Anda di halaman 1dari 2

2.

Epidemiologi
Epilepsi merupakan salah satu gangguan saraf serius yang paling umum
terjadi yang mempengaruhi sekitar 65 juta orang di seluruh dunia. Ia
mempengaruhi 1% penduduk pada usia 20 tahun dan 3% penduduk pada usia 75
tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan, tetapi secara
menyeluruh selisihnya cukup kecil. Di negara maju, epilepsi paling umum bermula
pada orang muda atau orang lansia. Di negara berkembang, awal epilepsi lebih
umum terjadi pada anak-anak yang berusia lebih tua dan pada orang dewasa muda
karena lebih tingginya angka trauma dan penyakit menular. Di negara maju,
jumlah kasus per tahun telah mengalami penurunan pada anak-anak dan
peningkatan pada orang lansia antara tahun 1970-an dan 2003. Hal ini sebagian
disumbang oleh kesintasan pasca-stroke yang lebih baik pada orang lansia
(Maryanti, N.C.W., 2016).
Serangan kejang berulang sering dijumpai pada penakit epilepsi. Data WHO
tahun 2012 menunjukkan bahwa penyakit epilepsi diderita oleh 50 juta penduduk
dunia, dimana 80% nya tinggal di negara berkembang. Jumlah total kasus epilepsi
pada kebanyakan negara didunia dalah 4 sampai 10 per 1000 penduduk. Di negara
maju, jumlah kasus baru per tahun antara 24-53 kasus per 100.000 penduduk,
sedangkan berkembang, jumlah kasus baru per tahun antara 49-190 kasus per
100.000 penduduk, dan proporsinya 6-10 per 1000 penduduk. Biasanya, 70%
pasien yang menjalani pengobatan dengan baim dapat terbebas dari epilepsinya
setelah 5 tahun. Pada penelitian terhadap anak kembar, frekuensi terjadinya
serangan bersamaan adalah 84,5% pada kembar satu telur dan 15,9% pada kembar
berlainan telur. Serangan dapat timbul akibat trauma kepala, 30-50% penderita
kerusakan kranium atau struktur intrakranial mungkinmengalami kejang dalam 2
tahun pertama. Cedera kepala juga dapat menjadi pemicu terjadinya kejang,
dilaporkan pada 92% negara dari 160 negara dalam penelitian WHO tahun 2005
(Satyanegara, 2014).
Infeksi susunan saraf pusat (abses, encephalitis, meningitis bakterial) faktor
resiko antenatal maupun perinatal, dan gangguan cerebrovaskular juga dilaporkan
sebagai penyebab kejang, yaitu sebesar 60,4%; 57,7%; dan 55% dari negara
responden tersebut. Sedangkan yang tidak diketahui penyebabnya 54,4% lebih
tinggi dibandingkan tumor otak yang porsinya sekitar 40%. Pada penderita tumor
otak, 10% serangan terjadi pada usia sekitar 20 tahun meningkat menjadi 15%
pada pasien berumur 50 tahun. Pada penderita penyakit pembuluh darah otak
berusia >50 tahun, 4% kasus penyumbatan pembuluh darah otak mengalami
serangan, dan untuk kelompok pendarahan otak frekuensinya kira-kira 10%. Pada
penelitian WHO tahun 2005 penyebab kejang lain seperti kelainan bawaan
kongenital, infeksi parasit, sklerosis hipokampus, dan kejang demam dilaporkan
sebanyak 27,5%; 22,1%; dan 7,4% dari seluruh negara di dunia (Satyanegara,
2014).

Sumber:
Maryanti, N.C.W., 2016. Epilepsi dan budaya. Buletin Psikologi, 24(1), pp.23-32.
Satyanegara .2014. Ilmu Bedah Syaraf . Edisi V . Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai