Anda di halaman 1dari 8

Daily Activities with the Quality of Life of Patients with Chronic

Kidney Failure who Underwent Hemodialysis Therapy


Deddy Sepadha Putra Sagala1, Wahyu Gunawan Sagala2
1
Staf Pengajar Prodi D III Keperawatan STIKes Imelda, Jl. Bilal Ujung No. 52, Medan, Indonesia
2
Staf Perawat PT Sri Pamela Medika Nusantara, Tebing-tinggi, Indonesia
Email: deddyspsagala@gmail.com

Abstrak

Pasien GGK akan mengalami kehilangan fungsi ginjal sampai 90% atau lebih, sehingga kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit akan terganggu, fungsi sekresi,
fungsi hormonal akan terganggu serta mengakibatkan kondisi uremia atau azotemia (Parson,
Toffelmire & Valack, 2006). Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2014,
memperkirakan prevalensi GGK meningkat dari tahun 2011 sebesar 25.353 pasien menjadi 28.882.
Dengan komposisi 55.77% perempuan (16.108 pasien) dan 44,23% laki-laki (12.774 pasien). Data ini
mengalami peningkatan dimana pada tahun 2015 didapati 21.050 pasien baru dan 30.554 pasien
aktif dari tahun sebelumnya yang rutin menjalani hemodialisa, dengan proporsi pasien terbanyak
pada kategori usia 45 –64 tahun. Jenis Penelitian ini adalah Kuantitatif dengan desain korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Metode mengambilan sampel Non Probability Sampling dimana
jumlah populasi 98 responden, dengan tehnik sampling purposive sampling, didapat sampel dalam
penelitian ini berjumlah 79 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang
terdiri dari 37 pertanyaan (Lawton and Brody Scale) untuk variabel aktifitas sehari-hari dan 26
kuesioner kualitas hidup WHOQOL-BREF, Tehnik pengukuran pertanyaan menggunakan skala
Linkert, dalam bentuk kuesioner tertutup. Kemudian hasil kuesioner diformulasikan kedalam interval
jawaban variabel menggunakan rumus Sturgers untuk menentukan kriteria jawaban responden dan
mengetahui skor dan persentase jawaban. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas dari 79
responden mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari dalam kategori berat
sebanyak 40 orang (50,6%), Untuk kualias hidup ditemui mayoritas dari 79 responden memiliki
kualitas hidup mayoritas buruk sebanyak 44 orang (55,7%) serta dari hasil perhitungan statistik
diperoleh nilai probabilitas (p) untuk hubungan Aktivitas sehari-hari bernilai = 0,851, yang berarti
tidak ada hubungan secara signifikan dengan kualitas hidup (p>0.05).

Kata kunci : Aktifitas sehari-hari, Kualitas hidup, Hemodialisa

Abstract

CRF patients will experience kidney loss up to 90% or more, so that the body's ability to maintain
fluid and electrolyte balance will be disrupted, secretion function, hormonal function will be disrupted
and result in uremia or azotemia conditions (Parson, Toffelmire & Valack, 2006). The Indonesian
Nephrology Association (PERNEFRI) in 2014 estimated the prevalence of GGK to increase from
2011 to 25,353 patients to 28,882. With a composition of 55.77% of women (16,108 patients) and
44.23% of men (12,774 patients). This data has increased where in 2015 there were 21,050 new
patients and 30,554 active patients from the previous year who routinely underwent hemodialysis,
with the highest proportion of patients in the age group 45-64 years. This type of research is
quantitative with correlational design with cross sectional approach. The method of taking a Non
Probability Sampling sample where the total population is 98 respondents, with purposive sampling
sampling technique, obtained samples in this study amounted to 79 respondents. Data collection was
done using a questionnaire consisting of 37 questions (Lawton and Brody Scale) for daily activity
variables and 26 WHOQOL-BREF quality of life questionnaires. Question measurement techniques
used the Linkert scale, in the form of a closed questionnaire. Then the results of the questionnaire are
formulated into the variable answer interval using the Sturgers formula to determine the respondent's
answer criteria and find out the score and percentage of the answers. From the results of the study it
was found that the majority of 79 respondents experienced a disruption in the fulfillment of daily
activities in the heavy category of 40 people (50.6%). For the quality of life, the majority of 79
respondents had a poor quality of life of 44 people (55.7 %) and from the results of statistical
calculations obtained a probability value (p) for relationships. Daily activities are valued at 0.851,
which means there is no significant relationship with quality of life (p> 0.05).

