Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN

KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI SECARA MANDIRI PADA ANAK


TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) SE-KABUPATEN
KUNINGAN 2020

Salma Insani1, Dewi Laelatul Badriah2, Vina Fuji Lastari3


Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Kuningan, Jawa Barat
Email : Salmainsani48@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Angka penyakit gigi dan mulut anak di Indonesia sangat tinggi
yaitu sekitar 93% (RISKESDAS, 2018). Salah satu cara mencegahnya adalah
dengan menggosok gigi. Menurut data KEMENDIKBUD Indonesia tahun
2016/2017 jumlah siswa tunagrahita di Indonesia berjumlah 69.403 siswa, untuk
provinsi Jawa Barat sejumlah 13.173 siswa. Jumlah tersebut merupakan jumlah
kateogori siswa SLB terbanyak dibandingkan dengan kategori kelainan lainnya.
Anak tunagrahita memerulakn bimbingan khusus dalam menggosok gigi, dalam
hal ini orangtua menerapkan cara berinteraksi dengan anak yang disebut pola
asuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola
asuh orangtua dengan kemampuan menggosok gigi secara mandiri pada anak
tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Kabupaten Kuningan 2020.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan analitik dengan desain korelasional.
Jumlah populasi sebanyak 241 anak tunagrahita dan orangtua di kabupaten
Kuningan, pengambilan sample menggunakan teknik non random sampling yaitu
purposive sampling dsebanyak 69 anak tunagrahita dan orangtua. Instrumen yang
digunakan yaitu kuesioner tertutup, analisis data dengan uji statistik chi-square
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 46,4% orangtua menerapkan pola asuh
permisif, 43,4% menerapkan pola asuh demokratis, dan 10,1% menerapkan pola
asuh otoriter. Sementara untuk hasil kemampuan menggosok gigi secara mandiri
anak tunagrahita 44,4% anak mampu melakukan secara mandiri, 36,2% mampu
melakukan dengan bantuan, dan 17,4% tidak mampu melakukan. Hasil uji
statistic chi-square menunjukan nilai p value = 0,349 > 0,05 sehingga Ha di tolak.
Simpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua
dengan kemampuan menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita di SLB
se-Kabupaten Kuningan. Saran dari penelitian ini diharapkan anak mendapat
bimbingan lebih baik dalam melakukan gosok gigi secara baik dan benar sehingga
angka kejadian penyakit gigi dan mulut pada anak dapat di minimalisir.

Kata kunci : pola asuh orangtua, anak tunagrahita, menggosok gigi.


