
memanjang [m. Longi tudinal] dan lapisan serosa [sebelah luar] ).
a)

Duedenum
Duedenum di sebut juga usus 12 jari, panjangnya

25 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini


terdapat pankreas. Pada bagian kanan deudenum terdapat selaput
lendir, yang membukit di sebut papila vateri yang bermuara di
saluran empedu. Dinding deudenum mempunyai lapisan mukosa
yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut Brunnern
berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b)

Jejenum dan ileum


Jejenum dan ileum memiliki panjang sektar 6 meter. Dua perlima
sebagian atas adalah (jejenum) dengan panjang 23 meter dan
ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dam ileum
melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan
lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium.

6. Usus besar
Usus besar atau intestum mayor panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm.
Lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot
8

melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar


adalah menyerap air dan makanan. Tempat tinggal bakteri koli, tempat
feces.
a)

Sekum
Dibaeah sekum terdapat apendiks, vermiformis yang berbentuk
seperti cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh
peritoneum

mudah

bergerak

walaupun

tidak

mempunyai

mesintrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang


yang masih hidup.
b)

Kolon asendens
Pajangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebalah kanan.
Membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawa hati
melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatika, di
lanjutkan sebagai kolon transversum.

c)

Apendiks ( usus halus)


Bagian dari usus halus yang muncul seperti corong dari ujung
sekum,

mempunyai

pintu

keluar

yang

sempit

tetapi

memungkinkan dapat di lewati oleh beberapa isi usus. Apendiks


tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam
rongga pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum.
Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks
beraksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan
peforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
d)

Kolon trasversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sanapai
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura linealis.

e)

Kolon desendens
Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura linealis sampai ke
depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

f)

Kolon sigmoid

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak


miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai
huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
7. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinium mayor dam anus, terletak di dasar pelvis, dindingnnya di
perkuat oleh 3 sfingter :
a)

Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut


kehendak.

b)

Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c)

Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut


kehendak. (Syaifuddin. 2003)

Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya lonjong dan meluas
dari atas diafragma sampai pelvis di bawah. Anatomi rongga abdomen
Rongga abdomen di batasi oleh :
1) Atas

: Diafragma

2) Bawah

: Pelvis

3) Depan

: Dinding depan abdomen

4) Leteral

: Dinding lateral abddomen

5) Belakang : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang.


Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung,
usus halus, dan usus besar. Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan
yang dapat mekar paling banyak. Terletak di epigastrik, dan sebagian
sebelah kiri hipokhodriak dan umbilical. Lambung terletak di bawah
diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri
fundus.
Hati menempati bagian kanan atas terletak di bawah diafragma, dan
menutupi lambung bagian pertama usus halus, kandung empedu terletak di
dekat ujung pankreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dnding
posterior abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena cava interior,
reseptakulum khili dan sebagian dari saluran torasika terletak di dalam

10

abdomen. Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak
juga di jumpai di dalam rongga ini. ( Evelyn Pearce, 2002)
Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam ronga
toraks. Diafragma ini di turut dalam pernafasan. Pada insfirasi akan turun ke
bawah pada ekspirasi akan naik ke atas. Pada saat ekspirasi maksimal akan
berada setinggi kira-kira 4 garis pada midklavikularis, yang kurang lebih
sama dengan palpila mammae pada laki-laki.
Dengan demikian pada trauma toraks, baik tumpul maupun tajam,
bila di temukan sampai setinggi palpila mammae (pada laki-laki) harus
diwaspadai adanya trauma abdomen juga. Organ yang terlindungi dalam
pelvis adalah rektum, buli-buli dan uterus, dengan demikian organ yang
tidak terlindungi adalah usus halus dan sebagian besar kolon. Ke-2 ginjal
karen aletaknya yang di daerah belakang (dorsal) relatif terlindungi. Hepar
dan lien tidak mempunyai lumen atau solid, dan terutama pada ke-2 organ
ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga
peritoneum. Keadaan ini di kenal dengan hemopertorium. Robekan juga
dapat menimbulkan perdarahan intra-peritonial.
Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan
demikian bila terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga
peritonium dan menimbulkan peritonitis. Bila yang masuk rongga
peritonium adalah asam lambung maka rangsangan kimia akan segera
menimbulkan gejala peritonitis, sedangkan bila yang masuk rongga
peritonium adalah isi usus halus atau kolon. Gejala yang timbul akan
lambat. ( Syaifuddin, 2003).

2.2

PENGERTIAN TUMOR ABDOMEN


Tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh selsel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan di sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma Budi 2001
). Tumor adalah : benjolan di sebabkan oleh pertumbuhan sel dengan
pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)

11

Tumor Abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan


yang berbeda-beda, yang di sebabkan oleh sel tubuh yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara uotonom lepas dari kendali pertumbuhan
sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dengan sel normal dalam bentuk
dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat
meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena cava
interior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur
yang di bentuknya tetapi tidak menginvasinya. ( Elizabet. j. Corwin. 2000)
2.3

KLASIFIKASI
Klasifikasi tumor abdomen pada orang dewasa yaitu :
- Tumor hepar
- Tumor limpa / lien
- Tumor lambung / usus halus
- Tumor colon
- Tumor ginjal (hipernefroma)
- Tumor pankreas
Klasifikasi tumor abdomen pada anak-anak :
- Tumor wilms (ginjal)

2.4

ETIOLOGI
Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa
faktor yang dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan
kimiawi, fisik, virus, parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya
hidup, serta penurunan imunitaws. Penyebab terjadinya tumor karena
terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor
tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi
autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi
dan menyebabkan metastasis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara
lain:
1. Karsinogen
a. Kimiawi
12

Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau


memerlukan

aktivasi

terlebih

dahulu

(ko-karsinogen)

untuk

menimbulkan neoplasi. Bahan kimia ini dapat merupakan bahan


alami atau bahan sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar
lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak
sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter) dan
terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia.
Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin,
vinilklorida. Salah satu jenis benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon
aromatik polisiklik (PAH), yang banyak ditemukan di dalam
makanana

yang

dibakar

menggunakan

arang

menimbulkan

kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus, payudara


atau prostat.
b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan.
Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan
bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi
bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh
bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan
terjadinya neoplasia.
c. Viral
Dapat

dibagi

menjadi

dua

berdasarkan

jenis

asam

ribonukleatnya; virus DNA serta RNA. Virus DNA yang sering


dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV),
Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C
virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah human T-cell
leukemia virus I (HTLV-I) .
2. Hormon
Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.
3. Faktor gaya hidup
Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan
yang kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal

13

dari lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat


meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara
dan karsinoma kolon.
4. Parasit
Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.
5. Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia atau pelengketan.
Adapun penyebab tumor abdomen akut :
1. Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendicitis,
infeksi usus halus dan usus besar, hernia strangulate, perforasi ulkus
peptic, perforasi usus, diverticulitis meckel, sindrom boerhaeve,
kelainan inflamasi usus, indrom Mallory weiss, gatroienteritis,
gastritis akut, adenitis mesenterika.
2. Kelainan pancreas : pancreatitis akut.
3. Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut,
sistisis akut, infark renal.
4. Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolestitisis akut kolangitis
akut, abses hati, ruptur tumor hepar ruptur spontan limpa, kolik bilier,
hepatitis akut.
5. Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium,
salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.
6. Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia kilitis
akut, trombosis mesenterika.
7. Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer,
peritonitis TBC.
8. Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.
( Ibnu Zainal Ar-rosyad, 2010 )

2.5

MANISFESTASI KLINIS
Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau
menunjukan tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa
sehat, tidak nyeri dan tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari14

hari. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak


menunjukkan kelainan.
Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan
peringatan tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker.
Tanda ini disebut 7-danfer warning signals CAUTION. Yayasan Kanker
Indonesia menggunakan akronim WASPADA sebagai tanda bahaya
keganasan yang perlu dicuraigai.

C = Change in bowel or bladder habit


A = a sore that does not heal
U = unusual bleding or discharge
T = thickening in breast or elsewhere
I = indigestion or difficult
O = obvious change in wart or mole
N = nagging cough or hoarseness

Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika
mulai mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat
rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor
abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus.
Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan
secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat dilakukan sedini
mungkin.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut
tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan
pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma
berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun
metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula apakah letak
tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar
sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang
berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen.

15

Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti


pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas
atau tidak. Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem
hematopoiesis, seperti pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum
tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya.
2.6

TANDA DAN GEJALA


1. Hiperplasia.
2. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
3. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila
tumor berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat
elastis kenyal atau lunak.
4. Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.
5. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
6. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
7. Konstipasi.
8. Nyeri.
9. Anoreksia, mual, lesu.
10. Penurunan berat badan.
11. Pendarahan.

16

2.7 PATHWAY
Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan
makanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap
obet-obatan.
Metaplasia sel
Neoplasia sel
Displasia sel
Diferensiasi sel-sel epitel
Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal
Aktivitas regenerasi sel meningkat
Menekan gaster
TUMOR ABDOMEN
Masa feses keras

Peningkatan produksi
HCL

Obstruksi lumen

Mual, muntah

Penumpukan massa
Menekan gaster dan
didnding pernafasan
Ketidakefektifan pola
nafas
Kurang terpapar
informasi
Kurang
pengetahuan

Pembesaran pada daerah


abdomen

Ketidakseimbangan
nutrisi

Distensi abdomen
Tindakan pembedahan, biopsy
Port de entry
kuman
Pelepasan mediator nyeri (histamine,
prostaglandin, bradikinin, serotonin, dll)
Luka insisi

Resiko
infeksi

Ditangkap reseptor nyeri perifer


Implus ke otak
Presepsi nyeri
Nyeri akut
Deficit perawatan diri

17

2.8

KOMLIKASI
Komplikais yang dapat timbul akibat tumor yaitu
a.

Metastase

b. Prognosis buruk

2.9

PENATALAKSANAAN
a) Pembedahan
Pembedahan

adalah

modalitas

penanganan

utama,

biasanya

gastereksoni subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan


maupun paliasi. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak
ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau
seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur
kuratif atau faliatif. Konflikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah
injeksi, pendarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer,
Suzanne C.2001).
b) Radioterapi
Penggunaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA
sel tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah
ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
c) Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk
reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada
kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses
pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani
lebih efektif dengan kemoterapi.
d) Bioterapi.
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat
untuk kanker dengan menstimulasi system imun (biologic response
modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi
koloni, interferon, interleukin. (Danielle Gale. 2000).
2.10

TES DIAGNOSTIK
18

Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi


meliputi:
1) Marer tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang
dibentuk oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk
menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh.
3) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk meminai
susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan
melintang.
4) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan ketebalan antar
jaringan, dapat mencakup penggunaan bahan kontras.
5) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer
penerima, digunakan untuk mengkaji jaringan yang dalam didalam
tubuh.
6) Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan
memasukkan suatu kedalam rongga tubuh atau ostium tubuh,
memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi
tumor yang kecil.
7) Pencitraan kedokteran nuklir
8) Menggunakan suntikn intravena atau menelan bahan radiosisotope
yang diikuti dengan pencitraan yang menkaji tempat berkumpulnya
radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).

19

2.11

PEMERIKSAAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR ABDOMEN


Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan. Pemeriksaan
darah tepi dan laju endap darah masih tetap diperlukan untuk menentukan
apakah tumor tersebut memang ganas dan apakah tumor telah
mengganggu sistem hematopoiesis, seperti perdarahan intra tumor atau
metastasis ke sumsum tulang dan lain-lain. Kemudian dilakukan
pemeriksaan foto polos abdomen dan khusus untuk tumor retroperitoneal
diperlukan pemeriksaan pielografi intravena.
Pemeriksaan ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan sesuai
sarana dan prasarana. Adakalanya pemeriksaan ini juga dapat membantu
menentukan tumor itu ganas, yaitu bila ditemukan tidak adanya batas
antara tumor dan jaringan sekitarnya yang berarti tumor telah melakukan
penyusupan atau mengadakan destruksi jaringan sekitarnya atau adanya
pembesaran kelenjar getah bening dan metastasis di tempat lain.
Untuk tumor yang diketahui menghasilkan produk metabolit tertentu atau
marker,

perlu

diperiksa

kadarnya,

sebaiknya

sebelum

dilakukan

pengobatan untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaaan ini diulang secara


berkala untuk menilai keberhasilan pengobatan dan kemungkinan residif.
Selanjutnya penderita dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menjalani
laparatomi eksplorasi. Saat itu ditentukan apakah tumor dapat diangkat
seluruhnya atau sebagian atau hanya dapat dilakukan biopsi. Keterangan
ini diperlukan untuk tindakan selanjutnya. Bila tumor dapat diangkat
seluruhnya maka stadium tetap, tetapi bila tumor hanya dapat diangkat
sebagian (debulking) atau tumor pecah selama operasi (spill), maka
stadium dinaikkan setingkat.
Untuk tumor yang hanya dapat dibiopsi, biasanya dilanjutkan dengan
kemoterapi atau radiasi dahulu dan setelah tumor mengecil dilakukan relaparatomi. Salah satu pemeriksaanyan adalah:
1) Anamnesis
Pada anamnesis penderita dengan gawat abdomen ditanya
terlebih dahulu permulaan nyerinya (kapan mulai, mendadak atau
berangsur), letaknya (menetap, pindah atau beralih), keparahannya

20

dan sifatnya (seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat


kolik), perubahannya (bandingkan dengan permulaan), lamanya,
apakah berkala, dan faktor apakah yang mempengaruhinya (adakah
yang memperingan atau memberatkan seperti sikap tubuh, makanan,
minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi).
Harus ditanyakan apakah pasien pernah nyeri seperti ini.
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi
usus tinggi muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah
hebat. Sembelit (konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar
dan pada peritonitis umum.
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada
peradangan

peritonium

setempat

ditemukan

tanda

rangsang

peritonium yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan


mengenai defekasi, miksi, daur menstruasi dan gejala lain seperti
keadaan sebelum diserang tanda gawat perut, harus dimasukkan
dalam anamnesis.
2) Pemeriksaan Fisik
Langkah pemeriksaan fisik penderita gawat perut :
a) Umum:

inspeksi umum

tanda sistemik

suhu badan (rektal dan aksiler)

b) Abdomen:

Inspeksi:
o Perut yang distensi dengan bekas operasi dapat
memberikan petunjuk adanya perlengketan usus.
o Abdomen yang berkontraksi di daerah skafoid terjadi
pada pasien perforasi ulkus.
o Peristaltik usus yang terlihat pada pasien yang kurus
menunjukkan

adanya

obstruksi

usus.

21

c) Auskultasi:
Bising usus yang meningkat dengan kolik terdengar pada
pasien obstruksi usus halus bagian tengah dan awal
pankreatitis akut. Suara tersebut berbeda dengan bising
hiperperistaltik bernada tinggi yang tidak berhubungan
dengan nyeri tekan pada gastroenteritis, disentri, dan kolitis
ulseratif fulminan.
Bising usus yang menurun, kecuali suara yang tidak teratur
atau lemah, menandakan terjadinya obstruksi atau peritonitis
difus.
Nyeri batuk:
Pasien diminta untuk batuk dan menunjukkan daerah yang
paling nyeri. Iritasi peritonel dapat diyakinkan dengan
pemeriksaan ini tanpa harus menimbulkan nyeri pada pasien
untuk mencari nyeri lepas. Tidak seperti nyeri parietal pada
peritonitis, kolik adalah nyeri viseral dan jarang diperberat
dengan inspirasi dalam atau batuk.
d) Perkusi:
Terdapatnya nyeri pada perkusi yang berlokasi sama dengan
nyeri lepas, menunjukkan iritasi peritoneal dan nyeri parietal.
Pada perforasi, udara bebas akan berkumpul di bawah
diafragma dan menghilangkan pekak hati.
Timpani di sekitar garis tengah pada abdomen yang distensi
menunjukkan adanya udara yang terperangkap pada usus
yang berdistensi.
Cairan bebas dalam peritoneal dapat ditemukan dengan
shifting dullness positif.
e) Palpasi: Nyeri yang menunjukkan adanya inflamasi peritoneal
mungkin adalah hal terpenting yang ditemukan pada pasien
dengan abdomen akut.

Nyeri berbatas tegas ditemui pada kolesistitis akut,


apendisitis, divertikulitis dan salpingitis akut.

22

Bila ada nyeri difus tanpa penekanan harus dicurigai adanya


gastroenteritis atau proses inflamasi usus tanpa peritonitis
lainnya.

Massa intraabdomen kadang-kadang ditemukan dengan


melakukan palpasi dalam. Lesi superfisial, seperti kantung
empedu yang membengkak atau abses apendiks sering
menimbulkan nyeri dengan batas tegas. Dengan tanda
Murphy (palpasi pada daerah subkostal kanan pada saat
pasien melakukan inspirasi dalam) dapat ditemukan adanya
radang akut kantung empedu.

Tanda illiopsoas : paha diekstensikan secara pasif atau secara


aktif melawan tahanan. Uji ini positif pada abses di daerah
psoas yang berasal dari abses perinefrik atau perforasi
penyakit Crohn.

Tanda obturator : nyeri pada tungkai fleksi saat dilakukan


rotasi internal atau eksternal.

Nyeri ketok di bawah iga menunjukkan adanya inflamasi


pada diafragma, hepar, limpa, atau jaringan penunjangnya.

Nyeri pada sudut kostovertebral sering terjadi pada


pielonefritis akut.
-

Pemeriksaan cincin inguinal dan femoral.

Pemeriksaan colok dubur.

Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat perut :


Keadaan Tanda klinik penting awal perforasi saluran cerna
atau saluran lain perut tampak cekung, tegang; bunyi usus kurang
aktif,

pekak

hati

hilang,

nyeri

tekan,

defans

muskuler

Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang, nyeri


batuk, nyeri gerak, nyeri lepas, defans muskuler, tanda infeksi
umum, keadaan umum merosot. Massa infeksi atau abses Massa
nyeri (abdomen, pelvik, rektal), nyeri tinju, uji lokal (psoas),
tanda umum radang.

23

Obstruksi usus Distensi perut; peristalsis hebat (kolik usus)


yang tampak dinding perut terdengar (borborigmi), dan terasa
(oleh penderita yang bergerak); tidak ada rangsangan peritoneum
Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak
ada nyeri tekan lokal.
Iskemia/strangulasi Distensi tidak jelas (lama), bunyi usus
mungkin ada, nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas, jika
kena usus mungkin keluar darah dari rektum, tanda toksis
Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika
aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada kehamilan ektopik, cairan
bebas (pekak geser), anemia

2.12. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


Pre operasi
a)

Ansietas b/d perubahan status kesehatan

b)

Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada abdomen

c)

Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat

d)

Kurang pengetahuan tentang pengobata b/d kurangnya informasi.

Post operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan
pembedahan
b) Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi
c)

Resiko infeksi b/d adanya luka opersai

d) Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidk adekuat


e)

Kerusakan integritas kuit/jaringan b/d insisi bedah

24

BAB 3
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.H


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

I. PENGKAJIAN
1. Tanggal pengkajian

: 25 November 2014

2. Jam

: 08.10 WIB

3. Oleh

: Sella Mentari

A. IDENTITAS
a. Pasien
1. Nama

: Nn. H.