Keywords: Daily activities, Quality of life, Hemodialysis

Pendahuluan prevalensi gagal ginjal kronis di negara-


Penyakit gagal ginjal kronis (GGK) negara lain, sementara penelitian
merupakan suatu sindrome klinis yang Perhimpunan Nefrologi Indonesia
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang (PERNEFRI) pada tahun 2015 didapati
bersifat menahun dan berlangsung 21.050 pasien baru dan 30.554 pasien aktif
progresif dan cukup lanjut, mengakibatkan dari tahun sebelumnya yang rutin
laju filtrasi glomerator kurang dari 50 menjalani hemodialisa, dengan proporsi
ml/menit. Gagal ginjal kronik juga dapat pasien terbanyak pada kategori usia 45 –64
diartikan suatu penyakit ginjal tahap akhir tahun.
mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi Smeltzer dan Bare (2002)
ginjal menahun bersifat progresif dan mengungkapkan bahwa untuk mengatasi
irreversible, berakibat menurunnya masalah GGK dapat dilakukan berbagai
kemampuan tubuh untuk mempertahankan terapi, salah satunya dengan terapi
metabolisme dan keseimbangan cairan hemodialisis. Hemodialisis merupakan
elektrolit (Rendy & Margareth, 2012). tindakan untuk mengganti sebagian fungsi
Pasien GGK akan mengalami dari ginjal. Tindakan ini dilakukan secara
kehilangan fungsi ginjal sampai 90% atau rutin pada penderita GGK stadium V.
lebih, sehingga kemampuan tubuh untuk Frekuensi tindakan hemodialisis bervariasi
mempertahankan keseimbangan cairan dan tergantung berapa banyaknya fungsi ginjal
elektrolit akan terganggu, fungsi sekresi, yang tersisa, rata–rata penderita menjalani
fungsi hormonal akan terganggu serta hemodialisis dua kali dalam seminggu,
mengakibatkan kondisi uremia atau sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa
azotemia (Parson, Toffelmire & Valack, paling sedikit tiga sampai empat jam tiap
2006). sekali tindakan terapi (Melo, Ribeiro &
GGK merupakan ancaman global bagi Costa, 2015)
populasi secara umum, khususnya bagi Pasien hemodialisa memiliki
negara-negara berkembang. Menurut data gangguan pemenuhan perawatan diri (self-
WHO (2011) dalam Zachariah dan care deficit) yang berdampak terhadap
Ghopalcrisnan (2014) memperkirakan kemampuan penderita untuk melakukan
secara global bahwa penyakit gagal ginjal aktivitas-sehari-hari seperti kemampuan
kronis merupakan penyebab utama perawatan fisik, pemenuhan asupan cairan
kematian diurutan ke-12 dan urutan ke-17 dan nutrisi, regiment terapi pengobatan,
penyebab kecacatan. Hill et al., (2016) perawatan akses vaskular, kemampuan
menyatakan bahwa prevalensi global gagal berinteraksi, pemanfaatan fasilitas
ginjal kronis sebesar 13.4%, Data kesehatan, melaporkan gejala yang muncul
Kementerian Kesehatan menunjukkan dan juga perilaku kesehatan. Gangguan
bahwa prevalensi GGK di indonesia perawatan diri sehari-hari tersebut akan
sekitar 0.2 % dengan prevalensi kelompok berdampak terhadap pemenuhan
umur ≥ 75 tahun sebanyak 0.6 % dan kemampuan aktivitas sehari-hari pasien
kelompok umur ini lebih tinggi dari seperti makan, minum, mandi, berpakaian,
kelompok umur lainnya (Riskesdas, 2013). berdandan, kebersihan diri, toileting dan
Untuk angka ini lebih rendah dibandingkan mobilitas (Curtin, Mapes, Schatell &
Hudson, 2005; Cook & Jassal, 2008). hemodialisa akan dapat mempertahankan
Menurut Cook dan Jassal (2008) bahwa kesehatannya setelah banyak mengetahui
dari 168 responden yang diteliti, responden tentang penyakit serta gejala yang
yang mengalami ketergantungan terhadap dialaminya, hal ini akan dapat terjadi lewat
pekerjaan rumah tangga (80%), belanja salah satu intervensi non farmakologis
(81%), mencuci (80%), memasak (68%), yaitu edukasi kesehatan tentang
menaiki tangga (52%), mandi (68%), pengolahan gaya hidup serta memberikan
transportasi (49%) dan ambulasi atau sentuhan dan motivasi agar pasien tetap
pergerakan (29%). dapat menjaga dirinya sendiri atau dapat
