Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN IBU DAN MALOKLUSI PADA

REMAJA MONGOLIA : PENELITIAN CROSS SECTIONAL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi

Pengarang : Tsasan Tumurkhuu, Takeo Fujiwara, Yuko Komazaki,


Yoko Kawaguchi, Toshihiro Tanaka, Johji Inazawa,
Ganjargal Ganburged, Amarsaikhan Bazar, Takuya
Ogawa, Keiji Moriyama
Sumber : Association between maternal education and
malocclusion in Mongolian adolescents: a cross-
sectional study. BMJ Open (2016) 6 : e012283.
Halaman : 1–12 pp

Seminaris : Chyca Selviasari NIM. (18/433653/PKG/01206)

Firdha Kholif Annisyah NIM. (18/433655/PKG/01208)

Puspita Hajardhini NIM. (18/433662/PKG/01215)

MAGISTER ILMU KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
TELAAH PUSTAKA

Judul Artikel : Hubungan antara pendidikan ibu dan maloklusi pada remaja
Mongolia : penelitian cross sectional
Association between maternal education and malocclusion in
Mongolian adolescents: a cross-sectional study
(BMJ Open 2016;6:e012283. 1-12 pp. doi:10.1136/bmjopen-
2016012283)
Penulis : Tsasan Tumurkhuu, Takeo Fujiwara, Yuko Komazaki, Yoko
Kawaguchi, Toshihiro Tanaka, Johji Inazawa, Ganjargal
Ganburged, Amarsaikhan Bazar, Takuya Ogawa, Keiji
Moriyama

1. Rumusan Masalah Penelitian


Sejak tahun 1990 terjadi perubahan drastis kondisi sosioekonomi di Mongolia
yang mempengaruhi laki-laki dan perempuan dalam ekonomi dan
ketidakstabilan peran masing-masing secara alamiah dalam keluarga, sehingga
peran perempuan meluas dalam mengurus rumah tangga dan mencari nafkah.
Transisi ekonomi ini mempengaruhi gaya hidup tradisional, kebiasaan makan,
lingkungan tempat tinggal dan sistem kesehatan yang memunculkan persoalan
baru terkait kesehatan.
Salah satu permasalahan yang muncul adalah prevalensi karies yang tinggi
diantara anak-anak, khususnya daerah urban, dimana daerah tersebut
merupakan anak-anak dari keluarga Mongolia dengan status sosioekonomi
lebih tinggi dengan prevalensi early childhood caries lebih tinggi. Early
childhood caries yang tidak ditangani mengakibatkan premature loss gigi
sulung, yang akan berhubungan dengan maloklusi.
Belum ada penelitian dilakukan untuk melihat status sosioekonomi dan
hubungannya dengan maloklusi di populasi Asia Timur termasuk Mongolia,
walaupun perubahan besar sosioekonomi telah terjadi dalam beberapa dekade.
Penelitian dalam artikel ini dilakukan untuk mengetahui:
1. Bagaimana prevalensi maloklusi pada remaja Mongolia?
2. Bagaimana hubungan maloklusi dengan status pendidikan ibu pada sampel
masyarakat di Mongolia?

1
2

2. Hipotesis
Dalam artikel ini tersirat hipotesis bahwa : status sosioekonomi yang lebih
tinggi kemungkinan berhubungan dengan maloklusi.

3. Kerangka Konsep Penelitian

Status Sosioekonomi Pendapatan rumah


tangga

Pendidikan orangtua

Status Pendidikan Maloklusi Kebutuhan Perawatan


Ibu Remaja Ortodonti

1. Jenis kelamin responden


2. Usia responden
3. Berat lahir responden
4. Kebiasaan menghisap jari masa kanak-kanak
5. Frekuensi menyikat gigi
6. Konsumsi sarapan teratur
7. Umur orangtua
8. Gaya hidup ibu selama kehamilan : minuman
beralkohol, merokok, paparan sinar X
9. Perawatan saat kanak-kanak : cara pemberian
makanan, penggunaan pacifier
10. Kondisi lingkungan responden saat tumbuh :
banyaknya anak di keluarga, tipe tempat
tinggal
11. Tingkat karies
3

4. Pengambilan Sampel Penelitian


Penelitian cross-sectional berasal dari survei populasi berbasis longitudinal
“Craniofacial Collaborative Research” yang dilakukan oleh sebuah tim di
Tokyo Medical and Dental University dan the Mongolian National University
of Medical Science. Artikel ini disusun sesuai dengan pedoman STROBE
untuk cross-sectional studies.
Ukuran sampel dihitung berdasarkan pada studi sebelumnya di Eropa dan
Asia. Sekitar 30% dari anak-anak sekolah dianggap cenderung memiliki
maloklusi sehingga membutuhkan perawatan orthodontik. Tingkat pendidikan
ibu tinggi dan rendah ditemukan dalam proporsi 1 : 2. Kekuatan tes sebesar
80%, tingkat signifikansi 5% dan perbedaan dalam prevalensi 15%, asumsi ini
menghasilkan ukuran sampel 362.

Pendidikan Ibu Maloklusi

Keterangan :
Pendidikan Ibu : diukur menggunakan kuesioner
Maloklusi : diukur menggunakan model studi dan bantuan radiografi
orthopantomograf

Detail Pengambilan Sampel


Penelitian dilakukan di Ulaanbaatar yang merupakan Ibukota Mongolia,
dipilih sebagai lokasi yang dianggap mudah untuk penelitian karena hampir
setengah dari total penduduk negara itu tinggal disana (45,8%), dan lebih dari
sepertiga dari anak-anak sekolah belajar didaerah tersebut (N=186.822,
37,7%). Ulaanbaatar memiliki sembilan kabupaten besar, dan dua terbesar,
Bayanzurkh dan Sangino Khairkhan dipilih untuk penelitian ini. Dua sekolah
yang terbesar di setiap kabupaten, dengan latar belakang yang berbeda dipilih.
Satu sekolah terletak di Byanzurkh, dan yang lainnya di Sangino Khairkhan,
kabupaten terbesar kedua di pinggiran Ulaannbaatar. Setiap sekolah memiliki
2-14 kelas. Variasi yang luas dalam jumlah kelas ini terkait dengan transisi
4

sistem sekolah terutama pada tahun 2004-2008, yang menghasilkan distribusi


siswa yang terdaftar tidak merata dikelas 6 dan 7. Masing-masing sekolah
dipilih dua kelas secara acak dari masing-masing kelas 1 hingga 10 (anak-anak
berusia 5-16 tahun); semua siswa yang terpilih kemudian dihubungi (n
=1540). Dokumen tertutup berisi surat undangan, formulir informed concent
dan kuesioner penelitian didistribusikan melalui guru kepada responden.
Persetujuan tertulis diperoleh dari 1347 anak sekolah (tingkat tanggapan
87,5%). Pengumpulan data dilakukan bulan September dan Oktober 2013.
Kami membatasi sampel responden untuk anak-anak sekolah yang berusia 11
tahun atau lebih, untuk mengevaluasi maloklusi pada gigi campuran dan
permanen (n=585), karena penelitian menunjukkan bahwa IOTN memberikan
reproduktifitas yang dapat diterima setelah usia 11-12 tahun. Kami juga
mengeksklusikan remaja dengan riwayat perawatan ortodontik (n=7).
Responden yang tidak menentukan status pendidikan ibu dieksklusikan,
sehingga sampel akhir terdiri dari 557 peserta. Setiap responden diperiksa
menggunakan model studi gigi, catatan pemeriksaan gigi dengan
orthopatomograf dan kuesioner yang diisi oleh orang tua.
Secara ringkas dalam penelitian artikel ini dilakukan pengambilan sampel
secara multistage random sampling sehingga didapatkan sebanyak 557
responden yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dari jumlah populasi 1347
orang.
5

Gambar 1. Flow chat proses pengambilan sampel.


6

5. Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran


Variabel independent Variabel dependent

Status Pendidikan Ibu Maloklusi

Kovariat :
1. Jenis kelamin responden
2. Usia responden
3. Berat lahir responden
4. Kebiasaan menghisap jari masa kanak-kanak
5. Frekuensi menyikat gigi
6. Konsumsi sarapan teratur
7. Umur orangtua
8. Gaya hidup ibu selama kehamilan : minuman
beralkohol, merokok, paparan sinar X
9. Perawatan saat kanak-kanak : cara pemberian
makanan, penggunaan pacifier
10. Kondisi lingkungan responden saat tumbuh :
banyaknya anak di keluarga, tipe tempat tinggal
12. Tingkat karies

Detail Pengukuran Maloklusi


Pengukuran maloklusi dilakukan oleh tiga orthodontis yang setidaknya
telah mempunyai pengalaman training ortodontik selama 2 tahun di
Department of Maxillofacial Orthognathics, Tokyo Medical and Dental
University untuk menilai kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan
pengukuran kaliper dental (Matsui Measure Mfg. Co., Osaka, Japan) model
studi responden. Sebelumnya telah dilakukan persetujuan inter-rater (inter-
rater agreement) terkait subtansi untuk melakukan diagnosis IOTN yang
diukur pada 56 model studi (nilai Kappa=0.68, 96.7%). Reliabilitas menurut
tipe maloklusi memiliki persetujuan (agreement) bervariasi dari ringan hingga
sempurna (nilai Kappa=0.14, 91.1%). Persetujuan (agreement) gangguan
erupsi memiliki reliabilitas terendah (nilai Kappa=0.14, 91.1 %), karena
sampel penelitian terdiri dari gigi campuran dan permanen. Oleh karena itu,
setiap kasus dilakukan evaluasi kembali dengan bantuan gambaran
7

ortopantomograf untuk membedakan hipodonsia dari gangguan erupsi gigi.


Penggunaan ortopantomograf dipilih karena gangguan erupsi gigi yang
didefinisikan sebagai adanya kehilangan gigi dengan ruangan <4 mm apabila
disebabkan tipping gigi yang bersebelahan dan terlihat adanya tulang alveolar
bukal atau lingual yang menonjol, kadang-kadang dapat menyulitkan untuk
mendeteksi pada model studi rahang atas sehingga diperlukan gambaran
radiografi yang sesuai. Gigi molar permanen pertama yang hilang pada model
studi dan gambaran ortopantomograf dihitung sebagai diekstraksi. Setiap
model diberi nilai IOTN; nilai 4 dan 5 dihitung sebagai “membutuhkan
perawatan” dan nilai 1-3 dihitung “tidak memerlukan perawatan”. Dental age
ditentukan berdasarkan Hellman’s dental age.
Secara ringkas dalam skala pengukuran untuk variabel maloklusi adalah
skala ordinal.

Detail Pengukuran Status Pendidikan Ibu


Pengukuran menggunakan tanggapan kuesioner tentang latar belakang
pendidikan orang tua dan pendapatan rumah tangga sebagai indikator status
sosial ekonomi. Berikut adalah pertanyaan untuk menilai pendidikan :”Apa
latar belakang pendidikan yang dimiliki Ibu?” dan “Apa latar belakang
pendidikan yang dimiliki Ayah?”
Terdapat lima pilihan jawaban : “tidak ada pendidikan yang diperoleh”,
“memperoleh pendidikan dasar wajib/menengah bawah”, “sekolah menengah
atas”, “sekolah kejuruan”, dan “program sarjana, master atau doktoral”.
Pilihan jawaban dibagi menjadi 3 kategori untuk analisis statistik :
1. Tidak ada pendidikan yang diperoleh dan memperoleh pendidikan dasar
wajib/menengah bawah dikategorikan sebagai tingkat pendidikan rendah.
2. Sekolah menengah atas dan sekolah kejuruan dikategorikan sebagai
tingkat pendidikan sedang.
3. Program sarjana, master atau doktoral dikategorikan sebagai tingkat
pendidikan tinggi.
Secara ringkas dalam skala pengukuran untuk variabel status pendidikan
ibu adalah skala ordinal.
8

Detail Kovariat
Berikut ini merupakan kovariat, dipertimbangkan cenderung terkait terhadap
status pendidikan ibu dan maloklusi, yang diperoleh melalui kuesioner : jenis
kelamin responden, tanggal lahir (usia responden), berat lahir, kebiasaan
menghisap jari di masa kanak-kanak, frekuensi menyikat gigi, konsumsi
sarapan teratur, umur orang tua, gaya hidup ibu selama kehamilan (kebiasaan
minum dan merokok, paparan sinar X), perawatan anak usia dini (menyusui
dan penggunaan pacifier) dan kondisi lingkungan dimana responden tumbuh
dewasa (jumlah anak di keluarga, jenis tempat tinggal). Berat badan lahir
diperoleh sebagai variabel kuantitatif dan dikategorikan kedalam dua
kelompok (22500 atau <2500g) karena berat badan lebih rendah telah
dilaporkan sebagai faktor risiko untuk maloklusi. Gaya hidup ibu selama
kehamilan dianggap berdasarkan prospektif perjalanan hidup tentang
perkembangan penyakit mulut, kebiasaan merokok pada ibu hamil dan
paparan sinar-X selama kehamilan dikategorikan sebagai “ya” atau “tidak”
dalam analisis statistik. Tingkat karies gigi diperoleh dalam pemeriksaan gigi
untuk digunakan sebagai confounder potensial dalam analisis statistik. Empat
dokter residen di Department of Pediatric and Preventive Dentistry, School of
Dentistry, Mongolian National University of Medical Sciences memeriksa
peserta menggunakan kaca mulut dan gambaran x-ray orthopantomograf.
Mereka memeriksa mencocokan diagnosis selama pemeriksaan kelas awal.
Jumlah total gigi karies dan ditambal dihitung untuk memberikan ukuran
pengalaman karies gigi.

4. Analisis dan Hasil Statistik


Analisis Statistik
1. Analisis Student T-test dan x2 digunakan untuk menganalisis variabel
demografis responden yang mengalami maloklusi dan membutuhkan
perawatan ortodontik dibandingkan dengan responden yang tidak
memerlukan perawatan ortodontik.
2. ANOVA digunakan untuk variabel kuantitatif status gigi.
9

3. Analisis regresi Poisson digunakan untuk melihat hubungan antara


pendidikan ibu dan maloklusi.
4. Analisis terhadap variabel kovariat dilakukan untuk melihat
kecenderungan hubungan masing-masing variabel terhadap maloklusi dan
status pendidikan ibu melalui pemodelan.
Model 1 : usia ibu, tingkat pendidikan ibu, dan gaya hidup (kebiasaan
minum dan merokok, paparan sinar X) selama kehamilan, jenis kelamin
dan usia responden.
Model 2 : usia ibu, tingkat pendidikan ibu, jenis kelamin dan usia
responden, berat lahir, kondisi lingkungan dimana responden tumbuh
dewasa (jumlah anak di keluarga, jenis tempat tinggal), tipe pemberian
makanan dan penggunaan pacifier, kebiasaan menghisap jari selama
kanak-kanak, frekuensi menyikat gigi, tingkat karies, dan konsumsi
sarapan teratur.
Model 3 : usia ibu, tingkat pendidikan ibu, gaya hidup selama kehamilan,
jenis kelamin dan usia responden, berat lahir, kondisi lingkungan dimana
responden tumbuh dewasa (jumlah anak di keluarga, jenis tempat tinggal),
tipe pemberian makanan dan penggunaan pacifier, kebiasaan menghisap
jari selama kanak-kanak, frekuensi menyikat gigi, tingkat karies, dan
konsumsi sarapan teratur.
Analisis diuji pada tingkat signifikansi p<0.05.

Hasil Statistik
Tabel 1 menunjukkan prevalensi maloklusi yang memerlukan perawatan
ortodontik di antara semua remaja adalah 35,2%. Prevalensi maloklusi lebih
tinggi pada laki-laki 38,4% dibandingkan perempuan 32,6%, tetapi perbedaan
ini secara statistik tidak signifikan.
Tabel 2 menunjukkan secara keseluruhan para ibu dari 209 (37,5%) remaja
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, 243 (43,6%) memiliki tingkat
menengah dan 105 (18,9%) memiliki tingkat rendah. Tingkat pendidikan ibu
10

yang lebih tinggi berkaitan dengan peningkatan prevalensi maloklusi pada


responden.
Tes χ 2 menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara maloklusi dengan
penggunaan pacifier, kebiasaan menghisap jari atau minum menggunakan dot
botol.
Tabel 3 menunjukkan karakteristik oklusal maloklusi dan status gigi
dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan ibu. Ciri-ciri oklusal yang
digunakan untuk mendiagnosis maloklusi, hubungan molar dinilai
menggunakan klasifikasi Angle, dimana oklusi molar menyimpang lebih dari
setengah bagian bukal, secara statistik signifikan. Gangguan erupsi gigi
menunjukkan kecenderungan ke arah hubungan positif dengan tingkat
pendidikan ibu, tetapi hal ini secara statistik tidak signifikan.
Tabel 4 menunjukkan rasio prevalensi (PR) untuk maloklusi dengan status
pendidikan ibu. Remaja yang ibunya memiliki pendidikan menengah atau
tinggi memiliki PR lebih tinggi untuk maloklusi yang memerlukan perawatan
ortodontik dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (PR =
1,13; 95% CI 0,75-1,73 dan PR =1,46; 95% CI 0,96-2,20).
Hubungan ini tetap signifikan walaupun telah dilakukan penyesuaian kovariat,
pengujian variabel ibu selama kehamilan dalam model 1 dan semua kovariat
dalam model 3. Pengujian variabel responden pada model 2, ditemukan
hubungan tetap konsisten tetapi tidak signifikan.

Diskusi
Penelitian ini meneliti tentang hubungan pendidikan ibu dan maloklusi di
kalangan remaja di Mongolia. Hasil menunjukkan hubungan independen
antara status pendidikan ibu yang tinggi dengan maloklusi pada anak-anak.
Ketika transisi sosial ekonomi terjadi di negara berkembang, maka ibu dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau tingkat sosial yang lebih tinggi maka
mereka cenderung mengubah gaya hidup mereka lebih cepat, hal ini berakibat
pada kesehatan mulut mereka yang menjadi buruk. Kenaikan posisi sosial
11

ekonomi nasional tidak selalu menjamin makanan yang sehat, perilaku yang
sehat, dan pendidikan tentang kesehatan.
12

5. Kesimpulan Penelitian
Maloklusi yang membutuhkan perawatan ortodontik lebih umum terjadi di
kalangan remaja dari ibu dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi yang
mencerminkan tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi.
Studi longitudinal yang diikuti secara kohort dari masa awal kanak-kanak
sampai remaja diperlukan untuk menentukan keadaan perilaku dan lingkungan
yang membedakan antara ibu dengan latar belakang pendidikan yang berbeda
di Mongolia, untuk mengkonfirmasi penyebab peningkatan prevalensi ini.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana status
sosioekonomi mempengaruhi maloklusi dan mengkonfirmasi fenomena ini
secara universal atau regional.

Anda mungkin juga menyukai