Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

DosenPengampu :Yunita Galih, S.Kep., Ns., M.Kep

DisusunOleh :
1. Agharitha Fara S (010118A005)
2. Anggrito Van Z. A (010118A014)
3. Dinda Afifatul Isma (010118A041)
4. Lailatul Masruroh (010118A076)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
karunia dan kesempatannya sehingga kami dapat menyelesakan tugas “Konsep Dasar Penyakit
Luka Bakar dan Asuhan Keperawatan padaPenderita Luka Bakar” tepat pada waktunya.

Tugas ini merupakan tugas kelompok. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Yunita Galih, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pengampu dan pembimbing dalam penyusunan
tugas ini, serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan tugas, sehingga tugas ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini
pasti terdapat banyak kekurangan sehingga kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam pembutan tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan
kita semua. Kami juga mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini.

Ungaran, April 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas
permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi
gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang,
seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan
merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang
diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada
sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar.
Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan
yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald
burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama
yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang
mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain
dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari
lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit,
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka
bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan
inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang
menyertai.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian luka bakar
2. Untuk mengetahui macam-macam luka bakar
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala luka bakar
4. Untuk mengetahui penanganan luka bakar
BAB II

KONSEP PENYAKIT LUKA BAKAR

A. Definisi Luka Bakar


Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
suhu / termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak
merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari epitel. Biasanya dapat pulih
dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua
sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa membutuhkan eksisi dan
cangkok kulit jika luas.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat disebabkan
oleh panas (api, cairan, lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar
merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai sistem tubuh.
Luka bakar adalah kerusakan atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat aliran listrik,
akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan mataharu (sunburn).
Dari beberapa pendpat para ahli diatas dapat disimpulkan menurut kelompok luka
bakar adalah suatu trauma yang diakibatkan oleh panas, sengatan listrik, radiasi, bahan
kimia, sengatan matahari, api yang mengakibatkan kerusakan jaringan bahkan kehilangan
kulit.
B. Etiologi Luka Bakar
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering yaitu
luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti terbakar
api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontak jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini.
Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih
yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia
yang digunakam dalam bidang industri, pertanian, dan militer. Lebih dari 25.000
prosduk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerkakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi
oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.
C. Patofisiologi
Luka bakar suhu tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi
elekromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperature sampai 44oC tanpa kerusakan
bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan
temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan
konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler
keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein
plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang
hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi
hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok.
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan
organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya
kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan
ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan
onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus
dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya
gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ
penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang
dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. Proses kegagalan organ multi sistem
ini terangkum dalam bagan berikut.