Pasien hemodialisa yang mengalami melakukan perawatan dirinya sendiri (self-
gangguan aktivitas sehari-hari akan care).
berdampak terhadap kesehatan fisik, Berdasarkan wawancara yang
mobilisasi dan perlunya perawatan dilakukan oleh penulis pada bulan maret
berulang dalam jangka panjang akibat tahun 2019 terhadap beberapa orang
anemia, uremia, miopati, gangguan tulang perawat di Rumah Sakit Umum Imelda
dan mineral. Kebutuhan mobilisasi yang Pekerja Indonesia Medan bahwa pasien
tidak terpenuhi dapat menjadi salah satu gagal ginjal kronis yang menjalani
faktor penyebab kematian pada pasien hemodialisa tahun 2019 per bulan rata –
hemodialisa. Keterbatasan aktivitas sehari- rata 352 orang secara reguler dengan
hari pasien hemodialisa dapat jumlah alat hemodialisis sebanyak 16
mengakibatkan terjadinya stress, frustasi, buah, beberapa diantaranya mengalami
depresi, penurunan daya ingat, mudah keterbatasan kemampuan dalam
tersinggung dan sesitif (Demarco et al., melakukan pemenuhan aktivitas sehari-
2012; Gomes et al., 2015; Rulli & Rusli, hari seperti takut untuk berjalan ke ruang
2001). unit hemodialisa saat mau melakukan
Perawatan diri pasien hemodialisa terapi meskipun edukasi sudah diberikan
sebagai salah satu pemenuhan aktifitas sebelumnya, hal ini tentunya akan
dalam peningkatan kualitas hidup, sudah mempengaruhi kualitas hidup dari klien.
menjadi perhatian di dunia akibat Pemahaman tentang pemenuhan aktivitas
keterbatasan kemampuan sehari-harinya, sehari-hari pada pasien hemodialisa sangat
hal ini terjadi akibat minimnya informasi penting untuk tetap menjaga serta
yang diperoleh dari petugas kesehatan meningkatkan kualitas hidupnya dalam
selama terapi, mengakibatkan kurangnya menjalani proses terapi yang dijalaninya
informasi dan pengetahuan pasien dan serta pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga tentang perawatan diri sehari-hari yang holistik guna meningkatkan
akibat penyakit dan proses terapi yang kepercayaan individu untuk meningkatkan
dijalaninya (Taylor & Renpenning, 2011). kualitas hidupnya.
Thornton dan Lingertfelt (2011) Berdasarkan uraian tersebut peneliti
mengatakan bahwa edukasi perawatan diri tertarik meneliti tentang hubungan
(self-care) secara signifikan dapat aktivitas sehari-hari dengan kualitas hidup
meningkatkan pengetahuan dan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
kemandirian serta meningkatkan terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum
kemampuan pasien dalam melakukan Imelda Pekerja Indonesia Medan
perawatan sehari-hari di rumah seprti
manajemen diri untuk pemenuhan Metode Penelitian
kebutuhan nutrisi dan mengikuti program Tujuan Penelitian ini untuk menganalisis
terapi pengobatan. hubungan aktivitas sehari-hari dengan
Teori Orem dalam Tomey dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
Alligood (2006) mengatakan bahwa pasien yang menjalani terapi hemodialisa di
gagal ginjal kronis yang menjalani terapi Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan dari bulan Maret – April 2. Jenis Kelamin
2019. Penelitian ini merupakan penelitian Laki-laki 25 31,6
kuantitatif dengan desain korelasional. Perempuan 54 68,4
Pendekatan dalam penelitian ini adalah 3. Pendidikan
cross sectional untuk menganalisis SD 22 27,8
hubungan antara variabel independen yaitu SMP 18 22,8
aktivitas sehari–hari dengan variabel SMA 36 45,6
dependen yaitu kualitas hidup pada pasien PT 3 3,8
gagal ginjal kronik yang menjalani 4. Status
Pernikahan
hemodialisa yang diukur dalam satu kali Menikah 59 74,7
pengukuran menggunakan kuesioner Janda/Duda 16 20,3
aktivitas sehari-hari (Lawton and Brody Belum Menikah 4 5,1
Scale) dan Kuesioner kualitas hidup World 5. Suku Bangsa
Health Organization Quality of Life-BREF Batak 41 51,9
(WHOQOL-BREF). Populasi dalam Jawa 32 40,5
penelitian ini adalah seluruh pasien gagal Melayu 6 7,6
ginjal kronis yang menjalani terapi 6. Status Pekerjaan
hemodialisa di Rumah Sakit Umum Imelda Bekerja 36 45,6
Pekerja Indonesia Medan sebanyak 98 Tidak bekerja 43 54,4
orang. Teknik sampling yang digunakan 7. Penghasilan
dalam penelitian ini adalah non probability Keluarga
sampling dengan jenis purposive sampling ≤ Rp 2.750.000 66 83,5
didapatkan jumlah sampel yang digunakan (≤UMK)
dalam penelitian ini sebanyak 79 > Rp 2.750.000 13 16,5
(>UMK)
responden. Analisis data penelitian ini 8. Biaya
dilakukan dengan univariat dan bivariat. Pengobatan
untuk menguji atau melihat hubungan BPJS 76 96,2
antar dua variabel dilakukan analisis data Asuransi Lain 3 3,8
dengan analisa Chi-Square. 9. Lama Menjalani
Hasil Penelitian Hemodialisa
3-6 Bulan 56 70,9
Tabel 1. Karakteristik pasien gagal ginjal > 6 Bulan 23 29,1
10. Siklus
kronis yang menjalani Hemodialisa
hemodialisa berdasarkan usia, 3X perminggu 22 27,8
jenis kelamin, pendidikan, status 2X perminggu 55 69,7
pernikahan, suku bangsa, status 1X perminggu 2 2,5
pekerjaan, penghasilan keluarga, Total 79 100
biaya pengobatan, lama
menjalani hemodialisa, dan Dari tabel 1 diketahui dari 79 pasien
siklus hemodialisadi RSU gagal ginjal kronis yang menjalani
Imelda Pekerja Indonesia Medan hemodialisa lebih setengah berada pada
tahun 2019 (n=79) kategori usia 45-59 tahun (usia
pertengahan) sebanyak 48 orang (60.8%).
No Karakteristik f Persentase
(%) Berdasarkan jenis kelamin hampir tiga
1. Usia (Tahun) perempat pasien gagal ginjal kronisyang
26-44 (usia 9 11,4 menjalani hemodialisa adalah perempuan
dewasa) sebanyak 54 orang (68.4%). Berdasarkan
45-59 (usia 48 60,8 pendidikan hampir setengah pasien gagal
pertengahan) ginjal kronis yang menjalani hemodialisa
60-74 (lanjut usia) 22 27,8
adalah lulusan SMA sebanyak 36 orang
(45.6%). Berdasarkan status pernikahan Tabel 3. Kualitas hidup pasien gagal
hampir tiga perempat pasien gagal ginjal ginjal kronis yang menjalani
kronis yang menjalani hemodialisa adalah hemodialisa di RSU Imelda
menikah sebanyak 59 orang (74.7%). Pekerja Indonesia Medan
Berdasarkan suku bangsa lebih dari
setengah pasien gagal ginjal kronis yang N Aktivitas F Persentase (%)
menjalani hemodialisa adalah bersuku o sehari-hari
1 Baik 35 44,3
batak sebanyak 41 orang (51.9%).
2 Buruk 44 55,7
Berdasarkan status pekerjaan lebih dari Total 79 100
setengah pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa adalah tidak Dari Tabel 3 diketahui bahwa
bekerja, yakni sebanyak 43 orang (54.4%). mayoritas dari 79 responden memiliki
Berdasarkan penghasilan keluarga lebih kualitas hidup mayoritas buruk sebnyak 44
dari tiga perempat pasien gagal ginjal orang (55,7%) sedangkan untuk kualitas
kronis yang menjalani hemodialisa adalah hidup baik dalam nilai yang tidak terlalu
berpenghasilan ≤ Rp 2.750.000 (≤ UMK) signifikan sebanyak 35 orang (44,3%).
sebanyak 66 orang (83.5%). Berdasarkan
biaya pengobatan hampir seluruhnya Tabel 4. Tabulasi silang aktifitas sehari-
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hari dengan kualitas hidup
hemodialisa adalah BPJS sebanyak 76 pasien gagal ginjal kronis yang
orang (96.2%). Berdasarkan lama menjalani hemodialisa di RSU
menjalani hemodialisa hampir tiga Imelda Pekerja Indonesia Medan
perempat pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa dengan interval 3-6 Variabe Kualitas Hidup
bulan sebanyak 56 orang (70.9%), dan RP p
l Baik Buruk
berdasarkan siklus hemodialisa lebih dari Aktifita
setengah pasien gagal ginjal kronis yang s
Sehari-
menjalani hemodialisa adalah 2X hari
perminggu sebanyak 55 orang (69.7%). 1 2
Ringan - 0,851
1,3% 2,5%
Tabel 2. Aktivitas sehari-hari pasien Sedang
17 19
gagal ginjal kronis yang 21,5% 24,1%
17 23
menjalani hemodialisa di RSU Berat
21,5% 29,1
Imelda Pekerja Indonesia Medan Total 35 44

