Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ILMU ALAMIAH DASAR


TEORI TERBENTUK ALAM SEMESTA LITOSFER, HIDROSFER,
ATMOSFER, PEDOSFER DAN BIOSFER, ASAL MULA KEHIDUPAN,
GEOGRAFI KEHIDUPAN TEORI EVOLUSI

Dosen : Romika Rahayu M. Pd

OLEH:

NUR RATRI ANGGRAINI

(NIM. 203810)

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dasar-dasar ilmu geografi sebagai pemenuhan tugas individu.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Akhirnya, kami menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak.
Maka dari itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna kesempurnaan makalah ini.

Pasir Pengaraian, Maret 2021

Penulis

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Terbentuk Alam semesta ............................................................ 3


B. Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer, Pedosfer dan Biosfer ........................... 13
C. Asal Mula Kehidupan , Geografi Kehidupan Teori Evolusi ............... 21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 29
B. Saran .................................................................................................... 30

3ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Geokimia adalah sains yang menggunakan prinsip dan teknologi bidang


kimia untuk menganalisis dan menjelaskan mekanisme dibalik sistem geologi
seperti kerak bumi dan lautan yang berada di atasnya. Cakupan geokimia
melebar hingga ke luar bumi, melingkupi seluruh sistem pergerakan bebatuan
di tata surya dan memiliki kontribusi penting dalam memahami proses di balik
konveksi mantel, pembentukan planet, hingga asal muasal bebatuan seperti
granit dan basal.
Dalam proses pembelajaran materi geokimia, dipelajari pula struktur zona
kulit bumi yang secara keseluruhan bernama geosfer. Geosfer adalah satu
istilah yang tidak pernah lepas dari ilmu geografi, karena pada dasarnya
geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya gejala – gejala
maupun fenomena geosfer berdasarkan unsur – unsur geosfer. Fenomena –
fenomena geosfer adalah kejadian kejadian – kejadian alam yang menyangkut
atmosfer, litosfer, biosfer, serta hidrosfer. Fenomena ini dapat dikatakan
membagi ilmu menjadi beberapa bagian sesuai lingkungannya, seperti
atmosfer atau zona atmosfer berupa zona bumi yang terdiri dari udara.
Dengan meningkatnya populasi dan industrialisasi, salah satu aspek yang
lenih penting dari manusia menggunakan geosfer berkaitan dengan
perlindungan sumber air. Pertambangan, pertanian, kimia dan radioaktif
limbah semua memiliki potensi untuk mengkontaminasi air baik permukaan
dan air tanah. Lumpur limbah tersebar di tanah dapat mnecemari air dengan
pelepasan nitrat dan logam berat. Tempat pembuangan sampah juga menjadi
sumber pencemaran., lubang bergaris dan laguna mengandung cairan
berbahaya atau lumpur dapat mencemari air minum.
Walaupun di alam tanah memiki kemampuan untuk mengasimilasi dan
menentralisir polutan, berbagai fenomena kimia dan biokimia di tanah

1
beroperasi untuk mengurangi sifat berbahaya dari polutan. Fenomena ini
termasuk proses reduksi, oksidasi, reaksi hidrolisis, asam – basa, curah hujan,
serapan dan degradasi biokimia. Beberapa kimia organik berbahaya dapat
terdegradasi menjadi produk – produk yang tidak berbahaya di tanah dan
kehati – hatian harus dilakukan dalam membuang bahan kimia, lumpur dan
yang lainnya yang berpotensi berbahaya di tanah, terutama yang
memungkinkan terdapatnya pencemaran air.

Bumi hanyalah berupa salah satu planet dari tata surya dalam alam
semesta ini yang berpenghuni,adanya makhluk hidup.pada awalnya,bumi masih
belum memiliki kandungan air,yang ada hanyalah lthosfer dan atmosfer.
Atmosfer semakin lama semakin dingin, dan akhirnya terbentuklah air (H 2O)
yang masih berbentuk gas, kemudian berbentuk uap, dan akhirnya setelah suhu
cukup rendah dan diperkirakan 1000C,terbentuklah embun dan hujan. Mulailah
saat itu, terbentuk sungai, danau, dan lautan, tetapi belum terdapat kehidupan.

Setiap kali orang mempelajari terjadinya kehidupan di bumi ini, selalu


bermula dari problema mengenai dari mana datangnya hidup, dari mana
asalnya dan bagaimanakah terjadinya idup ini. Nampaknya rasa ingin tahu
manusia terhadap ”datangnya” hidup ini telah timbul berabad-abad bahkan
lebih dari dua ribu tahun yang lalu dan hingga saat ini pun orang masih
bertanya-tanya tentang asal-mula kehidupan. Boleh dikatakan bahwa tak
seorangpun tahu dari mana asal kehidupan di bumi, sebab moyang kita
sekalipun tidak pernah menceritakan asal-usul kehidupan.

Untunglah manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna


dikaruniai kemampuan berfikir yang sangat tinggi,sehingga manusia
mempunyai kemampuan untuk menulusuri kembali jejak-jejak kehidupan masa
lampau, mengamati peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala hidup dan alam pada
masa yang lampau, sehingga muncullah beberapa hipotesis-hipotesis asal-usul
kehidupan.hipotesis-hipotesis ini senantiasa didukung dengan fakta-faakta agar
manusia yakin tentang asal-usul kehidupan di Bumi.

2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah,
diantaranya:
1. Bagaimana Teori Terbentuk Alam semesta ?
2. Bagaimana Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer, Pedosfer dan Biosfer ?
3. Bagaimana Asal Mula Kehidupan , Geografi Kehidupan Teori Evolusi ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu :
1. Mengetahui Teori Terbentuk Alam semesta
2. Mengetahui Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer, Pedosfer dan Biosfer ?
3. Mengetahui Asal Mula Kehidupan , Geografi Kehidupan Teori Evolusi ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Terbentuk Alam semesta


Manusia berusaha memahami alam semesta ini dari zaman dahulu bahkan
sampai sekarang. Pada jaman kejayaan Yunani, orang percaya bahwa Bumi
merupakan pusat dari alam semesta ini ( Geosentrisme ). Namun, berkat
pengamatan dan pemikiran yang lebih tajam, pandangan itu berubah sejak Zaman
abad pertengahan yang dipelopori oleh Copernicus menjadi Heliosentrik, yaitu
matahari menjadi pusat beredarnya bumi dan planet-planet lain.