D. Phatway
E. Menisfestasi Klinik
Menisfestasi klinik atau tanda dan gejala luka bakar dapat ditentukan berdasarkan
klasifikasi luka bakar sendiri, diantaranya :
1. Luka Bakar Derajat I
Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial) /
epidermal burn. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumoa
bula, dan terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat
paska paparan sering dijumpai deskuamasi. Salep antibiotik dan pelembabb kulit
dapat diberikan dan tidak memerlukan pembalutan.
2. Luka Derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis beruoa reaksi infamasi
disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa nyeri akibat
iritasi ujung-ujung saraf sensoris.
a. Luka Bakar Derajat II Dangkal / Superficial Paratial Thickness
Pada luka bakar derajat II dangkal, kerusakan jaringan meliputi
epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak kemerahan, edema, dan
terasa lebih nyeri dari pada luka bakar derajat I. Luka sangat sensitif dan
akan lebih pucat jika terkena tekanan. Masih dapat ditemukan folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi
secara spontan dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering
tidak sama dengan sebelumnya. Perawatan luka dengan pembalutan, salep
antibiotik perlu dilakukan tiap hari. Penutup luka sementara (xenograf,
allograft atau dengan bahan sintesis) dapat diberikan sebagai pengganti
pembalutan.
b. Luka Bakar Derajat II / Deep Partial Thickneess
Pada luka bakar derajat II, kerusakan jaringan terjadi pada hampir
seluruh dermis. Bila sering ditemukan dengan dasar luka eritema yang
basah. Permukaan luka bercak merah dan sebagaian putik karena variasi
vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat derajat II dangkal.
Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan
jaringan perut. Selain pembalutan dapat juga diberikan penutup luka
sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan sintesis).
3. Luka Bakar Derajat III
Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga
jaringan subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak
dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna
hitam kering (nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein
epidermis dan dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan
ujung-ujung saraf sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi
spontan. Perlu dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar
derajat II dalam dan luka bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutup
durasi penyembuhan, mencegah infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan,
mencegah komplikasi sepsis, dan secara kosmetik lebih baik.
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Debridemen
 Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan memisahkan diri
secara spontan dari jaringan di bawahnya.
 Debridemen mekanis, yaitu dengan penggunaan gunting dan focep
untuk memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.
 Dengan tindakan bedah, yaitu dengan eksisi primer seluruh tebal
kulit atau dengan mengusap kulit yang terbakar secara bertahap
hingga mengenai jaringan yang masih veabel.
2) Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelasasi spontan tidak memungkinkan
terjadi :
 Autograft ; dari kulit penderita sendiri.
 Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup / atau baru saja
meninggal (balutan biologis).
 Heterograft : kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan
biologis).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan luka umum
 Pembersihan luka
 Terapu antibiotik lokal
 Ganti balut
 Perawatan luka tertutup / tidak tertutup
2) Resusitasi Cairan
Pada luka bakar mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasasi caitan (plasma protein dan elektrolit) dari
inravaskuler ke jaringan interstisial mengakibatkan terjadinya hipovolemik
intravaskuler oleh edema intrastisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik
dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat,
menyebabkan gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ. Pada luka
yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan intrastisial
menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalai
defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi
oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok.
Pedoman dan rumus untuk pengganti cairan luka menurut Evans
 BB (Kg) x % luka bakar x 1 cc NaCL
 BB (Kg) x % luka bakar x 1 cc Larutan koloid Cc glukosa 5%
3) Nutrisi yang cukup
Dengan banyak mengkonsumsi maknaan yang mengandung protein, dapat
mempercepat proses penyembuhan luka bakar, karena protein berperan
penting dalam pembentukkan sel-sel jaringan tubuh yang rusak, contohnya
seperti : ikan dan telur.
G. Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berta, maka penderita dapat
mengalami sepsis. Berikan antibiotik berpektrum luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi. Kortikosteroid jaringan diberikan karena bersifat imunosupresif
(menekan daya tahan), kevuali pada keadaan tertentu, misalnya pada edema
larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
2. Curling’s ulcer (ulkus curling)
ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5-10. Terjadi
ulkus pada deodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.
Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga
berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di
duodenum.
3. Gangguan jalan nafas
Paling dini mucul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama.
Terjadi karena inhalasi, aspirasu, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan
membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian
kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
4. Konvulasi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulasi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatab
(penisilin, aminofilin, defenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tidak diketahui.
5. Kontraktur, merupakan gangguan fungsi pergerakan.
6. Gangguan kosmetik akibat jaringan parut.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

A. Pengkajian
1. Anamnesa
 Identitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
registrasi, dan adekuat.
 Identitas penanggung jawab : meliputi nama, jenis kelamin, hubungan
dengan klien dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas.
Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (P,Q,R,S,T).
Sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakar
dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan
saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulau terjadinya luka bakar, penyebab lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama
menajalankan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat
meliputi beberapa fase : fase emergency (kurang lebih 48 jam pertama
terjadi perubahan pola bak), fase akut (49 jam pertama beberapa hari /
bulan), fase rehabilitasi (menjelang klien pulang).
b) Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar, risiko kematian meningkat jika klien
mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, par, DM, neurologis, atau
penyalahgunaan obat dan alkohol.
c) Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan keluarga dan penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan klie, meliputi ; jumlah anggota keluarga, kebiasaan
keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta kemungkinan penyakit keturunan.
4. Pola Activity Daily Living
a) Aktivitas / istirahat : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi : hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas
yang cedera, vasokontraksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit
putih dan dingin (syok listrik), takikardia, desritmia, pembentukan edema
jaringan.
c) Eliminasi : haluran urine menurun, warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalan, diuresis,
penurunan bising usus/
d) Makanan / cairan : edema jaringan umum, anoreksia, mual, mutah.
e) Neurosensori : kesemutan, perubahan orientasi, afek perilaku, penurunan
refleks tendon dalam pada cedera ektermitas, aktifitas kejang, laserasi
komeal, kerusakan retina, penurunan ketajaman penglihatan, ruptur
mrmbran timpanik, paralisis.
f) Nyeri / kenyamanan : luka nakar sensitif untuk disentuk, ditekan, gerakan
udara dan perubahan suhu.
g) Pernafasan : batuk menggi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera
inhalasi.
h) Keamanan
5. Riwayat Psiko-sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konseo diri body image
yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalamu gangguan
perubahan. Selain itu juga luka bakar membutuhkan perawatan yang lama
sehingga menganggu klien dalam melakukan aktivitas. Hal ini menumbuhkan
stress, rasa cemas, dan takut.
6. Pemeriksaan Kulit, merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka
bakar (luas dan kedalaman luka)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon
monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluan nafas atas.
2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhungnagn dengan edema dab efek
inhalasi asap.
3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke
jaringan dan interupsi aliran darah arteri / vena.
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
5. Hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikro sirkulasi kulit dan luka
yang terbuka.
6. Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf serta dampak
emosional cedera.
7. Risiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barier kulit dan tergantungnya
respon imun.
8. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
sekunder destruksi lapisan kulit.
9. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan
otot.
10. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus penurunan aliran
darah ke gastrointestinal.

Prioritas Diagnosa

1. Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf serta dampak
emosional cedera.
2. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
sekunder destruksi lapisan kulit.
3. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan
otot.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan ceder jaringan dan syaraf serta dampak
emosional cedera.
Tujuan : pengendalian rasa nyeri.
Kriteria Hasil : menyatakan tingkat nyeri menurun, tidak ada pertunjuk non verbal
tentang nyeri.

Intervensi Rasional
Gunakan skala nyeri untuk menilai Tingkat nyeri memberikan data dasar
tingkat rasa nyeri (1-10) bedakan untuk mengevaluasi efektifitas tindakan
dengan keadaan hipoksia. mengurangi nyeri. Hipoksia dapat
menimbulkan tanda-tanda serupa dan
harus disingkirkan terlebih dahulu
sebelum pengobatan nyeri
dilaksanakan.
Kaji tanda nonverbal nyeri (gelisah, Data-data hasil pengkajian yeri akan
kening berkerut, mengatupkan rahang, memberikan informasi dasar untuk
peningkatan TD). mengkaji respon nyeri.
Berikan instruksi dan membantu pasien Tindakan non farmakologik untuk
dalam melaksanakan tekhnik distraksi, mengatasi nyeri akan memberikan
relaksasi. berbagai cara intervensi yang dapat
mengurangi sensasi nyeri.
Berikan preparat angalgetik opioit Penyuntikkan preparat analgetik
menurunkan program medic. Amati intravena diperlukan karena terjadinya
kemungkinan supresi oernafasan pada perubahan perfusi jarngan akibat luka
pasien yang tidak memakai ventilasi bakar.
mekanisme. Lakukan pernilaian respon
pasien terhadap pemberian nalgetik.
Berikan dukungan emosional dan Dukungan emosional sangat penting
menentramkan kekhawatiran pasien untuk mengurangi ketakutan dan
ansietas akibat luka bakar. Ketakutan
dan ansietas akan mengakibatkan
persepsi nyeri.

2. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit


sekunder destruksi lapisan kulit.
Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria Hasil : Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.

Intervensi Rasional
Kaji dan catat ukuran, warna, Memberikan informasi dasar tentang
kedalamam luka, perhatikan jaringan kebuthan penanaman kulit dan
nekrotik dan kondisi sekitar luka. kemungkinan petunjuk tentang
sirkulasi pada area graft.
Lakukan perawatan luka bakar yang Menyiapkan jaringan untuk
tepat dan tindakan kontrol infeksi. penanaman dan menurunkan risiko
infeksi atau kegagalan kulit.
Pertahankan penutupan luka sesuai Kain nilon atau memberan silikon
indikasi. mengandung kolagen porcine peptida
yang melekat pada permukaan luka
sampai lepasnya atau mengeluoas
secara spontan kulit repitelasasi.
Tinggikan area graft bila mungkin / Menurunkan pembengkakan atau
tepat. Pertahankan posisi yang membatasu risiko pemisahan graft.
diinginkan dan imobilisasi area bila Gerakan jaringan dibawah graft dapat
diindikasikan. mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
Pertahankan balutan diatas area graft Area mungkin ditutup oleh bahan
baru dan atau sisi donor sesuai. dengan permukaan tembus pandang
tak reaktif.
3. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan
otot.
Tujuan : Paien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
Kriteria Hasil : Pasien mampu melakukan ADL secara mandiri

Intervensi Rasional
Kaji kembali kemampuan dan keadan Mengidentifikasi masalah utama
secara fungsional pada kerusakan yang terjadinya gangguan mobilitas fisik.
terjadi.
Monitor fungsi motorik dan sensorik Menekan kemampuan mobilisasi
setiap hari. mengidentifikasi masalah utama
terjadinya gangguan mobilitas fisik.
Lakukan latihan ROM. Mencegah terjadinya kontraktur.
Ganti posisi tiap 2 jam sekali. Penekanan terus-menerus menimbuljan
decubitus
D. Evaluasi
1. Fase darurat
a. Pertukaran gas kembali adekuat
b. Perfusi jaringan kembali adekuat
c. Bersihan jalan nafas kembali efektif
d. Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit optimal
e. Suhu tubuh klien kembali normal (36-37˚C)
f.   Nyeri klien berkurang
2. Fase akut
a. Nyeri klien berkurang
b. Keseimbangan cairan optimal
c. Integritas kulit membaik
d. Pemenuhan nutrisi adekuat
e. Pencapaian mobilitas fisik yang optimal
f. Ansietas berkurang
g. Klien dan keluarga paham tentang penyakitnya
h. Resiko infeksi tidak terjadi
i. Tidak terjadi komplikasi pada ginjal
j. Tidak terjadi perdarahan GI
k. Tidak terjadi komplikasi ileus paralitik
l. Tidak terjadi sepsis
3. Fase rehabilitasi
a.  Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
b.  Klien mampu beradaptasi dengan citra tubuh yang berubah
c. Klien dan keluarga paham tentang penyakitnya

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka
bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka
bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak
luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar
sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
B. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan sesuai
medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada
hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, M. J. (2014). Luka Sudut Pandang. Smith College Studies in Social Work, 35(3), 173–
188. https://doi.org/10.1080/00377316509517341
Belakang, L. (2017). Kebijakan keselamatan pasien pada pasien luka bakar.
Harvita, S. R. I., & Marpaung, S. (2019). Pelaksanaan proses pengkajian keperawatan pada
pasien luka bakar.
Kurniawan, S. W., & Susianti. (2017). Luka Bakar Derajat II-III 90 % karena Api pada Laki-laki
22 Tahun di Bagian Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek Lampung Burns
Degree II-III 90 % due to Fire in Male 22 Years in Surgery Division of Abdoel Moeloek
General Hospital Lampung. Jurnal Medula Unila, Volume 7, 140.
Black & Hawk. 2009. KeperawatanMedikalBedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

Brunner &Suddarth. 2001. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai