Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MUMPS

Dosen Pembimbing :

Adin Muafiroh, SST., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Anisa Wahyu Silvianti (P27820119056)

2. Athaya Shafa Isnaeldha (P27820119057)

3. Eka Viola Vernanda (P27820119067)

4. Enita Dyah Pertiwi (P27820119068)

5. Farah Hanafiyah (P27820119070)

6. Lia Munawwaroh (P27820119076)

7. Shofia Widya Safitri (P27820119091)

8. Siti Nur Aini (P27820119093)

Tingkat 2 Reguler B
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Mumps”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap


pembaca.

Surabaya, 12 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................

1.3 Tujuan......................................................................................................

BAB II LAPORAN PEDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


TEORI...........................................................................................................

2.1 Laporan Pendahuluan..............................................................................

2.2 Asuhan Keperawatan Teori.....................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

3.1 Kesimpulan..............................................................................................

3.2 Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya


merupakaninfeksi asimptomatik. infeksi asimptomatik. Infeksi ini Infeksi ini
disebabkan oleh disebabkan oleh virus RNA virus RNA untai tun untai
tunggalnegative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000
nukleotida termasuk dalam genus Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae
dan familyParamyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan
kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin.
Sekarang penyakitini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga
menimbulkan epidemi secaraumum. Pada umumnya parotitis epidemika
dianggap kurang menular jikadibanding dengan morbili atau varicela, karena
banyak infeksi parotitis epidemikacenderung tidak jelas secara klinis (Warta
medika,2009).

Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan


komplikasiwalaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat
berupa:Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis,
orchitis, mastitis,dan ketulian.Insidensi parototis epidemika dengan ketulian
adalah 1 : 15.000. Meningitisyang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi
atau komplikasi dari parotitisMeningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus.
Sekitar 10% dari kasus inipenderitanya  penderitanya berumur berumur
kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata rata-tata kematian kematian
akibatparotitis  parotitis Meningoencephalitis Meningoencephalitis adalah 2%.
Kelainan Kelainan pada mata akibat komplikasi komplikasiparotitis  parotitis
dapat berupa neutitis neutitis opticus, opticus, dacryoadenitis, dacryoadenitis,
uveokeratitis, uveokeratitis, scleritis scleritis dantrombosis vena central retina.
Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemikabiasanya  biasanya
unilateral, unilateral, namun dapat pula bilateral. bilateral. Gangguan-
gangguan ini seringkali seringkali bersifat bersifatpermanen.

1
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan
berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian.
Maka erjadinya kematian. Maka disebabkan hal tersebut, melalui makalah ini
kami memberikan solusi dapat memberikan pengetahuan dan tata cara
pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian penyakit tersebut
dapat menurun dan bermanfaat pula bagi perawatyakni mampu melaksanakan
asuhan keperawatan atas pasien dengan Parotitis dengan tepat dan benar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada anak dengan


mumps ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan secara teori pada anak dengan mumps ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada anak


dengan mumps ?
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teori pada anak dengan
mumps ?

2
BAB II

LAPORAN PEDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

2.1 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak dengan Mumps

a. Definisi Mumps (Gondongan)


Gondongan adalah pembengkakan ringan pada kelenjar pipi yang
di sebabkan oleh virus paramiksovirus. Penyakit gondongan sebagian
menyerang anak usia 2-12 tahun, sementara bayi berumur 6-8 bulan tidak
terjangkiti penyakit gondongan karena masih memiliki antibody (daya
tahan tubuh) yang di alirkan dari ibunya sewaktu masih dalam kandungan.
Berdasarkan kategori umur, gondongan paling sering menyerang
kelompok umur 5-9 tahun, di ikuti umur 1-4 tahun, dan umur 10-14 tahun.

b. Etiologi
Penyebab gondongan adalah virus Paramiksovirus RNA (mumps),
yang bersifat sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet. Adapun
mereka yang menggunakan atau yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu
untuk menekan hormone kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat
iodium dalam tubuh.
c. Manifestasi Klinis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramixovirus mengalami
keluhan, bahkan sekitar 30% - 40% penderita tidak menunjukkan tanda-
tanda sakit, tetapi mereka dapat menjadi sumber penularan bagi orang
lain. Perjalanan penyakit di mulai dengan demam, sakit kepala, anoreksia
(tidak memiliki nafsu makan), lesu, dan pipi membengkak. Biasanya,
demam menghilang 1-6 hari dan suhu menjadi normal sebelum hilangnya
pembengkakan kelenjar.

d. Patofisiologi
Virus gondongan di tularkan melalui kontak langsung, percikan ludah,
bahan muntah, alat-alat makan dan minum yang di pakai bersama. Virus
masuk tubuh melalui hidung/mulut, lalu berkembang di kelenjar ludah atau

3
saluran pernafasan atas, kemudian masuk keperedaran darah dan selanjutnya
virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf dan yang paling terkena ialah kelenjar
ludah parotis.Penderita dapat menularkan penyakitnya sejak kira-kira 7 hari
sebelum timbulnya gejala penyakit sampai kurang lebih 9 hari sesudahnya.

e. Penatalaksanaan
Gondongan tidak memerlukan pengobatan yang spesifik. Penyakit
ini akan sembuh dengan sendirinya setelah 3-4 hari. Pengobatan di tujukan
untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita
panas dan kelenjar (parotis) membengkak.Keluhan demam dapat di
kurangi dengan memberikan paracetamol. Pada penderita yang mengalami
pembengkakan testis sebaiknya penderita menjalani istirahat baring di
tempat tidut. Rasa nyeri dapat di kurangi dengan melakukan kompres es
pada area testis (buah zakar) yang membengkak tersebut.

2.2 Asuhan Keperawatan Teori Pada Anak dengan Mumps

A. Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan meliputi :

1. Identitas
Dalam identitas terdapat : nama , umur, jenis kelamin, suku atau
budaya, agama, pekerjaan, pendidikan, dan alamat.
2. Keluhan Utama
1. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien dengan mumps yaitu demam,
nyeri dibawah telinga, bengkak, dan sulit menelan.
2. Upaya Yang telah Dilakukan
Tanyakan pada keluarga pasien apakah ada upaya yang telah
dilakukan untuk meringankan kondisi pasien.
3. Terapi atau Operasi Yang Dilakukan
Terapi/operasi yang pernah dilakukan klien sebelum masuk rumah
sakit.

4
3. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya
pernafasan karena penekanan trakhea esophagus sehingga perlu
dilakukan operasi.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan
gejala yang sama, tanyakan apakah punya riwayat penyakit menular,
tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps,
Measles, Rubela).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
Biasanya semua anggota keluarga sudah pernah mengalami gejala
yang sama dan kemungkinan tertular.
4. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Riwayat kesehatan di lingkungan tempat tinggal klien atau tidak.
Jika di lingkungan klien ada yang mengalami sakit seperti klien
mungkin klien terkena bisa saja tertular.
4. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pola tentang bagaiman perubahan klien dalam menerapkan tata
laksana hidup sehat ketika di rumah dan rumah sakit. Biasanya
sensori dan motorik klien akan menurun, adanya perubahan persepsi
dan sensori.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Apakah kebutuhan nutrisi klien terpenuhi atau tidak baik berupa
makanan dan minuman.
3. Pola eliminasi
Pola eliminasi klien seperti BAB/BAK teratur atau tidak, klien
mengakami kesulitan/ada hambatan atau tidak.
4. Pola aktivitas sehari-hari

5
Adanya penurunan aktivitas sehari-harinya akibat adanya lemah,
letih dan dispneu.
5. Pola istirahat dan tidur
Kaji istirahat dan tidur pasien apakah terganggu akibat penyakit
yang di derita, misal adanya dispneu apakah pasien sering terbangun
dari tidur.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Biasanya pasien terlihat kecemasan dan gelisah
7. Pola hubungan
Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau menarik
diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan serta
terganggu penampilan diri akibat bengkak.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan dan pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
Kemampuan klien mengenali identitas dirinya, gambaran diri, ideal
diri, harga diri, dan peran diri.
9. Pola reproduksi seksual
Perubahan pola menstruasi, menomhogi, impoten yang dialami
klien.
10. Pola penanggulangan stres
Pola tentang apa yang dilakukan klien ketika menghadapi masalah.
Klien berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahanan tubuh
yang sangat rendah. Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya
cemas, penarikan diri, bingung, takut, tidak percaya diri dan
perubahan suasana hati.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kemampuan klien melakukan ibdah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
5. Pemeriksaan Fisik
Ukur TTV (Suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, dan kesadaran)
6. Pemeriksaan Penunjang

6
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakkan kelenjar
dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit
gondongan sehingga eragukan diagnosa. Dokter akan memberikan
order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti
1. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarnya seperti infeksi virus lain, biasanya
leukopenia ringan dengan limfositosis relatif.
2. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pebengkakan parotis dan kemudian kembali nornal dalam kurang
lebih 2 minggu.
3. Pemeriksaan serologis (serum darah)
Sekurang-kurangnya ada 3 uji serum (serologic) untuk
membuktikan spesifikasi mumps antibodies : Complement fixation
antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus
neutralizing antibodies (NT).
7. Terapi
Tidak ada terapi antivirus yang spesifik pada mumps karena
merupakan penyakit self limited. Penatalaksanaannya ditujukan untuk
mengurangi nyeri dengan memberikan paracetamol atau ibuprofen, dan
menjaga hidrasi tetap adekuat dengan rehidrasi. Antipiretik dapat
diberikan bila terdapat demam.
Vaksinasi MMR (Measles Mumps Rubela) merupakan usaha untuk
mencegah terjadi paroritis akibat infeksi mumps. Vaksin MMR berisi
virus hidup dan diberikan pada anak usia 12-15 bulan dosis pertama dan
4-6 tahun untuk dosis keda. MMR tidak diberikan kepada anak dibawah
12 tahun karena dapat terjadi serokonversi dengan antibodi maternal

B. Analisa Data

Analisa data berisi data subjektif dan objektif yang ditemukan pada
klien setelah pengolahan data akan muncul suatu masalah.

C. Diagnosa Keperawatan

7
1. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai
normal
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d otot menelan
lemah

D. Intervensi Keperawatan

1. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai
normal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh membaik
2. Mengigil menurun

Intervensi :

1. Monitor suhu tubuh


Rasional :
2. Monitor kadar elektrolit
Rasional :
3. Lakukan pendinginan eksternal
Rasional :
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d otot
menelan lemah
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional menurun.
Kriteria Hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Nafsu makan membaik

Intervensi :

1. Identidikasi status nutrisi

8
Rasional :
2. Monitor asupan makanan
Rasional :
3. Monitor berat badan
Rasional :
4. Kolanorasi pemberian medikasi sebelum makan (misal pereda
nyeri)
Rasional :

E. Implementasi keperawatan

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien mendpatkan status kesehatan yang lebih baik sesuai
dengan kriteria hasil yang didapatkan.

F. Evaluasi Keperawatan

Merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentenag


kesehatan klien dengan kriteria hasil. Evaluasi hasil meliputi ; masalah
belum teratasi, masalah teratasi sebagian, dan masalah teratasi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Parotitis (Mumps) adalah adanya pembesaran pada kelenjar ludah yang


disebabkan oleh paramyxovirus. Paling sering terjadi pada usia 2-12 tahun,
akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa. Mumps
ini biasanay terjadi diawali dengan berefkasinya paramyxovirus melalui
saluran pernafasan kemudian menyebar melalui aliran darah. Tanda dan
gejalanya diantara lain demam, pembengkakan kelenjar parotis unilateral
ataupun bilateral, nyeri pada saat menelan makanan atau minuman yang asam,
kemerahan pada daerah yang bengkak.pencegahan dapat dilakukan dengan
pemberian imunisasi MMR pada usia 15 bulan. Pengobatan dapat diberikan
obat antianalgetik dan antipiretik.

3.2 Saran

Tenaga kesehatan harus lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang


bisa menimbulkan komplikasi penyakit lain, karena banyak yang ditimbulkan
oleh peradangan kelenjar saliva ini sehingga tenaga kesehatan harus sedini
mungkin melakukan penangan lebih awal dengan berbagai tes laboratorium,
disusul pada pemberian antibiotik. Pencegahan penyakit mumps akan lebih
baik dicegah sedini mungkin dengan pemberian vaksinasi gondongan yang
merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa anak-anak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aini, S. 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang


Imunisasi MMR

(Mumps, Measles, Rubella) di Lingkungan IX dan X Kelurahan Tegal Sari


Mandala III Kecamatan Medan Denai. Akademi Kebidanan Nusantara
2000:Medan.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP


PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa. Edisi 1. Jakarta : DPP


PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edoso 1. Jakarta : DPP


PPNI.

11

Anda mungkin juga menyukai