Anda di halaman 1dari 15

Nama : Faikar Shafwan Hanafi

NPM : 270110200069
Kelas : B
Judul : Mineralogi dan ruang lingkupnya

Pendahuluan
Mineralogi adalah satu diantara banyak cabang ilmu geologi yang mempelajari
mineral, kimia, fisika, serta cara mengetahui sifat-sifat mineral juga system kristalnya dengan
sistematis. Mineral sendiri terbuat dari padatan yang akibat proses alam secara geofisika
maupun geokimia yang terdapat di dalam bumi ataupun luar bumi, atau dapat kita sebut
extraterrenstrial (Strunz dan Nickel 2001)

Berdasarkan definisi tersebut, mineral dibagi lagi menjadi padatan yang lebih kecil
tetapi memiliki unsur fisika dan kimia yang sama karena mineral tersusun oleh struktur atom
yang teratur pada tiap kisi kristal. Suatu padatan dapat disebut mineral apabila memenuhi
lima kriteria yaitu :

1. Padatan
2. Terbentuk secara natural
3. Anorganik
4. Struktur atom yang teratur
5. Memiliki rumus kimia tertentu

Jika kelima syarat tersebut terdapat dalam suatu padatan, maka dapat disebut mineral.
Namun, jika hanya memenuhi empat atau lebih sedikit, padatan tersebut disebut amorf atau
mineraloid. Secara umum mineral dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Perbedaan
keduanya dapat dilihat pada table berikut :

Primer Sekunder
Definisi Mineral yang terbentuk dari Mineral yang terbentuk dari
batuan asli yang mengalami mineral primer yang
kristalisasi mengalami perubahan
Bentuk Terbentuk dari magma yang Lebih besar dari ukuran rata-
mengalami kristalisasi rata
Tempat Terbentuk Terjadi di tanah namun Terbentuk dan ditemukan di
bukan terbentuk di tanah dalam tanah
Contoh Quartz, feldspar, muscovite, Clay, gypsum, alunite
granite, etc.

Sementara itu, untuk mineral non-kristal dibedakan menjadi dua, yaitu :

Metamik Amorf
 Dianggap sebagai pseudomorph  Termasuk gelas yang terbentuk saat
non-kristal dari kristal asli. pendinginan sangat cepat.
 Bersifat tidak membiaskan cahaya.  Termasuk gel yang terbentuk bila
 Tidak ada belahan, tampak seperti larutan koloid memadat. Contoh
pecahan konkoidal. opal.
 Bersifat radioaktif karena  Larutan koloid berupa silikat
mengandung U dan/atau Th. alumunium hidrat, besi hidrat,
 Berasal dari mineral yang struktur mangan hidrat, oksida alumunium
kristalnya hancur karena radioaktif. hidrat.
 Umumnya berupa senyawa asam  Biasanya memiliki bentuk botryoidal
lemah atau basa lemah. dan fibrous.

Pembahasan

 Klasifikasi Mineral

Berdasarkan susunan kimia dan struktur kristalnya, mineral dapat dibagi menjadi 8 kelas,
yaitu:

I. Elemen Nativ
II. Sulfida
III. Oksida dan hidroksida
IV. Halida
V. Karbonat, nitrat, borat, dan iodat
VI. Sulfat, khromat, molibdat, tungstate
VII. Fosfat, arsenat, vanadate
VIII. Silikat
1. Elemen Nativ

Golongan Metal (berikatan atom metal, Golongan Semi-metal dan Non-metal


bersifat malleable) (berikatan kovalen, bersifat brittle)
 Emas : Emas (Au), Perak (Ag) dan  Arsenik : arsen (As), antimon
tembaga (Cu) (Sb), besi-nikel (Ni, Fe)
 Platina : Platina (Pt), Paladium  Sulfur (S)
(Pd), dan Platiniridium (Pt)  Karbon : intan(C), grafit (C)

Contoh:

Grafit dan Intan


2. Sulfida
Kelas Sulfida sebagian besar bersifat metal.  Terdapat mineral-mineral yang dikenal
sebagai garamsulfo / sulfosalt.

Rumus umum : AMXP Garamsulfo


Rumus umum : AMBNXP
 A ialah atom-atom metal berukuran  A adalah Ag, Cu, atau Pb
kecil, dapat satu atau lebih.
 B adalah As, Sb, Bi, atau Sn
 X adalah atom berukuran besar
(yaitu S), atau sedikit lebih kecil  X adalah S
seperti As, Sb, Bi, Se, atau Te.

