Anda di halaman 1dari 26

Tugas Manajemen Kelayakan Bisnis

MAKALAH
ASPEK MANAJEMEN OPRASIONAL DAN TEKNOLOGI

Oleh
Dr. Hendra Gunawan, SE., M.Si

 
NAMA : SERLIANAH
NIM : P19010147
KELAS : K1a-19

Tugas Ke
IV
26 Juni 2020

PROGRAM PASCA SARJANA


STIE AMKOK MAKASSAR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-
Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul ”ASPEK
MANAJEMEN OPRASIONAL DAN TEKNOLOGI”.

Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada
mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan
dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.

Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa
memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik
lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan
atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh
penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini, membuat persaingan semakin
ketat antar perusahaan yang ada di dunia. Segala upaya dilakukan untuk menjadi yang
terbaik. Manajemen yang baik menjadi kunci kesuksesan dunia industri saat ini baik itu
manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Manajemen
operasional merupakan satu fungsi manajemen yang sangat penting bagi sebuah organisasi
atau perusahaan. Bidang ini berkembang sangat pesat terutama dengan lahirnya inovasi dan
teknologi baru yang diterapkan dalam praktik bisnis. Oleh karena itu banyak perusahaan yang
sudah melirik dan menjadikan aspek-aspek dalam manajemen operasi sebagai salah satu
senjata strategis untuk bersaing dan mengungguli kompetitornya. Dalam kewirausahaan,
manajemen operasi pun diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan perubahan atau
inovasi produk untuk menjadi lebih baik lagi. Seiring perkembangan industri yang semakin
maju perusahaan juga dituntut untuk memberikan kualitas yang terbaik baik dalam produk
maupun jasa yang dihasilkan tetapi tidak melupakan dampak lingkungan yang terjadi dari
segala aktivitas perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional?
2. Apakah pengertian manajemen operasional itu?
3. Bagaimana penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi?
4. Bagaimana ruang lingkup manajemen operasional?
5. Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Operasional Organisasi atau
Perusahaan?
6. Fungsi Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan?
7. Bagaimana struktur manajemen operasional?
8. Bagaimana langkah – langkah manajemen operasional?
9. Bagaimana strategi manajemen operasional?

C. Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional.
2. Mengetahui pengertian dari manajemen operasional.
3. Mengetahui penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi.
4. Mengetahui bagaimana ruang lingkup manajemen operasional.
5. Mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Operasional Organisasi
atau Perusahaan.
6. Mengetahui fungsi Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan
7. Mengetahui struktur manajemen opeasional.
8. Mengetahui struktur manajemen operasional.
9. Mengetahui langkah – langkah manajemen operasional.
10. Mengetahui strategi manajemen operasional.

