Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian noise pada Computed Tommography Scanning


Noise adalah fluktuasi nilai CT Number pada jaringan atau materi yang
homogen (Bushong, 2000). Noise dapat diuraikan dengan standar deviasi (σ) dari
nilai matrik citra (piksel). Pada sebuah pesawat CT-Scan jika ada satu gambar
dengan material yang homogen (misal : air) dan tampak CT number pada daerah
tersebut, akan ditemukan bahwa CT number tidak akan bernilai sama tetapi
bervariasi di sekitar nilai rata-rata atau nilai mean. Variasi CT number di atas atau
di bawah nilai rata-rata disebut dengan noise. Jika semua nilai piksel adalah sama,
noise akan bernilai nol. Variasi yang terlalu besar pada nilai piksel akan
menghasilkan noise tinggi.
Bilangan CT (CT number) yaitu bilangan atau angka yang digunakan
untuk menetapkan relative koefisien penyerapan untuk setiap pixel jaringan di
dalam bayangan dibanding dengan koefisien penyerapan air seperti pada tabel
berikut:

Tabel 2.1. Nilai CT pada jaringan yang berbeda (Bontranger, 2001)

Jenis Jaringan Nilai CT (HU) Densitas


Tulang +1000 Putih
Otot +50 Abu-Abu
Materi putih +45 Abu-Abu Merah
Materi Abu-Abu +40 Abu-Abu
Darah +20 Abu-Abu
CSF +15 Abu-Abu
Air 0 Abu-Abu
Lemak -100 Abu-Abu
Paru-Paru -200 Abu-Abu
Udara -1000 Hitam

4
5

Nilai-nilai CT Number tersebut akan ditampilkan pada layar monitor


dengan cara mengkonversikannya ke dalam skala dari hitam ke putih (gray scale).
CT Number yang tinggi seperti tulang akan ditampilkan radio opaque (putih) dan
CT Number yang rendah seperti lemak dan udara akan ditampilkan radio lucent
(hitam). Karena untuk jaringan lunak memiliki range tertentu yang kemudian
masih dibagi-bagi lagi menjadi beberapa jaringan, maka khusus untuk jaringan
lunak ini dipakai teknik degradasi warna dari hitam ke putih sesuai skala tingkat
terang gelap agar jaringan-jaringan lunak dengan skala range kecil dapat
ditampilkan dalam warna yang berbeda satu dan lainnya. Tampilan gambar dapat
diubah-ubah dengan memberikan window width yaitu nilai CT yang dikonversi
menjadi gray scale untuk ditampilkan ke TV monitor dan window level yaitu nilai
tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar yang berbeda-
beda. Dengan teknik windowing ini maka jangkauan bilangan CT yang kecil
dapat ditampilkan dalam jangkauan skala tingkat terang-gela yang besar
memudahkan untuk mendeteksi perubahan bilangan CT yang sangat kecil. Nilai
bilangan CT memiliki jangkauan dari -1024 HU sampai dengan +3071 HU atau
setara dengan 4096 tingkat terang-gelap tidak akan dapat dievaluasi atau
dibedakan dalam sebuah tampilan tunggal, baik dalam monitor TV maupun dalam
film dokumentasi. Mata manusia umumnya hanya dapat membedakan tingkat
terang-gelap antara 60 sampai dengan 80 tingkat saja. Oleh karena itu maka
diterapkan teknik windowing dalam menampilkan gambar CT, dimana jangkauan
bilangan CT tertentu saja yang akan ditampilkan dalam tingkat terang-gelap. Nilai
di atas batas atas window yang dipilih akan ditampilkan putih dan nilai bilangan
CT di bawah batas bawah window akan ditampilkan hitam.

2.2 Kualitas Citra Computed Tommography Scanning


Citra (image) adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu
obyek atau benda. Citra dikelompokkan menjadi dua yaitu citra tampak dan citra
tak tampak. Citra tampak misalnya foto, lukisan dan apa yang nampak di monitor
atau televisi. Sedangakn citra tak tampak misalnya gambar atau file (citra digital).
Untuk dapat dilihat oleh manusia, citra tak tampak ini harus diubah menjadi citra
tampak misalnya dengan menampilkannya di monitor, dicetak dimedia kertas dan
lain-lain.
Dari jenis citra tersebut hanya citra digital yang dapat diolah oleh
komputer. Jenis citra lain jika ingin diolah dalam komputer harus diubah dalam
bentuk citra digital. Misalnya organ kepala yang discan dengan CT Scan.
Kegiatan untuk mengubah informasi citra fisik non digital menjadi digital disebut
sebagai pencitraan (imaging).
Citra CT Scan adalah tampilan digital dari crossectional tubuh dan berupa
matriks yang terdiri dari pixel-pixel, atau tersusun dari nilai pixel yang berlainan.
Komponen yang mempengaruhi kualitas gambar CT-Scan adalah spatial
resolution, kontras resolution, noise dan artefak (Seeram, 2001).

2.2.1 Spatial resolusi


Spasial resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek/ organ
yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang
sama. Resolusi Spatial adalah kemampuan untuk dapat membedakan obyek yang
berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang sama.
Dipengaruhi oleh faktor geometri, rekontruksi alogaritma, ukuran matriks,
magnifikasi, dan FOV. Resolusi spasial atau High Contras Resolusi adalah
kemampuan untuk dapat membedakan objek yang berukuran kecil dengan
densitas yang berbeda. Resolusi spasial dipengaruhi oleh : faktor geometri,
rekonstruksi algoritma/filter kernel, ukuran matriks, pembesaran gambar
(magnifikasi), Focal Spot, Detektor.

2.2.2 Kontras resolusi


Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau
menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil dan
dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thicknees, FOV dan filter kernel
(rekonstruksi algorithma).

2.2.3 Noise
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT number pada jaringan
atau materi yang homogen. Noise tergantung pada beberapa faktor antara lain :
mAs, scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek dan algoritma Sebagai contoh
adalah air memiliki CT Number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT
Number pada Secara umum Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya
sesuatu dalam gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang
diperiksa. Dalam CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan/ perbedaan
antara rekonstruksi CT Number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang
sesungguhnya dari obyek yang diperiksa. Pengukuran titik-titik air berarti noise
nya tinggi. Noise ini akan mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi noise,
maka kontras resolusi akan menurun.

2.2.4 Artefak
Secara umum Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu
dalam gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang diperiksa. Dalam
CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan/perbedaan antara rekonstruksi
CT Number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari
obyek yang diperiksa. Ada 4 macam artefak berdasarkan bentuknya yaitu streaks
(goresan), shading (bayangan), rings (bulatan) dan bands (berkas pita). Streaks
disebabkan oleh kesalahan sampling data, partial volume, pergerakan pasien,
benda logam, noise, beam hardening, scanning spiral (helical) dan kesalahan dari
mesin. Shading disebabkan oleh partial volume, beam hardening, incompletes
projection, radiasi hambur, scanning spiral (helical).Rings dan bands disebabkan
oleh kesalahan yang terjadi pada detector, terjadi pada CT Scan generasi III.