3. Oksida dan Hdroksida

 Mempunyai senyawa yang terdiri atas kombinasi antara kation metal, yang dapat satu
atau lebih, dan oksigen.
 Dalam beberapa kasus, hidrogen merupakan kation dan muncul sebagai hidroksil atau
sebagai air hidrasi.
 Ikatan ionnya bertipe isodesmik.
 Oksida => A2X, AX, AB2X4, A2X3, dan AX2.
 Hidroksida => Brusit, Kelompok lepidokrosit, Kelompok gutit (goethite), dan Gibsit.
Oksida Hidroksida

Periclase (MGO)

Brucite (MG(OH)2)

4. Halida

 Terdiri dari mineral-mineral yang mengandung elemen-elemen halogen,


yaitu : F, Cl, Br, dan I, yang bertindak se-bagai anion.
 Mempunyai struktur yang bersifat isodesmik (halit), maupun anisodesmik
(kriolit).
 Beberapa mineral mengandung air kristalisasi.
 Ada juga yang berupa oksihalida atau hidroksihalida.
 Beberapa mineral penting adalah : Halit (NaCl), Silvit (KCl), Seargirit atau
khlorargirit (AgCl), Fluorit (CaF2), Kriolit (Na3AlF6), Karnalit
(KMgCl3.6H2O).
Istilah dalam mineral halida :

 Elemen Halogen = elemen yang bila bereaksi dengan logam akan menghasilkan
garam.
 Isodesmik = ikatan kristalnya punya elektrostatik valency yang sama.
 Anisodesmik = anion lebih kuat dibanding kation.

Contoh mineral halida :

5. Karbonat, Nitrat, dan Borat

 Karbonat : Kalsit, Dolomit, Aragonit. 2 tambahan yaitu Malakhit dan Azurit.


 Golongan nitrat dan borat terdiri dari:
 Niter-soda atau nitratit (NaNO3)
 Niter (saltpeter, KNO3)
 Kernit (Na2B4O7.4H2O)
 Borax [Na2B4O5(OH)4.8H2O]
 Kolemanit [CaB3O4(OH)3.H2O]
 Ulexit [NaCaB5O6(OH)6.5H2O]
6. Sulfat, Khromat, Molibdat, dan Tungstat
 Golongan sulfat
 Sulfat anhidrat > Tipe AXO4 : Barit (BaSO4), selestit (SrSO4), anglesit
(PbSO4), anhidrit (CaSO4)
 Sulfat hidrat > Tipe AXO4.xH2O : Gipsum (CaSO4.2H2O), khalkantit
(CuSO4.5H2O),
 Sulfat anhidrat mengandung hidroksil
 Tipe Am(XO4)pZq> brokhantit [Cu4(SO4)(OH)6], antlerit [Cu3(SO4)(OH)4]
 Tipe A2(XO4)Zq > Kelompok alunit : alunit [KAl3(SO4)2(OH)6] dan jarosit
[KFe3(SO4)2(OH)6].

7. Fosfat, Arsenat dan Vanadat

Sebagian besar berupa oxysalt dengan kelompok anion bertipe (XO4)–n ; X adalah
P, As, atau V, dan n = 3.

 Golongan sulfat
 Sulfat anhidrat > Tipe AXO4 : Barit (BaSO4), selestit (SrSO4), anglesit (PbSO4),
anhidrit (CaSO4)
 Sulfat hidrat > Tipe AXO4.xH2O : Gipsum (CaSO4.2H2O), khalkantit
(CuSO4.5H2O),
 Sulfat anhidrat mengandung hidroksil
 Tipe Am(XO4)pZq> brokhantit [Cu4(SO4)(OH)6], antlerit [Cu3(SO4)(OH)4]
 Tipe A2(XO4)Zq > Kelompok alunit : alunit [KAl3(SO4)2(OH)6] dan jarosit
[KFe3(SO4)2(OH)6].

8. Silikat

Mineral yang paling banyak jumlahnya, kira-kira sepertiga dari jumlah semua mineral..
Dalam kerak bumi, terdapat ± 95% mineral silikat; dari jumlah itu, feldspar ada 60%, kuarsa
12%, dan sisanya mineral silikat yang lain.
Ada beberapa tipe silikat yang dibedakan berdasarkan macam hubungan antara satu
tetrahedra Si-O dan yang lainnya, sehingga silikat-silikat dapat diklasifikasi menjadi 6
kelompok :

a. Kelompok tetrahedra tunggal.


b. Kelompok tetrahedra ganda.
c. Kelompok struktur cincin/lingkaran.
d. Kelompok struktur rantai.
e. Kelompok struktur lembar.
f. Kelompok jaringan tiga-dimensi.
Sifat Fisik Mineral
Sifat fisik mineral merupakan sifat penting dalam memahami karakteristik dari suatu
mineral. Sifat mineral terbagi menjadi dua, yaitu sifat fisik dan sifat optik. Perbedaan dari
kedua sifat itu adalah dilihat dari pengamatannya. Untuk sifat fisik pengamatannya dilihat
secara makroskopis, sedangkan sifat optik pengamatannya dilihat secara mikroskopis. Sifat
fisik dibagi menjadi beberapa faktor penentu kristal seperti bentuk, warna, goresan (streak),
kilap (lustre), luminesensi, transparansi, kekerasan, belahan&pecahan, berat jenis, sifat
lainnya.
1. Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut
mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf
(Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

a. Bangun kubus : galena, pirit.


b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole.
c. Bangun doecahedon : garnet
Mineral amorf misalnya : chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering mengalami
gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi
sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri
sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral
dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:

 Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya
dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan
mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut
mempunyai sakaroidal.
 Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut
begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur
berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-
jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
 Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-
individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran
dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
 Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain.
Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.

2. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak
dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari
satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai
contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna.
Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:

1. Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O),


Milky K Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
2. Kuning : Belerang (S)
3. Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
4. Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu C
O CUCO3Cu(OH)2)
5. Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
6. Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
7. Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
8. Abu-abu : Galena (PbS)
9. Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

3. Goresan (Streak)

Warna gores/cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
diperoleh dari penggoresan mineral pada bagian kasar suatu keping porselin (streak
plate) atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat dari warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna
cerat yang timbul dapat menjadi salah satu penunjuk yang baik.

• Mineral transparan dan semi-opak (transluscent) mempunyai goresan berwarna


putih. Contoh: kuarsa dan kalsit (warna gores putih).

• Mineral berwarna gelap dengan kilap non-logam memberikan warna gores yang
lebih terang dibanding warna mineralnya. Contoh: limonite (warna gores cokelat).

• Mineral berwarna gelap yang mempunyai kilap logam kadang-kadang memberikan


warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya. Contoh: galena (warna gores
abu-abu kehitaman).
4. Kilap (lustre)

Warna gores/cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
diperoleh dari penggoresan mineral pada bagian kasar suatu keping porselin (streak plate)
atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat dari warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat
sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat yang timbul dapat menjadi
salah satu penunjuk yang baik.

• Mineral transparan dan semi-opak (transluscent) mempunyai goresan berwarna


putih. Contoh: kuarsa dan kalsit (warna gores putih).

• Mineral berwarna gelap dengan kilap non-logam memberikan warna gores yang lebih
terang dibanding warna mineralnya. Contoh: limonite (warna gores cokelat).

• Mineral berwarna gelap yang mempunyai kilap logam kadang-kadang memberikan warna
gores yang lebih gelap dari warna mineralnya. Contoh: galena (warna gores abu-abu
kehitaman).

Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

 Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.


 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada
mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan
limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam
menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap
mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena
batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).
5. Kekerasan

Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral
dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard.
Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan
mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat
oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10
skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

SKALA KEKERASAN MOHS

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talc H2Mg3 (SiO3)4

2 Gypsum CaSO4. 2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2

6 Orthoklase K Al Si3 O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO3O8

9 Corundum Al2O3

10 Diamond C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan dari
alat penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs

Kuku manusia 2,5

Kawat Tembaga 3

Paku 5,5

Pecahan Kaca 5,5 – 6

Pisau Baja 5,5 – 6

Kikir Baja 6,5 – 7

Kuarsa 7

6. Berat Jenis
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum
untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu,
misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air,
misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal
dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

7. Belahan
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang
oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi
bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai
istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat
atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila
terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang
tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan
teratur (Danisworo, 1994).

8. Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur
apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat
permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus
dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar
ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

 Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan,


seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
 Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit,
hipersten
 Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh
pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
 Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar,
contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
 Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

Anda mungkin juga menyukai