Pengertian alam semesta itu sendiri mencakup tentang Mikrokosmos dan


Makrokosmos. Mikrokosmos ialah benda-benda yang mempunyai ukuran yang
sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amoeba, dan sebagainya.Sedangkan
makrokosmos ialah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar,
misalnya bintang, planet ataupun galaksi. Dengan diperolehnya berbagai pesan
dan beraneka ragam cahaya dari benda-benda langit yang sampai di bumi.

Kehidupan adalah fenomena atau perwujudan adanya hidup, yaitu


keadaan yang membedakan organisme (makhluk hidup) dengan benda
mati.Berbagai jenis organisme dapat ditemukan di dalam biosfer bumi. Ciri umum
organisme-organisme tersebut-tumbuhan, hewan, fungi, protista, archaea, dan
bakteri ialah bentukan sel berbahan dasar karbon dan air dengan pengaturan
kompleks dan informasi genetik yang dapat diwariskan. Organisme-organisme
tersebut melakukan metabolisme, mampu tumbuh dan berkembang, tanggap
terhadap rangsangan, berkembang biak, dan beradaptasi terhadap lingkungannya
melalui seleksi alam.

Suatu entitas dengan ciri-ciri di atas disebut sebagai organisme hidup,


yaitu makhluk hidup. Namun demikian, tidak semua definisi kehidupan
menganggap semua ciri tersebut penting. Contohnya, kemampuan untuk memiliki

4
keturunan dengan modifikasi sering dianggap sebagai satu-satunya ciri utama
kehidupan. Definisi ini mencakup virus, yang umumnya tidak tercakup dalam
definisi yang lebih sempit karena virus tidak memiliki sel dan tidak melakukan
metabolisme.

 Ciri-ciri kehidupan

Ciri-ciri kehidupan mencakup keteraturan, reproduksi, pertumbuhan dan


perkembangan, pemanfaatan energi, respons terhadap lingkungan,
homeostasis, dan adaptasi evolusioner.

 Perbedaan makhluk hidup dengan benda mati

a) Komposisi kimia

Makhluk hidup mempunyai komposisi kimia tertentu. Benda mati


komposisi kimianya tidak tertentu.

b) Organisasi

Pada makhluk hidup terbentuk dari sel-sel. Pada benda mati misalnya
batu, susunan sedemikian rupa adalah hasil dari unsur pokoknya.

c) Metabolisme

Pada makhluk hidup terjadi pengambilan dan penggunaan makanan,


respirasi atau pernapasan. Sekresi dan ekskresi. Benda mati tidak
mengalami hal-hal tersebut.

d) Iritabilitas

Makhluk hidup dapat memberikan reaksi terhadap perubahan


sekitarnya, besarnya reaksi tak seimbang besarnya aksi. Pada benda
mati reaksinya seimbang dengan aksi.

5
e) Reproduksi

Pada makhluk hidup terdapat kemampuan untuk membuat makhluk itu


menjadi banyak, sedangkan pada benda mati tidak.

f) Tumbuh dan mempunyai daur hidup

Setiap makhluk hidup mengalami proses pertumbuhan dan mempunyai


daur hidup. Benda mati membesar karena pengaruh luar.

a. Asal mula kehidupan (Teori Asal Usul Kehidupan)

Banyak yang berpendapat mengenai dari mana asal mula kehidupan itu.
Mereka berpendapat berdasarkan pemikiran mereka dan didukung dengan teori-
teori yang telah mereka buat. Teori-teori tersebut saling menjatuhkan dan mereka
terus berusaha mencari kebenaran yang didasari rasa keingintahuan mereka akan
awal muala kehidupan dibumi ini. Bagaimana makhluk hidup pertama lahir masih
merupakan misteri yang belum bisa diungkap para ilmuan. Secara umum Teori
asal usul kehidupan ada dua, yaitu abiogenesis dan biogenesis. Adapun teori-
teori tersebut antara lain:

1. Teori Abiogenesis

Pemuka paham ini adalah seorang bangsa Yunani, yaitu Aristoteles (394-322
sebelum masehi). Teorinya mengatakan kalau makhluk hidup yang pertama
menghuni bumi ini adalah berasal dari benda mati. Timbulnya makhluk hidup
pertama itu terjadi secara spontan karena adanya gaya hidup. Oleh karena itu
paham abiogenesis disebut juga paham generatio spontanea.

Pada pertengahan abad ke 17 paham ini seolah-olah diperkuat oleh antonie


van Leeuweunhoek, seorang bangsa Belanda. Dia menemukan mikroskop
sederhana yang dapat digunakan untuk melihat jentik-jentik (makhluk hidup)
amat kecil pada setetes rendaman air jerami.

6
2. Teori Biogenesis

Setelah bertahan cukup lama, paham abiogenesis mulai diragukan. Beberapa


ahli kemudian mengemukakan paham biogenesis. Beberapa ahli yang
mengemukakan paham biogenesis antara lain :

a. Francesco Redi (Italia, 1626-1697)

Redi menentang teori abiogenesis dengan mengadakan percobaan


menggunakan toples dan daging. Toples 1 diisi daging yang ditutup rapat-
rapat. Toples 2 diisi daging dan ditutup kain kasa. Toples 3 diiisi daging
dan dibuka. Ketiga toples ini dibiarkan beberapa hari. Dari hasil percobaan
ini ia mengambil kesimpulan sebagai berikut : Larva (kehidupan) bukan
berasal dari daging yang membusuk tetapi berasal dari lalat yang dapat
masuk ke dalam tabung dan bertelur pada keratin daging.

b. Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729-1799)

Spallanzani menentang pendapat John Needham (penganut paham


abiogenesis), menurutnya kehidupan yang terjadi pada air kaldu
disebabkan oleh pemanasan yang tidak sempurna. Kesimpulan percobaan
spallanzani adalah : pada tabung terbuka terdapat kehidupan berasal dari
udara, pada tabung tertutup tidak terdapat kehidupan, hal ini membuktikan
bahwa kehidupan bukan dari air kaldu.

c. Louis Pasteur (Perancis, 1822-1895)

Louis Pasteur melakukan percobaan yang menyempurnakan percobaan


Spalanzani. Pasteur mlakukan percobaan menggunakan labu yang
penutupnya leher angsa, bertujuan untuk membuktikan bahwa
mikroorganisme terdapat di udara bersama dengan debu.

Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :

7
 Mikroorganisme yang tumbuh bukan berasal dari benda mati (cairan)
tetapi dari mikroorganisme yang terdapat di udara

 Jasad renik terdapat di udara bersama dengan debu

Dari percobaan ini, gugurlah teori abiogenesis tersebut. Pasteur terkenal


dengan semboyannya “Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo” yang
mengandung pengertian : kehidupan berasal dari telur dan telur dihasilkan
makhluk hidup, makhluk hidup sekarang berasal dari makhluk hidup
sebelumnya, makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga.

Di samping dua teori di atas, masih ada lagi beberapa teori tentang asal
usul kehidupan, yang menyatakan bahwa kehidupan ini muncul berdasarkan
hukum fisika, kimia, dan biologi.

3. Teori Evolusi Kimia

Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori
Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus
mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara pakar-pakar
tersebut antara lain :
Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa
organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa makhluk bersel satu.
Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis
makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-
lain.
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini
terbentuk kira-kira antara 4,5-5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat
awal terbentuknya sangat berbeda denagn keadaan pada saat ini. Pada saat itu
suhu planet bumi diperkirakan 4.000-8.000oC. pada saat mulai mendingin,
senyawa karbon beserta beberapa unsur logam mengembun membentuk inti
bumi, sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak datar. Karena
adanya kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut

8
bergerak dan berkerut terus menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak
melipat-lipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini.
Gas-gas ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium
(He), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi bumi
tidak mampu manahannya. Dia atmosfer juga terbentuk senaywa-senyawa
sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap air (H2O),
Amonia (NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana
tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketuika
suhu atmosfer turun sekitar 100oC terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini
berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam ini pasti bumi saat
itu belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi semacam itu memungkinkan
berlangsungnya reaksi kimia, karena teredianya zat (materi) dan energi yang
berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini ?
Pwertanyaan inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan
pendapat serta melakukan experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain
Harold Urey dan Stanley Miller.

A) Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)


Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia
menyatakan bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat
seperti Metana (CH4), Uap air (H2O), Amonia(NH2), dan karbon
dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya pengaruh
energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi
diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia
dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai
susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta
tahun mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup.

9
Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di
atmosfer tersebut didukung kondisi sebagai berikut :

a) kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air,


dan hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumi
b) kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik
halilintar dan radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut
bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang
susunan kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat
idup yang terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme
(makhluk hidup yang lebih kompleks).

B) Eksperimen Stanley Miller

Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah
asal usul kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi
saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang
terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium
sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold
Urey.

10
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen,
Metana, Amonia, dan Air. Alat tersebut juaga dipanasi selama seminggu,
sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagai pengganti energi
aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat tersebut dengan loncatan
listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi tersebut
menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru.
Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat
mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam
perangkap embun dianalisis secar kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung
senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana
seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata hasilnya
sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut dimasukkan senyawa fosfat,
ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu senyawa yang
berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Lembaga cpenelitian lain,
dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam
Deoksiribose Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas
dalam inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan sifat.

11
Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan- satuan
kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam Amino,
Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori
yang terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan secara luas. Namun,
hingga kini masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia
alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui
terbentuknya senyawa organik secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya
gas-gas diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnay semua
senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks dan
terkurung dilautan. Akhirnay membentuk senyawa yang merupakan komponen
sel.

4. Teori Evolusi Biologi

Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul


The Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad
suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO 2, CH4, NH3, dan
Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut,
seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut
membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks.
Proses reaksi tersebut berlangsung dilautan.

Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa aseperti


Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama
berjuta-juta tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi membenrtk senyawa
yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa
kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel.

Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan


maupun di permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar
Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan

12
menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sop purba atau Sop
Primordial.

Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut


selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai
berikut :
a. Memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan
kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat
disekelilingnya;
b. Memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-
molekul dari dan ke sekelilingnya;
c. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang
diserap sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya;
d. Mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-
ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai
kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.

Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang


pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan
perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti
nutrisi, ekskresi, mampu mengadan metabolisme, dan mempunayi
kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi.

Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang


berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks,
namun Oparin mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme
transformasi dari molekul-molekul protein sebagai abenda tak hidup kebenda
hidup. Bagaimana senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat
memiliki kemampuan seperti tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai
berikut :

13
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk
kompleks koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut
dibungkus oleh molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat
lepas dari cairan dimana dia berada dan membentuk emulsi. Penggabunagn
struktur emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah dari fase cair dan
membentuk timbuna gumpalan atau Koaservat.

Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut


memungkinkan terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di
samping itu secara selektif gumpalan Koaservat tersebut memusatkan
senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi gumpalan
koloid tersebut bergantung kepada komposisi mediumnay. Denagndemikian,
perbedaan komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada
komposisi sop purba. Variasi komposisi sop purba diberbagai areal akan
mengarah kepada terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang merupakan
penyedia bahan mentah untuk proses biokimia.

Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di


sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi
penjajaran molekul-molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput
sel primitif. Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan
stabilitas pada koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara molekul-
molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam
koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat
mungkin akan mnghasilkan sel primitif.

Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan


bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya
memungkinkan terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu
mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang
kaya akan zat-zat organik.

14
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh paar Ilmuwan. Namun, tidak
sedikit Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang
dapat menjadi awal terbentuknya organisme hidup.

Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun
baru teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental,
sedangkan teori evolusi biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.

Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar, tetapi belum
mampu menjelaskan bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi ini
pertama kali muncul. Yang perlu diingat adalah bahwa kehidupan adalah tidak
hanya menyangkut masalah replikas; (penggandaan diri) atau masalah
kehidupan biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah kehidupan rohani.
Tentang teori asal usul kehidupan yang menyatakan organisme pertamakali
terbentuk dilautan bisa dipahami dari sudut biologi, karena molekul-molekul
organik yang merupakan sop purba itu tertumpuk dilaut.

5. Teori keadaan mantap

Menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.

6. Teori kreasi khas

Yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural ( gaib)


pada saat yang istimewa

7. Teori kosmozoan

Yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana
saja

8. Teori evolusi biokimia

15
Meskipun banyak petunjuk yang diberikan, asal usul kehidupan masih misteri.
Seandainya misteri ini terbongkar, mungkinkah manusia akan menjadi
pencipta yang bahkan bisa menciptakan kehidupan?

B. Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer, Pedosfer dan Biosfer

Secara umum geosfer merupakan lapisan bumi yang terletak pada


permukaan atau di bawahnya yang berpengaruh terhadap kehidupan di bumi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Geosfer juga sering dianggap sebagai
bagian dari sistem bumi yang meliputi bagian dalam bumi seperti mineral,
bebatuan, bentang alam, serta proses-proses yang membentuk bumi.

Pengertian lain dari geosfer adalah suatu fenomena atau peristiwa yang
terjadi di permukaan bumi. Hal tersebut meliputi lapisan atmosfer, litosfer,
biosfer, hidrosfer, serta antroposfer. Geosfer berasal dari kata geo yang berarti
wilayah serta spere yang berarti yang menanungi atau yang mengelilingi.

Bumi memiliki beberapa lapisan utama, yaitu :

 Barisfer- Merupakan lapisan inti bumi berupa bahan padat yang terdiri dari
lapisan nikel dan ferum besi (lapisan nife). Barisfer memiliki jari-jari sekitar
3.470 km.
 Lapisan antara (lapisan asthenosfer mautle)- Merupakan lapisan bumi yang
terletak di atas lapisan nife dan memiliki tebal sekitar 1.700 km. Lapisan ini
terdiri dari bahan cair yang memiliki suhu tinggi dan berpijar dengan berat jenis
sekitar 5 gr/cm.
 Lithosfer- Merupakan lapisan terluar dari kulit bumi yang terletak di atas lapisan
antara yang memiliki ketebalan sekitar 1.200 km dengan rata-rata berat jenis 2,8
gr/cm.

16
Selain bumi lapisan utama, bumi juga memiliki unsur-unsur geosfer yang
membantu geosfer untuk melindungi bumi. Berikut adalah penjelasan mengenai
unsur-unsur geosfer :

1. Litosfer

Litosfer merupakan lapisan terluar dari bumi yang sering disebut sebagai
kenampakan permukaan bumi atau lazim disebut sebagai relief bumi. Dalam
makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan mengenai definisi litosfer, aspek-
aspek litosfer, bagian-bagian litosfer, serta jenis-jenis pergerakan lempeng.
1. Definisi Litosfer

Litosfer berasal dari kata lithos yang berarti batuan dan sphere yang
artinya lapisan. Jadi, litosfer merupakan lapisan batuan yang menjadi kenampakan
permukaan bumi baik di daratan maupun lautan. Presentase daratan (sering
disebut Litosfer Atas) krang lebih 35%, dan sisanya merupakan presentase dari
lautan (Litosfer Bawah). Litosfer sendiri tersusun dari oksigen, silikon,
aluminium, besi, kalsium, natrium, dan magnesium.

2. Aspek-aspek Litosfer
Litosfer terdiri dari beberapa aspek, yakni :
01. Batuan
Aspek ini merupakan aspek terpenting dari Litosfer karena merupakan bahan
utama pembentuk muka bumi. Batuan dibedakan menjadi 3 kelompok
berdasarkan proses terjadinya, yakni :
a. Batuan Beku (Ignous Rocks)
Kelompok batuan ini disebut beku karena berasal dari proses pembekuan
magma. Walaupun secara penyebaran tidak merata, tapi di bumi jumlah batuan
kelompok ini paling banyak ditemukan.
Adapun contoh-contoh batuannya antara lain :
 Granodiorite
 Peridotite

17
 Perlite
 Gypsum
 Proxenite
 Scoria
 Andesit
b. Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks)
Kelompok batuan ini terjadi akibat proses pengendapan, kimiawi, dan
biologis. Contoh batuannya yaitu :
 Sasphalt
 Kapur
 Chert
 Sandstone
 Shale
 Silstone
 Dolomite
c. Batuan Metamorf (Metamorphic Rocks)
Jenis batuan ini disebabkan karena proses malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Contoh batuannya yakni :
 Schist
 Marmer
 Quartslt
 Serpentinite
 Eclogite
02. Tanah
Sebagai salah satu unsur pendukung litosfer, tanah dapat ditinjau berdasarkan
dua sudut pandang dalam ilmu geografi, yakni sudut pandang geologi dan
pedologi. Dalam sudut pandang geologi, tanah merupakan batuan yang telah
hancur karena proses-proses tertentu. Sedangkan menurut sudut pandang
pedologi, tanah merupakan media untuk tumbuhnya berbagai jenis flora yang ada
di bumi.

18
03. Gunung dan Pegunungan
Relief bumi yang menjulang tinggi (lebih dari 600m), dan berbentuk kerucut
besar disebut gunung. Deretan-deretan gunung yang berdiri memanjang kemudian
disebut pegunungan.
Pegunungan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu
berdasarkan ketinggian dan cara terbentuknya.
Berdasarkan ketinggiannya, pegunungan diklasifikasikan menjadi :
a. Pegunungan Rendah : ketinggiannya antara 0-500 m
b. Pegunungan Sedang : ketinggian berkisar 500-1500 m
c. Pegunungan Tinggi : ketinggian lebih dari 1500 m
Berdasarkan cara terbentuknya, pegunungan dikelompokkan menjadi :
a) Pegunungan Lipatan : terjadi karena proses pelipatan oleh tenaga tektonik
b) Pegunungan Patahan : terjadi karena proses tenaga secara vertikal dan atau
horizontal
c) Pegunungan Vulkanik : terjadi karena proses vulkanisme (gerakan magma) atau
bisa juga disebabkan karena peristiwa erupsi.
04. Dataran Tinggi
Akibat proses denudasi yang mengiringi suatu proses terbentuknya
pegunungan, maka terbentuklah suatu daratan di tempat yang tinggi, disebut
Dataran Tinggi.
Dataran tinggi dibagi kedalam 4 jenis, antara lain :
i. Plato Tektonik : terbentuk akibat gerakan bumi yang masif dengan skala luas.
Contoh : Plato Brasilia.
ii. Plato Terbelah : terbentuk akibat erosi dan kekuatan cuaca. Contoh : Plato Tibet.
iii. Plato Loess : terbentuk karena proses sedimentasi debu dari Gurun Gobi. Contoh :
Plato yang banyak terdapat di lembah Huang He, Cina.
iv. Plato Lava : terbentuk karena proses erupsi vulkanik yang menggenai tempat yang
lebih rendah sampai ketinggian 1000 meter. Comtoh : Plato Ular Columbia, AS.
05. Bukit dan Perbukitan
Merupakan deretan „pegunungan-pegunungan‟ kecil yang ketinggiannya
berkisar antara 100-700 meter. Contohnya : Monadnock, Mesa, Buttle, Drumlin.

19
06. Dataran Rendah
Adalah struktur batuan horizontal dengan relief rendah. Contohnya : daratan
pantai.
07. Bentuk Muka Bumi Dasar Laut
Seperti halnya daratan, laut yang juga merupakan bagian dari litosfer memiliki
relief-relief, yakni :
a. Ambang Laut : dasar laut dangkal yang memisahkan dua laut yang lebih dalam.
Contoh : Ambang Laut Sulawesi.
b. Punggung Laut : perbukitan yang ada di laut dengan puncaknya yang berada di
bawah maupun diatas laut. Contoh : Punggung Laut Sibolga.
c. Gunung Laut : gunung yang muncul di permukaan laut. Contoh : Gunung
Krakatau.
d. Lubuk Laut (Basin) : laut dalam berbentuk bulat dan cekung yang terjadi akibat
gerakan lempeng tektonik dan menyebabkan dasar laut turun. Contoh : Lubuk
Laut Banda.
e. Palung Laut (Trench) : dasar laut yang curam, sempit, dalam, dan memanjang.
Contoh : Palung Jawa.

2. Atmosfer

Permukaan bumi maupun planet-planet yang lain diselimuti oleh suatu


lapisan gas yang disebut atmosfer yang membentang mulai dari permukaan bumi
hingga jauh ke luar angkasa. Gas yang membentuk lapisan atmosfer adalah udara
yang merupakan kombinasi atau percampuran berbagai macam unsur seperti :

 Nitrogen (N2) sebesar 78%


 Oksigen (O2) sebesar 21%
 Argon (Ar) sebesar 1%
 Air (H2O) sebesar 0 hingga 7%
 Ozon (O) sebesar 0 hingga 0,01%
 Karcondioksida (CO2) sebesar 0,01 hingga 0,1%

20
Gejala yang terdapat di lapisan ini terdiri dari berbagai macam unsur cuaca seperti
angin, suhu, awan, hujan, kelembaban udara, serta udara.

Lapisan atmosfer antara lain adalah :

1. Troposfer

Merupakan lapisan atmosfer terdekat dari bumi. Lapisan ini terletak pada level
terendah, yaitu pada ketinggian antara 0 hingga 15 km. Lapisan troposfer
memiliki kombinasi gas yang dianggap paling baik untuk mendukung kehidupan
di bumi, lebih dari 80% kandungan gas atmosfer terdapat di lapisan ini. Suhu
pada lapisan troposfer berkisar antara 17 hingga 52° Celcius. Di lapisan ini, kita
dapat merasakan berbagai macam peristiwa cuaca seperti hujan, musim dingin,
kemarau, musim salju, dan lain sebagainya.

2. Stratosfer

Lapisan stratosfer terletak di atas lapisan troposfer, yaitu pada ketinggian 15


hingga 40 km. Antara troposfer dan stratosfer terdapat sebuah lapisan yang
membatasi antara kedua lapisan atmosfer tersebut, yaitu tropopause.

Meskipun bagian paling bawah lapisan stratosfer memiliki suhu yang relatif
stabil, namun suhu di lapisan ini bisa menjadi sangat dingin yaitu sekitar -70°F
atau sekitar -57°C. Pola suhu di lapisan stratosfer dari bagian tengah ke atas akan
mengalami perubahan, yaitu semakin bertambah ketinggiannya maka suhu akan
semakin meningkat. Hal ini terjadi karena semakin bertambah ketinggian lapisan,
maka konsentrasi ozon akan bertambah. Pada ketinggian 40 km, suhu bisa
mencapai 18°C.

Beberapa fenomena bisa terjadi di lapisan atmosfer ini seperti :

 Pola aliran angin relatif teratur dengan hembusan angin yang sangat kencang.
 Sebagai ruang untuk lalulintas udara seperti pesawat.

21
 Kadang-kadang muncul awan jenis cirus
 Pemblokiran sinar ultraviolet oleh lapisan ozon.

3. Mesosfer

Lapisan ini terletak di atas lapisan stratosfer, yaitu 25 mill atau sekitar 40 km dari
permukaan bumi, dimana sebelum lapisan ini terdapat suatu lapisan yang menjadi
pemisah antara stratosfer dan mesosfer yang dinamakan tratopause.

Pada lapisan ini, suhu dapat kembali mengalami penurunan terutama pada saat
ketinggian semakin bertambah. Pada ketinggian sekitar 81 km dari permukaan
bumi, suhu bisa mencapai -143°C.

Karena memiliki tingkat suhu yang sangat rendah dan dingin, ini dapat
menimbulkan fenomena seperti timbulnya awan yang terbentuk dari kristal-kristal
es (awan noctilucent).

4. Thermosfer

Lapisan ini terletak di atas lapisan mesosfer, yaitu pada ketinggian 75 hingga 650
km di atas permukaan bumi, dan ketinggian 81 km merupakan transisi antara
mesosfer ke termosfer.

Pada lapisan ini terjadi perubahan suhu yang sangat signifikan dimana
temperature udara mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sekitar
1982°C. Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya serapan radiasi sinar ultra
violet.

Terjadinya radiasi sinar ultraviolet dapat menyebabkan timbulnya reaksi kimia


yang membentuk lapisan ionosfer, yaitu lapisan yang bermuatan listrik serta dapat
memancarkan gelombang radio.

5. Ionosfer

22
Lapisan ini terbentuk dari reaksi kimia dari radiasi sinar ultraviolet. Lapisan ini
mempunyai ketebalan antara 50 hingga 100 km. Ionosfer menjadi lapisan
pelindung bumi dari berbagai benda sistem tata surya luar angkasa seperti batu
meteor. Selain itu, lapisan ini juga menjadi tempat terjadinya fenomena aurora
yang juga dikenal dengan sebutan cahaya utara atau cahaya selatan. Ionosfer
dibagi menjadi 3 lapisan, yaitu :

 Lapisan ozon yang terletak antara 80 – 150 km. Suhu udara di lapisan ini berkisar
antara -70°C hingga +50°C.
 Lapisan udara F yang terletak antara 150 – 400 km
 Lapisan udara atom yang terletak antara 400 – 800 km. Suhu udara di lapisan ini
bisa mencapai 1200°C, karena lapisan ini menerima panas langsung dari matahari.

6. Eksosfer

Ini merupakan lapisan terluar dari atmosfer bumi. Lapisan ini memiliki ketebalan
yang berkisar antara 500 hingga 700 km, dimana suhunya bisa mencapai -57°C.
Salah satu fenomena yang terjadi pada lapisan ini adalah terjadinya cahaya
zodiakal, yaitu refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu
meteoritik.

3. Hidrosfer

Merupakan bagian dari permukaan bumi yang terdiri dari lapisan air. Hidrosfer
berasal dari kata hidros yang berarti air serta spere yang berarti lapisan. Beberapa
element dari hidrosfer bumi antara lain adalah sungai, danau, laut, gletser, air
tanah, serta uap air yang berada di lapisan udara.

Hidrosfer memiliki siklus yang dinamakan sebagai siklus hidrologi, dimana ada 3
jenis siklus hidrologi, yaitu :

1. Siklus pendek, dimana air laut mengalami proses penguapan menjadi uap air yang
nantinya akan mengalami proses terjadinya hujan kondensasi menjadi awan.

23
Melalui sebuah proses, awan akan diubah menjadi embun atau air hujan yang
pada akhirnya akan kembali ke laut.
2. Siklus sedang, dimana uap air yang berasal dari proses penguapan air laut akan
menuju daratan oleh bantuan angin. Uap air tersebut nantinya akan berubah
menjadi awan yang selanjutnya akan kembali ke daratan dalam bentuk air hujan.
Air hujan tersebut pada akhirnya akan kembali ke lautan melalui aliran sungai dan
yang lainnya.
3. Siklus panjang, dimana uap air dari lautan akan dibawa ke daratan oleh perantara
angin. Di ketinggian tertentu, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan
hingga mencapai titik beku yang mengakibatkan timbulnya awan dengan
kandungan kristal es yang nantinya akan kembali ke bumi dalam jenis-jenis
hujan dalam bentuk es atau salju di daerah pegunungan. Es tersebut nantinya akan
mengalir dalam bentuk gletser menuju ke lautan kembali.

4. Biosfer

Secara harfiah, biosfer merupakan bagian bumi terluar yang mencakup daratan,
air, serta udara yang menjadi faktor pendukung utama dari keberlangsungan
kehidupan serta proses biotik. Sedangkan menurut geofisiologi, biosfer
merupakan sistem ekologi global yang menyatukan seluruh makhluk hidup serta
hubungan yang terjadi di antara mereka termasuk interaksinya terhadap unsur
litosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Beberapa anggapan telah menyatakan
bahwa biosfer telah berlangsung sekitar 3,5 milyar tahun dari 4,5 milyar tahun
usia bumi. Jadi, selisih antara usia bumi denagn berlangsungnya proses biosfer
adalah sekitar 1 milyar tahun lamanya.

C. Asal Mula Kehidupan , Geografi Kehidupan Teori Evolusi

Bumi kita dahulu terbentuk dalam keadaan hangat dan pijar yang secara
perlahan – lahan bumi mengadakan kondensasi atau lebih dingin sehingga pada
suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Bagian yang berbentuk cair

24
membentuk samudera atau hidrosfer, sedangkan bagian yang berbentuk gas
disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer.

Lapisan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup melangsungkan


kehidupannya disebut biosfer. Dalam kehidupan makhluk hidup tersebut,
terbentuk suatu sistem hubungan antara makhluk hidup dengan materi dan energi
yang mengelilinginya.
Ciri – ciri sebuah benda hidup atau makhluk hidup ialah :
1. Melakukan pertukaran zat atau metabolisme, yakni adanya zat yang masuk dan
keluar.
2. Tumbuh atau bertambah besar karena pertambahan dari dalam dan bergerak.
3. Melakukan reproduksi atau berkembangbiak.
4. Memiliki irabilitas atau kepekaan terhadap rangsangan dan memberikan reaksi
terhadap rangsangan itu.
5. Memiliki kemampuan mengadakan adaptasi terhadap lingkungan.

a. Kapan Mulai ada kehidupan di Bumi


Usia Bumi kurang lebih adalah 3000 juta tahun , namun hadirnya kehidupan
diatas bumi barulah sekitar 2000 tahun, dan berwal dari mahluk yang sangat
sederhana.
Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan
metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Dengan metode
itu pula diperkirakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5 ribu juta tahun
yang lalu. Dari berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun
yang telah menunjukan tanda - tanda kehidupan atau fosil.

b. Dari mana asal kehidupan di Bumi


Kita mengenal beberapa hipotesis tentang asal mula kehidupan. Perlu
diketahui bahwa hipotesis yang dikemukakan para ahli tidak terlepas dari cara
penalaran seseorang dari zaman ke zaman, oleh karena itu ada beberapa hipotesis
yang agak kurang tepat kedengarannya. Namun sebaliknya, ada beberapa
hipotesis yang benar bila ditinjau dari segi logika.

25
Berikut beberapa hipotesis atau teori tentang dari mana asal kehidupan di Bumi :
1. Hidup dari Tuhan
Pendapat ini lebih dikenal dengan paham, Penciptaan Khusus yang mengandung
arti bahwa Tuhan langsung turun tangan. Ilmuwan Tidak menolak anggapan ini,
tetapi semacam itu diluar taraf dan batas ilmu pengetahuan. Pendapat ini dikenal
dengan sebutan Teori Transedental , yang berpendapat bahwa semua ciptaan dari
sisi “Religi “ adalah Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan itu luar jangkauan
sains.
2. Teori Cozmozoa
Teori ini mengatakan bahwa mahluk hidup berasal dari luar angkasa diperkirakan
suatu benda berat telah menyebarkan benda hidup dan benda hidup itu
meruapakan suatu partikel – partikel kecil. Teori ini berdasarkan dua asumsi :
a. Benda hidup itu ada atau telah ada di suatu tempat dalam alam semesta ini.
b. Hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan antarbenda angkasa di bumi.
3. Teori Fluger
Teori yang menyatakan bahwa bumi itu berasal dari suatu materi yang sangat
panas sekali, yang mengandung Karbon dan Nitrogen sehingga terbentuk
Cyanogen. Senyawa itu dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi, dan
selanjutnya terbentuk zat protein protoplasma yang menjadi mahluk hidup.
4. Teori Moore
Teori ini menyatakan bahwa Hidup dapat muncul dari kondisi yang cocok atau
pas dari bahan Organik pada saat bumi mengalami pendinginan dalam kondisi
tersebut muncullah hidup itu .
5. Teori Allen
Bahwa saat keadaan berdifusi ( bumi itu keadaannya seperti sekarang ), beberapa
reaksi terjadi yaitu energi yang datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi
yang lembab dan menimbulkan pengaturan atom, interaksi antara Nitrogen,
Karbon, Hidrogen, Oksigen dan Sulfur, yang nantinya akan membentuk zat – zat
yang difus yang akhirnya membentuk potoplasma benda hidup.

26
6. Generatio Spontanea
Sebelum abad 17 orang menganggap bahwa makhluk hidup itu terbentuk secara
spontan atau terbentuk dengan sendirinya.
Contoh: Ulat timbul dengan sendirinya dari bangkai tikus, cacing timbul dengan
sendirinya dari dalam lumpur, dari gudang padi, ternyata munculah tikus.
Faham ini disebut juga abiogenesis makhluk hidup dapat terbentuk dari bukan
makhluk hidup, misalnya dari lumpur timbul cacing. faham ini antara lain
dipelopori oleh Aristoteles.
7. Omne Vivum Ex Ovo
Fransisco Redi (1626-1697) ahli biologi bangsa Italia dapat membuktikan bahwa
ulat pada bangkai tikus berasal dari telur lalat yang meletakan telurnya dengan
sengaja disitu. Dari berbagai percobaannya yang serupa ia memperoleh
kesimpulan yang serupa yaitu bahwa asal mula kehidupan itu adalah telur atau
omne vivum ex ovo.
8. Omne Ovo Ex Vivo
Lazzaro Spallanzani (1729 - 1799) juga ahli bangsa Italia dengan percobaannya
terhadap kaldu, membuktikan bahwa jasad renik atau mikroorganisme yang
mencemari kaldu dapat membusukkan kaldu itu. Bila kaldu ditutup rapat setelah
mendidih maka tidak terjadi pembusukan. Ia mengambil kesimpulan bahwa untuk
adanya telur harus ada jasad hidup terlebih dahulu. Maka muncullah teorinya
omne ovo ex vivo atau telur itu berasal dari makhluk hidup.
9. Omne Vivum Ex Vivo
Louis Pasteur (1822-1895) sarjana kimia Perancis melanjutkan percobaan
Spallanzani dengan percobaan berbagai mikroorganisme. Akhirnya ia
berkesimpulan bahwa harus ada kehidupan sebelumnya, agar tumbuh kehidupan
yang baru atau disebut omne vivum ex vivo. Teori ini disebut juga teori
Biogenesis dengan konsep dasar bahwa yang hidup itu tentu berasal dari yang
hidup juga. Dengan teori biogenesis ini maka teori abiogenesis ditinggalkan
orang. Akan tetapi dengan demikian asal mula kehidupan mulai kembali menjadi
masalah yang belum terungkap, namun hampir semua para ahli sependapat bahwa
asal mula kehidupan itu timbul di bumi kita ini, bukan dari angkasa luar.

27
10. Teori Urey
Harold Urey (1893) seorang ahli kimia dari Amerika Serikat mengemukakan
bahwa atmosfer bumi pada awal mulanya kaya akan gas-gas metana (CH4),
amoniak (NH3), hidrogen (H2) dan air (H2O). Zat-zat itu merupakan unsur-unsur
penting yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup. Diduga karena adanya energi
dari aliran listrik halilintar dan radiasi sianr kosmos unsur-unsur itu mengadakan
reaksi-reaksi kimia membentuk zat-zat hidup. Zat hidup yang mula-mula
terbentuk kira-kira sama dengan keadaan virus yang kita kenal sekarang. Zat itu
berjuta-juta tahun berkembang menjadi berbagai jenis organisme.
11. Teori Oparis Haldane
Alenxande I. Oparin, ahli biologi Rusia mempublikasikan tentang asal mula
kehidupan , Rangkuman pendapat itu adalah jasad hidup terbentuk dari senyawa
kimiawi dalam laut pada saat atmosfer bumi belum mengandung oksigen bebas.
Senyawa terebut ( asam Amino sederhana, Purin, basa pirimidin serta senyawa
senyawa golongan gula, kemudian terbentuk pula senyawa polipedia asam - asam
polinuleat dan polisakarida yang semuanya terbntuk berkat bantuan sinar
ultraviolet, kilatan listrik, panas dan radiasi
Jasad Hidup Pertama disebut protobion, yang hidup dalam laut kira-kira 5-10
meter dibwah permukaan laut. Ditempat itulah mereka terhindar dari sinar
ultraviolet intensitas tinggi dan sinar matahari yang mematikan. Ketika jasad
hidup berkembang menjadi lebih sempurna dan mampu memproduksi oksigen
maka lama kelamaan terdapat lapisan pelindung berupa Ozon di atmosfer bumi
kemudian, kehidupan merayap di pantai dan akhirnya memenuhi daratan teori ini
kembali ke teori Generatio Spontane tapi melalui proses evolusi ratusan juta tahun
lamanya.
Teori Abiogenesis
Menurut teori abiogenesis, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau
dengan kata lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena makhluk itu
ada dengan sendirinya maka teori ini dikenal juga dengan teori Generatio
Spontanea. Generatio spontanea berarti penciptaan yang terjadi secara spontan.
Artinya bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara

28
spontan. Aristoteles merupakan salah satu pelopor teori ini, teori ini diajukan oleh
Aristoteles pada tahun 384–322 SM. Aristoteles menyatakan bahwa kehidupan
berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Teori ini dikemukakan
oleh Aristoteles berdasarkan pengamatan adanya larva lalat yang muncul secara
tiba-tiba pada daging yang busuk. Aristoteles berkesimpulan bahwa larva lalat
tersebut berasal dari daging yang busuk.

Teori Abiogenesis dari percobaan Aristoteles


Pendukung lain teori Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari
Inggris. Pada tahun 1713-1781 John Needham melakukan percobaan dengan
mengisi beberapa labu tertutup dengan kaldu daging, kemudian dipanaskan tetapi
tidak sampai mendidih. Selanjutnya labu tersebut ditutup dan disimpan pada suhu
kamar. Setelah beberapa hari, ternyata semua labu menjadi keruh yang
menunjukkan bahwa di dalam labu sudah berisi mikrobia. Berdasarkan hasil
percobaannya, Needham menyimpulkan bahwa mikrobia yang menyebabkan
kekeruhan dalam labu berasal dari kaldu daging yang disiapkan. Berdasarkan
percoban tersebut, dapat disimpulkan bahwa kehidupan berasal dari benda mati.
Akhir tahun 1600, banyak orang percaya mengenai teori generatio spontanea
pada hewan. Bahkan seorang doktor saat itu, Jan Baptist Van Helmont, membuat
resep untuk membuat tikus, yaitu dengan melempar biji-bijian dan kain lusuh ke
sudut ruangan. (Sumber: Heath Biology, 1985). Setelah ditemukan mikroskop,
Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya mikroorganisme (animalculus) di
dalam air rendaman jerami. Temuan ini seolah-olah menguatkan teori
Abiogenesis. Para pendukung teori Abiogenesis menyatakan bahwa
mikroorganisme itu berasal dari jerami yang membusuk. Akan tetapi,
Leeuwenhoek menolak pernyataan itu dengan mengemukakan bahwa
mikroorganisme itu berasal dari udara. Para penganut abiogenesis tersebut di atas
dalam menarik kesimpulan sebenarnya terdapat kelemahan, yaitu belum mampu
melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista, ataupun telur cacing) yang
terbawa dalam materi percobaan yang digunakan. Hal ini karena pada zaman
Aristoteles belum ditemukan mikroskop. Walaupun ada kelemahan pada

29
percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul
kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah. Tidak semua
orang puas dengan teori yang dikemukakan oleh para penganut paham
abiogenesis. Oleh karena itu, ada orang yang mulai menyelidiki asal-usul makhluk
hidup melalui berbagai percobaan. Walaupun bertahan beratus-ratus tahun, teori
Abiogenesis akhirnya goyah dengan adanya penelitian tokoh-tokoh yang tidak
puas dengan paham Abiogenesis. Tokoh-tokoh ini antara lain: Francesco Redi
(Italia, 1626 - 1697), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 - 1799), dan Louis Pasteur
(Perancis, 1822 - 1895)
Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup. Tokoh pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro
Spallanzani, dan Louis Pasteur. Francesco Redi merupakan orang pertama yang
melakukan penelitian untuk membantah teori Abiogenesis.
Percobaan Francesco Redi
Francesco Redi melakukan penelitian menggunakan 8 tabung yang dibagi
menjadi 2 bagian. Empat tabung masing-masing diisi dengan daging ular, ikan,
roti dicampur susu, dan daging. Keempat tabung dibiarkan terbuka. Empat tabung
yang lain diperlakukan sama dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung ditutup
rapat. Setelah beberapa hari pada tabung yang terbuka terdapat larva yang akan
menjadi lalat. Berdasarkan hasil percobaannya, Redi menyimpulkan bahwa ulat
bukan berasal dari daging, tetapi berasal dari telur lalat yang terdapat dalam
daging dan menetas menjadi larva. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori
Abiogenesis karena pada tabung yang tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak
dapat masuk sehingga tidak memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan.
Bantahan itu mendapat tanggapan dari Redi. Redi melakukan percobaan yang
sama, namun tutup diganti dengan kain kasa sehingga udara dapat masuk dan
ternyata dalam daging tidak terdapat larva.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1.1 Struktur zona kulit bumi pada maslah ini dapat dinyatakan sebagai
pembagian zona dalam pembagian fenomena geosfer. Fenomen –
fenomena geosfer adalah kejadian alam yang menyangkut atmosfer
(lapisan udara), biosfer (lapisan tempat tinggal makhkuk hidup), serta
hidrosfer (lapisan air).
1.2 Kehidupan adalah fenomena atau perwujudan adanya hidup, yaitu keadaan
yang membedakan organisme (makhluk hidup) dengan benda
mati.Berbagai jenis organisme dapat ditemukan di dalam biosfer bumi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aly dan Eny Rahma. MKDU Ilmu Alamiah Dasar. Bumi Aksara.

Dr. Mawardi. Dkk. IAD, ISD, IBD Penerbit Pustaka Setia. See. Harun Yahya, The
Evolution Deceit: The Scientific Collapse of Darwinism and Its
Ideological Background, Istanbul, 1998.

http://aas07.files.wordpress.com/2009/05/atmosfer-bumi1.pdf

http://geo-smancis.blogspot.com/p/atmosfer_20.html

Mustafa KS. Alam Semesta dan Kehancurannya. Penerbit Percetakan Offcet.

Suparmini dan Bambang Syaeful Hadi. Dasar-dasar Geografi. Yogyakarta :


2009.

32

Anda mungkin juga menyukai