2. TT lahir/usia

: 15 tahun

3. Jenis kelamin

: Perempuan

4. Agama

: Islam

5. Status perkawinan

:Belum menikah

6. Pendidikan

: SMA

7. Pekerjaan

: Pelajar

8. Suku/bangsa

: Jawa /Indonesia

9. Alamat

: Taman Buah 1 kutabumi Blok D2 no 14 Rt


005/013 Pasar Kemis-Tangerang

10. Tgl masuk RS

: 04 November 2014

11. Nomor RM/CM

: 14323901

12. Ruangan

: Mawar

13. Diagnosa medis

: Tumor abdomen

b. Keluarga / penaggung jawab


1. Nama
2. Umur
3. Pendidikan

: Tn. S
: 50 tahun
: SMA

25

4. Pekerjaan

: Pegawai swasta

5. Hub.dengan pasien : Ayah


6. Alamat

: Taman Buah 1 kutabumi Blok D2 no 14 Rt


005/013 Pasar Kemis-Tangerang

B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Kesehatan pasien
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada daerah perut
b. Riwayat penyakit sekarang
Saat klien dirawat klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, klien
terlihat selalu mengelus daerah perut klien dan terlihat meringis. Tampak
ada luka post operasi pada daerah abdomen, dengan panjang luka insisi
5-6 cm. klien mengatakan sesak, klien mengatakan perutnya terasa
penuh. Tampak perut membesar lingkar perut 47 cm.. Klien mengatakan
nyeri seperti ditusuk- tusuk nyeri yang dirasakan diberikan nilai 5 jika
dalam skala 1-10 apabila sakitnya timbul. Lamanya nyeri saat timbul 10
menit. Klien terlihat meringis. klien mengatakan terasa nyeri secara tibatiba. Saat nyeri datang klien mengatakan hanya dapat menahan nyerinya
saja, dengan mengaduh atau merintih. terlihat klien tampak meringis saat
nyeri terasa dan melindungi darah yang nyeri.
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya, klien mengatakan sebelum masuk RS klien mengeluh perut
terasa penuh, dan terasa mual. Klien mengatakan sebelum dibawa ke Rs
Umum kab. Tangerang klien sempat dirawat di Rs. Medika selama 1 minggu.
Selama ini klien mengatakan tidak ada riwayat alergi. Ibu klien mengatakan
imunisasi yang dijalankannya saat kecil sudah dilakukan semua.
b. Kesehatan keluarga
Nenek klien mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki penyakit
keturunan seperti DM, hipertensi maupun jantung dan nene klien

26

mengatakan bahwa kakaknya dahulu pernah mengalami hal yang sama


seperti Nn. H. yang kini telah meninggal akibat penyakit yang dialami.

C. POLA KEBIJAKSANAAN PASIEN


1. Aspek fisik, biologis
a. Sebelum sakit
1. Frekuensi makan :
klien mengatakan sebelum sakit klien selalu makan 3 kali sehari sesuai
jadwal di pesantrennya. Namun tidak selalu habis dalam satu porsi
2. Makanan pokok :
nasi, dan lauk
3. Makanan yang disukai/tidak disukai :
klien mengatakan tidak Menyukai sayuran
4. Makanan pantangan :
klien mengatakan tidak ada makanan pantangan
5. Nafsu makan :
klien mengatakan makan saat terasa lapar.
6. Alergi makanan/minuman :
klien mengatakan tidak ada riwayat alergi pada makanan atau minum.
b. Selama sakit :
1. Apakah pasien merasa mual, muntah (frekuensi, jenis) :
klien mengatakan kadang terasa mual sampai muntah.
2. Nafsu makan :
klien mengatakan nafsu makan berkurang saat dirawat di RS
3. Ada gangguang mengunyah :
klien mnegatakan tidak ada gangguan dalam mengunyah
Sonde terpasang : tidak ada

27

2. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit
Buang air besar
1. Frekuensi

: klien mengatakan BAB tidak menentu .

2. Waktu

: klien mengatakan waktu BAB tidak menentu.

3. Warna

: klien mengatakan feaces berwarna kuning

4. Konsistensi

: pekat dan lembek

5. Penggunan pencahar

: klien mengatakan tidak pernah mengguanakan


obat pencahar

Buang air kecil


1. Frekuensi : klien mengatakan dalam sehari bisa 7 kali kali untuk BAK
2. Warna

: klien mengatakan warna urin yang keluar kuning tidak keruh

3. Bau

: klien mengatakan kencingnya tidak berbau.

b. Selama sakit
Buang air besar : klien mengatakan klien sudah BAB, dan terpasang
pempers
1.

Frekuensi

: klien mengatakan saat sakit BAB bisa 4-5 hari sekali.

2.

Waktu

: pagi hari

3.

Warna

: kuning

4.

Pendarahan

: klien mengatakan tidak ada pendarahan saat BAB

5.

Konsistensi

: pekat

6.

Kesulitan

: klien mengatakan klien kesulitan BAB karena terganggu


dengan rasa nyeri ditangannya.

Buang air kecil


1. Frekuensi

: terpasang selang kateter

2. Waktu

:-

3. Warna

: kuning

4. Bau

: tidak berbau

5. Kesulitan

: tidak ada

6. Alat bantu BAK : selang kateter


7. Jumlah

: 200 cc pada saat pengkajian

28

3.

Pola istirahat tidur

a. Sebelum sakit
1. Saat tidur

: klien mengatakan selalu tidur pukul 22.00


sesuai jadwal di pondok pesantren sebelum
sakit.

2. Lama tidur

: klien mengatakan selalu tidur selama 5-6 jam

3. Kebiasaan pengantar tidur : klien mengatakan tidak ada kebiasaan


sebelum tidur
4. Kesulitan tidur
- Menjelang tidur

: klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam


tidur

- Saat tidur

: tidak ada

5. Penggunaan obat tidur

:klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi


obat tidur

b. Selama sakit setelah pembedahan


1. Saat tidur

: selama dirumah sakit klien mengatakan sulit


tidur karena tidak nyaman dengan suasana
rumah sakit, dank lien merasa terganggu saat
merasakan nyeri.

2. Lama tidur

: klien tidur malam hanya 4 5 jam dan


kadang-kadang tidur siang 30 menit

3. Kebiasaan pengantar tidur : klien mengatakan tidak ada kebiasaan seblum


tidur selama sakit
4. Kesulitan tidur

: klien mengatakan kesulitan tidur saat merasa


nyeri atau sesak.

Menjelang tidur

:-

Saat tidur

:-

5. Penggunaan obat tidur


4.

: tidak ada

Pola aktifitas latihan

a. Pola bekerja
- Jenis

:klien mengatakan sehari-hari klien hanya mengikuti jawal


di pesantrenen. Dimulai dari subuh untuk melakukan

29

ibadah, kemudian aktivitas belajar,dan ibadah yang


dilaksanakan di pesantrennya.
- Lamanya kerja : klien mengatakan kegiatan pesantren dimulai dari
sebelum adzan subuh berkumandang, lamanya kegiatan
pesantren selamasatu hari 12 jam berakhir sampai solat
isa,
- Waktu kerja

b. Olah raga
-

Jenis

: klien mengatakan selalu mengikuti pelajaran olah

raga saat dipesantren.


-

Frekuensi

:-

c. Kegiatan dan waktu luang : berkumpul dengan teman-teman satu kamar.


d. Kesulitan/keluhan : saat ini klien mengatakan masih nyeri dengan luka
operasinya. Klien masi suka terasa sesak, terasa penuh pada daerah abdomen.

5.

Pola personal hygiene


a.

Mandi

: klien mengatakan baru 1 kali mandi selama dirawat di RS.

b.

Kuku

: panjang, kotor

c.

Genetalia

: kotor

d.

Rambut

: panjang sebahu, berminyak, tercium bau yang tidak sedap,


dan terasa lengket

e.

Sikat gigi

: 1 kali perhari, bersih dibantu

6. Aspek psikososial
1.

Ekspresi wajah

:klien terlihat meringis untuk menahan sakit saat


dikaji, terkadang klien selalu mengaduh saat sakit
terasa dan terlihat selalu mengelus daerah perutnya.

2.

Sikap

:klien terlihat melindungi daerah abdomennya yang


sakit saat nyeri terasa.

3.

Komunikasi

: jelas, relevan : ya

4.

Mengekspresikan

: ya, mampu mengerti orang lain : ya

30

5.

Pengetahuan persepsi
terhadap penyakit

: klien mengatakan kurang mengetahui


tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak
mengetahui asal muasal penyakitnya.

6.

Pengambilan
keputusan

7.

:dibantu orang lain, sebutkan : orang tua

Hal yang saat ini


dipikirkan

: klien mengatakan ingin segera pulang, dan lekas


sembuuh dari sakitnya, agar dapat beraktifitas
seperti sedia kala.

8.

Harapan setelah
menjalani perawatan : klien mengatakan ingin segera pulih dari sakitnya
dan berharap tidak terluang kembali masalahnya.

9.

Perubahan yang
dirasakan setelah sakit: klien mengatakan kesulitan dalam beraktivitas.
Karena rasa nyeri di daera abdomennya, klien
belum bisa duduk karena perutnya yang
membesar dan terdapat luka post operasi.

10. Temapat tinggal

: bersama orang orang tua

11. Kehidupan kelurga :adat istiadat yang dianut : klien mengatakan


keluarganya menganut adat istiadat jawa
- Pembuat keputusan dalam keluarga

klien

mengatakan

yang

paling berperan untuk mengambil keputusan adalah ayahnya .


- pola komunikasi

klien

mengatakan

pola

komunikasi dalam keluarganya adalah 2 arah.


- Dalam keluarga Keuangan

: memadai

12. Apa yang dilakukan perawat agar anda aman dan nyaman ? klien
mengatakan dengan cara diberikan perawatan di rumah

sakit klien

merasa sedikit tenang dalam menghadapi sakitnya.


13. Apa yang dilakukan saat strees

klien

mengatakan

saat

klien

memiliki masalah klien selalu bilang kepada ibunya untuk berbagi


pengalaman dengan ibunya.

31

7. Aspek spritual
1. Apa/siapa sumber kekuatan : klien mengatakan sepeunuhnya percaya
terhadap apa yang telah dikehendaki allah.
2. Apakah tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda ? klien
mengatakan sebuah kepercayaan dalam agama merupakan hal yang
penting .
3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)
Sebutkan : klien mengatakan selalu melakukan sembahyang 5 waktu dan
mengikuti kegiatan keagamaan selama di pesantren.
4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah,
sebutkan : tadarusan,melakukan sholat 5 waktu

D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
1. Kesadaran

: compos mentis

2. Status gizi

: baik

3. Tanda- tanda vital

: 130/90, RR 15 x/mennit, N: 100 x /menit

b. Pemeriksaan sistematis
1. System penginderaan :
a) Penglihatan : konjungtiva terlihat anemis, sclera tidak ikterik, reflek
cahaya +, distribusi kedua alis merata, klien tidak mengguanakan alat
bantu penglihatan. (kacamata, soft lens) tidak ada masa, tidak ada nyeri
tekan.
b) Penciuman : fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat
membedakan aroma kopi dan minyak kayu putih
c) Pendengaran : klien tidak mengguanakan alat bantu dengar, tidak
terdapat serumen, tidak terdapat nyeri tekan, pendengaran baik detandai
dengan klien dapat menjawab semua pertanyaan tanpa harus diulang dan
hasil yang baik dengan tes weber dan swabah
d) Penegcapan : fungsi penegcapan baik, klien dapat memebdakan rasa
manis, asem, asin dan pait.

32

e) Peraba : klien dapat merasakan sentuhan ketika disentuh dan dapat


membedakan halus, kasar, dan tajam. Pada daerah tangan sebelah kiri
klien mengarakan adanya perubahan sensasi.
2. System pernafasan : mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris,
tidak terdapat lesi di hidung, polip (-), sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada
daerah sinus, tidak ada lesi di leher, tidak ada nyeri tekan pada daerah dada
dan leher, bentuk dada simetris, bunyi nafas vesikuler. Klien mengatakan
tidak ada sesak
3. System pencernaan : keadaan bibir simetris, bibir terlihat kering, dan pucat
lidah berwarna merah muda, tidak terpasang NGT, tidak ada pembesaran
hepar, terdapat luka post operasi, panjang 6 cm, perut terlihat membesar,
4. System kardiovaskuler : tidak ada peningkatan vena jugularis, CRT kembali
2 detik, bunyi perkusi dullness, tidak ada bunyi tambahan, irama jantung
regular.
5. System urinaria : tidak ada keluhan sakit saat BAK, terpasang selang
kateter, volume urin saat dikaji 200cc
6. System endokrin : pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tremor (-), tidak ada gigantisme
7. System ektremitas atas dan bawah : tidak ada hambatan saat menggerakan
daerah tangan kiri dan kanan. terpasang infus pada lengan sebelah kiri.
Kekuatan otot maksimal, reflek humer positif.
8. system reproduksi : klien mengatakan pertama haid pada usia 14 tahun,
klien mengatakan nyeri haid pada hari pertama.
9. system integument : warna kulit kuning langsat, keadaan kulit kepala sedikit
berminyak, distribusi rambut merata, terdapat lesi pada dengkul sebelah kiri.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG abdomen yang dilakukan sebelum operasi, tampak masa besar di darah
abdomen atas, di anterior aorta, masa dengan echoheterogen (isodens,
hipodens, hiperdens) masa tidak ada hubungan dengan hepar, lien, tampak
cairan bebas di daerah parametrium.
- Hasil lab pada tanggal 26 november 2014 kimia (fungsi hati)

33

protein 5.9 g/dl nilai normal 6-8,

albumin 2.9 g/dl nilai normal 3,4-4,8

globulin 3,0 g/dl nilai normal 1.5-3

hasil lab Darah Perifer Lengkap


-

Hemoglobin 10.39 g/dl

Leukosit 18.3 10/l

Hematokrit 32%

Trombosit 462 10/l

Gds 96 mg/dl

F. PENGOBATAN YANG DIBERIKAN


a. pantoprazole
b. Ondansentron
c. Keterolac 30mg/8 jam
d. Ceftriaxone 1g/12 jam

II.

ANALISA KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA

ANALISA DATA

No.

Data

Etiologi

DS:
-

Klien
nyeri

mengatakan
pada

daerah

abdomen
1

Klien

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,


kelebihan nutrisi khususnya lemak
dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat, Parasit, Genetic,
Infeksi, trauma, hipersensitivitas
terhadap obet-obatan.

mengatakan

skala nyeri 4 dari 1-10


-

Masalah

Klien

mengatakan

nyeri seperti ditusuk-

Metaplasia sel
Neoplasia sel

Nyeri akut

Displasia sel

tusuk,
-

Klien
nyeri

mengatakan
bisa

dirasakan

selama 10 menit

Diferensiasi sel-sel epitel


Perubahan struktur sel dan fungsi
sel-sel normal

34

Klien

mengatakan

Aktivitas regenerasi sel meningkat

nyeri hilang timbul


TUMOR ABDOMEN
DO:

Masa feses keras

klien tampak meringis

Obstruksi lumen

klien

tampak

terlihat

selalu mengelus daerah

Penumpukan massa

abdomennya
-

terlihat luka post operasi


di

daerah

Pembesaran pada daerah abdomen

abdomen

dengan panjang 6 cm

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Luka insisi

Pelepasan mediator nyeri (histamine,


prostaglandin, bradikinin, serotonin,
dll)

Ditangkap reseptor nyeri perifer

Implus ke otak

Presepsi nyeri

Nyeri
DS:

klien mengatakan sesak

klien mengatakan
perutnya terasa penuh

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,


kelebihan nutrisi khususnya lemak
dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat, Parasit, Genetic,
Infeksi, trauma, hipersensitivitas
terhadap obet-obatan.

Ketidakefektivan pola

nafas

Metaplasia sel
35

DO:
-

RR 15x/menit

N 100x/menit

TD 130/90

Klien tampak letih

Klien tampak sesak

Neoplasia sel
Displasia sel
Diferensiasi sel-sel epitel
Perubahan struktur sel dan fungsi
sel-sel normal
Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Menekan gaster dan didnding


pernafasan

Ketidakefektifan pola nafas


DS:
-

Klien mengatakan
adanya perubahan
sensasi pada tangan

yang terpasang spalak

Resiko infeksi

Metaplasia sel

DO:
-

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,


kelebihan nutrisi khususnya lemak
dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat, Parasit, Genetic,
Infeksi, trauma, hipersensitivitas
terhadap obet-obatan.

Perubahan suhu pada

Neoplasia sel

kulit.
36

Reflek

bisep,

trisep

negatif

pada

tangan

Displasia sel
Diferensiasi sel-sel epitel

kiri.
-

Rom pada tangan kiri

Perubahan struktur sel dan fungsi


sel-sel normal

minimal,
Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Luka insisi

Port de entry kuman

Resiko infeksi
Ds:
- klien dan keluarga
mengatakan tidak tahu
4.

mengapa bisa mengalami

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,


kelebihan nutrisi khususnya lemak
dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat, Parasit, Genetic,
Infeksi, trauma, hipersensitivitas
terhadap obet-obatan.

Kurang pengetahuan

penyakit seperti ini


Metaplasia sel

Do:
-

Klien tidak dapat

Neoplasia sel
37

menjawab 3 pertanyaan
yang diajukan oleh
perawat yang
berhubungan dengan
penyakit
-

Klien dan keluarga

Displasia sel
Diferensiasi sel-sel epitel
Perubahan struktur sel dan fungsi
sel-sel normal
Aktivitas regenerasi sel meningkat

selalu bertanya
mengenai penyakit

TUMOR ABDOMEN

yang dialaminya
Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Kurang terpapar informasi

Kurang pengetahuan

DS:
-

Klien mengatakan
nyeri pada abdomen
dengan skala nyeri 4

5.
-

Klien mengatakan
merasa mual

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,


kelebihan nutrisi khususnya lemak
dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat, Parasit, Genetic,
Infeksi, trauma, hipersensitivitas
terhadap obet-obatan.

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Metaplasia sel
Neoplasia sel
38

DO:
-

Klien terlihat lemah

Terlihat membrane
mukosa pucat

Klien menolak untuk


makan

Displasia sel
Diferensiasi sel-sel epitel
Perubahan struktur sel dan fungsi
sel-sel normal
Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Menekan gaster

Peningkatan produksi HCL

Mual, muntah

Ketidakseimbangan nutrisi
DS:
-

Klien mengatakan baru


mandi satu kali selama

6.

dirawat di RS

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,


kelebihan nutrisi khususnya lemak
dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat, Parasit, Genetic,
Infeksi, trauma, hipersensitivitas
terhadap obet-obatan.

Deficit
perawatan diri

DO:
-

Rambut klien tampak

Metaplasia sel

39

lengket, berbau, dan


berminyak
-

Neoplasia sel
Displasia sel

Klien tampak kesulitan


melakukan aktifitas
karena adanya luka insisi
pada daerah abdomen

Diferensiasi sel-sel epitel


Perubahan struktur sel dan fungsi
sel-sel normal
Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Luka insisi

Pelepasan mediator nyeri (histamine,


prostaglandin, bradikinin, serotonin,
dll)

Ditangkap reseptor nyeri perifer

Implus ke otak

40

Presepsi nyeri

Nyeri

Deficit perawatan diri

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
(agen cidera fisik)
2. Ketidakefektivan pola nafas b/d deformitas dinding dada
3. Resiko infeksi b/d luka post operasi (prosedur invasive)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan
muntah
5. Deficit perawatan diri b/d nyeri
6. Kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi

41

III.

PERENCANAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTAI DAN EVALUASI

No.

Tujuan

Intervensi

Rasional

Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan

1. Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat,

DX
1.

keperawatan

selama

3x24

laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

jam gangguan rasa nyaman

2. Monitor tanda-tanda vital

nyeri dapat teratasi dengan

3. Ajarkan tehnik relaksasi

Kriteria Hasil:

4. Ajarkan nafas dalam

5. Pertahankan istirahat dengan posisi semi

Sakala nyeri berkurang /

Pasien

mampu

melakukan relaksasi dan


distraksi

untuk

6. Berikan aktivitas hiburan

Mampu

2. deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan


pasien.
3. Untuk merelaksasi otot sehingga mengurangi rasa
nyeri.
4. Dengan nafas dalam dan batuk yang efektif dapat

7. kolaborasi tim dokter dalam pemberian

mengurangi tekanan darah pada abdomen yang dapat

analgetika.

menimbulkan rangsangan nyeri


5. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah

pengalihan rasa nyeri


-

nyeri.

powler.

nyeri hilang
-

kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik

dengan posisi terlentang.

berpartisipasi

6. meningkatkan relaksasi.

dalam aktifitas

7. Menghilangkan nyeri.
3.

Setelah dilakuakan intervensi

1. kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign

selama 3x24 jam tidak terjadi

2. Gunakan tehnik septik dan antiseptik.

1.

Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan


intervensi selanjutnya.

42

infeksi hasil :

3. Ganti verband.

- Luka menujukan

4. Berikan penyuluhan tentang cara

penyembuhan dengan baik


- perban pada daerah

pencegahan infeksi.

2.

kuman penyebab infeksi.


3.

5. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.

abdomen tidak basah

Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan

Verban yang basah dan kotor dapat menjadi tempat


berkembang biaknya kuman penyebab infeksi.

4.

- tidak terdapat tanda-tanda

Memberikan pengertian kepada klien agar dapat


mengetahui tentang perawatan luka.

infeksi

5.

Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab


infeksi.

5.

Setelah dilakukan asuhan

1. Mandi

keperawatan selama 1x24

2. Bantuan perawatan diri mandi/hygine

jam perawatan diri terpenuhi

3. Kolaborasi dengan keluarga untuk

atau teratasi dengan kriteria


hasil :

pemenuhan personal higine


4. Perawata rambut

- Klien menerima bantuan

1. Membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi,


kebersihan dan penyembuhan
2. Membantu pasien untuk memenuhi higine pribadi
3. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan
4. Adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih,
rapih dan menarik

atau perawatan total dari


perawat
- Mengungkapkan
verbal

kepuasan

secara
tentang

personal hygine

43

CATATAN PERKEMBANGAN

No waktu/tanggal No.Dx
1
Selasa
25, 1
November
2014

Implementasi
1. Mengkaji skala nyeri, lokasi, pada daerah
abdomen, karakteristik

paraf

Paraf
Evaluasi
S:klien mengatakan nyeri semakin berkurang,

terasa lebih nyaman setelah dikeramasi.

Hasil Evaluasi : skala nyeri 3, lokasi abdomen ,

O: Skala nyeri berkurang menjadi 3

karakteristik: seperiti ditusuk-tusuk

A: masalah teratasi sebagian

2. Memonior tanda-tanda vital


Hasil Evaluasi: 130/90 mmhg, suhu 36,5. N:
100 x/menit
3. Memberikan penkes untuk melakukan
distraksi dan nafas dalam

P: lanjutkan intervensi
I: 1. Mengkaji skala nyeri
Ef/ : skala nyeri 4, lokasi lengan kiri,
karakteristik: seperiti ditusuk-tusuk
2.Memonior tanda-tanda vital

4. Membantu klien untuk melakukan keramas

EF/:120/90 mmhg, suhu 36,5. N: 82 x/menit

5. Melakukan kolaborasi dengan tim dokter

3.melakukan distraksi dan nafas dalam

dengan memberikan obat sesuai dosis


6. Mengganti balutan

EF/: pemkes nfas dalam


4.Melakukan kolaborasi dengan tim dokter
EF/:memberikan obat sesuai dengan dosis
R: -

44

Rabu ,
3.
06 November
2014

1. Melakukan perawatan tirah baring post


operasi

S: klien mengatakan lebih terasa nyaman dari


hari-hari kemarin

Ef: : membantu klien perawatan tirah baring.

O: klien tampak lebih rileks dan nyaman

2. mengajarkan pada klien/ keluarga untuk

A: masalah teratasi sebagian

memperhatikan postur tubuh yg benar untuk

P : stop intervensi

menghindari kelelahan sesak, keram &


cedera post operasi.
Ef : keluarga klien mengatakan lebih memahami
apa yang harus dilakukan
3. Melakukan mobilisasi sendi pada klien
Ef : klien tampak lebih rileks
Ef : klien tampak terlihat melatih sendisendinya secara mandiri.
4. Melakukan pengaturan posisi nyaman pada
klien
Ef

: klien lebih terasa lebih nyaman dari

sebelumnya
5. Mengganti balutan
Ef : tidak terdapat rubor,kolor,dolor

45

3.

Kamis,
27
november
2014
22.00 wib

1. Melakukan kolaborasi dalam pemberian


obat analgetik
2. Pengaturan posisi

S: klien mengatakan nyeri berkurang


O: skala nyeri menjadi 2
A: masalah teratasi sebagian
P:lanjut intervensi

46

BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan pola aktivitas klien hanya mengikuti jadwal sesuai pesantren


yang ia tempati, klien hanya berolah raga dalam seminggu yaitu sebanyak 1 kali.
Klien juga jarang mengkonsumsi sayur mayur. Karna menurut klien sayuran
makanan yang tidak disukainya. Berdasarkan riwayat penyakit yang pernah
dialami Nn. H sebelumnya klien hanya mengeluh pada daerah ulu hati, dan setiap
kali diperiksakan ke dokter klien hanya di diagnose terkena gastristis. Biasanya
dalam 1 minggu klien hanya BAB 3-4 kali. Dari hasil wawancara dengan nenek
klien, sebelumnya anggota keluarga yang telah meninggal, mengalami penyakit
yang sama, yang dialami oleh Nn. H. Maka penyebab dari terjadinya penyakit
tumor abdomen berdasarkan etiologi yaitu gaya hidup yang kurang sehat, asupan
makanan kurang yang berserat serta faktor genetik.
Nn. H di diagnosa tumor abdomen setelah melakukan pemeriksaan usg
yang menunjukan adanya masa besar di daerah abdomen atas, di anterior aorta,
massa dengan echohetenogen (isodens, hipodens, hiperdens) massa yang di
temukan tidak ada hubungan dengan hepar, lien. Tampak cairan bebas di daerah
parametrium. Akibat adanya massa di daerah abdomen atas menyebabkan masa
feses menjadi keras, sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi pada daerah
saluran cerna. Dari hasil obstruksi yang terjadi, klien mengalami kesulitan dalam
berkonstipasi,

dan

menyebabkan

terjadinya

penumpukan

masa,

yang

mengakibatkan terjadinya distensi abdomen. Distensi abdomen yang terjadi


mengakibatkan terjadinya penekanan gaster dan dinding pernafasan.
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gastereksoni
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. klien
dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus
menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien
harus menjalani prosedur kuratif atau faliatif.
Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul pada tumor abdomen yaitu Pre
operasi ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, nyeri (akut)
berhubungan dengan adanya benjolan pada abdomen resiko tinggi terhadap diare