No Aktivitas sehari-hari F Persentase


(%)
Dari Tabel 4 diketahui bahwa mayoritas
1 Ringan 3 3,8 dari 79 responden pemenuhan aktivitas
2 Sedang 36 45,6 sehari-hari dalam kategorik
3 Berat 40 50,6 ketergantungan berat dengan kualitas
Total 79 100 hidup buruk sebanyak 23 orang (29,1%)
dan pemenuhan aktivitas sehari-hari dalam
Dari tabel 2 diketahui bahwa mayoritas kategorik ketergantungan berat dengan
dari 79 responden mengalami gangguan kualitas hidup baik sebanyak 17 responden
dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari (21,5%), hal ini tidak terlalu signifikan dan
dalam kategori berat sebanyak 40 orang minoritas hanya 1 orang dalam
(50,6%), sedang 36 orang (36%) dan hanya ketergantungan ringan dalam pemenuhan
3 orang (3,8%) dalam kategori bantuan aktifitas sehari-hari dengan kualitas hidup
ringan. baik (1,3%), sedangkan dari hasil
perhitungan statistik diperoleh nilai
probabilitas (p) untuk hubungan Aktivitas
sehari-hari bernilai = 0,851, yang berarti hidup buruk, menurut asumsi peneliti
tidak ada hubungan secara signifikan kualitas hidup yang dimiliki pasien
dengan kualitas hidup (p>0.05). gagal ginjal kronis yang menjalani
Menunjukkan tidak ada hubungan antara hemodialisa di RSU Imelda Pekerja
aktifitas sehari-hari dengan kualitas hidup Indonesia Medan mayoritas atau lebih
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani dari setengah memiliki kualitas hidup
hemodialisa di RSU Imelda Pekerja buruk yang akan berpengaruh terhadap
Indonesia Medan. pemenuhan perawatan diri (self-care
deficit) yang berdampak terhadap
Pembahasan kemampuan penderita untuk melakukan
1. Aktivitas sehari-hari pasien gagal aktivitas-sehari-hari seperti kemampuan
ginjal kronis yang menjalani perawatan fisik, pemenuhan asupan
hemodialisa di RSU Imelda Pekerja cairan dan nutrisi, regiment terapi
Indonesia Medan pengobatan, perawatan akses vaskular,
Mayoritas responden mengalami kemampuan berinteraksi, pemanfaatan
ketergantungan berat dalam pemenuhan fasilitas kesehatan, melaporkan gejala
aktivitas sehari-hari dikaitkan dengan yang muncul dan juga perilaku
usia mayoritas responden lebih setengah kesehatan.
berada pada kategori usia usia 3. Hubungan aktifitas sehari-hari
pertengahan, jenis kelamin hampir tiga dengan kualitas hidup pasien gagal
perempat pasien gagal ginjal kronis ginjal kronis yang menjalani
yang menjalani hemodialisa adalah hemodialisa di RSU Imelda Pekerja
perempuan, pendidikan hampir Indonesia Medan
setengah pasien gagal ginjal kronis yang Berdasarkan analisis data tabulasi
menjalani hemodialisa adalah lulusan silang antara aktifitas sehari-hari
SMA serta berdasarkan penghasilan dengan kualitas hidup responden
keluarga lebih dari tiga perempat pasien mayoritas lebih dari seperempat
gagal ginjal kronis yang menjalani responden dalam pemenuhan aktivitas
hemodialisa adalah berpenghasilan ≤ Rp sehari-hari pada kategorik
2.750.000 (≤ UMK) dan yang lebih ketergantungan berat dengan kualitas
memperberat lagi adalah berdasarkan hidup buruk disusul hampir seperempat
lama menjalani hemodialisa hampir tiga responden dalam pemenuhan aktivitas
perempat pasien gagal ginjal kronis sehari-hari pada kategorik
yang menjalani hemodialisa dengan ketergantungan berat dengan kualitas
interval 3-6 bulan dan berdasarkan hidup baik dan minoritas hanya 1 orang
siklus hemodialisa lebih dari setengah dalam ketergantungan ringan dalam
pasien gagal ginjal kronis yang pemenuhan aktifitas sehari-hari dengan
menjalani hemodialisa adalah 2X kualitas hidup baik, hal membuktikan
perminggu tentunya hal ini akan bahwa tidak terlalu signifikan hubungan
mempengaruhi kondisi fisik dalam aktifitas sehari-hari dengan kualitas
pemenuhan aktivitas sehari-hari pasien. hidup sedangkan dari hasil perhitungan
statistik diperoleh nilai probabilitas (p)
2. Kualitas hidup pasien gagal ginjal untuk hubungan Aktivitas sehari-hari
kronis yang menjalani hemodialisa di bernilai = 0,851, yang berarti tidak ada
RSU Imelda Pekerja Indonesia hubungan secara signifikan dengan
Medan kualitas hidup (p>0.05). Menunjukkan
Mayoritas responden memiliki tidak ada hubungan antara aktifitas
kualitas hidup buruk sedangkan untuk sehari-hari dengan kualitas hidup pasien
kualitas hidup sedang dalam nilai yang gagal ginjal kronis yang menjalani
tidak terlalu signifikan dengan kualitas
hemodialisa di RSU Imelda Pekerja hemodialisa di RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan. Indonesia Medan.
Menurut asumsi peneliti hal ini dapat
terjadi karena ada banyak faktor yang Saran
dapat mempengaruhi kualitas hidup dari Diharapkan dapat dilakukan penelitian
pasien GGK yang menjalani hemodialisa lanjutan untuk mengeksplorasi cara
selain pemenuhan aktifitas fisik (domain ataupun tehnik yang terbaik agar
kesehatan fisik dan fungsinya), domain pemenuhan aktifitas sehari-hari dari pasien
sosial dan ekonomi, domain psikologis, lebih efektif dan dapat dipertahankan serta
spiritual, dan domain keluarga/lingkungan dapat ditingkatkan sehingga akan
(Ibrahim Kusman, Taboonpong, S., & meningkatkan kualitas yang hidup
Nilmanat, 2009). maksimal dari pasien gagal ginjal kronis
Penderita yang menjalani terapi yang menjalani hemodialisa, sehingga
hemodialisa jangka panjang sering dapat melengkapi hasil penelitian yang
mengalami ansietas berat akibat sakit yang telah ada.
kronis dan ketakutan terhadap kematian,
selain itu pasien juga mengalami masalah Daftar Pustaka
yang lain terkait kondisinya, diantaranya
masalah finansial, kesulitan dalam Bahadori, M., Ghavidel, F.,
mempertahankan pekerjaan, dorongan Mohammadzadeh, S., & Ravangard,
seksual yang hilang serta impotensi dan hal R. (2014).The Effects of an
ini akan mempengaruhi kualitas hidup Interventional Program Based on Self
pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Care Model on Health-Related Quality
Dukungan dari semua anggota keluarga of Life Outcomes in Hemodialysis
terutama pasangan sangat berperan dalam Patients. Journal of Education and
pengambilan keputusan dan strategi Health Promotion. volume 4(Nov
ketahanan hidup dalam mengelola 2014).
emosional (dukungan emosional);
memberikan inspirasi & motivasi Baraz,S., Rostami,M., Vardanjani,A.T.,
dukungan penilaian); memberikan Masoudi,R., Rabiei,L., & Vardanjani,
dukungan informasi tentang kesehatan, S.A.E. (2012). The effect of self-care
gaya hidup, diet; dan juga mendukung educational program on quality of life
penyediaan fasilitas (dukungan of elderly people in Ahvaz, Iran.
instrumental) sangat membantu bagi Indian Journal of Science and
penderita gagal ginjal kronis yang sedang Technology: ISSN:0974-6846.Vol
menjalani pengobatan dan akan membantu 5(10).
untuk meningkatkan ketahanan hidup
pasien tersebut (Muhamad, Afshari, & Brunner & Suddarth.(2001). Keperawatan
Kazilan, 2011). medikal bedah. (ed. 8. vol.1-2).
Jakarta: EGC.
Kesimpulan
Hasil perhitungan statistik diperoleh Cook, W.L., & Jassal, S.V. (2008).
nilai probabilitas (p) untuk hubungan Functional Drpendences Among The
Aktivitas sehari-hari bernilai = 0,851, yang Elderly On Hemodialysis. Journal Of
berarti tidak ada hubungan secara International Society Of Nefrology 73
signifikan dengan kualitas hidup (p>0.05). (7), 1289-1295.
Menunjukkan tidak ada hubungan antara
aktifitas sehari-hari dengan kualitas hidup Curtin, R.B., Mapes, D.I., Schatell, D., &
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani Burrows-Hudson, S. (2005). Self
Mangement in Patients With End
Stage Renal Desease. Exploring evidance for nursing practice. (9 th.
Domains and Dimenstion Neprologi Ed.). Philadelphia, F.A.: Lippincott
Nursing Journal 32(4), 389-395. Williams & Wilkins.

Curtin, R.B., Walters, B.A., Schatell, D., Rendy, C.M, & Margareth, T.H. (2012).
Phennell, P., Wise, M., & Klicko, K. Asuhan keperawatan medikal bedah
(2008). Self Efficacy and Self penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha
Management Behaviors in Patinets Medika.
Chronic Kidney Desease. Advances in
Chronic Kidney Desease, 15(2) 191- Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku
205 Ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. (Edisi 8).
Demarco, M.A.M., Law, A., Wang, Jakarta: ECG.
J.M.G., Gimenez, L., Jaar, B.G.,
Waltson, J.D., & Sagev, D.L. (2012). Taylor, S.G., & Renpenning, K. (2011).
Activity of Daily Livings Mortality: Self Care science, Nursing Theory and
Better Prediction Using Metrics of Evidance Based Practice Theory.
Aging. HHS Public Acces 60(10).
Newyork: Springer Publishing
1981-1982.
Company.
Indonesian Renal Registry (IRR). (2014).
Thornton K., Lingerfelt, KL. (2011).An
5th Report of Indonesia Renal Registry.
educational project for patients on
Perhimpunan Nefrologi Indonesia
hemodialysis to promote self-
(PERNEFRI).
management behaviors of end stage
renal disease education.Journal of
Ibrahim Kusman, Taboonpong, S., &
Nefrology Nursing: 38 (6) 383-8.
Nilmanat. (2009). Coping and quality
of life among indonesians undergoing
Tomey,A.M., & Alligood, M.R. (2006).
hemodialysis. Vol. 13(2). Thai Journal
Nursing Theory and Their Work. (6th
of Nursing Research, 13(2) 109-117.
ed). St.Louis: Mosby Elsevier.
Ignatavicius, D., & Workman, M.L.(2013).
WHO.(1997). Quality of life-BREF.
Medical surgical nursing: Patient-
Diakses dari
centered collaborative care. (Edisi 7).
http://www.eho.int/substance_
Elsevier Saunders.
abuse/research_tools/whoqolbref/en.
pada 07 April 2018.
Parson, T.L., Toffelmire, E.B., Valack,
C.E. (2006). Exercise Training During
Zachariah, L.M.S.& Gopalkrishnan, S.
Hemodialysis Improves Dialysis
(2014). Impact of music therapy
Efficacy and Phsycal Performance.
during hemodialysis on selescted
Arch Phys Med Rehabilitation.;87:
physiological paramaters of patients
680-687.
undergoing Hemodialysis in selected
Hospitals. Interventional Journal of
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing
Comperhensive Nursing. Volume I.
research: Generation and assesing

Anda mungkin juga menyukai