Kepustakaan : 18 Buku (2010-2018), 6 Jurnal (2014-2020), 6 Skripsi (2011-
2017), 3 Website (2012-2018)
PENDAHULUAN orang penyandang
Menjaga kebersihan adalah tunagrahita/retardasi mental. Data
kewajiban setiap individu agar kementrian pendidikan dan
terhindar dari sakit, salah satunya kebudayaan Indonesia tahun
menjaga kebersihan gigi dan mulut 2016/2017, menyebutkan jumlah
dengan cara menggosok gigi. Data siswa tunagrahita di Indonesia
RISKESDAS tahun 2018 berjumlah 69.403 siswa, sementara
menyebutkan bahwa 57,6% untuk provinsi Jawa Barat jumlah
masyarakat Indonesia memiliki siswa tunagrahita adalah 13.173
permasalahan gigi dan mulut, siswa. Jumlah siswa tunagrahita baik
sementara dalam kategori anak di Indonesia maupun provinsi Jawa
jumlahnya cukup tinggi yaitu 93%. Barat merupakan jumlah kateogori
Rampi et al. (2017) mengungkapkan siswa SLB terbanyak dibandingkan
bahwa anak berkebutuhan khusus dengan kategori kelainan lainnya.
memiliki resiko sangat tinggi pada Hasil studi pendahuluan peneliti
masalah kebersihan mulut dan gigi yang dilakukan di Kabupaten
karena memerlukan bantuan dalam Kuningan diperoleh data seluruh
melakukan kebersihan gigi dan siswa tunagrahita di SLB Se-
mulutnya. Kabupaten Kuningan adalah
Setiap anak memiliki sejumlah 241 siswa dari 7 sekolah.
kemampuan yang berbeda-beda baik Data-data tersebut
dalam segi fisik, psikis, maupun menunjukan bahwa jumlah anak
intelektual. Anak tunagrahita tunagrahita di Indonesia cukup
memiliki keterbatasan dalam segi banyak, sehingga peran orangtua
intelektualnya. World Health sangat penting dalam membantu
Organization (WHO) dalam Nismal anak tunagrahita melakukan kegiatan
(2018) memperkirakan jumlah anak menggosok gigi. Helmawati (2016)
berkebutuhan khusus di Indonesia menjelaskan bahwa pola asuh orang
sekitar 7-10% dari total jumlah anak. tua sangat berpengaruh dalam
Sementara itu Kumar et al. (2016) pembentukan awal kepribadian atau
memeperkirakan prevalensi sifat serta perilaku anak sejak
tunagrahita di seluruh dunia sekitar dini.Pola asuh adalah bagaimana
23% dari seluruh populasi di dunia. orang tua memperlakukan, mendidik,
Hasil survey Sosial Ekonomi membimbing, dan mendisiplinkan
Nasional (SUSENAS) yang serta melindungi anak dalam
dilaksanakan Biro Pusat Statistik mencapai proses kedewasaan secara
(BPS) tahun 2012, jumlah langsung maupun tidak langsung.
penyandang disabilitas di indonesia Nismal (2018) mengatakan sebagian
sebanyak 6.008.661 orang, dari besar waktu anak adalah dengan
jumlah tersebut sekitar 402.817 orang tuanya, maka pintu gerbang
perawatan gigi pada anak-anak Wanitadidapatkan data siswa
berkebutuhan khusus terletak pada tunagrahita dengan kemampuan
pola asuh orang tuanya. menggosok gigi secara mandiri tanpa
Penelitian sebelumnya yang bantuan sejumlah 15 siswa, siswa
di lakukan oleh Putriani tahun 2016 tunagrahita dengan kemampuan
terkait penggunaan media video menggosok gigi secara mandiri
animasi sebagai upaya peningkatan dengan bantun 15 siswa, dan siswa
pembelajaran bina diri menggosok tidak mampu mempraktekan secara
gigi pada anak tunagrahita kategori benar walaupun dengan bantuan
sedang di SDLB Negeri Pembina verbal dan nonverbal 2 siswa.
Yogyakarta, hasil dari penelitian Berdasarkan uraian diatas
tersebut menunjukan adanya didapatkan data kemampuan
peningkatan pembelajaran bina diri menggosok gigi secara mandiri yang
setelah menggunakan media video berbeda-beda antara siswa
animasi pada anak tunagrahita tunagrahita, maka peneliti tertarik
kategori sedang. Perbedaan siklus I untuk melakukan penelitian
dan siklus II adalah strategi “Hubungan Antara Pola Asuh
pembelajarannya. Orangtua Dengan Kemampuan
Penelitian lainnya yang di Menggosok Gigi Secara Mandiri
lakukan oleh Nina tahun 2019 pada Anak Tunagrahita di Sekolah
mengenai hubungan pola asuh orang Luar Biasa (SLB)Se-Kabupaten
tua dengan kebersihan gigi dan mulut Kuningan 2020”.
pada anak retradasi mental di SLB
Negeri Yogyakarta menunjukan hasil METODE PENELITIAN
anak yang dididik dengan pola asuh Penelitian ini dilakukan dari
demokratis menghasilkan OHI-S tanggal 06 sampai 20 Juni 2020.
kategori sedang sebanyak 53,8%. Jenis penelitian yang digunakan
Hasil uji analisis statistik kendall’s- adalah penelitian analitik. Rancangan
tau pada tingkat kepercayaan 0,05 penelitian yang digunakan pada
menunjukan tidak ada hubungan penelitian ini adalah rancangan
yang signifikan antara pola asuh korelasional. Populasi dalam
orang tua dengan kebersihan gigi dan penelitian ini adalah anak tunagrahita
mulut pada anak retradasi mental di yang terdaftar sebagai siswa di
SLB Negeri 2 Yogyakarta. Nilai Sekolah Luar Biasa (SLB) Se-
signifikan (p) pola asuh otoriter Kabupaten Kuningan tahun ajaran
(0,407), pola asuh permisif (0,766), 2019/2020 dengan jumlah 241 anak.
pola asuh demokratis (0,386) dan Teknik pengambilan sampel
pola asuh campuran (0,639). dalam penelitian ini adalah teknik
Hasil studi pendahuluan pengambilan sampel non rondom
peneliti di SLBB-C Dharma sampling karena peluang subjek
tidak diketahui. Bentuk pengambilan disimpulkan bahwa penerapan
sampel non rondom sampling ini pola asuh orangtua yang tertinggi
adalah purposive sampling. Sample adalah orangtua yang
yang diambil dalam penelitian ini menerapkan pola asuh permisif.
berjumlah 69 responden, jumlah ini
sesuai dengan perhitungan dengan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi
menggunakan rumus sovlin. Kemampuan Menggosok Gigi
Secara Mandiri Pada Anak
HASIL PENELITIAN Tunagrahita di Sekolah Luar
1. Analisis Univariat Biasa (SLB) Se-Kabupaten
Analisis univariat digunakan Kuningan 2020
untuk mengidentifikasi pola asuh Kemampuan
N Frekuensi Persentase
yang diterapkan oleh orangtua Menggosok
o (f) (%)
dari anak tunagrahita dan nilai Gigi
kemampuan menggosok gigi 1 Tidak Mampu 12 17.4
secara mandiri pada anak 2 Dengan 25 36.2
tunagrahita di Sekolah Luar Bantuan
Biasa (SLB) se-Kabupaten 3 Mampu Mandiri 32 44.4
Kuningan 2020.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pola Total 69 100 %
Asuh Orangtua Anak Tunagrahita di
Sumber : Data Sekunder (2020)
Sekolah Luar Biasa (SLB) Se-
Kabupaten Kuningan 2020 Berdasarkan tabel 5.2 tersebut
dapat dilihat bahwa dari dari total 69
N Pola Asuh Frekuensi Persentase responden. Berdasarkan data tersebut
o Orangtua (f) (%) dapat di lihat bahwa angka tertinggi
1 Otoriter 7 10.1 menunjukan anak tunagrahita
32 46.4 mampu menggosok gigi secara
2 Permisif
mandiri tanpa bantuan.
3 Demokratis 30 43.4
2. Analisis Bivariat
Total 69 100.0 Uji hipotesis penelitian
Sumber : Hasil Penelitian (2020) tentang Hubungan Antara Pola
Berdasarkan tabel 5.1 diatas Asuh Orangtua Dengan
dapat dilihat bahwa dari total 69 Kemampuan Menggosok Gigi
responden, dengan jumlah Secara Mandiri Pada Anak
terrtinggi yaitu 32 responden Tunagrahita Di Sekolah Luar
yang menerapkan pola asuh Biasa (SLB) Se-Kabupaten
permisif dengan persentase Kuningan 2020 diukur dengan
43.4%. Dari data tersebut dapat menggunakan uji chi squere.
Tabel 5.3 Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Kemampuan
Menggosok Gigi Secara Mandiri Pada Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar
Biasa (SLB) Se-Kabupaten Kuningan 2020

Kemampuan Menggosok Gigi

Tiddak Dengan Mampu


Pola Asuh Total Nilai
Mampu Bantuan

F (%) F (%) F (%) N (%)

Otoriter 0 0.0 2 28.6 5 71.4 7 100


P value=
Permisif 6 18.8 10 31.3 16 50.0 32 100 0,439
Demokratis 6 20.0 13 43.3 11 36.7 30 100

Total 12 17.4 25 36.2 32 46.4 69 100,0

Sumber : Hasil Penelitian (2020)

Berdasarkan hasil tabulasi silang demokratis didapatkan 6 anak tidak


pada tabel 5.3 diatas dapat diketahui mampu menggosok gigi secara
dari 7 responden dengan pola asuh mandiri dengan persentase 20%, 13
otoriter tidak di dapatkan anak yang anak dengan persentase 43,3%
tidak mampu menggosok gigi secara mampu menggosok gigi dengan
mandiri, sementara 2 anak dengan bantuan, dan 11 anak lainnya dengan
persentase 28,6% mampu persentase 36,7% mampu
menggosok gigi dengan bantuan dan menggosok gigi secara mandiri.
sebagian besar anak mampu Dari hasil tabulasi silang tersebut
menggosok gigi secara mandiri dapat di lihat bahwa jumlah
sebanyak 5 anak dengan persentase terbanyak penerapan pola asuh
71.4%. Pada penerapan pola asuh orangtua adalah orangtua yang
permisif dapat di lihat bahwa dari menerapkan pola asuh permisif, dan
jumlah 32 responden di dapatkan 6 untuk memampuan menggosok gigi
anak tidak mampu menggosok gigi jumlah terbanyak yaitu anak mampu
secara mandiri dengan persentase menggosok gigi secara mandiri.
18,8%, sementara 10 anak lainnya Untuk jumlah anak yang mampu
mampu menggosok gigi dengan menggosok gigi secara mandiri
bantuan dengan persentase 31,3%, penerapan pola asuh otoriter
dan sebagian besar anak yaitu menghasilkan 71,4% anak yang
sejumlah 16 anak mampu merupakan jumlah tertinggi, lalu
menggosok gigi secara mandiri untuk pola asuh permisif yaitu 50%,
dengan persentase 50%. Orangtua sedangkan pola asuh demokratis
yang menerapkan pola asuh 36,7%.
Berdasarkan hasil uji chi square tunagrahita memiliki kecerdasan
diperoleh hasil uji hipotesis dengan jauh dibawah rata-rata yang
nilai p value = 0,439 yang berarti Ha ditandai dengan keterbatasan
ditolak dan menunjukan tidak adanya intelegensi dan ketidakcakapan
hubungan anatara pola asuh orangtua dalam komunikasi sosial.
dengan kemampuan menggosok gigi Faktor lain yang
secara mandiri pada anak tunagrahita memungkinkan orangtua
di Sekolah Luar Biasa (SLB) se- menerapkan pola asuh permisif
Kabupaten Kuningan 2020. yaitu kesibukan ataupun
pekerjaan yang dilakukan
A. Pembahasan Penelitian orangtua. Orangtua yang sibuk
1. Gambaran Pola Asuh bekerja akan kurang memiliki
Orangtua di Sekolah Luar waktu untuk membimbing dan
Biasa (SLB) Se-Kabupaten memperhatikan anak.
Kuningan 2020. Peneliti berpendapat bahwa
Berdasarkan hasil penelitian hal tersebut dapat dipengaruhi
pola asuh orangtua anak oleh faktor pendidikan orangtua.
tunagrahita di Sekolah Luar Berdasarkan hasil penelitian
Biasa (SLB) Se-Kabupaten terhadap responden diperoleh
Kuningan menunjukan bahwa hasil bahwa sebagian besar
responden dengan jumlah responden menempuh jenjang
tertinggi yaitu responden yang pendidikan sampai Sekolah
menerapkan pola asuh permisif Menengah Atas menerapkan
dengan total 32 responden pola asuh demokratis.
(46.4%). Orangtua yang memiliki
Peneliti berpendapat bahwa jenjang pendidikan tinggi akan
hal tersebut dipengaruhi oleh memiliki pengetahuan yang
faktor intelegensi anak dengan baik, termasuk pengetahuan
tunagrahita dimana anak mengenai pola asuh yang baik
menjadi sulit memahami dan bagi anak. Orangtua dengan
terkadang sulit untuk di tingkat pengetahuan yang baik
kendalikan oleh orangtua, akan mengajarkan,
sehingga orangtua membimbing, mendidik, dan
membebaskan anak untuk mengasuh anak dengan baik
memutuskan segala hal sendiri pula, membentuk perilaku
tanpa dorongan maupun diskusi disiplin, mandiri, serta menjalin
terlebih dahulu dengan orangtua. komunikasi bersama anak
Hal tersebut sejalan dengan dengan baik agar kehidupan
pendapat Atmaja (2018:97) anak di masa yang akan datang
yang menyatakan bahwa anak jauh lebih baik. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Watson disebabkan oleh faktor adanya
dalam Masni (2014) yang kelainan lain pada anak seperti
mengatakan bahwa terdapat kelainan fisik yang menyulitkan
beberapa faktor yang anak untuk melakukan gosok
mempengaruhi pola asuh gigi. Kondisi fisik akan
demokratis, salah satunya adalah menjamin seseorang dalam
tingkat pendidikan orangtua. melakukan tindakan. Menurut
Potter dan Perry (2010) bahwa
2. Kemampuan Menggosok Gigi orang yang menderita penyakit
Secara Mandiri Pada Anak tertentu seringkali kekurangan
Tunagrahita di Sekolah Luar energi fisik atau ketangkasan
Biasa (SLB) Se-Kabupaten dalam melakukakkan kebersihan
Kuningan 2020. diri.
Berdasarkan hasil penelitian Anak tunagrahita ringan
frekuensi kemampuan maupun berat mengalami
menggosok gigi secara mandiri gangguan intelektual dan
pada anak tunagrahita di SLB perkembangan. Selama anak
se-Kabupaten Kuningan dapat tunagrahita tidak mengalami
dilihat kemampuan menggosok penyakit fisik secara akut, maka
gigi anak secara mandiri pada anak tunagrahita akan mampu
anak tunagrahita lebih tinggi melakukan kebersihan diri secar
dibandingkan dengan anak yang amandiri. Data Menurut hasil
menggosok gigi dengan bantuan wawancara dengan orangtua
maupun tidak mampu anak tunagrahita, beberapa
menggosok gigi secara mandiri mengatakan bahwa anak
yaitu dengan total 32 anak mengalami kelainan fisik seperti
(44,4%). Peneliti berpendapat bentuk tangan yang abnormal
hal tersebut di sebabkan oleh sehingga menyebabkan anak
beberapa faktor diantaranya kesulitan dalam menggosok
faktor jenis tunagrahita, usia gigi.
anak, dan faktor latihan serta
pembelajaran anak di sekolah. 3. Analisis Hubungan Antara
Dari hasil penelitian dapat Pola Asuh Orangtua Dengan
dilihat bahwa anak tunagrahita Kemampuan Menggosok Gigi
yang mampu menggosok gigi Secara Mandiri Pada Anak
dengan bantuan berjumlah 25 Tunagrahita Di Sekolah Luar
anak (36,2%) dan tidak mampu Biasa (SLB) Se-Kabupaten
menggosok gigi secara mandiri Kuningan 2020.
dalam jumlah lebih sedikit yaitu Hasil penelitian menunjukkan
12 anak (17,4%). Hal ini dapat bahwa sebagian besar responden
menerapkan pola asuh permisif gigi dan mulut pada anak
dan sebagian besar anak disabilitias intelektual di SLB
tunagrahita mampu menggosok Paramadi Putra Banguntapan
gigi secara mandiri. Berdasarkan Yogyakarta dimana hasil
hasil uji statistik chi square penelitian menyebutkan tidak
didapatkan nilai p value = 0,439, terdapat hubungan antara peran
maka nilai p value >0,05 orangtua dengan kemampuan
sehingga dapat diputuskan Ha menyikat gigi dan mulut anak,
ditolak artinya tidak terdapat hasil uji spearman nilai p value
hubungan antara pola asuh 0.185 (>0.05). Penelitian lain
orangtua dengan kemampuan yang juga sejalan dengan
menggosok gigi secara mandiri penelitian tersebut adalah
pada anak tunagrahita di penelitian oleh Nina tahun 2019
Sekolah Luar Biasa (SLB) se- mengenai hubungan pola asuh
Kabupaten Kuningan 2020. orang tua dengan kebersihan
Peneliti berpendapat bahwa gigi dan mulut pada anak
meskipun sebagian besar retradasi mental di SLB Negeri
responden orangtua menerapkan Yogyakarta menunjukan tidak
pola asuh permisif yang ada hubungan yang signifikan
merupakan pola asuh dengan antara pola asuh orang tua
dampak negatif lebih banyak dengan kebersihan gigi dan
belum tentu membuat anak tidak mulut pada anak retradasi
mampu menggosok gigi secara mental di SLB Negeri 2
mandiri karena justru sebagian Yogyakarta dimana pola asuh
besar anak tunagrahita mampu demokratis mengahsilkan OHI-S
menggosok gigi secara mandiri. kategori sedang 53.8%. Nilai
Tipe pola asuh permisif dapat signifikan (p) pola asuh otoriter
dinilai bahwa orangtua akan (0,407), pola asuh permisif
bersikap acuh tak acuh sehingga (0,766), pola asuh demokratis
anak akan melakukan segala hal (0,386) dan pola asuh campuran
yang dia inginkan termasuk (0,639).
untuk tidak mampu menggosok Berdasarkan hasil penelitian
gigi secara mandiri karena di dapat disimpulkan bahwa
biarkan dan tidak dibimbing sebagian besar anak tunagrahita
oleh orangtua. di SLB se-Kabupaten Kuningan
Hasil penelitian ini sejalan mampu menggosok gigi secara
dengan penelitian yang mandiri karena dipengaruhi oleh
dilakukan oleh Sandy et.al lebih banyaknya anak
(2017) tentang peran orangtua penyandang jenis tunagrahita
terhadap keterampilan menyikat ringan, usia anak dan faktor lain
seperti pendidikan dan pelatihan kuesioner. Jenis kuesioner yang
yang didapatkan di sekolah. digunakan juga merupakan
Sementara itu untuk pola asuh kuesioner tertutup, sehingga
yang diterapkan oleh orangtua tidak memberikan keleluasaan
anak tunagrahita sebagian besar bagi responden dalam
merupakan pola asuh permisif mengungangkapkan pandangan
hal tersebut dapat disebabkan atau pendapatnya.
oleh kondisi anak tunagrahita 2. Keterbatasan Instrument
yang sesekali susah di Instrument yang digunakan
kendalikan oleh orangtua pada penilaian pola asuh
sehingga orangtua akan bersikap orangtua adalah kuesiner dengan
acuh tak acuh kepada anak. Pola pembagian jumlah item per pola
asuh terbanyak kedua asuh yang tidak merata, hal ini
merupakan pola asuh kemungkinan dapat
demokratis, hal ini disebabkan mempengaruhi hasil dari
oleh faktor pendidikan dan usia analisis data, walaupun untuk
orangtua dimana pendidikan metode perhitungan telah di
orangtua mayoritas sampai sesuaikan dengan indikator per
jenjang Sekolah Menengah Atas pola asuh.
dan usia di atas 30 tahun. 3. Keterbatasan Waktu
KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan
Peneliti menyadari bahwa dalam pada saat masa pandemi Covid-
melakukan pengamatan dan 19 menyebabkan cara dan
penelitian ini masih banyak sekali proses pengumpulan data yang
kekurangan dan keterbatasan yang sedikit terkendala
dimiliki. Untuk itu bagi para mengakibatkan waktu penelitian
akademisi yang akan menggunakan yang dibutuhkan cukup lama.
penelitian ini sebagai dasar kajian
ilmiah diharapkan memperhatikan SIMPULAN DAN SARAN
keterbatasan dalam peneliti. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
1. Keterbatasan Data dan pembahasan mengenai hubungan
Berdasarkan hasil penelitian antara pola asuh orangtua dengan
menunjukan bahwa dari kemampuan menggosok gigi secara
kuesioner yang diajukan oleh mandiri pada anak tunagrahita di
peneliti kepada responden, Sekolah Luar Biasa (SLB) se-
jawaban responden cenderung Kabupaten Kuningan 2020, maka
bersifat subjektif, sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai
kebenaran data sangat berikut :
bergantung pada kejujuran
responden ketika mengisi
1. Gambaran tipe pola asuh terhindar dari penyakit gigi dan
orangtua anak tunagrahita di mulut.
Sekolah Luar Biasa se- 2. Bagi Sekolah Luar Biasa
Kabupaten Kuningan dengan (SLB)
jumlah tertinggi yaitu orangtua Pelajaran dan pelatihan
yang menerapkan tipe pola asuh mengenai bina diri menggosok
permisif dengan persentase gigi agar lebih ditingkatkan agar
46.4% anak terbiasa untuk berlatih dan
2. Gambaran kemampuan mempraktekkannya di
menggosok gigi anak kehidupan sehari-hari.
tunagrahita di Sekolah Luar 3. Bagi Program Studi Strata 1
Biasa se-Kabupaten Kuningan Keperawatan STIKes
dengan jumlah tertinggi yaitu Kuningan
anak yang mampu menggosok Dengan hasil penelitian ini
gigi secara mandiri dengan disarankan bagi Program Studi
persentase 44.4% S1 Keperawatan STIKes
3. Tidak terdapat adanya hubungan Kuningan khususnya
yang signifikan antara pola asuh keperawatan anak maupun
orangtua dengan kemampuan keperawatan keluarga untuk bisa
menggosok gigi secara mandiri bekerjasama dengan pihak
pada anak tunagrahita di sekolah untuk mengadakan
Sekolah Luar Biasa (SLB) se- penyuluhan maupun edukasi
Kabupaten Kuningan 2020 mengenai pola asuh kepada
dengan uji chi squarenilai p orangtua siswa. Selain itu, bagi
value = 0,439 (>0,05). mahasiswa keperawatan
Saran selanjutnya yang akan meneliti
1. Bagi Orang Tua Dan Anak diharapkan dapat melakukan
Tunagrahita penelitian lebih lanjut terkait
Orang tua diharapkan dapat pengetahuan, tingkat
menambah ilmu pengetahuan pendidikan, dan persepsi
mengenai pola asuh yang orangtua, ataupun faktor-faktor
memiliki sisi positif lebih lain seperti usia anak,
banyak untuk diterapkan kepada lingkungan sekolah, maupun
anak dalam kehidupan sehari- peran guru yang dapat
hari. Bagi anak tunagrahita mempengaruhi pola asuh
diharapkan dapat orangtua maupun
mempraktekkan cara mempengaruhi kemampuan
menggosok gigi secara mandiri menggosok gigi secara mandiri
dengan baik dan benar agar pada anak tunagrahita.
DAFTAR PUSTAKA Tahun 2018. Skripsi, STIKes
Agam. (2013).Seputar Kesehatan Kuningan.
Gigi dan Mulut.Yogyakarta:
Rapha Publishing. Desy Wijayanti. (2017).Hubungan
Dukungan Keluarga Dalam
Apriliyanti at. al.(2016).Hubungan Melatih Cuci Tangan Dan
Pola Asuh Orangtua Dengan Gosok Gigi Dengan
Kemampuan Cuci Tangan Dan
Tingkat Kemandirian Personal
Gosok Gigi Pada Anak
Hygiene Pada Anak Retardasi Mental Di Slb Putra
Tunagrahita Di SLBN 1 Manunggal Gombong.Skripsi
Palangkaraya. Jurnal Thesis, Stikes Muhammadiyah
Dinamika Kesehatan Vol (7) Gombong.
No.2.
Dewi, E. U. (2018). Faktor-faktor
Ardyan Gilang Ramadhan. (2010). yang mempengaruhi pola asuh
Serba Serbi Kesehatan Gigi orang tua pada waria di
dan Mulut.Jakarta :Bukune Kembang Kuning Surabaya.
Keperawatan, 3(1).
Atmaja.(2018).Pendidikan dan
Bimbingan Anak Berkebutuhan Gigih Putriani. (2016). Peningkatan
Khusus.Bandung: PT Remaja Upaya Pembelajaran Bina Diri
Rosdakarya. Menggosok Gigi Melalui
Media Video Animasi Pada
Badriah, Dewi L. (2012). Metodelogi Anak Tunagrahita Kategori
Penelitian Ilmu-Ilmu Sedang Kelas IV SDLB di SLB
Kesehatan. Bandung : Negeri Pembina Yogyakarta.
Multazam Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Biro Pusat Statistik (BPS).(2012).
Survey Sosial Ekonomi Hakim, S. N.(2013).Peran Pola Asuh
Nasional (SUSENAS). Orangtua Terhadap Prestasi
(Internet). Available from: Belajar Siswa. Skripsi,
www.bps.go.id/publication.ht Universitas Muhammadiyah
ml (Acessed : 15 Maret 2020). Surakarta.
Delphie, B.(2012).Pembelajaran Hardiyanti, F. P. (2016).
Anak Tunagrahita. Bandung: Peningkatan Kemampuan
Refika Aditama. Menggosok Gigi Melalui
Media Boneka Gigi Pada Anak
Desi Susanti. (2018). Hubungan Tunagrahita Kategori Sedang
Antara Pola Asuh Orangtua Kelas Iv Di Slbc Rindang
Dengan Prilaku Cuci Tangan Kasih Secang. WIDIA
Pakai Sabun (CTPS) Di SD ORTODIDAKTIKA, 5(8),
Perkotaan Kecamatan Cigugur 815-826
Hasnida.(2014).Analisis Kebutuhan Kebersihan Gigi Dan Mulut
Pada Anak Reterdasi Mental di
Anak Usia Dini. Jakarta: PT
SLB Negeri Yogyakarta.
Luxima Metro Media. Skripsi,Poltekkes Jogjakarta.
Helmawati.(2016).Pendidikan
Nismal, H. (2018).Islam dan
keluarga. Bandung: Rosda. Kesehatan Gigi. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar
Jakarta: DEPDIKNAS.
Notoatmodjo, S. (2010).Metodelogi
Heriana, C. 2015. Manajemen Penelitian kesehatan.Jakarta :
Rineka Cipta Pustaka.
pengolahan data kesehatan.
Bandung : Refika Aditama. Potter&Perry, A. G.(2010).
Fundamental Of Nursing:
Consep, Prosses and Practice.
Kemendikbud.(2018). Loka data
Edisi 1,3.
KEMENDIKBUD. (Internet).
Pujiyasari, S., Asih, S. H. M., &
Available from:
Nurullita, U. (2014). Pengaruh
publikasi.data.kemendikbud.go metode latihan menggosok gigi
dengan kemandirian
.id (Acessed : 18 Maret 2020).
menggosok gigi anak retardasi
mental usia sekolah. Karya
Kemenkes.(2018). RISKESDAS Ilmiah.
2018. (Internet). Available
from: Purbasi Dwiyanti.(2020). Dukungan
Pola Asuh Keluarga Dan
http://labdata.litbang.kemkes.g
Kemampuan Pemenuhan
o.id (Acessed: 15 Maret 2020). Personal Hygiene Anak
Retradasi Mental Berdasarkan
Kharmina. (2011) . Hubungan Antara Karakteristik Di
Tingkat Pendidikan Orangtua Cirebon.Ramadhan. Jurnal
Dengan Orientasi Pola Asuh syntac of idea Vol 2 No 2.
Orangtua Anak Usia Dini.
Skripsi, Universitas Negeri Ramadhan.(2010). Serba-Serbi
Semarang. Kesehatan Gigi dan Mulut.
Jakarta : bukune.
Lestari, S.(2012). Psikologi
Keluarga. Jakarta : Kencana Sandy, L. P. A. (2017). Peran Orang
Tua Terhadap Keterampilan
Mamad Widya. (2012). Bina Diri. Menyikat Gigi Dan Mulut Pada
Jakarta: UT. Anak Disabilitas Intelektual.
Jurnal Teknosains, 7(1), 53-58.
Nina, dkk. (2019).Hubungan Pola
Asuh Orang Tua Dengan
Soetjiningsih., ranuh, G.
(2015).Tumbuh Kembang
Anak.Jakarta : EGC

Somantri, S. (2012).Psikologi Anak


Luar Biasa.Bandung : Refika
Aditama

Tridhonanto, A.
(2014).Mengembangkan Pola
Asuh Demokratis.Jakarta :
Gramedia.

Yulianti.(2019).Analisis Hubungan
Pola Asuh Orangtua Dengan
Tingkat Kemandirian Personal
Hygiene Pada Anak Usia
Prasekolah Di Dusun Celegeh
Desa Barebali Lombok Tengah
Tahun 2019. Jurnal Surya
Muda (1) 2.

Anda mungkin juga menyukai