47

berhubungan dengan koping yang tidak adekuat kurang pengetahuan tentang


pengobata berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnose post operasi yaitu
dapat terjadinya resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan tindakan pembedahan, nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunuitas
jarinagn akibat tindakan operasi, resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka
opersi, gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, kerusakan integritas kuit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
Pada kasus Nn. H diagnosa yang muncul berdasarkan pengkajian adalah
sebagai berikut: 1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi (agen cidera fisik), 2. Resiko infeksi b/d luka post operasi (prosedur
invasive), 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual
dan muntah 4. Deficit perawatan diri b/d nyeri, Dari keempat diagnosa tersebut
tidak ada kesenjangan antara diagnosa yang didapatkan pada klien saat pengkajian
dengan teori yang telah dikemukan.
Dengan adanya masalah-masalah keperawatan tersebut maka intervensi
dan implementasi yang diberikan adalah berupa tindakan keperawatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi dan pada
pelaksanaannya hampir semua rencana yang telah disusun dilakukan dan telah
disesuaikan dengan prioritas masalah. Perawat juga tidak menemukan kendala
yang berarti dalam menjalankan implementasi karena klien kooperatif dan sudah
terbiasa dengan prosedur yang dilakukan.

48

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, menentuka
diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan
tentang asuhan Keperawatan Pada Nn H dengan Post Operasi tumor abdomen
Di Ruang Mawar RSUD Kab. Tangerang secara metode studi kasus, maka
dapat ditarik kesimpulan:
1. Hasil pengkajian pada Nn. H didapatkan klien mengatakan nyeri pada post
operasi, skala nyeri 5, luka tertutup pada abdomen, ADL klien dibantu.
2. Rumusan diagnose keperawatan didapatkan diagnose yaitu Nyeri akut b/d
terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
fisik), Resiko infeksi b/d

(agen cidera

luka post operasi (prosedur invasive),

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan


muntah, Deficit perawatan diri b/d nyeri
3. Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien sesuai pada
teori asuhan keperawatan pada tumor abdomen.
4. Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan post operasi tumor abdomen
sesuai dengan perencanaan tidakan asuhan keperawatan yang bertujuan
dengan criteria hasil
5. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan post operasi tumor abdomen,
pasien mengatakan nyeri berkurang, tanda-tanda infeksi, ADL klien
mandiri, kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

5.2 Saran
5.2.1 Penulis
Mampu meningkatkan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas,
memberikan pelayanan keperawatan yang memperhatikan isu dan etika
yang sedang berkembang dengan modifikasi tindakan keperawatan tanpa
meninggalkan konsep dan etika keperawatan.

49

5.2.2 Rumah sakit


Bagi

institusi

pelayanan

kesehatan,

memberikan

pelayanan

dan

mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan dan
pasien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal.

5.2.3 Profesi keperawatan


Meningkatkan pengetahuan yang selanjutnya mampu dikembangkan untuk
memberikan pelayanan pada pasien dengan vesikolithiasis yang lebih
berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tanpa meninggalkan kaidah dalam konsep keperawatan

50

Daftar pustaka

Shibuya K, Mathers CD, Boschi-Pinto C, Lopez AD, Murray CJL. 2003. Global
and regional estimates of cancer mortality and incidence by site: II. Results
for

the

global

burden

of

disease

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC183848/

2000.

diunduh

pada

tanggal 23 Desember 2014


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Survei Kesehatan Nasional,
Laporan Studi Mortalitas 2001. Jakarta. http://www.depkes.go.id diunduh
pada tanggal 20 Desember 2014

Balitbangkes Depkes RI. 2005. Surveillance of Major Non Communicable


Disease in South East Asian Region, Report of an Inter-Country
Consultation. http://www.depkes.go.id diunduh pada tanggal 25 Desember
2014

Oemiati Ratih , Ekowati Rahajeng , Antonius Yudi Kristanto. 2011. Prevalensi


Tumor Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya Di Indonesia Vol. 39,
No.4.

Bul.

Peneliti.

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/56 diunduh
pada tanggal 22 Desember 2014
WHO,

2005.

Preventing

Chronic

Disease

Vital

Investment.

http://www.who.int/chp/chronic_disease_report/en/ diakses pada tanggal 20


Desember 2014
Bonita R, de Courten, Dwyer T, dan Leowski, J. 2001.Surveillance of Risk
Factors

for

Non

Communicable

www.who.int/.../summaryfinal_rev1_english.pdf

Disease,

diunduh

pada

WHO,
tanggal

24

desember 2014

Weisburger JH. 2002.Lifestyle, Health and disease prevention.: The underlying


mechanisms.

Eur

Cancer

Prev

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12570328 diunduh pada tanggal 20


Desember 2014

51

Kritchevsky,

D.

2003.

Diet

and

cancer.

Nutrition.

http://jn.nutrition.org/content/137/6/1353.long diunduh pada tanggal 20


Desember 2014
Key TJ, Schatzkin A, Willett WC, Allen NE, Spencer EA, Travis RC. 2004. Diet,
nutrition and the prevention of cancer. Public Health Nutrition.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14972060 diunduh pada tanggal 23
Desember 2014
Eichholzer-M. 1997.The Significance of Nutrition in Primary Prevention Cancer.
Ther-Umsch. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9381416 diunduh pada
tanggal 20 Desember 2014
Alberty, G. 2001.Non Communicable Disease: Tomorrow's Pandemic. Bulletin
WHO www.who.int/bulletin/archives/79(10)907.pdf

diunduh pada tanggal 23

Desember 2014

Ray, A. 2005.Cancer Prevention Role of Selected Dietary Factors. Indian J


Cancer (serial on line) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15805687
diunduh pada tanggal 22 Desember 2014
Sinagra D, Amato C, Scarpilta AM, Brigandi M, Amatori, Saura G, Latteri MA,
and Caimi G. 2002. Metabolic Syndrome and Breast Cancer, European Rev
Med Pharmacol. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12708611 diunduh pada tanggal
20 Desember 2014

Adebamowo CA, Ajayi, Adebamowo CA, and Ajayi. 2000. Breast cancer in
Nigeria.

West

African

Journal

of

Medicine.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11126081 diunduh pada tanggal 15


Desember 2014
Davis, JL. 2005. Mental Health Linked to Cancer. Cancer Epidemiology of
Biomarker

Prevention,

,vol12;

1523-1527.

http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression-andcancer/index.shtml diunduh pada tanggal 24 Desember 2014

52

Anda mungkin juga menyukai