Anda di halaman 1dari 2

Dugaan Mal Praktek, Polisi Panggil

Perawat RS Siloam
Selasa, 01 Juni 2004 | 15:46 WIB

TEMPO Interaktif, Tangerang: Kepolisian Resor Metro Tangerang memanggil tiga


perawat Rumah Sakit (RS) Siloam Gleaneagles untuk diperiksa pada Rabu (2/6).
Pemeriksaan terkait dengan dugaan mal praktek yang dilakukan rumah sakit swasta itu
terhadap korban Ade Irma Effendi, 37 tahun.

"Ketiga perawat adalah tim medis RS Siloam yang menangani perawatan Ade Irma," kata
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Metro Tangerang, Ajun Komisaris Polisi
Asep Adisaputra di Tangerang, Selasa (1/6). Ade Irma adalah pasien langganan RS
Siloam yang merasa dirugikan karena mengalami keguguran setelah ditangani dan diberi
obat oleh pihak rumah sakit. Lantaran diduga pihak rumah sakit sudah melakukan mal
praktek, Ade Irma melaporkannya ke Polres Metro Tangerang, Kamis (27/5).

Menurut Asep, ketiga perawat akan dimintai keterangan seputar proses terjadinya
keguguran. Dalam laporannya, Ade Irma tidak memasukkan RS Siloam ke dalam
penuntutan, melainkan menuntut kelalaian seorang dokter yang menanganinya.

Ade Irma yang didamping kuasa hukumnya, Yasrin Febrian Marly, SH mengatakan,
kasus berawal ketika ibu beranak satu itu memeriksa kandungannya ke dokter Anthonius
Heri yang membuka praktek di salah satu apotik di kawasan Bumi Serpong Damai. Saat
memeriksa kehamilan keduanya yang berusia 15 minggu, Ade Ade mengeluhkan adanya
flek merah pada celana dalam kepada dokter tetap keluarganya itu.

Melihat kondisi Ade yang lemah, Anthonius menyarankannya untuk diperiksa lebih
lanjut ke RS Siloam. Saat dilakukan pemeriksaan dengan ultra sonografi di RS Siloam
pada 16 April 2004 malam, pihak dokter yang juga terdapat dokter Anthonius itu
menyatakan, kandungan korban dalam kondisi baik dan sehat. Tapi, untuk menguatkan
kandungan, dokter menawarkan Ade untuk beristirahat di rumah sakit atau di rumah.
"Karena tidak ingin terjadi apa-apa, saya memilih dirawat di rumah sakit saja," kata Ade.

Setelah Ade dimasukkan ke ruangan bersalin, salah satu perawat langsung memberi
infus. Walau tidak didampingi seorang dokterpun, si perawat mengatakan, infus
diberikan berdasarkan saran dokter Anthonius. Sekitar 15 menit kemudian, obat bereaksi
dan kandungan Ade mengalami kontraksi. Alhasil, janin bayi dalam kandungan Ade,
keluar yang mengakibatkan kelahiran premature (abortus terancam) dan meninggal dunia.

Bantahan mal praktek jua sudah diberikan pihak rumah sakit. "Tidak benar, pihak rumah
sakit melakukan mal praktek. Abortus Imenen (aborsi dalam proses) terhadap pasien,
dikarenakan kondisi dan situasi pasien yang saat itu memang membutuhkan perawatan
intensif. Tidak benar, pasien mengalami keguguran setelah meminum obat yang
diberikan dokter. Karena pemberian obat selalu diberikan sesuai dengan petunjuk dokter
dan diagnosa juga dilihat dari kondisi pasien," kata Manajer Operasional RS Siloam,
Andre.

Anda mungkin juga menyukai