D. Manfaat
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mampu mengetahui apa itu
manajemen operasional, penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi,
ruang lingkup, struktur, dan strategi manajemen operasional yang berperan dalam pencapaian
tujuan organisasi perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional
Manajemen Operasional memiliki tiga tahapan perkembangan teoretik dan
setiap pase perkembangan dimaksud memiliki nama yang khas. Pada mulanya
bernama Manajemen Pabrik (Manufacturing Management), kemudian menjadi
Manajemen Produksi (Production Management) dan terakhir bernama Manajemen
Operasional (Operations Management).
1. Manajemen Pabrik
Menurut Adam dan Ebert (1992) manajemen pabrik lahir bersamaan dengan
lahirnya revolusi industri di Inggris sekitar tahun 1785 dan dipicu oleh pemikiran
Adam Smith, terutama tentang spesialisasi (asas pembagian kerja) dan efisiensi
ekonomi. Manajemen Pabrik diperlukan karena revolusi industri telah menggeser
teknik pengolahan manual atau kerja tangan (hand-making production system)
menjadi kerja mesin (machine-made production system).
Pemakaian mesin uap di pabrik yang ada di Inggris pada waktu itu (pada
mulanya di pabrik tekstil) telah melahirkan perubahan :
a. Mengganti proses kerja tangan dengan kerja mekanik (memakai mesin).
b. Mengubah sistem produksi pesanan menjadi produksi massa untuk memenuhi
permintaan pasar yang luas,
c. Perubahan lokasi produksi dari rumah tangga (home industry) ke perusahaan
pabrik (manufacturing company).
d. Perubahan sumber tenaga kerja dari anggota rumah tangga (keluarga) menjadi
tenaga dari pasar tenaga kerja.
Penggunaan tenaga kerja manusia dalam jumlah yang besar di pabrik yang
berasal dari luar rumah tangga memerlukan metode pengelolaan tenaga kerja
manusia. Perubahan terjadi, baik pada hubungan kerja maupun cara
pengupahannya. Perubahan ini menyebabkan diperlukannya Manajemen Pabrik.
Manajemen Pabrik pada dasarnya merupakan metode pengorganisasian
faktor-faktor produksi, termasuk sumber daya manusia, dalam usaha
menghasilkan produk barang secara massal dengan efisien. Tekanan utama
Manajemen Pabrik terletak pada usaha menghasilkan produk barang dengan
efisien. Oleh karena itu orientasinya masih tunggal, yaitu berproduksi untuk
memperoleh keunggulan bersaing berdasarkan basis biaya. Manajemen Pabrik ini
berlangsung sampai sekitar tahun 1930-an, yaitu sampai dengan kebangkitan
industri di Jerman, khususnya industri mobil (Mercedez dan Mercy) yang
mengutamakan mutu.
2. Manajemen Produksi (Production Management)
Era Manajemen Produksi mulai sejak 1930-an sampai 1970-an. Manajemen
Produksi lahir sejak pemikiran Taylor yang terkenal dengan sebutan manajemen
ilmiah (scientific management) diterima secara luas dan diterapkan di lapangan
produksi. Pada mulanya, produksi dengan orientasi pada mutu dipelopori oleh
Jerman sehingga Jerman diterima sebagai pelopor Manajemen Produksi. Era ini
berlangsung hingga Jepang muncul sebagai salah satu negara industri berteknologi
tinggi dan menawarkan gaya manajemen khas Jepang, yaitu Manajemen Mutu
Terpadu (Total Quality Management, TQM) dan Just In Time Production System
(JIT) pada awal tahun 1970-an. Gagasan Taylor mengenai produksi terutama
bertujuan untuk menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak berguna, yaitu
gerakan yang tidak memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Pada
dasarnya Manajemen Produksi juga melulu mengkaji tata produksi barang dan
belum menaruh perhatian pada produksi jasa. Namun demikian orientasi
Manajemen Produksi sudah lebih luas daripada Manajemen Pabrik. Manajemen
Produksi sudah memperhatikan soal kualitas keluaran disamping pada tekanan
biaya atau efisiensi ekonomi. Sehubungan dengan itu, maka orientasi Manajemen
Produksi lazim disebut Q and C oriented (Quality and cost orientation).
Pada dasarnya Manajemen Produksi merupakan metode pengorganisasi-an
faktor-faktor produksi, termasuk sumber daya manusia, untuk digunakan dalam
proses menghasilkan produk barang secara massal yang memenuhi stanadard
mutu tertentu secara efisien.
3. Manajemen Operasional (Operations Management)
Manajemen Operasional lahir sejak 1970-an hingga sekarang. Sasaran yang
hendak dicapai Manajemen Operasional ialah mewujudkan efisiensi ekonomi
(cost minimization) dalam proses produksi, baik barang maupun jasa, kualitas
yang tinggi (high quality), dapat diserahkan ke pasar dalam waktu yang cepat
(speed of delivery), dan peralatan produksi dapat dengan segera dialihkan untuk
mengerjakan produk lainnya (flexibility). Dengan demikian, Manajemen
Operasional sudah berbeda secara mendasar dengan Manajemen Pabrik dan
Manajemen Produksi. Manajemen Operasional mengkaji produksi barang dan
jasa, sedang Manajemen Pabrik dan Manajemen Produksi melulu membicarakan
produksi barang. Disamping itu, orientasi Manajemen Operasional sudah semakin
luas dan lazim disebut memiliki orientasi pada biaya, mutu, kecepatan
penyerahan, dan keluwesan proses (QCDF Orientation). Kepeloporan Jepang
dibidang modernisasi Manajemen Produksi dipimpin oleh Toyota yang
menekankan proses pada usaha menghasilkan produk yang bermutu sesuai
pengharapan konsumen. Perwujudan kualitas adalah tanggung jawab semua
personil, semua jabatan, dan semua proses. Dengan demikian, tanggungjawab atas
mutu bergeser dari para inspektur mutu ke pada segenap personil perusahaan.
Sejak saat itu, Jepang mengenalkan konsep pengawasan melekat (built-in
controlling) dan perbaikan terus menerus (keizen, continuous improvement). Ke
dua hal itu harus dilakukan oleh perusahaan sebagai antisipasi terhadap tuntutan
konsumen atas mutu keluaran yang semakin meningkat. Tiap pekerja dididik dan
dilatih untuk menghidarkan proses dari cacat (poke yoke, atau to avoid mistake)
dan mengawasi serta memeriksa sendiri pekerjaannya menuju terwujudnya proses
dan keluaran bebas cacat (zero defect).
Para manajer dilatih untuk dapat menerapkan pengendalian proses dengan
menggunakan metode statistik (statistical process control), kemudian setiap
manajer melatih bawahannya masing-masing sehingga seluruh lapisan personil
perusahaan paham dan dapat menerapkan metode pengendalian mutu dan proses
secara statistik. Program pelatihan dilakukan secara berkesinambungan sehingga
pemahaman Produksi Modern (Modern Production Management).

B. Defenisi Manajemen Operasional


Manajemen operasional adalah bentuk pengelolaan secara menyeluruh dan
optimal pada masalah tenaga kerja, barang-barang seperti mesin, peralatan, bahan-
bahan mentah, atau produk apa saja yang sekiranya bisa dijadikan sebuah produk
barang dan jasa yang biasa dijual belikan.
Sesuai dengan definisinya sendiri, manajeman yang berasal dari kata manage
yang berarti mengatur penggunaan. Jika disandingkan dengan kata operasional,
artinya dalah pengaturan pada masalah produksi atau operasional baik dalam bidang
barang atau jasa.
Selanjutnya, secara definisi, manajemen operasional juga sebagai penanggung
jawab dalam sebuah organisasi bisnis yang mengurusi persoalan produksi. Baik dalam
bidang barang atau jasa. Dilihat dari definisi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, fungsi manajemen operasional, yakni dalam hal pengambilan
keputusan mengenai kebutuhan-kebutuhan operasional. Kedua, manajamen
operasional mesti juga memperhatikan mengenai sistemnya. Terutama sistem
transformasi. Sistem ini termasuk juga dalam sistem pengurusan mengenai membuat
rancangan serta analisis dalam operasi nanti. Yang ketiga atau terakhir mengenai hak
pengambilan keputusan dalam sebuah manajemen operasional.
Sebagaimana dikehatui bahwa keputusan adalah hal yang terpenting bagi
seseorang agar bisa bersikap tegas dan tepat, demi lancarnya manajemen operasional
yang tengah dijalankan. Oleh karena itu, manjemen operasional sangat erat kaitannya
dengan pe Unsur Manajemen terdiri dari ; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan.
 Tahap  Perencanaan, meliputi ; Penentuan strategi operasi; penentuan lokasi
pabrik; Riset dan pengembangan produk; penentuan jumlah produk; penentuan
luas dan pola produksi;penyusunan layout & job design; serta penentuan standar
kerja.
 Tahap Pelaksanaan, meliputi ; pengaturan bahan baku; pengturan proses
produksi; pemeliharaan dan penggantian fasilitas; perbaikan lingkungan kerja;
dan perbaikan kesejahteraan pekerja.
 Tahap Pengawasan, meliputi ; pengawasan kuantitas ; pengawasan kualitas; dan
pengawasan biaya produksi dan operasi.
Dalam perencanaan, manajer operasi menentukan tujuan subsistem operasi
dari organisasi dan mengembangkan program, kebijakan dan prosedur penentuan
peranan dan focus dari operasi termasuk perencanaan produk, perencanaan fasilitas
dan perencanaan penggunaan sumber daya produksi.
Dengan demikian, Manajemen Produksi atau Operasional menyangkut
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan proses produksi untuk mencapai
tujuan organisasi atau perusahaan.

C. Penerapan Operasi Dan Penentuan Lokasi Dalam Kegiatan Produksi


1. Sistem Produksi/Operasi
Sistem operasi merupakan sistem yang mengacu pada sistem transformasi
yang menghasilkan barang dan jasa. Gambaran sistem ini tidak hanya menjadi
pijakan untuk definisi jasa dan manufaktur sebagai sistem transformasi, tetapi
juga dasar yang kuat untuk rancangan dan analisis operasi.
Dalam sistem operasi, yang menjadi masukan adalah energi, material,
tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan sistem operasi yang disandarkan
pada kendali syari’at akan memastikan berjalannya proses transformasi yang
amanah, disamping jaminan halal atas segala masukan yang digunakan serta
semua keluaran yang dihasilkan.
Lingkungan eksternal mempengaruhi ketiga subsistem manajemen operasi.
Sebagai contoh, lingkungan eksternal menyediakan tenaga kerja, bahan mentah
yang menjadi input. Perubahan teknologi dapat mengubah proses transformasi.
Produk yang dihasilkan oleh organisasi dilempar kelingkungan eksternal, tetapi
lingkungan eksternal juga mempengaruhi output yang dihasilkan. Sebagai contoh,
perubahan preferensi konsumen akan mengubah produk yang dihasilkan
organisasi menjadi produk yang lebih sesuai dengan preferensi konsumen
tersebut. Alat dan metode dapat mempengaruhi dan membantu proses
transformasi..
2. Penentuan Lokasi Perusahaan
Terdapat 2 kriteria dalam menentukan lokasi produksi:
Kriteria subyektif, keputusan lokasi produksi berdasarkan pertimbangan
subyektif pemilik perusahaan dimana keputusan subyektif  ini akan sangat
membantu tercapainya keberhasilan dalam bisnis sekiranya keputusan subyektif
ini didukung oleh berbagai faktor yang memperkuat keputusan subjektif.
Kriteria obyektif, mempertimbangkan berbagai faktor yang akan
mendukung tercapainya keberhasilan. Seperti regulasi pemerintah seputar bisnis
yang dijalankan, budaya masyarakat, akses terhadap pasar dan pemasok, tingkat
persaingan, akses transportasi dan lain-lain.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Lokasi Kerja:
1) Biaya ruang kerja
Biaya untuk membeli ruang kerja dapat berbeda dari satu lokasi ke
lokasi lain tergantung dari letak tanah.
2) Ketersediaan dan biaya tenaga kerja
Perusahaa dapat memilih lokasi dimana terdapat banyak tenaga kerja
dengan keahlian khusus yang diperlukan. Biaya tenaga kerja sangat bervariasi
tergantung dari lokasi perusahaan.
3) Insentif pajak
Insentif pajak diberikan untuk menambah lapangan kerja dan
memperbaiki kondisi ekonomi di daerah-daerah yang menawarkan kridit
pajak.
4) Sumber permintaan
Biaya trasportasi dan jasa produk dapat dikurangi dengan
memproduksi di lokasi yang dekat sumber permintaan dari konsumen.
5) Akses trasportasi
Perusahaan lebih memilih lokasi dekat sumber utama transportasi agar
para konsumen lebih mudah mengakses perusahaan.
Dalam menentukan lokasi bisnis manufaktur dan jasa ada beberapa cara antara
lain.
a. Lokasi bisnis Manufaktur (penghasil barang)
Model-model penghitungannya:
 Dengan penghitungan biaya angkut dan jarak yang paling rendah
Contoh: perusahaan konveksi, lebih memilih lokasi didaerah kudus yang
dekat dengan pasar kliwon, untuk memasarkan produknya, bahan bakunya
pun didaerah kudus banyak tersedia.
 Metode perbandingan biaya operasi
Memilih beberapa alternatif lokasi, kemudian diperbandingkan dan dipilih
alternatif lokasi dengan biaya operasi paling rendah.
 Dengan pendekatan kualitatif
Contoh: pabrik semen dan minyak, memilih lokasi yang dekat dengan
bahan baku.
b. Lokasi bisnis jasa
Bisnis jasa lebih diprioritaskan yang lokasinya setrategis, karena tidak
ada biaya angkut.
Namun bisnis jasa yang mendatangi konsumen seperti jasa sedot WC,
tidak perlu strategis yang terpenting adalah sarana komunikasinya kepada
konsumen, cukup dengan menempel nomor telephon.
3. Pengaturan Proses Produksi Atau Operasi
Keputusan mengenai proses produksi menjadi keputusan yang penting dalam
melakukan desain sistem produksi. Proses produksi diatur sesuai dengan
keinginan dan keadaan prusahaan,dengan memilih dari berbagai alternatif proses
produksi sebagai berikut:
a. Secara umum,terdapat dua jenis proses produksi :
Pertama,sistem Produksi Intermiten
Sistem prosuksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat tidak
terus menerus, berkelanjutan dan menggunakan pola mulai selesai.
Artinya,kepastian mengenai kapan memulai proses  produksi dan kapan
menyelesaikan proses produksi jelas. Terdapaat dua jenis pola produksi yang
menggunakan sistem intermiten :
1. Produksi massal ( mass production)
Umumnya berlaku pada prusahaan manufaktur. Dilakukan melalui
standar produksi tertentu, prosedur tertentu dan jumlah unit produk
tertentu yang secara rutin diproduksi
2. Pilihan masal (mass customization)
Bahwa produk yang dihasilkan oleh prusshaan memberikasn
keleluasaan kepada konsumen untuk memilih sesuai selera dan daya beli
masing-masing. Perusahaan memproduksi variasi produk yang lebih
banyak,seperti HP,Komputer.
Kedua,sistem proses produksi yang terus menerus (continous production
system)
Sistem produksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat terus
menerus dan untuk jangka waktu yang relatif panjang kemudian disimpan
dalam gudang, disalurkan ke penyalur dan dijual kepada konsumen. Contoh
perusahaan manufaktur seperti perusahaan kimia, minyak bumi dan tambang,
sedangkan perusahaan jasa seperti ttransportasi transportasi yang terus
menerus memberatkan penumpang dari terminal.
b. Proses produksi Pelayanan
1. Produksi yang standar
Proses produksi yang didasarkan pada standar perusahaan. Standar
tersebut di desain dari informasi konsumen. Konsemen membeli
sebagaimana barang yang distandardisasikan tersebut.
2. Produksi menurut pesanan
Proses produksi dilakukan untuk membuat barang sebagaimana yang
dipesan oleh konsemen. Jadi bentuknya tidak distandardisasikan tetapi
sangat bervariasi.
c. Sifat dan Teknis Produksi
Teknik produksi pada perusahaan manufaktur ada beberapa jenis yaitu:
a) Proses Ekstraktif merupakan proses produksi yang haanya mengambil
dari alam dan sudah terjadi produksi akhir,  misalnya emas, batu bara,
dan sebagainya.
b) Proses Analitis merupakan kegiatan produksi yang memisah misahkan
bahan alam menjadi produk akhir, misalnya  minyak, semen dan
sebagainya.
c) Proses sintetis merupakan kegiatan produksi dengan mencampur bahan-
bahan kemudian diolah menjadi produk akhir, misalnya makanan,
minuman, dan obat-obatan.
d) Proses Pengubahan yaitu kegiatan produksi dengan mengubah bahan
baku menjadi produk akhir, misalnya elektronik.
4. Rancangan Pabrik Dan Sistem Produksi
Rancangan (Design) menunjukkan ukuran dan struktur pabrik atau
kantor.Tata Letak (Layout) adalah pengaturan mesin dan perlengkapan didalam
pabrik atau kantor. Yang dimaksud pabrik atau rumah produksi merupakan
tempat dimana kegiatan produksi dijalankan.
Keputusan mengenai desain rumah produksi merupakan keputusan yang
menyangkut bagaimana perusahaan mendesain tempat produksi dari mulai
fasilitas, pekerjaan, ruang kerja, gudang dan lain-lain. Sebagai contoh untuk
perusahaan garmen, perlu ditentukan dimana meletakkan bahan baku,
menempatkan pekerja, mesin dan menyimpan hasil akhir. Begitu juga dalam
bisnis restoran, manajer perlu menentukan dimana letak kasir,meja makan, dapur,
toilet, hingga lokasi parkir.
Rancangan sistem produksi menyangkut bagaimana proses konversi dalam
sistem produksi dilakukan. Terdapat beberapa jenis rancangan dalam sistem
produksi sebagai berikut :
a. Rancangan Produksi
Adalah rancanga sistem produksi yang bersifat berkesinambungan dari
awal hingga akhir dan mengikuti satu pola proses produksi. Sebagai contoh,
proses pembuatan kain dari kapas hingga kain jadi. Tahapan proses
pembuatan kain tersebut mulai dari bahan baku berupa kapas disiapkan,
kapas dipintal menjadi kain dalam mesin pintal, kain yang sudah jadi melalui
pembersihan, kemudian kain dan diwarnai dan dibersihkan lagi kemudian
dikeringkan, lalu kain melalui proses penggulungan kemudian digudangkan.
b. Rancangan Proses
Yaitu rancangan sitem produksi yang proses produksinya mengikuti
jenis proses yang harus dilakuakan dan tak selalu harus mengikuti seluruh
proses yang ada. Contah, proses pemariksaan kesehatann disebuah poliklinik.
Proses dimulai dari pasien datang, mendafter ke resepsionis lalu menunggu
diruang tunggu. Proses selanjutnya sangat bergantung jasa apa yang
diinginkan oleh pasien, apakah perlu kedokter anak, ahli penyakit dalam atau
pemeriksaan gigi
c. Rancangan Posisi Tetap
Adalah sistem produksi dimana produk yang akan dibuat diletakkan
disatu tempat, dan berbagai fasilitas seperti mesin, alat produksi, dan tenaga
kerjanya mengerjakan proses produksi ditempat tersebut. Contah, pembuatan
pesawat terbang, atau proses make up artis.
Keputusan mengenai rancangan dan tata letak mempengaruhi biaya operasi
secara langsung karena keputusan ini menentukan harga sewa, mesin dan
perlengkapan. Hal ini dapat berpengaruh pula pada pengeluaran untuk bunga
karena mempengaruhi jumlah pinjaman untuk memeli properti atau mesin.
Prinsip dalam penetapan layout, agar diperoleh : jarak angkut minimum,
aliran matarian seimbang dengan kapasitas, penggunaan ruang efektif, fleksibel
untuk perubahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan dan tata letak adalah
karakteristik lokasi. Jika lokasi terdapat didaerah yang harga lahannya mahal,
dapat dirancang gedung tingkat tinggi agar mengurangi biaya lahan yang
dibutuhkan, Proses prosuksi. Rancangan dan tata letak akan dipengaruhi ketiga
rancangan sistem proses produksi diatas,jenis produksi. Rancangan dan tata letak
akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya jenis produksi yang dihasilkan,
kapasitas produksi yang diinginkan. Rancangan dan tata letak harus mampu
disesuaikan dengan penambahan atau pengurangan kapasitas jumlah produksi
yang diinginkan.

5. Perencanaan Jumlah Produksi Dan Penentuan Standar


Perkiraan jumlah produk yang dibuat diwaktu yang akan datang dan
penentuan standar dapat dilakukan beberapa cara antara lain :
a) Penghitungan Forecast Produksi
Forecast produksi didasarkan forecast penjualan perusahaan. Forecast
penjualan dapat dilakukan dengan metode statistik dan metode pendapatan.
Besarnya forecast produksi dirumuskan :
b) Dasar Perhitungan BEP (Unit)
BEP (Break Even Point) adalah suatu keadaan pada titik atau jumlah
penjualan itu perusahaan tidak laba dan tidak rugi yang berarti total biaya
(Total cost) sama dengan total pendapatan (total revenue). Jumlah produk di
buat harus lebih besar dari unit terjual pada BEP.
Perhitungan BEP mempunyai asumsi, bahwa : Biaya dapat dipisah
menjadi biaya tetap dan variable; Haraga jual dan biaya varibel per unit dalam
periode perhitungn selalu tetap; Semua produksi terjual habis sehingga
kuantitas penjualan sama dangan produksi.
c) Penentuan Standar Kinerja
Standar kerja yang harus ditetapkan meliputi :
 Standar Kualitas
Standar mengenai kualitas barang atau jasa yang dihasilkan, dapat
dilakukan standar per atribut dari barang dan jasa. Untuk menjamin
kualitas barang perlu pengendalian mutu terpadu. Standar kualitas ini
mencakup rencana, proses produksi, monitoring dan tindak lanjut.
 Standar Kuantitas
Standar mengenai jumlah barang yang harus dibuat dalam suatu
periode tertentu untuk mencapai tujuan dan pertumbuhan perusahaan.
 Standar Waktu Proses
Standar waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi yang normal
agar diperoleh efisiensi yang maksimal.
 Standar Produktivitas (Productivity
Standar mengenai rasio antara output dari proses produksi dan input
yang digunakan. Ukuran productivity dapat diukur baik secara total
maupun partial atau bagian-bagiannya. Ukuran productivity antara lain
sebagai berikut:
 Total factor Productivity, dihitung denga membaagi Output
perusahaan dengan Labor + Capital + Material + Energy input +
Businnes service.
 Material Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan
material.
 Labour Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan
jumlah Labor.

6. Pengelolaan Dalam Kegiatan Operasi


a. Pengaturan Bahan Baku
Pengatuaran bahan baku dilakaukan dalam mengefesienkan biaya
pemasaran dan penyimpanan yang akan dikeluarkan dalam satu periode
dengan penerapan metode EOQ (Economic Order Quantity) jika asumsinya
dapat dipenuhi. Sedangkan untuk efesiensi biaya penyimpanan ekstra (Ekstra
Carrying Cost) dan penganti bahan baku (Stoc Out Cost) dipergunakan
metode ROP (Re Order Point).
Metode EOQ dan ROP memiliki asumsi yang sama yaitu : bahan baku
selalau tersedia pada leveransir; pola produksi yang stabil dalam perusahaan;
tarif biaya pesan dan simpan selalu tepat dalam satu periode; bahan baku
yang dibeli tidak rusak akibat disimpan; perusahaan memiliki gedang.
Juga bisa menggunakan metode JIT (just in time) yaitu metode
pengelolaan bahan baku tanpa harus memiliki gudang penyimpanan,karena
bahan baku yang dibeli dari pemasok langsung diproduksi.jika bahan baku
akan habis,levelansir selalu menyediakan dan menghantarkan sampai lokasi
tempat produksi.dalam metode ini,levalinsir tidak boleh terlambat,sebab akan
mengganggu proses produksi.
b. Keputusan Operasi
Pengambilan keputusan merupakan tema pokok dalam operasi
perusahaan.
 Keputusan berkaitan dengan proses
Keputusan mengenai proses fisik berkenaan dengan fasilitas yang akan
dipakai untuk memproduksi brang dan jasa.
 Keputusan berkaitan dengan kapasitas
Keputusan mengenai kapasitas diperlukan untuk menghasilkan jumlah
produk yang tepat, ditempat dan dalam waktu yang tepat pula.
 Keputusan berkaitan dengan kesediaan
Keputusan berkaitan kesediaan ini mencangkup apa yang akan
dipesan, berapa banyak, dan kapan dipesan.
 Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja
Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja mencangkup bagaimana
rekrutmen, proses seleksi diselesaikan, pelatihan dan pengembangan,
supervisi, kompensasi dan PHK.
 Keputusan berkaitan dengan mutu
Keputusan yang menyangkut penentuan mutu produk harus menjadi
orientasi bersama dalam setiap proses operasi penetapan standar, desain
peralatan, pemilihan orang-orang terlatih dan pengawasan terhadap produk
yang dihasilkan.

7. Pengawasan Kegiatan Produksi


Pengawasan dalam kegiatan produksi perlu dilakukan yaitu: pada kegiatan
perencanaan atau desainnya, proses produksinya, monitoringnya maupun tindak
lanjut dari monitoring itu. Pengawasan dilakukan pada seluruh aspek kegiatan
yang berkaitan dengan produksi, meliputi: pada kegiatan proses produksi; pada
kualitas produksi atau jasa yang dihasilkan; pada biaya produksi/operasi yang
dikeluarkan; pada tenaga keerja yang melakukan kegiatan produksi.
a. Pembelian Bahan Baku
Para menejer melakukan tugas-tugas berikut ketika persediaan barang.
Pertama memilih pemasok bahan baku dengan memperhatikan karekteristik
seperti harga, kecepatan, kualitas, layanan dan ketersediaan kredit. Kedua
mencoba mendapatkan potongan/diskon menurut volume. Ketiga
menyerahkan produksi kepada pemasok.
b. Pengawasan Persediaan Bahan Baku
Pengawasan persediaan adalah proses pengelola persediaan pada
tingkat yang meminimkan biaya. Perencanaan kebutuhan bahan baku
adalah proses untuk menjamin bahawa bahan baku tersedia bila mana
diperlukan.
c. Routing
Roting ialah urutan (rute) tugas yang perlu nuntuk menghasilkan
sebuah produk. Bahan baku biasanya dikirimkan ke masing-masing pos krja
(work station) agar dapat dipakai sesuai spesifikasi proses produksi. Bagian
tertentu dari proses produksi diselesaikan disetiap pos kerja. Proses routing
biasanya dievaluasi secara periodik untuk menentukan apakah bias
ditingkatkan sehingga mendapat proses produksi yang lebih cepat dan
murah.
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah tindakan menentukan periode waktu untuk setiap
tugas dalam proses produksi. Jadwal produksi adalah rancangan untuk
timing dan volume tugas produksi. Penjadwalan dapat menunjukkan kapan
setiap tugas harus diselesaikan. Cara untuk menjadwalkan proyek khusus
adalah teknik evaluasi dan peninjauan program (program evaluation and
review technique-PERT), menjadwalkan tugas dengan cara meminimkan
hambatan proses produksi.
e. Pengawasan Kualitas
Kualitas adalah dimana derajat dimana barang atau jasa memuaskan
persyaratan atau harapan pelanggan. Pengawasan kualitas merupakan
proses untuk menentukan apakah kualitas barang atau jasa memenuhi
tingkat kualitas yang diharapkan dan mengidentifikasi perbaikan yang perlu
dilakukan pada proses produksi. Kualiatas dapat diukur dengan menilai
beberapa karakteristik yang meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pengawasan dilakukan pada berbagai waktu dari aktivitas produksi meliputi:
pada saat menentukan desain atau rancangan produk; pada saat perencanaan
proses produksi; pada aktivitas monitoring; pada akhir proses produksi.
Cara Pengawasan
 Pengawasan Terhadap Produk
1. Dengan Sertifikasi
Sertifikasi terhadap produk dapat dilakukan dengan mengupayakan
sertifikat berdasar standart industri, asosiasi dan sebagainya.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk mengendalikan kualitas
produk terhadap unsur kimiawinya yang dikandung.
3. Penilaian Dari Pendapat Konsumen
Pendapat konsumen didapat dari survei kepada konsumen dengan
mengedarkan daftar pertanyaan untuk dijawab mengenai kualitas produk
atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
 Pengawasan Terhadap Proses Produksi
a. Dengan Penerapan Gugus Kembali Mutu (GKM)
Proses produksi dengan membentuk gugus yang terdiri dari tiga
sampai delapan orang yang pekerjanya sejenis.
b. Perolehan Sertifikasi ISO
Sertifikat ISO diberikan kepada perusahaan yang memenuhi standart
organisasi ISO pada perencanaannya atau proses produksinya atau
pengawasannya atau pada tindak lanjutnya.
 Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Dengan Standart Produktifitas
Pengawasan ini dilakukan dengan membandingkan antara kinerja para
tenaga kerja dengan standart yang ditetapkan sebelumnya.
 Pengawasan Terhadap Standart Produksi
Dengan menegement control systems atau system pengendalian
manejemen. Caranya dengan selalu membandingkan antara anggaran atau
standart yang lain dengan realita pembelanjaan di bagian produksi.

D. Ruang Lingkup Manajemen Operasional


Dalam lingkup yang sangat generik, yaitu suatu proses, perlu kiranya
disampaikan seberapa luas ruang lingkup manajemen operasi. Beberapa hal yang
membatasi ruang lingkup tersebut adalah: Manajemen operasi merupakan satu dari
fungsi manajemen (functional management) dalam perusahaan. Selain pemasaran,
keuangan, sumber daya manusia, maka operasi adalah satu fungsi yang sangat penting
dalam menjalankan suatu perusahaan. Belakangan ini sudah umum kita jumpai
jabatan dalam perusahaan yang terkait dengan manajemen operasi, seperti manajer
dan direktur operasi. Konsep proses dalam pengertian manajemen operasi pada
dasarnya mencakup semua proses, mulai dari proses global/utama hingga subproses
terkecil yang dapat dijumpai dalam perusahaan. Walaupun hierarkinya boleh jadi
sangat panjang, level proses yang dianalisis hanya melibatkan beberapa level saja
sesuai kebutuhan. Yang perlu menjadi perhatian adalah level terbesar dari analisis
proses adalah level dimana unit dalam perusahaan berinteraksi dengan pihak lain
seperti pemasok dan pelanggan. Lebih dari itu, kajiannya sudah memasuki topik
manajemen rantai pasok (supply Chain Management). Dengan demikian, ruang
lingkup analisis dalam manajemen operasi adalah keseluruhan proses yang terdapat
dalam suatu perusahaan.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Operasional

Organisasi/Perusahaan
Menurut Higgins (1994) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen
Operasional adalah: Manajer/Pimpinan Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil
oleh manajer atau pimpinan mempengaruhi dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan,
kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah
yang berhubungan dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi,
cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan
pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi antar kelompok,
perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu, serta
kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.
1. Tingkah laku karyawan
Tingkah laku karyawan mempengaruhi melalui kepribadian mereka, terutama
kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk memuaskan
kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian penting, karena
cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau gagalnya
hubungan antar manusia.
2. Tingkah laku kelompok kerja
Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan
persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam
organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan dua cara,
yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal, sebagai
kelompok persahabatan atau kesamaan minat.
3. Faktor eksternal organisasi
Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi pada organisasi tersebut.
Keadaan ekonomi merupakan faktor utama yang mempengaruhi organisasi.
Keadaan ekonomi adalah faktor utama. Di lain pihak, ledakan ekonomi dapat
mendorong penjualan dan memungkinkan setiap orang mendapatkan pekerjaan
dan peningkatan keuntungan yang besar, sehingga hasilnya menjadi lebih positif.

F. Fungsi Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan


Manajemen Operasional Memiliki beberapa Fungsi yaitu:
 Fungsi Pemasaran (Marketing Function), Berhubungan dengan pasar untuk dapat
menciptakan permintaan dan pada akhirnya menyampaikan produk yang
dihasilkan ke pasar.
 Funsi Keuangan (Finance Function), Mengelola berbagaai urusan keuangan
didalam perusahaan maupun perusahaan dengan fihak luar perusahaan.
 Fungsi Produksi (Operastion Function), Berkaitan dengan penciptaan barang dan
jasa yang dihasilkan perusaan.

G. Struktur Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan


Dalam persoalan manajemen operasional, ada struktur kepengurusan yang
mesti dibentuk, tetapi bukan hanya dibentuk, melainkan mesti juga dilaksanakan
sebagaimana fungsi dari masing-masing tugasnya. Pimpinan tertinggi dalam sistem
manajemen operasional adalah manajer operasional. Mereka-mereka ini yang menjadi
tiang atau pilar-pilar dalam berjalannya manajemen operasional. Tugas dari seorang
manajer adalah melakukan dan memetakan fungsi-fungsi manajemen sesuai dengan
tugasnya, misalnya membuat konsep dalam hal perencanaan, pembentukan staf,
pengorganisasian, serta memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengendalikan
manajemen operasional secara keseluruhan.
Sepenuhnya, manajer itu mesti berorientasi pada pengarahan baik dalam hal
pengeluaran atau output dari jumlah, kualitas barang, harga yang terus dikontrol, serta
waktu yang tepat dalam memanjakan konsumen, sesuai dengan permintaan para
konsumen, maka rasanya pas, jika para manajer operasional memanjakan konsumen
selayaknya adalah raja.
Dalam dunia manajemen operasional, para pemegang keputusan, manajer
operasional juga memiliki tanggung jawab yang tidak sedikit. Di antaranya sebagai
manajer mestilah mempunyai pikiran luas sehingga konsepnya mesti menghasilkan
barang dan jasa. Mengenai pengambilan keputusan sebagai bentuk operasi dan sistem
transformasi yang akan dilakukan. Namun sebelum mengambil sebuah keputusan itu,
kita terlebih dulu tidak terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan, tapi terlebih
dulu kita mengkajinya dalam langkah pengambilan keputusan lewat fungsi operasi.
Dari fungsi operasi juga ada bagian yang mesti dijabarkan dalam
pengembangannya, seperti harus disiapkan adanya proses produksi dan operasi, ada
juga jasa penunjang pelayanan produksi, yang melingkupi perencanaan serta
pengendalaian dan kontrol yang ekstra. Begitulah fitrah yang harus ada pada pola
manajemen operasional.
Jika kita melihat dari segi ruang lingkup manajemen operasional, akan
mengarah pada kriteria yang memang wajib dilaksanakan. Ambil contoh, kita
membuat perancangan desain sistem produksi dan operasi itu sendiri. Kita tentu harus
melakukan seleksi dari perencanaan suatu desain produk tersebut, seleksi yang
meliputi mengenai perancangan dalam peralatan, memilih lokasi dan site perusahaan
serta unit produksi. Selain itu, kita juga mesti menyiapkan rancangan sebagai tata
letak dan arus kerja nanti, juga membuat rancangan tugas pekerjaan. langkah terakhir,
menyusun strategi dalam memproduksi serta pemilihan kapasitas yang baik.
Sementara itu, adanya penyusunan rencana produk dan operasi dalam
manajemen operasional, pengendalian persediaan atau dalam hal penambahan bahan,
upgrade mesin yang ada, pengendalian mutu baik ditingkat barang dan jasa juga
meliputi manajemen sumber daya manusia. Itulah yang disebut sebagai
pengorganisasian sistem produksi pada manajemen operasional. Adapun tingkat
pekerjaan manajemen operasional dalam sebuah organisasi/ perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Manajer Pabrik (Plant Manager)
Yang biasanya harus berpengalaman dalam manajemen pabrik termasuk
keahlian dibidang perencanaan produksi, manajemen pembelian, manajemen
persediaan, termasuk pula pengelolaan karyawan dioperasional maupun
pengelolaan sumberdaya lainnya yang dipergunakan di pabrik.
2. Direktur Pembelian ( Director of Purcashing)
Harus memiliki pengetahuan yang menyeluruh mengenai fungsi pem,belian,
kemampuan menelaah program penjualan, mengintegrasikan atau membuat
keterkaitan dengan supplier sampai distributor, mengkoordinasi aktifitas operasi.
3. Manejer Mutu ( Quality Manger)
Mempunyai pandangan yang luas, mengenai konsep statistic untuk dapat
melakukan pengawasan semua aspek operasional karena kualitas merupakan
tanggung jawab secara bersama diantara semua pihak yang terlibat dalam
perusahaan terutama fungsi operasional.
Konsultan Perbaikan Proses ( Process improvement Consultants)
harus memiliki keahlian yang berkaitan dengan desain proses sehingga dapat
memberikan berbagai konsultasi mengenai perbaikan proses untuk operasi
perusahaan.
Manajer dan Perencana Rantai Pasokan ( Suplay Chain manajer and Planner)
Bertanggung jawab mengenai negosiasi kontrak jangka panjang antara
perusahaan dengan supplier maupun distributor sehingga harus mempuanya keahlian
tentang Material requirement Planning, Suplay Chain Management, Teknologi
komunikasi canggih dalam dunia bisnis, konsep penjadwalan dan persediaan.

H. Langkah-Langkah Manajemen Operasional


Manajemen operasional juga meliputi langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan sebagaimana telah disebut di awal. Jika melihatnya dari segi pengambilan
keputusan, sedikitnya ada empat langkah dalam pengambilan keputusan dalam
manajemen operasional, yaitu pengambilan keputusan dari peristiwa yang pasti, dari
peristiwa yang mengandung risiko, dari peristiwa yang belum pasti, dan peristiwa
yang lahir dari pertentangan-pertentangan dari keadaan lain. Selain itu, ada juga
proses yang disebut lewat keputusan, yakni mengenai proses fisik sebuah produk
maupun dari fasilitas yang dipakai. Juga dari sisi kapasitas yang melingkupi
keputusan dalam menghasilkan jumlah, beserta pemilihan tempat dan waktu yang
tepat.
Ada juga manajemen operasional yang dilihat dari segi persediaan, baik itu
mengenai apa yang dipesan, kualitas bahan hingga kapan bahan tersebut akan
dipesan. Tenaga kerja yang meliputi pemilihan tenaga kerja lewat seleksi, rekrutmen,
pemberian gaji, pemberian kompensansi atau promosi, hingga PHK. Selain itu, mesti
juga memastikan kualitas atau mutu yang meliputi mutu barang dan jasa dari yang
dihasilkan, desain peralatan, serta pengawasan produk atau jasa. Dari beberapa
kriteria yang dimaksud adalah langkah sebagai salah satu jenis pengambilan
keputusan dalam manajemen operasional.

I. Strategi Manajemen Operasional Dalam Organisasi atau Perusahaan


Sebelum kita melangkah dalam hal pengambilan keputusan-keputusan atau
mengeluarkan suatu produk, ada baiknya kita memetakan strategi yang akan
digunakan dalam teori manajemen operasional. Salah satu strategi dalam menetapkan
arah dan tujuan untuk mengambil keputusan bisnis lewat perencanaan formal
sehingga mampu menghasilkan pola pengambilan keputusan yang konsisten serta
menjadi keunggulan saat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain.
Sedikitnya, ada dua tipe dalam pengambilan strategi. Pertama, dengan
menggunakan biaya rendah yang ditekan dari biaya produksi, namun tetap
menggunakan teknologi bagus, tapi biaya tenaga kerja diusahakan rendah, dan tingkat
persediaannya juga rendah, tapi tetap menjaga mutu. Mutu yang harus tetap terjamin.
Ini tentu bisa berjalan berbarengan jika bagian keuangan serta pemasaran mendukung
dan tidak mati. Yang kedua adalah dengan menggunakan strategi invasi dalam
menciptakan produk atau pengenalan produk baru. Pada bagian ini, tidak usah terlalu
memikirkan harga pemasaran karena tidak ada masalah. Serta adanya fleksibilitas
dalam pengenalan produk baru.
Dan yang berikutnya adalah perencanaan pabrik atau dalam bahasa asing
disebut factoy planning. Ini adalah langkah yang penting dalam kelangsungan hidup
serta kemajuan perusahaan sesuai tujuan perusahaan yang ingin dicapai dalam hal
teori manajemen operasional. Di antara perencanaan pabrik itu adalah penentuan
lokasi pabrik, bangunan, peralatan, hingga penerangan, dan sirkulasi udara dalam
pabrik. Pemilihan lokasi pabrik sangat penting karena bisa mempengaruhi dalam daya
saing dengan perusahaan lain. Selain itu, juga harus memperhatikan adanya
kemungkinan terjadi ekspansi.
Agar perusahaan bisa berjalan lancar, efektif, dan efisien, kita bisa melihat
banyak faktor yang bisa mempengaruhi lokasi pabrik yang masih terkait dengan
menejemen operasional, di antaranya lingkungan masyarat, dekat dengan pasar, dan
tenaga kerja, kedekatan dari pengiriman bahan pemasok, biaya transportasi, dan juga
sumber daya alam di sekitar lokasi yang mempengaruhi. Ini peting dalam praktik
manajemen operasional.
BAB III
PENUTUP
a.Kesimpulan
Manajemen Operasi memberikan cara pandang yang sistematik dalam melihat proses-
proses dalam organisasi dan agar kita memahami apa yang dikerjakan manajer operasi
sehingga dengan cermat dapat meningkatkan peluang keuntungan dan pelayanan dalam
masyarakat serta mampu mengorganisasikan diri pada perusahaan yang produktif. Bahwa
sangatlah penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas Manajemen Operasi berjalan agar
kita memahami apa yang dikerjakan manajer operasi sehingga dengan cermat dapat
meningkatkan peluang keuntungan dan pelayanan dalam masyarakat serta mampu
mengorganisasikan diri pada perusahaan yang produktif.
b.Saran
Sarannya ketika perusahaan menghadapi peluang global maka manajer perusahaan
harus dengan cermat menempatkan perusahaannya dalam misi dan strategi operasi dan
mampu mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, juga peluang dan
ancaman yang terdapat di lingkungan perusahaan, sehingga efektifitas perusahaan dapat terus
berjalan.
Daftar Pustaka

T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi, BFE Yogyakata, 1984.
Jay Heyzer dan Barry Render, Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta, 2005
Assauri, Sofjan, “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2004”, Lembaga Penerbit
FE-UI, Jakarta, 2004
http://manajemenoperasional.com/mengapa-kita-perlu-belajar-manajemen-operasi/
http://manajemenoperasional.com/apa-sih-definisi-manajemen-operasi/
http://hamididoank.blogspot.com/2014/03/makalah-manajemen-poasionalr.html
http://umikalsum8493.blogspot.com/2014/03/peranan-manajemen-operasional-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai