Anda di halaman 1dari 5

Keseepian dan Instagram Story

Instagram adalah salah satu socmed paling banyak digemari karena fiturnya lengkap dan sesuai
dengan kebutuhan untuk keeksisan kids zaman now. Berbicara fitur di Instagram, Instagram Story
atau yang biasa disebut Snapgram ini menjadi yang terfavorite. Terbukti Pada bulan November
2017, Mark Zuckerberg menyatakan bahwa fitur tersebut digunakan oleh 300 juta pengguna aktif
Instagram setiap harinya.

Semakin booinnya fitur ini, membuat pengguna instagram merasa harus membagi setiap aspek yang
berkaitan dengan kehidupannya termasuk pemikiran, perasaan yang sedang dirasakan, setiap
pengalaman yang baik atau buruk, benda-benda yang dimiliki, tempat yang sedang dikunjungi,
makanan atau minuman yang sedang dilahap, bahkan aib dan kekonyolan bersama sahabat harus
menjadi konsumsi publik, serta pakaian yang sedang dikenakan pun harus di expose untuk
menunjukan betapa ideal diri mereka.

Ngaku aja deh kamu pasti pernah!

Salah seorang mahasiswa Pendidikan Fisika UIN SGD Bandung, Sastria Nurul mengaku, "Aku sering
pakai Snapgram karena ingin orang lain tahu kegiatan menarik apa yang sedang kita lakukan atau
yang baru yang kita punya dan berharap ada yang mengomentari lewat dm sih," Kamis, (22/2/2018)

Tahukah, Fresh Reader kecenderungan individu untuk memperlihatkan versi ideal dan cari perhatian
dengan menujukan kehidupan melalui fotografi maupun video ini secara psikologis berhubungan
erat dengan adanya kecenderungan narsistik.

Berdasar keterangannya, salah satu Dosen Psikologi di UIN SGD Bandung , Fridayanti menyampaikan
pada Freshcrew bahwa narsisistik erat hubungannya dengan pandangan diri yang positif dan
meninggi pada sifat- sifat tertentu seperti intelegensi, kekuatan, dan daya tarik. Kecenderungan
narsistik pada seseorang ini dapat dilihat dari aktivitas pamer yang sering dilakukan oleh pengguna di
Instagram Story.

Hasil riset yang dilakukan oleh Sadikides menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi narsisistik
adalah kesepian. Salah satu Mahasiswa Jurusan Psikologi UIN SGD Bandung, Prita Istiandhita
mengatakan "Individu kesepian memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi untuk melakukan
interaksi sosial melalui media." Kamis (22/2/2018)

Selain dalam pandangan psikologis, ternyata dalam pandangan agama pun ditegaskan oleh salah
seorang demisioner LDM UIN Bandung, Hariatun Isma ” Jika postan kita terkait pamer ibadah,
betapa ruginya kita saat pahala ibadah itu harus musnah hanya gara-gara status atau foto yang di-
share itu mengandung unsur riya di dalamnya. Semua kembali lagi pada niat.” Selasa (27/2/2018)

Namun dibalik kecenderungan kesepian tersebut, ada hal yang dianggap menguntungkan bagi
mereka yang memiliki idola publik figure. Ya, ketika kita mem-follow akun idola secara tidak
langsung segala aktivitas yang mereka lakukan dapat dengan mudah kita Stalk.

So Fresh reader, ada hal yang lebih berfaedah dalam mengatasi kesepian selain ber-pamer ria. Kalian
bisa bersosialisasi di dunia nyata dengan kongkow bareng teman-teman genkmu. Yakin deh, hal ini
akan menjadikan hidupmu lebih rame!
Transkip wawancaraa

[27/2 17:15] Tasya Augustiya: Assalmualaikum teh, aku pengen minta bntuan teteh dong

Aku kan lg nyelesain tulisan liputanku di Suaka, kbtulan aku gkada waktu td utk wawancara dosen yg
berbau agama²an.. Jd aku minta teteh jd narsumku boleh?😊

Jadi, aku lg mengangkat isu Freshsuakaonline (isu santai) terkait Instagram Story. Nah, fenomena
sekarang ini kan bnyak bgt tuh org² yg dkit2 update d Story instagramnya, boomeranglah, moto
makanan, photo dia lg hangout atau skedar lg kuliah gabut pun update..

Menurut teteh kalo dlm segi agama atau religi-nya itutuh gmna sih?😊

[27/2 21:14] Murabbi Teh Isma: Tergantung niatnya.

Banyak org menggunakan sosial media terkhusus Insta gram melalui layanan/fiturnya digunakan
oleh penggunanya untuk menunjukkan eksistensi diri baik dari status yang dibagi mengenai
kehidupan sehari-hari, ataupun lewat foto yang diunggah untuk menunjukkan ttg aktivitas pemilik
akun.

Hal² yg di update dalam stausnya perlulah d cek tujuan dan niatnya.

Status yang dibagi ini kadang tak kenal tempat dan waktu. Tak memisahkan mana yang penting atau
tidak untuk di-share.

Berhati-hati dalam update status perlulah dilakukan sbg pengguna medsos yg cerdas terkhusus
berkenan dgn status atau foto yang memiliki unsur ibadah sebaiknya kita wajib waspada dpt khwtir
dpt merusak nilai pahala amal tsb. Bahkan jika niatnya ingin mndpat pujian atau menunjukkan sisi
riya tentu bisa jd sbuah dosa.

Karena, bisa jadi status atau foto yang kita bagi, merupakan tipu daya dan bujukan setan yang
hendak menjerumuskan kita pada dosa yang tersembunyi atau tersamarkan yaitu penyakit hati yang
lazim disebut riya.

Mungkin kita memandang baik suatu perbuatan tanpa menyadari ada unsur-unsur dosa yang
menyertainya. Khusus mengenai status atau foto bermuatan nilai ibadah ini dosa penyerta itu
adalah termasuk syirik kecil yaitu sum’ah atau riya yang menghanguskan pahala dan amal pelakunya
karena beramal shalih bukan karena Allah, semata-mata ingin mendapat pujian di mata manusia,
sebagaimana firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 264 yang berbunyi;
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena
riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan
orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”

Betapa ruginya kita saat pahala ibadah itu harus musnah hanya gara-gara status atau foto yang di-
share itu mengandung unsur riya di dalamnya.

Dan ingat, tak semua manusia memandang positif apa yang kita lakukan. Bagi sebagian orang status
ibadah seperti itu mungkin saja bisa jadi pengingat atau penyemangat untuk lebih giat beribadah
dan dipandang sebagai seruan dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar. Tapi bagi mereka yang
berpenyakit hati, bisa saja akan menimbulkan iri, dengki, kecemburuan dan kesenjangan sosial.

Jadi, agar tak menimbulkan kemudharatan baik bagi diri kita maupun orang lain, alangkah baiknya
jika status dan foto bernilai ibadah tak perlu dibagi atau diunggah. Ibadah kita yang tahu cukup
Allah. Insya Allah kita terhindar dari penyakit riya atau sum’ah.

Wallahu ‘alam bisowab

Wawancara via WA dengan Kak Bagja Nugraha S.Hum (Ahli Media di NTC)

[27/2 18:42] Tasya Augustiya: Aku boleh wawancara via WA gak? Karena kakak ini org yang handal
sekali menggunakan gawai canggihnya untuk bermedia sosial, aku ingin meminta pandangan terkait
adanya Instagram Story yg udah lama ini fav bgt karena kita bsa update scr intens appn aktvtas, hal
yg dilakuin dll... Ya istilah lainnya adalah, 'bebas mengekspresikan diri' lewat ig story tsb

Nah, mnurut kakak nih.. Gmna sih baik-buruknya si STORY ini? ^^ tanggpannya lah

[27/2 19:08] Bagja Nugraha: Instagram Story ini adalah fitur yang sangat efektif untuk digunakan
sebagai media promosi atau aktualisasi diri.

Karena fitur ini sangat menarik pengguna Instagram untuk tidak segan-segan membagikan momen
kesehariannya tanpa perlu khawatir "merusak linimasa profil Instagramnya".

Pada bulan November 2017 pun, Mark Zuckerberg menyatakan bahwa fitur tersebut digunakan oleh
300 juta pengguna aktif Instagram setiap harinya.
[27/2 19:09] Bagja Nugraha: Baiknya, Instagram Stories memudahkan pengguna untuk berbagi
momen keseharian dengan lebih mudah.

[27/2 19:10] Bagja Nugraha: Buruknya, jika tidak berhati-hati, pengguna bisa menjadi sasaran
kejahatan dari stories yang mereka bagikan.

Jika tidak waspada, para penguntit atau penjahat bisa saja menyimpan data-data pribadi seperti
tempat tinggal, lokasi yang sering dikunjungi, dan informasi lainnya.

[27/2 19:40] Tasya Augustiya: Waah iya bener juga tuh, baru terpikir juga.

Btw info Mark Zuckerberg makasih bgt😂

Mnurut Aa pribadi, baik ga sih kita update ksharian d ig story? Karena mnurut pnelitian psikologi,
instagram story adalah bntuk dari kecenderungan ksepian yg mendatangkan sikap narsistik..

[27/2 19:46] Bagja Nugraha: Berbagi keseharian di Story tidak dapat serta merta dinilai baik / buruk.

Karena memang itulah tujuan Story dibuat. Untuk berbagi momen keseharian.

Harus dilihat juga isi dari Story tersebut.

Itulah kenapa aku bilang, ada rambu-rambu yang harus diperhatikan

Wawancara sambil berdiskusi dengan Mahasiswa Psikologi

Tasya : "Menurut kalian nih, instagram story yang menjadi ajang aktualisasi diri sekarang ini menurut
pandangan kalian bagaimana?"

Azti : "Karena aku orangnya jarang update begituan karena berasa buang-buang waktu, Beberapa
dari mereka yang sedikit-sedikit upload tak lain untuk menunjukan idealitas diri mereka. Kebanyakan
sih terkesan menipu dan cari perhatian. Mereka ingin terlihat ada dengan mengada-ada. Pernah juga
temenku yang gila snapgram bilang, dia snapgraman karena ingin terlihat apa yang dia punya"

Pritha : Ya gitu sih. Kalau kemarin pernah ada dosen yang ngomong, mereka itu kena narsistik dan
narsistik itu efek dari kecenderungan kesepian. Pasti kan Individu kesepian memiliki tingkat

kecenderungan yang tinggi untuk

melakukan interaksi sosial melalui media. Ingin snapgramnya ada yang balas, seperti memuji dan
lain-lain kan"
tasya : kalau kamu sas gimana sebagai orang yang suka updattte story mulu?

sastria nurul : aku sering upload snapgram sh sebenernya kaena ingin orng lain tahu, oh au punya ini
nih, aku lagi ngelakuin ininih hingga nantinya ada yang balas story aku, doi misalnya hehe”

Anda mungkin juga menyukai