Awwal Fauzan Nauval-Fsh
Awwal Fauzan Nauval-Fsh
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H)
Oleh:
Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali pihak yang terlibat membantu
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dengan rasa syukur serta
hormat penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, dan pengarahan serta dukungan moril maupun
materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Perbandingan Madzhab dan Ibu Siti Hanna, M.A., selaku Sekertaris Prodi
yang telah membantu segala hal sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dengan sebaik-baiknya.
3. Bapak Drs. Ahmad Yani, M.Ag., dan Bapak Dr. Nahrowi, S.H, M.H., selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan,
petunjuk, arahan serta nasehat yang berguna bagi penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuannya kepada penulis.
v
5. Kedua Orang tua, Bapak Jamhuri dan Ibu Mariyatul Qibtiyah yang selalu
memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Kalian
merupakan motivasi dan semangat terbesar yang penulis miliki, karena tanpa
kalian penulis tidak ada apa-apanya. Kalian mengajarkan banyak hal sehingga
membuat penulis menjadi kuat sampai saat ini. Kalian selalu ada dan
menemani di saat penulis membutuhkan bantuan.
6. Adik-adikku Jihan Fauziah, Adinda Kamila Fajriah, Muhammad Fajar Aulia
Akbar, Muhammad Nurul Falah yang selalu memberikan semangat agar
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat PERCIK (Persatuan Remaja Cibitung Kaum). Kalian sahabat luar
biasa yang telah memberikan semangat dikala penulis jenuh hingga skripsi ini
selesai. Semangat dan kebersamaan yang selalu kita ukir semoga akan selalu
mengalir sampai akhir.
8. Keluarga Besar PMII KOMFAKSYAHUM yang telah memberikan semangat
dan semua pengalaman yang penulis dapat selama ini.
9. Sahabat-sahabatku, Nizomuddin Khoirul Khitam, Ahmad Nurul Iman, Vhian
Kurniawan, dan Ahmad Rizal Fauzi yang selalu memberikan motivasi untuk
penulis sehingga skripsi ini selesai.
10. Sahabat perjuangan, Abdul Wahid Hasyim, Sayyid Rifai, Muhammad Yunus
(Gobet), Syamazka Zakirni, dan Berlyyana Harinto, terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas semua semangat dan motivasinya.
11. Dan semua pihak yang sudah membatu penulis dalam proses pembuatan
skripsi ini yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan tanpa
mengurangi rasa terima kasih sedikitpun dari penulis.
Tiada cita yang terwujud dengan sendirinya melainkan dengan
pertolongan dari Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan juga untuk pembaca pada umumnya.
Penulis
vi
ABSTRAK
Kata kunci : Jual beli online, sistem dropshipping, UU ITE, fikih jual beli
vii
DAFTAR ISI
viii
C Macam-Macam Akad Jual Beli ……...……………………… 20
1. Pengertian Akad ………………………………………….. 20
2. Macam-macam Akad Jual Beli …………………………... 21
ix
B Jual beli Online dengan Sistem Dropshipping Menurut
Hukum Positif di Indonesia ……………………………..... 60
1. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Jual Beli Online
dengan sistem Dropshipping ……………………….. 61
2. Tanggung Jawab Dropshipper dalam Sistem
Dropshipping ……………………………………….. 63
C Persamaan dan Perbedaan Sistem Dropshipping dalam
Hukum Islam dan Hukum Positif ………………………... 65
1. Persamaan Sistem Dropshipping dalam Hukum
Islam dan Hukum Positif …………………………… 65
2. Perbedaan Sistem Dropshipping dalam Hukum Islam
dan Hukum Positif …………………………………. 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan …………………………………………………. 68
B Rekomendasi ………………………………………………... 69
LAMPIRAN…………………………………………………………………….
x
PENDAHULUAN
1
Artikelsiana, “Pengertian dan Macam-Macam Kebutuhan serta Contohnya”, diakses pada
16 Januari 2017 dari http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-macam-macam-kebutuhan-
contoh.html?m=1.
1
2
Arti berdagang atau berjual beli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Online adalah “persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang
menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga
barang yang dijual”.3 Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang
berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Lafal al-bai’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian
lawannya, yakni kata asy-syira’ (beli). Dengan demikian, kata al-bai’ berarti
jual, tetapi sekaligus juga berarti beli.4
Melakukan jual beli tentu tidak bisa dilakukan dengan asal, ada
aturan yang mengikatnya, apalagi jual beli dikaitkan dengan agama, karena
dalam jual beli terdapat dua pihak yang salah satunya tidak boleh merasa
dirugikan, jika ada yang merasa dirugikan maka jual beli tersebut dinyatakan
batal dalam hukum.
Berdasarkan definisi diatas, maka pada intinya jual beli itu adalah
tukar menukar barang. Hal ini telah dipraktikkan oleh masyarakat primitif
ketika uang belum digunakan sebagai alat tukar-menukar barang, yaitu
dengan sistem barter ini yang dalam terminologi fiqh disebut dengan bai’ al-
muqayyadah. Meskipun jual beli dengan sistem barter telah ditinggalkan,
diganti dengan sistem mata uang, tetapi terkadang esensi jual beli itu masih
berlaku, sekalipun untuk menentukan jumlah barang yang ditukar tetapi
2
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), h. 224.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Online, diakses pada 16 Januari 2017 dari
http://kbbi.web.id/internet.
4
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 111.
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 67.
3
Dalam era teknologi seperti saat ini. Mungkin hampir semua orang
pernah merasakan pengalaman berbelanja online. Dunia ini sedang
mengalami suatu perkembangan teknologi yang dinamis. Jika kita
6
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 101.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Online, diakses pada 16 Januari 2017 dari
http://kbbi.web.id/internet.
8
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, dkk, Pengantar Teknologi Informasi Internet: Konsep dan
Aplikasi, (Yogyakarta: ANDI, 2007), h. 1.
4
Sistem jual beli ini mendapat banyak respon dari masyrakat, baik yang
setuju maupun yang tidak setuju, mereka punya alasan tersendiri tentang
hukum sistem jual beli ini. Kepemilikan barang yang diperjualbelikan harus
termasuk dalam barang yang dimiliki secara sempurna. Kepemilikan yang
sempurna adalah hak milik terhadap zat sesuatu (bendanya) dan manfaatnya
bersama-sama, sehingga dengan demikian semua hak-hak yang diakui oleh
syara’ tetap ada di tangan pemilik.11 Jadi kalau barangnya tidak dimiliki
secara sempurna maka barang tersebut tidak dapat dijual belikan.
9
Mohd Ma’sum Billah, Applied Islmaic E-Commerce: Law and Practice, (Selangor:
Thomson Sweet & Maxwell Asia, 2008), h. 57.
10
Info Peluang Usaha, “Arti Sistem Dropship dan Reseller di Bisnis Online Shop”, diakses
pada 16 Januari 2017 dari https://infopeluangusaha.org/arti-sistem-dropship-dan-reseller-di-bisnis-
online-shop/
11
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 72.
5
2. Batasan Masalah
3. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan ini, ada beberapa tujuan dan manfaat yang hendak
dicapai oleh penulis,dan tujuan yang dimaksud adalah:
D. Manfaat Penelitian
F. Kerangka Teori
Sejarah, macam-macam,
Dasar hukum, syarat-syarat,
istilah-istilah, krakteristik
rukun-rukun, dan macam-
jual beli online
macam akad
Sistem dropshipping
Analisis
Kesimpulan hukum
10
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Masalah
3. Sumber Data
Pada penelitian ini, data yang digunakan berupa data bahan hukum
primer dan data bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah
bahan hukum yang utama berupa perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang meliputi
buku-buku, jurnal hukum dan artikel hukum yang berasal dari media
cetak maupun media elektronik.
12
Amiruddin, dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004, Cet. Pertama), h. 118.
11
5. Analisis Data
H. Sistematika Penulisan
BAB II: Bab ini merupakan suatu gerbang untuk pembaca dalam memahami
konsep dasar jual beli dalam Islam termasuk di dalamnya syarat jual beli,
rukun, dan akadnya.
BAB III: Menerangkan konsep-konsep dari jual beli online dan sistem
dropshipping termasuk di dalamnya sejarah singkat tentang transaksi jual beli
online dan jenis-jenisnya.
13
Suharsmi, Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Ady
Mahasatya, 2015), h. 236.
12
BAB IV: Menguraikan kajian hukum Islam dan UU ITE nomor 19 tahun
2016 tentang jual beli online yang menggunakan sistem dropshipping.
a. Hanafiyah
َّ يثادنحَشئَيشغٕبََفٍَََّتًَصه
Saling tukar-menukar sesuatu yang disenangi dengan yang
semisalnya.
ََذًَََهٍَكََ َيالَََتًقاتمََيالَػهًَٔجَّيخصٕص
1
Hendi Suhendi, Fiqhh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 67.
2
A.W. Munawir, Kamus al-Munawwir Arab – Indonesia, (Yogyakarta, Pustaka
Progresif, 1984), h. 135.
3
Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 4 (Damaskus: Darul Fikr, 1985),
h. 344.
4
Ahmad Zaynuddin al-Malibari, Fathul Mu‟in, (Bairut: Dar Ibn Hazm, 2004), h. 316.
13
14
ٌٍَاَأٌُّٓاَانزٌٍَآيُٕاََلَذأكهٕاَأيٕانكىَتٍُكىَتانثاغمَإَلَأٌَذكٌَٕذجاسجَػ
ذشاضَيُكىَََۚٔلَذقرهٕاَأَفغكىََۚإٌََّللاَكاٌَتكىَسحًٍا
5
Hidayat Enang, Fiqih Jual Beli, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2015), h. 11.
6
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta, AMZAH 2013), h. 176.
15
أَََذًَهَُّ َكا
َ َادَن َحَتَانَ ًَالَََذًََهٍَك
َ َيَث
7
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo -
Persada, 2008), h. 380.
8
Wahyu Kuncoro, Risiko Transaksi Jual Beli Properti, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2015,
Cet. Pertama), h. 8.
9
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 111.
16
Jual beli menurut ulama Malikiyah ada dua macam, yaitu jual beli
yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus, jual beli umum
ialah suatu perikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan
kenikmatan, tukar menukar yaitu satu pihak menyerahkan ganti penukaran
atas sesuatu yang ditukarkan oleh pihak lain. Sesuatu yang bukan manfaat
itu ialah bahwa benda yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk), ia
berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau hasilnya.
Jual beli arti khusus ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang bukan
kemanfaatan dan bukan kelezatan yang mempunyai daya tarik,
penukarannya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir
da nada seketika, tidak merupakan hutang baik barang itu ada di hadapan
si pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau
sudah diketahui terlebih dahulu.11
10
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, h. 112.
11
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 67-69.
12
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 193.
13
Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi‟i, (Bandung: Pustaka Setia,
2007), h. 22.
14
Suhwardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafida, 2000, Cet.
Pertama), h. 129.
17
Selain itu ada juga hadits Nabi yang menerangkan jual beli, yaitu:
ََِػًمَانشجمَتٍذ:َيَانكغةَأغٍة؟َفقال
ُّ َأ:َعكمَانُثًَحهًََّللاَػهٍَّٔعهى
َ)َ(سٔاَِاتضاسَٔانااكى.ٔك ُّمَتٍغَيثشٔس
16
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: KENCANA: 2012), h. 69.
17
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 cet.
Pertama), h. 68.
18
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, cet. Pertama), h.
64.
19
19
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, h. 115-116.
20
20
A. Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 2013, cet. Kedua), h.
189.
21
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, cet. Kedua), h. 104.
22
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga
Keungan Syariah, h. 69.
23
A. Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, h. 189.
24
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 50.
21
ٔأحمََّللاَانثٍغَٔحشوَانشِّتا
25
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2010), h. 48.
26
T.M Hasby Ash-Shieddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang,
1984), h. 21.
27
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 70.
28
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 81-82.
22
ََانثٍغَانًَاجم:ََشَلزَفٍٍَٓانثشكح:َأٌَانُثًَحهًََّّللاَػهٍَّٔعهىَقال
)ّٔانًقاسظحََٔخهػَانثشَتانشؼٍشََنََهثٍََدَََلَََنَهثٍََ َغَ(سٔاَِاتٍَياج
b. Bai’ As-Salam
1. Dasar Hukum
29
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 110.
23
30
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, h. 148.
31
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, h. 148.
32
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, h. 110.
24
33
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 74.
34
Rahmat Syafi‟I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 54.
35
Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press,
2009), h. 79.
25
c. Istishna
1. Pengertian Istishna
36
Abdul Fatah Idris, Kifayatul Akhyar Terjemahan Ringkas Fiqih Islam Lengkap,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 141.
37
Haroen Nasrun, Fiqh Muamalah, h. 150.
38
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat, h. 252-253.
26
ًٌَٕانصهحَجائضَتٍٍَانًغهًٍٍَاَلَحهااَحشوَحَلَلَأَأحمَحشايأَانًغه
َػهًَششٔغٓىَاَلَششغاَحشوَحَلَلَأَٔأحمَحشاياَ(سٔاَِانرشيزيَػٍَػًش
)ٔتٍَػٕف
a) Pemesan (mustashni‟)
b) Penjual atau pembuat (shani‟)
c) Barang atau benda (mashnu‟)
d) Harga (tsaman)
e) Pernyataan kesepakatan (shigat ijab qabul)
27
d. Ijarah
Ijarah berasal dari bahasa Arab, yang berarti ganti. Oleh sebab
itu as-tsawab (pahala) dinamai al-ajru (upah).39 Ijarah adalah suatu
transaksi sewa-menyewa antara pihak penyewa dengan yang
mempersewakan sesuatu barang atau jasa untuk mengambil
manfaatnya dengan harga tertentu dan dalam waktu tertentu.40
b. al-Hadist
َاَع َؼذَََتانًََاءََيَََُٓا
َ ًََانغ َٕ َاقًَيٍَََانضَ َسعَََٔي
َ ضَتًََاَػََه
َ َكََُاَََ َكشَيَََالَس
َفَََُٓ َاَاَسعٕلََّللاَحهًََّللاَػهٍَّٔعهىَػٍَرانكَٔأيشَاَأٌََكشٌٓاَتزْة
َأٔفعح
39
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press,
2004), h. 108.
40
Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.
150.
28
e. Musyarakah
41
Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 125.
42
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adilatuhu, ter. Abdul Hayyie dkk. (Depok: Dar. Al-
Fikr, 2011), h. 389.
43
Karmen A. Perwaatmadja, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Pt. Dana
Inakti Primayasa, 1999), h. 22.
29
َٔإٌَكصٍشاَيٍَانخهطاءَنٍثغًَتؼعٓىَػه َٰىَتؼطَإَلَانزٌٍَآيُٕا
َٔػًهٕاَانصانااخَٔقهٍمَياَْى
44
Muhammad, Dasar-Dasar Perbankan Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN:2008),
h. 140.
45
Muhammad, Dasar-Dasar Perbankan Syariah, h. 140.
30
f. Wakalah
1. Pengertian Wakalah
ٌََٔشاد،َقٌَََٔشَادََتَ َٓاَانافظ
َ ًَََََْٔذَطََه،َانٕكانحَتفرحَانٕأَٔكغشْا:ذؼشٌفَانٕكانح
48
َتٓاَانرفٌٕط
a) Al-Qur‟an
َقالَاجؼهًَُػه َٰىَخضائٍَالسضَوَإًََِّحفٍظَػهٍى
46
Muhammad, Dasar-Dasar Perbankan Syariah, h. 140.
47
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, h. 20.
48
Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, juz 5 (Damaskus: Darul Fikr, 1985),
h. 71
49
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, h. 171.
31
b) Hadist
َ َاَس َافغَََٔسَجََلََيٍَََالََص
َِاسَفضٔجا َ َسََأت
َ عَهىَََت َؼ
َ َََّٔ ٍَََّللاَحََهًََّللاََػَه
َ ََاٌَََسَعََٕل
)يًٍَٕحَتُدَانااسزَ(سٔاَِيانكَفًَانًٕغأ
c) Ijma Ulama
Suatu akad wakalah menurut ulama fiqh baru dianggap sah apabila
memenuhi syarta-syarat sebagai berikut:52
50
Isnawati Rais, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga
penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 182.
51
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 298.
52
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 191.
32
1. Cakap Hukum
Jual beli menurut KUH Perdata pasal 1457 adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu benda dan pihak lain membayar harga yang telah dijanjikan.
Sedangkan dalam pasal 1313 KUH Perdata suatu persetujuan adalah
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu
orang atau lebih. Bila pembeli melakukan kata persetujuan sepakat
dengan penjual maka terjadilah jual beli tersebut. Terjadinya persetujuan
jual beli tersebut juga dinyatakan di dalam pasal 1458 KUH Perdata yang
berbunyi “jual beli dianggap telah terjadi segera setelah orang-orang itu
53
Irma Devita Purnamasari, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-Kiat Cerdas,
Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah, (Bandung, Mizan Pustaka, 2011), h. 147.
54
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, h. 303.
55
Isnawati Rais, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, h. 183.
33
56
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2002), h. 1.
57
Subekti, Hukum Perjanjian, h. 17.
34
58
Reston Tamba, Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Jual Beli Melalui Internet
(Electronic) Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, (Surabaya, 2012), h. 20.
59
Subekti, Hukum Perjanjian, h. 19.
35
Sepakat adalah suatu persesuaian paham dan kehendak antara kedua belah
pihak tersebut. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, adalah juga
yang dikehendaki oleh pihak yang lain, meskipun tidak sejurusan tetapi
secara timbal-balik. Kedua kehendak itu bertemu satu sama lain.60
E. Perdagangan E-commerce
60
Subekti, Hukum Perjanjian, h. 26.
61
Losina Purnastuti, “Perdagangan Elektronik: Suatu Bentuk Pasar Baru Yang
Menjanjikan?”, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 1, 1, (Februari 2004), h. 11.
62
Shabur Miftah Maulana dkk, “Implementasi E-Commerce Sebagai Media Penjualan
Online (Studi Kasus Pada Toko Pastbrik Kota Malang)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 29, 1
(Desember, 2015), h. 3.
36
E. Pembuktian Elektronik
63
Muhammad Amir Udin, “Perancangan dan Implementasi E-Commerce Untuk
Meningkatkan Penjual Produk Herbal Pada Toko La Roiba”, Universitas Dian Nuswantoro,
(Februari, 2014), h. 5.
64
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2006),
h. 149.
65
Aloina Sembiring, “Analisis Yuridis Terhadap Legalitas Dokumen Elektronik Sebagai
Alat Bukti Dalam Penyelesaian Sengketa”, Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 32, 1, (Februari, 2015),
h. 109.
37
merupakan perluasan alat bukti yang sah dan sesuai dengan hukum acara
yang berlaku di Indonesia.66
66
Johan Wahyudi, “Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Pembuktian di
Pengadilan”, Jurnal Perspektif, Vol. 17, 2, (Mei, 2012), h. 123.
BAB III
A. Definisi E-commerce
Sekarang ini teknologi internet semakin berpengaruh besar bagi
perekonomian dunia. Internet membawa perekonomian dunia memasuki
babak baru yang lebih populer. Dalam dunia internet ada istilah yang disebut
dengan e-commerce, bagi mereka pelaku bisnis online seperti jual beli secara
online, melakukan pembayaran online yang dilakukan secara elektronik
melalui internet, aktivitas tersebut dapat diartkian sebagi e-commerce.
E-commerce merupakan kepanjangan dari electronic commerce yang
perdagangan dilakukan secara elektronik. E-commerce juga berarti
perdagangan elektronik yang mencakup proses pembelian, penjualan,
transfer, atau pertukaran produk, layanan, atau informasi melalui jaringan
komputer, termasuk internet.1
E-commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut
konsumen (consumers), manufaktur (manufaktures), services providers dan
pedagang perantara (intermediaries), dengan menggunakan jaringan-jaringan
komputer (computer networks) yaitu internet.2
Perdagangan elektronik atau yang disebut juga e-commerce, adalah
penggunaan jaringan komunikasi dan komputer untuk melaksanakan proses
bisnis. Pandangan populer dari e-commerce adalah penggunaan internet dan
komputer dengan browser web untuk membeli dan menjual produk.3
E-commerce atau disebut juga perdagangan elektronik merupakan
aktivitas yang berkaitan dengan pembelian, penjualan, pemasaran barang atau
jasa dengan memanfaatkan sistem elektronik seperti internet atau jaringan
1
Gunawan dkk, “Pengembangan Website E-Commerce “TOMcell”, Konferensi Sistem
Informasi Indonesia (Kensefina), Vol. 1, (Juni: 2014) h. 15.
2
Iyas, “Implementasi Sistem Penjualan Online Berbasis E-commerce Pada Usaha
Rumahan Griya Unik” (Jakarta: skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011), h. 21.
3
Syafwendi, “Analisis Pengaruh Citra Merek dan Strategi O2O (Online to Offline)
Perusahaan E-commerce Terhadap Kepercayaan dan Dampaknya pada Proses Keputusan
Pembelian Konsumen dalam Jual Beli Online” (Jakarta: skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 17.
38
39
4
Parta Tambunan, “Pengertian E-commerce, Manfaat serta Keuntungan E-commerce”,
artikel diakses pada 21 Mei 2018 dari http://www.partatambunan.com/pengertian-e-commerce-
manfaat-serta-keuntungan-e-commerce/
5
Kang Mousir, “Definisi, Sejarah Singkat, Perkembangan, Keuntungan Belanja Online”,
artikel diakses pada 21 Mei 2018 http://seputaranbelanja.blogspot.co.id/2014/07/definisi-sejarah-
perkembangan-keuntungan-belanja-online.html?m=1
40
C. Macam-Macam E-commerce
6
Gita Chairun Nisa “Pengaruh Orientasi Belanja Onlinr dan Gender Differences
Terhadap Pencarian Informasi Online dan Belanja Online (Studi Kasus pada Mahasiswa/I UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta)”, (Jakarta: skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013), h. 57-58.
7
Acmad Reza Widia “Rancang Bangun Sistem Informasi E-commerce Menggunakan
Payment Gateway Paypal (Studi Kasus: Omekimai Gadget Store)”, (Jakarta: skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) h. 32.
41
D. Istilah-Istilah E-commerce
Dewasa ini, jual beli online atau sistem perdagangan elektronik sangat
digemari oleh masyarakat luas karena dinilai lebih praktis serta dapat
menghemat waktu dan tenaga. Sistem jual beli online dapat dilakukan di
manapun dan kapanpun, tinggal memilih barang yang diinginkan, transfer
pembayaran dengan bukti, dan menunggu barang pesanan datang.
Ada banyak istilah jual beli online yang digunakan oleh masyarakat,
diantaranya:
42
8
Iip Afifullah, “10 Istilah Jual Beli Online yang Harus Kamu Ketahui”, artikel diakses
pada 23 Mei 2018 dari https://www.rapper.com/indonesia/gaya-hidup/.
9
Unggul Segena, “99 Istilah Jual Beli Online ini Wajib Kamu Ketahui, Gan! Jangan
Sampai Ketemu Palkor”, artikel diakses pada 23 Mei 2018 dari
https://www.kompasiana.com/unggulcenter/
43
10
Iip Afifullah, “Sudah Tahu Belum 10 Istilah Jual Beli Online ini?”, artikel diakses pada
23 Mei 2018 dari https://www.google.com/search?hl=in-ID&ie=UTF-8&source=android-
browser&q=istilah+istilah+jual+beli+online
44
12. Seller: Seller atau dalam bahasa Indonesia adalah penjual. Mereka
ini adalah para pemilik online shop.
13. Customer: Tidak berbeda dengan buyer, namun customer sering
dikaitkan untuk pembeli loyal (sering membeli).
14. Testimonial/testi: Istilah untuk pesan dan kesan dari
pelanggannya. Ini biasanya dijadikan bukti untuk meyakinkan
calon pembeli lainnya berdasarkan pengakuan pembeli
sebelumnya.
15. Ongkir/shipping cost (ongkos kirim): Biaya pengiriman seuatu
barang yang dipesan dari tempat penjual ke tempat pembeli.
Dalam hal ini pembeli menanggung biaya kirim barang.
16. Newbie: Yaitu pemula, pendatang baru di suatu forum jual beli
online yang masih perlu berlajar. Akan tetapi tidak semua
anggota forum jual beli online masih baru ada juga yang sudah
mahir dibidangnya.
11
Syafwendi, “Analisis Pengaruh Citra Merek dan Strategi 020 (Online to Offline)
Perusahaan E-commerce Terhadap Kepercayaan dan Dampaknya pada Proses Keputusan
Pembelian Konsumen dalam Jual Beli Online”, (Jakarta: skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 17.
45
2. Karakteristik E-commerce
b. Transaksi Anonim
F. Sistem Dropshipping
12
Derry Iswidharmanjaya, Dropshipping Cara Mudah Bisnis Online, (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2012), h. 5.
47
13
Feri Sulianta, Terobosan Berjualan Online ala Dropshipping, (Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2014), h. 2.
48
14
Rico Huang, “Kelebihan dan Kekurangan Bisnis Dropship”, artikel diakses pada 28
Mei 2018 dari https://www.alona.co.id/bisnis/kelebihan-dan-kekurangan-bisnis-dropship/
15
Buka Lapak, “Kelebihan dan Kekurangan Bisnis Dropship”, artikel diakses pada 28
Mei 2018 dari
https://komunitas.bukalapak.com/s/gs7ctb/kelebihan_dan_kekurangan_bisnis_dropship
50
Ada kelebihan dari sistem dropshipping dan begitu pula ada juga
kekurangan dari sistem dropshipping ini, diantaranya:
16
Putra Kalbu Adi, “Jual Beli Online dengan Menggunakan Sistem Dropshipping
Menurut Sudut Pandang Akad Jual Beli Salam (Studi Kasus pada Forum Kaskus)”, (Jakarta:
skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 71-72.
BAB IV
1
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalat, (Jakara: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003), h. 143.
52
53
2
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalat, h. 289.
54
Sebagaimana jual beli pada umumnya, jual beli salam hanya akan
sah bila dilakukan sesuai dengan rukun dan syaratnya. Adapun rukun
jual beli salam yaitu3:
a) Pembeli (Muslam)
Dalam hal ini pembeli harus mengerti hukum, dewasa, berakal,
dan baligh. Tidak ingkar janji dengan apa yang sudah
disepakati dengan penjual.
b) Penjual (muslam alaih)
Penjual adalah pihak yang menyediakan barang. Dalam hal ini
penjual tidak boleh mengingkari janji dan harus menyebutkan
spesifikasi barang dengan jelas.
c) Modal atau uang (al-tsaman)
Modal atau uang disyaratkan harus jelas dan terukur serta
dibayarkan seluruhnya ketika akad berlangsung.
d) Barang (muslam fih)
Barang yang dijadikan objek penjualan harus jelas ciri-ciri,
jenis, dan ukurannya.
e) Ucapan (shighat)
Ijab dan qabul harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan
tidak terpisah dari hal-hal yang memalingkan keduanya dari
akad.
Adapun syarat sahnya akad salam adalah sebagai berikut:
a) ‘Aqid
Yaitu para pihak yang melakukan akad, dalam hal ini adalah
penjual dan pembeli. Penjual dalam akad salam disebuat
dengan muslam ilaih dan pihak pembeli disebut dengan
muslam.
b) Objek jual beli salam
3
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, h. 110.
55
Maksud dari objek jual beli salam adalah harga dan barang
yang dipesan. Harga dalam jual beli salam harus jelas dan
harus diserahkan ketika akad.
c) Syarat yang terkait dengan barang
Barang dalam jual beli salam disebut dengan muslam fih,
barang yang dipesan harus jelas dan sesuai dengan
spesifikasinya.
Dalam jual beli ini disebut dengan akad salam atau jual beli
pesanan. Peggunaan akad salam diperbolehkan dalam bisnis online
56
4
Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1997), h. 1579.
57
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalat, h. 234.
58
6
Wawancara pribadi dengan Mahbub Ma’afi Ramdlan. Jakarta, 7 November 2018.
7
Ika Yunia Fauzia, “Akad Wakalah dan Samsarah Solusi atas Klaim Keharaman
Dropship dalam Jual Beli Online”, ISLAMICA, vol. 9, nomor 2, (Maret: 2015), h. 339.
59
8
Wawancara pribadi dengan Mahbub Ma’afi Ramdlan. Jakarta, 7 November 2018.
9
Wawancara pribadi dengan Mahbub Ma’afi Ramdlan. Jakarta, 7 November 2018.
61
pada umumnya. Namun ada perbedaan yang mencolok antara keduanya, yaitu
ketika terjadi jual beli pada umumnya maka kedua belah pihak dapat bertemu
secara langsung dan dapat bertatap muka, sebaliknya jika jual beli online
penjual dan pembeli tidak dapat bertemu langsung melainkan secara online
melalui jaringan internet.
Pasal 1313 KUH Perdata yang berbunyi: Suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana suatu satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih. Pengertian dari pasal 1313 KUH Perdata
menjelaskan bahwa dalam suatu perjanjian paling sedikit terdapat dua pihak.
Para pihak dalam perjanjian tersebut saling terikat satu sama lain untuk
melakukan apa yang telah diperjanjikan.
Adapun syarat sahnya suatu perjanjian terdapat dalam pasal 1320
KUH Perdata, yakni:
a. Sepakat mereka yang mengikatka diri
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
c. Suatu hal tertentu
d. Sebab yang halal
Unsur pertama dan kedua yang terdapat dalam syarat suatu perjanjian
yaitu merupakan syarat subyektif suatu perjanjian, sedangan unsur ketiga
dan keempat yaitu suatu hal tertentu dan sebab yang halal merupakan syarat
objektif perjanjian.10
10
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa, 2004), h. 17.
62
11
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 1.
64
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penjelasan bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat
memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Jual beli online dengan menggunakan sistem dropshipping tidak
dilarang dalam Islam dan bisa digunakan dengan beberapa akad,
seperti akad salam, akad wakalah, dan juga akad samsarah. Sistem
dropshipping dalam jual beli online sudah memenuhi syarat dan
rukun sahnya suatu jual beli dalam Islam. Pembolehan sistem
dropshipping ini mengacu pada kaidah umum fiqih muamalah yang
mangatakan “Semua bentuk muamalah diperbolehkan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.” Dalam Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik pun sama, tidak ada larangan untuk
menggunakan transaksai online dengan menggunakan sistem
dropshipping, yang terpenting adalah seorang pelaku usaha yang
menawarkan suatu produk melalui sistem elektronik harus
menyediakan informasi yang jelas dan benar terkait informasi
barang yang diperjualbelikan.
2. Persamaan dan perbedaan sistem dropshipping dalam hukum Islam
dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik nomor 19
tahun 2016, terkait syarat jual beli sudah terpenuhi satu dengan
lainnya. Selanjutnya, mengenai persamaan kecakapan yang
melalukan transaksi elektronik, kedua hukum memandang
bahwasanya yang bertransaksi harus dewasa dan juga berakal.
Terakhir mengenai persamaan antara kedua hukum adalah shighat
(ucapan), yang melakukan transaksi online penjual dan pembeli
harus jelas melafalkan ucapan suatu perjanjian.
Pebedaan sistem dropshipping daalam hukum Islam dan Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah mengenai
68
69
regulasi yang mengatur jual beli online, dalam hukum Islam tidak
ada regulasi terkait jual beli online berbeda dengan hukum positif,
dalam hal ini terdapat pada Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik nomor 19 tahun 2016. Selanjutnya yang
berbeda adalah pada tindak pidana, jika seorang pelaku usaha
berbohong mengenai informasi barang, hukum Islam tidak
mengatur secara rinci dalam hal tersebut, berbeda dengan Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik nomor 19 tahun 2016
yang mengatur tindak pidana jika pelaku usaha melakukan
pembohongan informasi barang, dalam hal ini tertera dalam pasal
45 ayat (2) Undang-Undang Transaksi Elektronik nomor 19 tahun
2016.
B. Rekomendasi
1. Jual beli online dengan menggunakan sistem dropshipping
merupakan jual beli yang menguntungkan bagi kedua belah pihak,
sebaiknya dari pihak dropshipper dan supplier memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen, supaya tidak
medapatkan asumsi jelek dari masyarakat tentang jual beli online,
khususnya dengan sistem dropshipping.
2. Untuk pemerintah yang berwenang membuat undang-undang,
hendaknya memperhatikan jual beli online dengan model sistem
dropshipping dan memasukkan pasal khusus dropshipping ke
dalam Undang-Undang ITE, agar konsumen dapat melakukan
transaksi dropshipping dengan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqh Islam wa Adilatuhu, Juz 4, Damaskus: Darl Fikr, 1985.
Enang, Hidayat. Fiqih Jual Beli. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2015.
Ghazaly, Abdul Rahman dkk. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana: 2012.
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Mas’ud Ibnu, Zainal Abidin. Fiqih Madzhab Syafi’i. Bandung: Pustaka Setia,
2007.
Perwaatmadja, Karmen. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Pt. Dana
Inakti Primayasa, 1999.
Purnamasari, Irma Devita. Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-Kiat
Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah. Bandung,
Mizan Pustaka, 2011.
Rais, Isnawati, Hasanudin. Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga
Keuangan Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011.
Saleh, Hasan. Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
Wahyu, Kuncoro. Risiko Transaksi Jual Beli Properti. Jakarta: Raih Asa Sukses,
2015.
Zaynuddin, Ahmad al-Malibari. Fathul Mu’in, Bairut: Dar Ibn Hazm, 2004.
Skripsi
Adi, Putra Kalbu. “Jual Beli Online dengan Menggunakan Sistem Dropshipping
Menurut Sudut Pandang Akad Jual Beli Salam (Studi Kasus pada Forum
Kaskus)”. Jakarta: skripsi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015.
Nisa, Gita Chairun. “Pengaruh Orientasi Belanja Onlinr dan Gender Differences
Terhadap Pencarian Informasi Online dan Belanja Online (Studi Kasus pada
Mahasiswa/I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”. Jakarta: skripsi S1
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Syafwendi. “Analisis Pengaruh Citra Merek dan Strategi O2O (Online to Offline)
Perusahaan E-commerce Terhadap Kepercayaan dan Dampaknya pada
Proses Keputusan Pembelian Konsumen dalam Jual Beli Online”. Jakarta:
skripsi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Jurnal
Fauzia, Ika Yunia. “Akad Wakalah dan Samsarah Solusi atas Klaim Keharaman
Dropship dalam Jual Beli Online.” Islamica. vol. 9. Nomor 2. Maret: 2015.
Giri, Narasoma Suhardi. Forum Manajemen Prasetya Mulya. Vol. 27. Nomor 03.
2013.
Tamba, Reston. Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Jual Beli Melalui Internet
(Electronic) Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Surabaya,
2012.
Website
Afifullah, Iip. “10 Istilah Jual Beli Online yang Harus Kamu Ketahui”. artikel
diakses pada 23 Mei 2018 dari https://www.rapper.com/indonesia/gaya-
hidup/
Huang, Rico. “Kelebihan dan Kekurangan Bisnis Dropship.” artikel diakses pada
28 Mei 2018 dari https://www.alona.co.id/bisnis/kelebihan-dan-kekurangan-
bisnis-dropship/
Info Peluang Usaha, “Arti Sistem Dropship dan Reseller di Bisnis Online Shop”,
diakses pada 16 Januari 2017 dari https://infopeluangusaha.org/arti-sistem-
dropship-dan-reseller-di-bisnis-online-shop/
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Online, diakses pada 16 Januari 2017 dari
http://kbbi.web.id/internet
HASIL WAWANCARA
- Itu sama saja dengan dengan jual beli online yang sekarang sedang
memiliki barang dan hanya mewarkan barang dengan spesifikasi barang lewat
media internet.
3. Dalam hukum Islam, akad apa yang relevan dengan sistem dropshipping?
- Menurut saya sistem dropshipping ini sangat relevan dengan akad samsarah,
di mana dalam akad samsarah ini memberi upah dari supplier atau pemilik
atau dropshipper boleh juga menentukan harga barang tersebut, yang penting
- Menurut saya itu kurang relevan, saya mengibaratkan wakalah itu ada toko,
ada pemilik barang, dan si penjual. Jadi menurut saya yang lebih relevan
- Iya sudah jelas dropshipping sudah memenuhi syarat sahnya jual beli dengan
bukan barang yang haram, shigat (ucapan yang menunjukan kerdihaan antara
- Tidak menjadi batal, karena di dalam syarat dan rukun jual beli tidak ada yang
mengatur hal tersebut, yang menjadi isu terkait dropshipping adalah ketidak