2.3 Pengukuran Noise pada Citra Computed Tomography Scanning


Noise sangat penting untuk mengukur performance CT-Scan ketika
perbedaan koefisien atenuasi yang terjadi secara natural sangat kecil antara
jaringan yang normal dan jaringan yang tidak normal. Untuk menjamin kualitas
gambar CT-Scan diperlukan pengukuran nilai noise yang merupakan bagian dari
program kendali mutu peralatan dan fungsi CT-Scan. Dalam pencapaian tujuan
kendali mutu diperlukan adanya sebuah instrumen yang digunakan sebagai
pengganti pasien atau manusia, instrumen tersebut biasanya berbentuk tabung
silinder yang berisi air yang disebut dengan phantom. Phantom yang disediakan
oleh pabrik berbeda-beda sesuai dengan evaluasi kinerja alat dan kontrol kualitas
yang dilakukan. Umumnya phantom terbuat dari plastik berbentuk silinder, yang
diisi dengan air atau material lainnya untuk mengukur performance alat dengan
spesifik parameter. Phantom noise diisi dengan air. Tiap-tiap dinding terbuat dari
Plexiglas dengan ketebalan kurang dari 1 cm. Bahan lain mungkin bisa digunakan
sebagai dinding phantom dengan syarat perbedaan koefisien atenuasi linier bahan
tersebut terhadap air kurang dari Plexiglas untuk semua kondisi pengoperasian
pada semua pesawat CT-Scan.
Diameter luar phantom 8 inchi ( 203 mm) dengan parameter pemeriksaan kepala,
32 inchi (330 mm) dengan parameter pemeriksaan tubuh . Sampel CT number
diambil dari dari pusat phantom dengan luas area 2 cm 2 yang menghasilkan ± 25
piksel (Jeffrey, 2006).

Gambar 2.1. Phantom Air Pada Bidang Scanning

Noise pada gambar tampak sebagai titik-titik air (butiran). Noise sebaiknya
dievaluasi secara mingguan dengan menggunakan phantom air. Noise umumnya
diukur sebagai standar deviasi dari nilai piksel dengan ROI (Region of Interest)
pada phantom air yang discanning. Semua pesawat CT-Scan mempunyai
kemampuan untuk mengidentifikasi ROI pada gambar digital dan menghitung
nilai mean dan standar deviasi dari CT number pada ROI tersebut.
Noise pada gambaran CT Scan bisa diketahui dengan uji cross field
uniformity CT number. Uniformity CT number dapat diartikan sebagai nilai
keseragaman CT number air pada sebuah image noise, pengolahan hasil gambaran
dengan cara memilih Region of Interest (ROI) untuk kelima titik, yaitu satu titik
pada posisi tengah dan 4 titik lainnya yaitu pada posisi jam 12, 3, 6 dan 9. Standar
nilai CT number pada tengah phantom penyimpangannya ± 4 CT number dari
nilai 0 dan untuk nilai CT number pada posisi jam 12, 3, 6, dan 9
penyimpangannya ± 2 CT number dari nilai CT number di tengah phantom. Hasil
mean CT number yang diharapkan pada tiap ROI uniform/seragam. Menurut
American College of Radiology kriteria penerimaan mean CT number water (air)
masih terjaga jika nilai tersebut masih dalam standar dengan nilai di bawah 0±5
HU. Di atas rentang tersebut dapat menimbulkan noise dan artefak (Bushberg,
2002).

Gambar 2.2. Uji Cross Field Uniformity CT Number Dengan Software ROI
(Sprawls, 1995)

Nilai standar deviasi haruslah bernilai nol atau lebih tinggi, jika suatu
daerah ROI memiliki nilai 90 HU dan standar deviasinya 0 berarti semua nilai
piksel dalam suatu area ROI tersebut adalah homogen. Bila standar deviasi
menampilkan sebuah nilai selain nol berarti terdapat variasi nilai atenuasi dalam
area ROI, semakin besar nilai standar deviasi berarti semakin besar pula variasi
nilai atenuasi dalam area ROI. Menurut (Seeram, 2001) rentang nilai standar
deviasi yang diperbolehkan adalah 2-7 HU sehingga dapat dikatakan bahwa
seluruh hasil pengukuran masih dapat diterima.

Gambar 2.3 Pengukuran Nilai Noise Pada CT Scan dengan Software ROI
(Sprawls, 1995)

5 mm 3 mm 1 mm

Gambar 2.4 Noise Dengan Slice Thickness yang Berbeda

2.4 Parameter Pencitraan Computed Tomography Scanning


Nilai noise pada pencitraan CT-Scan sangat bergantung pada pemilihan
parameter pemeriksaan CT-Scan, berikut adalah beberapa parameter CT- Scan
yang mempengaruhi nilai noise (Bushberg, 2003).

2.4.1 Slice thickness


Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang
diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai dengan keperluan
klinis. Bisa diibaratkan sebuah roti tawar yang diiris tebal akan menghasilkan
sedikit irisan. Jika diiris tipis akan menghasilkan banyak irisan. Jika roti itu diiris
tebal-tebal, maka jika didalam roti itu ada kismis yang ukurannya lebih kecil dari
irisan, bisa saja kismis tidak akan terlihat karena didalam irisan. Jika diiris tipis-
tipis maka kismis akan terlihat. Fenomena ini menjelaskan bagaimana pengaruh
ukuran slice thickness terhadap kualitas citra. Semakin tipis slice thickness (tebal
irisan) semakin baik kualitasnya. Tetapi disatu sisi ukuran slice thickness (tebal
irisan) yang semakin tipis akan menghasilkan noiseyang tinggi. Selain itu, dengan
mempertipis irisan maka jumlah irisan akan bertambah banyak sehingga semakin
besar radiasi yang diterima oleh pasien. Sehingga untuk aplikasi klinis, perlu
dilakukan optimasi sesuai dengan keperluan yang digunakan.
Pada pemeriksaan organ yang berukuran kecil atau untuk melihat kelainan
yang berukuran kecil, digunakan slice thickness tipis, demikian sebaliknya untuk
organ yang berukuran besar dapat menggunakan slice thickness (tebal irisan) yang
tebal. Pada pemeriksaan yang membutuhkan rekonstruksi gambar dalam potongan
sagital maupun coronal diperlukan slice thicknessyang tipis, karena jika
menggunakan slice thickness yang tebal, gambar akan tampak besar, sedangkan
dengan slice thickness (tebal irisan) yang tipis gambar akan nampak lebih halus.
Pada pesawat CT Scan, besarnya slice thickness (tebal irisan) diatur dengan
kolimator pre pasien. Kolimator itu diatur sedemikian rupa sehingga diharapkan
menghasilkan slice thicknessseperti yang diharapkan. Ukuran slice thickness
(tebal irisan) yang diharapkan tadi sering diistilahkan nominal beam width.
Pemilihan slice thickness (tebal irisan) ini biasanya sudah tersedia pilihan yang
disediakan oleh software pada pesawat CT Scan, jadi pengguna tidak dapat
mengatur sesuai kehendaknya, pilihan itu biasanya sudah tersedia dalam pilihan
Menu Control Console.
Gambar 2.5. Perbedaan Citra Noise Berdasarkan Slice Thickness (Sprawls, 1995)

2.4.2 Field of View (FOV)


Field of View (FOV) adalah diameter maksimal dari gambar yang akan
direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12 cm
sampai dengan 50 cm. Field of View (FOV) kecil akan meningkatkan detail
gambar (resolusi) karena field of view (fov) yang kecil mampu mereduksi ukuran
pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.
Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm akan
meningkatkan resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan tampak jelas.
Field of View (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth, 2000).
Field of View (FOV) sedang, yaitu 200 mm diharapkan gambar yang
dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit (Genant,
1982).
Field of View (FOV) besar, antara 350 mm sampai dengan 400 mm akan
menghasilkan spasial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat
dilakukannya magnifikasi. Field of View (FOV) besar akan menyebabkan noise
berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak
artifact (Genant, 1982)
Irisan dari suatu obyek terbagi dalam elemen volume yang kecil yang
disebut dengan “voxel”. Masing-masing voxel memiliki suatu nilai tertentu yang
menyatakan atenuasi rata-rata sinar-X oleh obyek pada posisi tersebut. Sedangkan
elemen gambar dalam bidang 2 dimensi disebut “pixel”. Satu bagian volume dari
gambar yang direkonstruksi (voxel) diwakili oleh ukuran pixel di bidang (x, y) dan
ketebalan irisan (s) dalam sumbu-z. Teknik rekonstruksi gambar CT kemudian
dapat dilakukan dengan membagi-bagi irisan jaringan yang disinari menjadi
beberapa ”pixel” dimana masing-masing ”pixel” mewakili CT Number -nya
masing-masing. Nilai koefisien pelemahan radiasi diukur kemudian dikodekan
dan ditransfer ke komputer. Oleh komputer akan ditampilkan dalam gambar 2
dimensi yang disebut dengan matriks. Kumpulan CT Number dari ”pixel-pixel”
tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk matriks untuk keperluan rekonstruksi dan
penampilan gambar.

2.4.3 Faktor Eksposi (Penyinaran)


Faktor eksposi (penyinaran) adalah faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penyinaran, meliputi tegangan tabung, arus tabung dan waktu. Besarnya
tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri,
2004). Tegangan tabung yaitu beda potensial antara tabung katoda dan anoda.
Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat
menembus anoda sehingga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-x, apabila arus
tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu yaitu lamanya waktu penyinaran, sangat berpengaruh terhadap
jumlah electron, arus tabung dan waktu berpengaruh terhadap jumlah elektron dan
kuantitas sinar-X.

2.4.4 Rekonstruksi Matriks


Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element
(pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini
merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi
untuk merekonstruksi gambar.
Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512
baris dan 512 kolom. Pada pemeriksaan CT Scan ukuran matriks disesuaikan
dengan alat yang tersedia. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi
gambar.
Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar
yang dihasilkan (Bushberg, 2003).

2.4.5 Rekonstruksi Algorithma


Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan
dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT
Scan tergantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi
rekonstruksi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang
dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue,
dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

2.4.6 Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan
jarak. Pada CT Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan
meja CT Scan selama satu putaran tabung sinar-X. Pitch digunakan untuk
menghitung pitch ratio, yang mana merupakan suatu rasio pada pitch untuk slice
thickness/beam collimation.
Saat jarak pergerakan meja selama satu putaran penuh, tabung sinar-X
sama dengan slice thickness/ beam collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau
sederhananya 1. Suatu pitch dengan nilai 1 menghasilkan kualitas gambar terbaik
dalam CT Scan helical. Pitch ditingkatkan untuk meningkatkan volume coverage
dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan
10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
Gambar 2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Noise (Sprawls, 1995)

2.5 Computed Tommography Scanning


2.5.1 Pengertian computed tommography scanning
CT Scan adalah gambaran yang dibangun oleh computer menggunakan x-
ray yang dikumpulkan dari berbagai titik di sekeliling dan membentuk bagian
yang disebut scanned sehingga dapat menghasilkan gambaran cross-sectional
tomographic plane (slice) yaitu irisan dari bagian tubuh (Brontrager, 2001). CT-
scan termasuk teknik pencitraan khusus sinar-X yang menampilkan citra khusus
objek lapis demi lapis berdasarkan perbedaan sifat densitas struktur materi
penyusunan jaringan dengan bantuan teknik rekonstruksi secara matematis. CT-
scan merubah tampilan analog menjadi digital, berupa Pixel (picture element).
Pixel adalah titik-titik kecil gambaran, dimana hasil penggambarannya berupa
rekonstruksi. Pesawat CT scan ditemukan pada tahun 1970 oleh Allan Carmack
dan Geofrey Hounsfield. Berdasarkan perkembangan teknologi, CT scan
mengalami beberapa perkembangan sesuai dengan kemajuan teknologi.
Gambar 2.7. Pesawat CT-Scan

Keterangan gambar:
1. Meja pemeriksaan
2. Gantry
3. Perangkat multi
4. Unit komputasi

Citra CT Scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang


diinspeksi. Oleh karena itu, CT Scan memiliki beberapa kelebihan dibanding X-
ray konvensional. Citra yang diperoleh CT Scan beresolusi lebih tinggi, sinar
rontgen dalam CT Scan dapat difokuskan pada satu organ atau objek saja, dan
citra perolehan CT Scan menunjukkan posisi suatu objek relatif terhadap objek
objek di sekitarnya sehingga dokter dapat mengetahui posisi objek itu secara tepat
dan akurat. Kelebihan-kelebihan tersebut telah membuat CT Scan menjadi proses
radiografis medis yang paling sering direkomendasikan oleh dokter, dan dalam
banyak kasus, telah menggantikan proses pesawat sinar-X biasa (konvensional)
secara total.

2.5.2 Prinsip kerja dan komponen CT Scan


Tujuan utama pada CT adalah untuk menghasilkan gambaran secara serial
dengan menggunakan metode tomography dimana tiap-tiap gambaran berasal dari
potongan-potongan pokok tomography, serta untuk mendapatkan gambaran yang
tajam dan bebas superposisi dari kedua struktur di atas dan di bawahnya.
Computer Radiography Scanner (CT-Scanner) yang juga dikenal dengan nama
Computerized Axial Tomography (CAT), Computerized Aided Tomography
(CAT), Computerized Transvers Axial Tomography (CTAT), Recontructive
Tomography (RT) dan Computed Transmission Tomography (CTT) merupakan
teknik pengambilan gambar dari suatu objek secara sectional axial, coronal dan
sagital dimana berkas sinar mengitari objek. Adapun sinar-X yang mengalami
atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat
sangat sensitive dalam menangkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang
kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian
signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data
dalam bentuk signal-signal listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh
Analog to Digital Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam sistem
computer dan diolah oleh komputer. Kemudian Data Acquistion System (DAS)
melakukan pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau numerik. Data-
data inilah yang merupakan informasi komputer dengan rumus matematika atau
algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut
ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan tomography dari objek yang
dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari kehitaman
dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang
mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number.

Gambar 2.8. Bagan Prinsip Kerja CT Scanner


2.5.3 Komponen-komponen pesawat CT-Scan, meliputi:
a. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Meja pemeriksaan terletak
dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan dapat digerakkan maju,
mundur, naik dan turun dengan cara menekan tombol yang melambangkan
maju, mundur, naik, dan turun yang terdapat pada gantry.
b. Gantry
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya terdapat
tabung sinar-X, filter, detektor, DAS (Data Acquisition System). Serta
lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga dilengkapi dengan
indikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian meja
pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry. Pada pertengahan
gantry, diletakkan pasien dimana tabung sinar-X dan detektor letaknya
selalu berhadapan. Didalam, gantry akan berputar mengelilingi objek yang
akan dilakukan scanning.
1. Tabung sinar-X
Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat:
1) Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
2) Tahan terhadap goncangan
2. Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu:
1) Kolimator pada tabung sinar-X
Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas
lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan
adanya focal spot kecil.
2) Kolimator pada detektor
Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol
radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan (slice thickness).
3) Detektor dan DAS (Data Acqusition system)
Setelah sinar-X menembus objek, maka akan diterima oleh
detektor yang selanjutnya akan dilakukan proses pengolahan data
oleh DAS. Adapun fungsi detektor dan DAS secara garis besar
adalah: untuk menangkap sinar-X yang telah menembus objek,
mengubah sinar-X dalam bentuk cahaya tampak, kemudian
mengubah cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal elektron,
lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan
mengubah sinyal elektron tersebut kedalam bentuk data digital.
c. Komputer
Merupakan pengendali dari semua instrument pada CT-Scan. Berfungsi
untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau pengolahan data dan
menampilkan (display) gambar serta untuk menganalisa gambar.
d. Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang
diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang
diberikan.
e. Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari Komputer ketika
melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. digunakan:
1. Magnetik Disk
Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau gambaran,
apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses. Magnetik disk dapat
menyimpan dan mengirim data dengan cepat, bentuknya berupa
piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic, kapasitasnya sangat besar.
2. Floppy Disk
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetik disk,
bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah dibawa
dan disimpan. Kapasitasnya relative kecil (sekarang sudah tidak
digunakan lagi).
f. Operator Terminal
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian sistem
secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi hasil gambaran sesuai
dengan kebutuhan.
g. Multiformat Kamera
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film. Pada satu
film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung jenis pesawat CT
dan film yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai