Anda di halaman 1dari 40

Jurusan Teknik Sipil

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”


Jawa Timur

1
KLASIFIKASI SAMBUNGAN ps.13.1.2
 Sambungan Kaku
* Dapat memikul Momen dan Geser
* Deformasi sambungan tidak mempengaruhi distribusi beban dan
deformasi struktur secara keseluruhan.

 Sambungan Semi-Kaku
* Perlu analisis mekanis terhadap: kekakuan, distribusi beban dan
deformasinya berdasarkan eksperimental (percobaan).

 Sambungan Sendi
* Sambungan dapat berdeformasi (translasi dan rotasi) secukupnya.
* Sambungan tidak menimbulkan momen pada elemen yang
disambungnya.

2
KOMPONEN SAMBUNGAN ps.13.1.1
 Alat Penyambung, dapat berupa:
* Baut
* Baut Mutu Tinggi (High Strength Bolt – HSB)
* Las

 Pelat Penyambung, berupa:


* Pelat penyambung (Connector plate)
* Pelat pengisi (Filler plate)
* Pelat pendukung (Supporting plate)
* Pelat buhul/simpul (Gusset plate)

3
KONSEP DASAR PERENCANAAN SAMBUNGAN
Sambungan harus memenuhi syarat-syarat sbb:

 Equilibrium (keseimbangan) antara gaya dalam dan beban/gaya luar


yang bekerja pada sambungan.
 Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan
deformasi sambungan.
 Sambungan dan komponen pendukung lainnya harus mampu
menahan beban yang dipikulnya.
 Komponen sambungan lainnya (pelat simpul, pelat penyambung dll)
tidak termasuk alat penyambung, harus dievaluasi kapasitasnya
berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam pasal 8, 9, 10
and 11 SNI. (ps. 13.1.9)

4
BAUT
 Pemakaiannya mudah dan cepat

 Tidak sesuai untuk beban berulang

 Jenis:

* Baut
# dipasang secara manual,
# untuk sambungan geser dan tumpu

* Baut Mutu Tinggi (High Strength Bolt)


# dipasang dengan alat khusus,
# memiliki efek pengekangan (clamping force),
# untuk sambungan kaku tanpa adanya slip.
5
Gaya-gaya pada baut Gaya-gaya pada pelat
Tumpu
Friksi
Tumpu
Geser Tumpu Gaya-gaya pada baut
Tumpu Friksi
Tumpu Tumpu
Geser Tumpu
Tumpu Tarik
Friksi

(a) Sambungan (b) Sambungan Friksi – tanpa (c) Sambungan Tarik


Geser & Tumpu slip pada Baut Mutu Tinggi

6
SAMBUNGAN TAMPANG SATU
1 bidang geser
P Eksentrisitas e akan menghasilkan
tp
e P momen sekunder sebesar P.e
tp

P P Momen sekunder akan


menyebabkan pelat tertekuk.

SAMBUNGAN TAMPANG DUA


Ada 2 bidang geser
½P tp
e P
tp
½P e
tp

7
KUAT NOMINAL BAUT

Kapasitas Geser - SNI 13.2.2.1


Satu Bidang Geser Dua Bidang Geser
P tp
½P tp
P P
tp tp
½P
tp
db
db

 Vn = f . r1 . fub . Ab

Dimana : Vn = kapasitas geser satu baut pada satu bidang geser


f = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur = 0.75
r1 = 0.5 untuk baut tanpa ulir pada bidang gesernya
r1 = 0.4 untuk baut dengan ulir pada bidang gesernya
fub = tegangan tarik putus baut
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
8
Kapasitas Tarik – SNI 13.2.2.2

P P b
 Tn = f . 0.75 . fu . Ab

Dimana : f = 0.75 = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur


fub = tegangan tarik putus baut
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

9
Kapasitas Kombinasi Geser dan Tarik – SNI 13.2.2.3
Vu Vu b
fuv =  r1 f fu m
n Ab
Tu Tu
Tu
Td = f Tn = f ft Ab 
n
ft  f1 - r2 fuv  f2

Dimana : f = 0.75 = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur


n = jumlah baut terpasang
m = jumlang bidang geser sambungan
Untuk baut mutu tinggi :
f1 = 807 MPa, f2 = 621 MPa
r1 = 1.9 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
r2 = 1.5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
Untuk baut biasa :
f1 = 410 MPa, f2 = 310 MPa
r2 = 1.9
10
Kapasitas Tumpu – SNI 13.2.2.4
> 3d >1.5 d
d
P tp
P
tp
tp tp

>1.5 d d
d

f Rn = 2.4 f . d . tp . fu

Dimana : f = 0.75 = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur


d = diameter baut nominal pada daerah tak berulir
tp = tebal pelat minimum
fu = tegangan tarik putus yang terendah dari baut atau pelat

11
BAUT MUTU TINGGI PADA SAMBUNGAN FRIKSI
Gaya-gaya pada pelat Gaya-gaya pada baut
Tumpu
Friksi
Tumpu
Tumpu
HSB dikencangkan dengan
tegangan tarik tertentu untuk Tumpu
menghasilkan clamping force Friksi
pada sambungan (Tb).

clamping force
Table 18.2-1 Gaya Tarik Minimum pada HSB
Diameter baut (mm) Gaya Tarik Minimum (KN)
16 95
20 145
24 210
30 335
36 490 12
Kapasitas HSB pada Sambungan Friksi - SNI - 13.2.3.1
 Vn = 1.13  .  . m . Tb

Dimana :  = faktor reduksi = 1.0 untuk lubang standar


= 0.85 untuk lubang slot pendek dan lubang besar
 = koefisien friksi (tegantung permukaan pelat)
= 0.35 untuk bidang kontak yang bersih
m = jumlah bidang geser
Tb = gaya tarik minimum baut sesuai yang disyaratkan dalam SNI - 18.2.5.2

Kapasitas HSB pada Sambungan Friksi


yang memikul Kombinasi Geser & Tarik - SNI - 13.2.3.3

Tu
 Vn = 1.13  .  . m . Tb 1 -
1.13 Tb

Dimana : Tu = gaya tarik ultimit pada HSB


Notasi lainnya sama seperti yang telah dituliskan di atas.

13
KELOMPOK BAUT SNI - 13.3
 Maksimum 5 baut dalam satu garis gaya

P P

 Jika double kanal memerlukan


lebih dari 5 baut dalam satu garis
kerja gayanya, maka ke-12 baut Nu
dapat disusun secara terpisah
menggunakan 4 profil siku sbb:

14
 Jarak baut pada garis kerja gaya:
s1
u u
Nu u Nu
u u
s1
s1 s s s s1 s s

Jarak minimum : smin = 3db (SNI 13.4.1)

Jarak maksimum : smax = 15 tp or 200 mm (SNI 13.4.3)

Jarak tepi minimum : s1 min = 1.75 db untuk tepi yang dipotong manual
(SNI 13.4.2) = 1.50 db untuk tepi yang dipotong mesin
= 1.25 db untuk tepi yang tidak dipotong

Jarak tepi maksimum : s1 max = 12 tp dari pelat tertipis atau 150 mm


(SNI 13.4.4)
Note : db = diameter baut ; tp = ketebalan pelat 15
KELOMPOK BAUT DALAM TARIK

e = e2 - e1 Garis gaya untuk batang S2


e1 e e2 S2
S1
Garis gaya untuk batang S1
e=0
S1 S2

Garis gaya untuk batang S1 dan S2 saling berimpit

Pelat simpul

e=0
S1 S2

Pelat pengisi ; tebalnya = e = e2 - e1


Pelat penyambung bawah 16
DISTRIBUSI GAYA
Pelat simpul

S1 ½S1 e1 S2 - ½S1 S2
e2
M = ½S1.e1 ½S1
½S1 M = (½S ).e
Pelat pengisi 1 2

Pelat penyambung bawah

Dengan adanya pelat penyambung bawah; gaya yang dipikul pelat simpul menjadi lebih kecil.
 Bagian kiri :
Pelat simpul memikul ½S1
Pelat penyambung bawah memikul ½S1
 Bagian kanan :
Pelat simpul memikul S2 - ½S1
Pelat penyambung bawah memikul ½S1

Note : Beban didistribusikan pada kedua profil siku secara proporsional berdasarkan luas
masing-masing profil siku. 17
Pelat simpul

S1 ½S1 e1 S2 - ½S1
S2
e2
½S1 M = (½S1).e2
M = ½S1.e1
½S1
V1 V1 V2 V2
a a

Sambungan antara dobel siku dan pelat penyambung bawah


 Bagian kiri :
Akibat M = ½S1.e1 terjadi gaya aksial V1 pada baut.
M ½S1 . e1
M = V1 . a ; 1V = =
a a
 Bagian kanan :
Akibat M = ½S1.e2 terjadi gaya aksial V2 pada baut.
M ½S1. e2
M = V2 . a ; V2 = =
a a 18
Kombinasi Geser & Tarik pada Baut di Kaki Horisontal Profil Siku
Di samping gaya aksial V, baut juga mentransfer gaya geser sebesar ½S1.
 Gaya geser ½S1 akan menghasilkan tegangan geser
 Gaya aksial V1 atau V2 akan menghasilkan tegangan normal
Kombinasi tegangan geser dan normal pada baut  lihat SNI 13.2.2.3

PELAT PENGISI SNI 13.2.2.5

Untuk pelat pengisi dengan ketebalan antara 6 mm sampai 20 mm,


kapasitas geser nominal dari satu baut yang ditentukan berdasarkan pasal
13.2.2.1 harus direduksi sebesar 15%.

Untuk sambungan yang menggunakan lebih dari satu pelat pengisi,


reduksi dihitung berdasarkan ukuran pelat yang paling tebal pada bidang
geser baut. 19
Contoh 1
10
10  110.110.10
 90.90.9
260 400
12

e1 e2
e1 e1 e2-e1 e2 e2
190
8 X 40 mm 9 X 40 mm 230

e1 = 25.4 mm e2 = 30.7 mm
e2 - e1 = 5.3 mm < 6 mm

Baut Ø 20 mm ; Baja mutu BJ 37


Beban mati P1 = 260 kN dan P2 = 400 kN
Ditanya :
a. Hitung kapasitas 90.90.9 dan 110.110.10 !
b. Periksa kecukupan baut Ø 20 mm yang dipakai !
c. Periksa kapasitas pelat penyambung bawah !
20
Jawaban :
Beban ultimit yang dipikul setiap batang
P1u = 1.4 . 260 = 364 kN
P2u = 1.4 . 400 = 560 kN
a. Pemeriksaan profil 90.90.9
Dilihat ½ penampang dan beban ½ P1u = 182 kN
I II
90 - 4.5 = 85.5

64.4
40 40 40 40 40 40 40

85.5
90

. 25.4 - 4.5

20.9 20.9
e = 25.4

41.8
= 20.9
171

e
85.5

90 - 4.5 = 85.5

64.4
90

9 I II

Jalur I - I : An = 171 . 9 - 22 . 9 = 1539 - 198 = 1341 mm2  An = 1229 mm2


402 . 9 (untuk ½ bagian)
Jalur II - II: An = 1539 - 2 . 22 . 9 + = 1229 mm2 21
4 . 41.8
Perhitungan faktor U :
U = 1 - (x / L ) = 1 - ( 25.4 / 280 ) = 0.91  0.9

Kondisi Leleh :
 Nn =  . Ag . fy = 0.9 . 1539 . 240
= 332.4 kN > ½ P1u (OK)

Kondisi Fraktur :
 Nn =  . An . U . fu = 0.75 . 1229 . 0.9 . 370
= 306.9 kN > ½ P1u (OK)

22
Keruntuhan Blok Geser :
Kombinasi Geser dan Tarik

64.4
85.5 40 40 40 40 40 40 40 40 40

20.9 20.9
171

85.5

64.4
9 Lv

Ags = 280 . 9 = 2520 mm2


Ans = 2520 - (4 . 22 . 9) = 1728 mm2
Agt = (171 - 64.4) . 9 + (402 . 9) / (4 . 41.8) = 1046 mm2
Ant = 1046 - (2 . 22 . 9) = 650 mm2

23
Untuk leleh geser – fraktur tarik:
 Nn = 0.75 [ 0.6 fy Ags + fu Ant ]
= 0.75 [ 0.6 x 240 x 2520 + 370 x 650 ] = 452.5 kN > ½ P1u (OK)

Untuk leleh tarik – fraktur geser:


 Nn = 0.75 [ 0.6 fu Ans + fy Agt ]
= 0.75 [ 0.6 x 370 x 1728 + 240 x 1046 ] = 476 kN > ½ P1u (OK)

Dari ke-4 nilai  Nn di atas, terlihat bahwa kapasitas yang ada lebih besar
daripada beban ultimit ½ P1u ; berarti profil dobel siku 90.90.9 mampu
memikul beban yang terjadi.

24
Pemeriksaan profil 110.110.10
Diambil ½ penampang yang memikul beban ½ P2u = 280 kN
II I

.
110 - 5 = 105

79.3
40 40 40 40 40 40 40 40 40
110

25.7 25.7
30.7 - 5

51.4
e = 30.7
= 25.7

210
e

79.3
110 - 5 = 105
110

10 II I

Jalur I - I : An = 210 . 10 - 22 . 10 = 2100 - 220 = 1880 mm2


 An = 1738 mm2
402 x 10 (untuk ½ bagian)
Jalur II - II : An = 2100 - 2 . 22 . 10 + 4 x 51.4 = 1738 mm2

25
Perhitungan faktor U :
U = 1 - (x / L ) = 1 - ( 30.7 / 360 ) = 0.91  0.9

Kondisi Leleh :
 Nn =  . Ag . fy = 0.9 . 2100 . 240
= 453.6 kN > ½ P2u (OK)

Kondisi Fraktur :
 Nn =  . An . U . fu = 0.75 . 1738 . 0.9 . 370
= 434 kN > ½ P2u (OK)
Keruntuhan Blok Geser :
79.3

Ags = Lv2 . t = 320 . 10 = 3200 mm2


Ans = 3200 - (4 . 22 . 10) = 2320 mm2
25.7 25.7

Agt = (210 - 79.3) . 10 + (402 . 10) / (4 . 51.4)


210

= 1229 mm2
79.3

40 40 40 40 40 40 40 40 40
Ant = 1229 - (2 . 22 . 10) = 789 mm2
26
10 Lv2
Untuk leleh geser – fraktur tarik:
 Nn = 0.75 [ 0.6 fy Ags + fu Ant ]
= 0.75 [ 0.6 x 240 x 3200 + 370 x 789 ] = 564.5 kN > ½ P2u (OK)

Untuk leleh tarik – fraktur geser:


 Nn = 0.75 [ 0.6 fu Ans + fy Agt ]
= 0.75 [ 0.6 x 370 x 2320 + 240 x 1229 ] = 607.5 kN > ½ P2u (OK)

Dari ke-4 nilai  Nn di atas, terlihat bahwa kapasitasnya lebih besar daripada
beban ultimit ½ P2u ; berarti profil dobel siku 110.110.10 mampu memikul
beban yang terjadi.

27
b. Pemeriksaan baut Ø 20 mm pada 90.90.9

 = 10 mm
 110.110.10

 90.90.9
M = 182 x e1
182 kN 560 - 182 kN
182 kN 182 kN
M = 182 - e2
e1=25.4 e2-e1
e2=30.7
8 X 40 mm 9 X 40 mm

Tebal pelat pengisi = e2 - e1 = 30.7 - 25.4 = 5.3 mm < 6 mm


 Kapasitas baut tidak perlu direduksi - lihat SNI 13.2.2.5

28
 Baut pada kaki vertikal 90.90.9
Sambungan geser + tumpu ; dengan 2 bidang geser
Kapasitas 1 baut pada 1 bidang geser:
b
 Rn = f . r1 . fu . Ab = 0.75 . 0.4 . 414 . ¼  202
= 39 kN
Kapasitas 4 baut = 2 x 4 x 39 = 312 kN > 182 kN (OK)

Kapasitas tumpu dari 1 baut :


 Rn = 2.4 . f . d . tp . fu = 2.4 . 0.75 . 20 . 9 . 370
= 1198.8 kN > (182 : 4) kN (OK)

 Jumlah baut sudah cukup untuk memikul beban ultimit 182 kN.

29
 Baut pada kaki horisontal 90.90.9
Baut menerima kombinasi geser dan tarik
8 baut memikul beban geser 182 kN
Gaya tarik akibat momen:
M = 182 . e1 = 182 . 0.0254 = 4.6228 kNm

V1 40 80 M = V1 . 240 + 13 V1 . 80
4622800 = 266.67 V1
V2 = 1 V1
3 V1 V1 = 17.33 kN = Tu
Pemeriksaan tegagan akibat kombinasi geser dan tarik(SNI 13.2.2.3)
Vu  r .  . f b . m ………(13.2-4)
1 f u
n Ab
182000  0.4 . 0.75 . 414 . 1
8 . ¼ . 202

72.42  124.2 (OK) 30


Tu   . f . A ……….(13.2-5)
f t b
n
17330
 0.75 . 414 . ¼ . 202
2
8665  97546 (OK)

b. Pemeriksaan baut Ø 20 mm pada kaki 110.110.10

 = 10 mm
 110.110.10

 90.90.9
M = 182 x e1
182 kN 560 - 182 kN
182 kN 182 kN
M = 182 - e2
e1=25.4 e2-e1
e2=30.7
8 X 40 mm 9 X 40 mm

31
 Baut pada kaki vertikal 110.110.10
Sambungan geser + tumpu ; dengan 2 bidang geser
Kapasitas 1 baut
b b
pada 1 bidang geser :
 Rn = f . r1 . fu . Ab = 0.75 . 0.4 . 414 . ¼  202
= 39 kN
Kapasitas 5 baut = 2 x 5 x 39 = 390 kN > 560 - 182 kN (OK)

Kapasitas tumpu dari 1 baut :


 Rn = 2.4 . f . d . tp . fu = 2.4 . 0.75 . 20 . 10 . 370
= 1332 kN > (560 - 182) : 5 kN (OK)

 Jumlah baut sudah cukup untuk memikul beban ultimit 560 - 182 kN.

32
 Baut pada kaki horisontal 110.110.10
Baut memikul kombinasi geser dan tarik
8 baut memikul gaya geser sebesar 182 kN (= Vu)
Gaya tarik menghasilkan momen sebesar :
M = 182 . e2 = 182 . 0.0307 = 5.5874 kNm
V1 40 80 M = V1 . 240 + 13 V1 . 80
5587400 = 266.67 V1
V2 = V1
V1 = 20.95 kN = Tu

Pemeriksaan tegangan akibat kombinasi geser dan tarik (SNI 13.2.2.3)


Vu b
n Ab  r1 . f . fu . m ………(13.2-4)

182000  0.4 . 0.75 . 414 . 1


8 . ¼ . 202
72.42  124.2(OK) 33
Tu  f . ft . Ab ……….(13.2-5)
n
20950  0.75 . 414 . ¼ . 202
2
10475  97546 (OK)

c. Pemeriksaan pelat penyambung bawah, pada penampang kritis


Beban ultimit pelat sebesar ½ P1u = 182 kN
40 80 80 80 40
40 x
20
=  x = 2.5 mm
320 20
B = 190 + 2 x 2.5 = 190 + 5 = 195 mm
190

230

20
Luas penampang netto pelat penyamb. bawah :
40
(195 . 12) - (2 . 22 . 12) = 1812 mm2
320 22 22
20
x
B = 195 12

34
Kapasitas pelat penyambung bawah pada penampang kritis :
Perhitungan faktor U :
U = 1 - (x / L ) = 1 - ( 6 / 240 ) = 0.975  0.9
Kondisi leleh :
 Nn =  . Ag . fy = 0.9 . 195 . 12 . 240
= 505.44 kN > 182 kN (OK)
Kondisi fraktur :
 Nn =  . An . U . fu = 0.75 . 1812 . 0.9 . 370
= 452.2 kN > 182 kN (OK)
Keruntuhan Blok Geser :
40 80 80 80 40
22 22
20
195 12
64.4
190

230

Ags = 280 . 10 = 2800 mm2


20
Ans = 2800 - (4 . 22 . 12) = 1744 mm2
40
320
Agt = (195 - 64.4) . 12 = 1567 mm2 35
20
Ant = 1567 - (2 . 22 . 12) = 1039 mm2
Untuk leleh geser – fraktur tarik:
 Nn = 0.75 [ 0.6 fy Ags + fu Ant ]
= 0.75 [ 0.6 x 240 x 2800 + 370 x 1039 ] = 590.7 kN > ½ P1u (OK)

Untuk leleh tarik – fraktur geser:


 Nn = 0.75 [ 0.6 fu Ans + fy Agt ]
= 0.75 [ 0.6 x 370 x 1744 + 240 x 1567 ] = 572.4 kN > ½ P1u (OK)

Dari ke-4 nilai  Nn di atas, terlihat bahwa kapasitas yang ada telah lebih
besar dari beban ultimit ½ P1u ; berarti pelat penyambung bawah sudah
cukup kuat.

36
37
Sambungan Friksi tanpa Slip pada High Strength Bolt
SNI 13.2.3
 Gaya slip pada setiap pelat ditahan,
gaya geser terfaktor Vu, pada bidang
friksi harus memenuhi:
Vu   Vn
 1.13   m Tb
Gaya-gaya pada pelat
Tumpu
Dimana :
Friksi
 = faktor reduksi
Tumpu
 = koefisien friksi = 0.35
Friksi
m = jumlah bidang friksi
Tumpu
Tb = gaya tarik minimum pada baut
Friksi
(tabel 18.2-1)

38
Table 18.2-1 Gaya tarik minimum pada baut
Bolt diameter (mm) Minimum tension, Tb (kN)
16 95
20 145
24 210
30 335
36 490

Kombinasi Geser dan Tarik

Tu
Vn = 1.13   m Tb 1 -
1.13 Tb

39
CONTOH Untuk memikul beban ultimit Fu = 120 kN,
15 cm
digunakan empat HSB A 325 Ø 20.
H
Periksalah kapasitas HSB !
200 Jawab :
H Fu = 120 kN Fu . 15 cm = 20 cm . H
120 . 15 = 20 . H
H = 90 kN

2 baut menerima H = 90 kN ; 1 baut menerima 90 : 2 = 45 kN


Gaya tarik Tu yang dipikul 1 baut = 45 kN
Gaya geser Vu yang dipikul 1 baut = 120 : 4 = 30 kN
Kombinasi Geser + Tarik :
Vn = 1.13   m Tb 1 - Tu
1.13 Tb
45
= 1.13 . 1 . 0.35 . 1 . 145 1 -
1.13 . 145
= 41.6 kN > Vu (OK)  HSB kapasitasnya sudah cukup !! 40

Anda mungkin juga menyukai