Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Telaah terhadap Vending Machine dalam perspektif Fiqh Kontemporer”

Dosen Pengampu:

Mahbub Ainur Rofiq, MH

Disusun oleh:
Siti Rochmah (210202110078)
Nina Mardhiyah (210202110080)
Gilang Pramana Putra (210202110037)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Karena atas
segala limpahan rahmat dan nikmatnya kita dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Telaah terhadap Vending Machine dalam perspektif Fiqh Kontemporer”
dalam mata kuliah Masail Fiqhiyyah Iqtishadiyyah ini dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca.
Sebelum itu kita mengucapkan terima kasih kepada bapak Mahbub Ainur Rofiq, MH
yang telah memberikan kesempatan untuk menulis makalah ini. Kita menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kita berharap atas
kritikan dan saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah ini agar bisa lebih baik
lagi. Dengan demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 6 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... iii


1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. iv
2.1 Pengertian Vending Machine ................................................... 4
2.2 Rukun-Rukun Vending Machine .............................................. 5
2.3 Mekanisme Transaksi Jual Beli Vending Machine ................. 6
2.4 Mekanisme Transaksi Jual Beli Vending Machine Menurut
Perspektif Fiqh Muamalah ....................................................... 7
2.5 Analisis Hukum Transaksi Jual Beli Produk Minuman Vending
Machine Menurut Fiqh Muamalah ............................................ 8
2.6 Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Tentang Jual Beli

Dengan Vending Machine............................................................ 9

BAB III PENUTUP........................................................................................ v


3.1 Kesimpulan ............................................................................... 10
DAFTAR USTAKA ....................................................................................... vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Seiring dengan perkembangan dunia teknologi dan ilmu pengetahuan
yang semakin pesat dan maju sangat membantu bagi manusia dalam
pekerjaannya dan juga bagi perkembangan dunia usaha. Terlebih pada
teknologi komputerisasi yang semakin luas cakupannya. Hal didukung pula
dengan komputer yang dapat menggantikan atau mempermudah pekerjaan
manusia dalam aktivitas kesehariannya. Dengan cara kerjanya yang jauh lebih
cepat sehingga waktu yang digunakan pun semakin efisien. Indonesia sebagai
salah satu negara yang sedang berkembang baik dari segi perekonomiannya
haruslah memiliki suatu terobosan baru dalam hal pemasaran atau penjualan
produk – produknya. Salah satu terobosan baru dalam bidang penjualan yaitu
memperjual belikan barang dengan alat yang praktis dan dapat ditempatkan
ditempat umum. Selama ini di indonesia dalam proses pemasaran atau
penjualan produk – produk, khususnya makanan dan minuman kita masih
mengandalkan pelayanan secara umum yaitu dengan cara penjual dan pembeli
bertemu secara secara langsung. Dengan berkembangnya dunia teknologi dan
ilmu pengetahuan, Indonesia diharapkan mampu memulai perubahan dalam
hal penjualan produk makanan dan minuman dimana penjualan makanan dan
minuman menggunakan alat bantu mesin yang berupa mesin penjual otomatis
(vending machine).
1.2 RumusanMasalah
1) Apa Definisi Dari Vending Machine?
2) Rukun-Rukun Vending Machine?
3) Bagaimana Mekanisme Transaksi Jual Beli Vending Machine?
4) Bagaimana Mekanisme Transaksi Jual Beli Vending Machine Menurut
Perspektif Fiqh Muamalah?
5) Bagaimana Analisis Hukum Transaksi Jual Beli Produk Minuman
Vending Machine Menurut Perspektif Fiqh Muamalah?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui pengertian vending machine
2) Dapat menyebutkan apa saja rukun-rukun vending machine
3) Mengetahui mekanisme transaksi jual beli vending machine
4) Mengetahui mekanisme transaksi jual beli vending machine menurut
perspektif fiqh muamalah
5) Mengetahui analisis hukum transaksi jual beli produk minuman
vending machine menurut perspektif fiqh muamalah
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
A. Pengertian Vending Machine

Vending machine merupakan suatu alat atau mesin seperti atm dan berbentuk
seperti kulkas kaca yang berfungsi untuk menjual makanan atau minuman ringan
secara otomatis tanpa adanya kasir atau operator, sehingga apabila hendak membeli
produk yang berada pada vending machine cukup dengan memasukkan uang koin
atau uang kertas kedalam mesin tanpa ada orang atau operator yang menjual produk
dan produk yang berada di dalam vending machine akan keluar secara otomatis
setelah uang terhitung sesuai harga barang.

Vending Manchine atau jika diistilahkan mesin jual otomatis adalah mesin yang
dapat mengeluarkan barang-barang ringan seperti makanan dan minuman dan
berbagai produk lainnya yang dibutuhkan oleh konsumen secara instan dan
otomatis.1Mesin penjualan otomatis (vending machine) sebagai gambaran paling
sederhana dari kerja Smart Contract menunjukkan peran mesin untuk bekerja secara
suatu “kontrak” atau kesepakatan dalam bertransaksi secara sederhana, otomatis dan
terkadang mulus.2 Vending machine merupakan perangkat yang dapat melakukan
transaksi secara otomatis dengan memasukkan nominal uang tertentu ke dalam mesin,
mesin dapat merespon dengan mengeluarkan item atau barang tertentu.

1
Denden S. HadiWijaya, ‘MekanismeTransaksiJualBeliProdukMinumanDenganMenggunakan Vending
Machine DalamPerspektifFiqhMuamalah’ (2018) 2 (1) Mutawasith: JurnalHukum Islam 126, 127-128.
2
Eureka InolaKadly, dkk., ‘KeabsahanBlockchain-Smart Contract DalamTransaksiElektronik:
Indonesia,Amerika Dan Singapura’ (2021) 5 (1) JurnalSainsSosioHumaniora 199, 205.
2.2 Rukun Vending Machine
 Pembeli. Pembeli yang membeli melalui mesin otomatis ini tidak
dibatasi umurnya, siapa saja boleh melakukan membeli lewat mesin
otomatis, walaupun itu hanya anak-anak.
 Ada alat tukar (uang dan barang). Ada alat tukar disini yaitu pembeli
memasukkan uang ke dalam slot yang telah disediakan oleh mesin otomatis
tersebut, kemudian barang (minuman) akan menyusul melalui lewat slot
bawah.

2.3 Mekanisme Transaksi Jual Beli Vending Machine


Mekanisme atau cara transaksi menggunakan mesin otomatis (vending
machine) sama saja dengan cara melakukan transaksi melalui mesin ATM,
cuma perbedaannya mesin otomatis (vending machine) mengeluarkan minuman
dari slot bawah, sedangkan mesin ATM mengeluarkan uangnya melalui slot tengah.

Memberikan kepuasaan kepada pelanggan adalah merupakan salah satu


strategi dalam berbisnis yang dipakai pada zaman yang modern sekarang ini.
Dengan menjaga kepuasan pelanggan yang diharapkan oleh para perbisnis yang
terjadi antara penjual dan pembeli yang akan berkelanjutan terus menerus
membeli produk pada penjual, sehingga penjual menjalankan bisnis yang
sedikit demi sedikit berkembang.

Akad merupakan suatu perikatan antara ijab dan qabul. Akad terjadi antara
kedua belah pihak dengan antar suka sama suka atau suka rela yang mana
akan menimbulkan hak dan kewajiban atas masing-masing secara timbal
balik, ketentuan akad yaitu harus adanya kerelaan antara kedua belah pihak
tersebut yang melakukan akad. Sehingga terjadilah sahnya suatu akad
transaksi yang terjadi. Oleh karena itu para fuqaha memandang faktor yang
paling utama dalam melakukan transaksi tersebut, dimana transaksi tidak
dipandang sah kecuali dengan akad yang dilakukan kedua belah pihak.

Pada dasarnya setiap akad jual beli harus memenuhi empat unsur
diantaranya adalah orang yang melakukan akad yaitu penjual dan pembeli, ada
ijab dan qabul, ada barang yang dijual belikan dan adanya alat tukar sebagai
pengganti barang tersebut. Keempat unsur tersebut harus dipenuhi dalam
melakukan jual beli. Jika salah satu unsur tersebut tidak dipenuhi maka akad
dianggap tidak sah.

Terkait dengan jual beli produk minuman menggunakan vending machine


pihak yang melakukan adalah benda mati (mesin) sebagai penjual, dan pembeli
minuman menggunakan mesin otomatis, sedangkan barang yang dijual belikan
yaitu minuman yang berbentuk botol maupun kaleng dan alat tukar yang
berupa uang yang dilakukan pembayaran secara tunai.

Cara melakukan transaksi jual beli minuman menggunakan mesin otomatis,


yaitu:

1. Masukkan uang kertas rupiah atau uang logam sesuai dengan harga
minuman yang kita inginkan (posisi uang lurus tidak terlipat).
2. Pilih salah satu jenis minuman yang tertera di vending machine
sesuai dengan harga dan keinginan anda.
3. Lalu tekan tombol berkode minuman tersebut.
4. Tunggu beberapa saat kemudian, vending machine akan bekerja
mengeluarkan minuman.
5. Kemudian langkah yang terakhir, ambil minuman dalam tempat yang
sudah disediakan oleh mesin untuk pengambilan barang.
2.4 Mekanisme Transaksi Jual Beli menurut Perspektif Fiqh Muamalah
Jual beli yaitu suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang
lainnya yang memenuhi syara’ dan secara ridha antara kedua belah pihak. Yang
mana pihak satu menerima barang yang diinginkan dan pihak yang
kedua memberikan alat tukar yang lainnya (misalnya uang, perak,
emas, dan lain sebagainya).
Dalam jual beli ada beberapa rukun yang harus dipenuhi. Rukun yaitu
sesuatu yang harus ada saat melakukan transaksi, jika tidak maka
transaksi tersebut dianggap batal. Rukun yang harus ada dalam
bertransaksi diantaranya: Pertama, adanya orang berakad (penjual dan
pembeli). Kedua, ada sighat (ijab qabul). Ketiga, ada barang yang dibeli
(ma’qud alaih). Dan yang keempat yaitu ada nilai tukar pengganti barang
tersebut. Jika rukun tersebut tidak ada dalam jual beli maka tidak sah jual beli
tersebut.
Mekanisme atau cara transaksi dalam fiqh muamalah ada beberapa
syarat diantaranya yaitu:
1. Saling rela antara kedua belah pihak, kerelaan antara kedua belah pihak
untuk melakukan transaksi secara mutlak.
2. Pelaku akad hendaknya memenuhi syarat yaitu:
 Berakal, dan menjalankan agama serta mengelola hartanya dengan baik,
jadi orang yang gila tidak akan sah dalam melakukan proses jual
belinya. Adapun jual beli dilakukan orang mabuk hukumnya sah,
namun dia berdosa serta mendapat denda.
 Dengan kehendak sendiri bukan di paksa. Akad jual beli yang
dilakukan oleh orang yang dipaksa menjual hartanya hukumnya
adalah tidak sah. Jika paksaan itu dapat dibenarkan oleh hukum,
seperti perintah menjual seluruh asset peminjam oleh hakim untuk
melunasi utangnya, tindakan itu sah. Ucapan orang yang dipaksa
secara ilegal tidak mempunyai akibat hukum apapun, kecuali dalam
masalah shalat. Shalat dihukumi batal disebabkan unsur paksaan
tersebut, menurut pendapat ashah. Perbuatan orang yang dipaksauga
tidak mempunyai akibat hukum apapun, kecuali dalam kasus
menyusui, hadats, talak, dan tidak berdiri dalam shalat fardhu
padahal dia mampu.
 Baligh (berumur 15 tahun ke atas/dewasa), anak yang belum
sampai umur tidak sah jual belinya.
3. Harta yang menjadi objek transaksi merupakan kepunyaan si penjual,
kepunyaan yang diwakilinya, atau yang mengusahakannya.
4. Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang tersebut.
5. Yang menjadi objek transaksi adalah barang yang dibolehkan agama.
Makatidak boleh menjual barang haram seperti khamar (minuman keras)
dan lain-lain.
6. Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada
manfaatnya. Jual beli barang yang tidak berguna tidak sah, seperti jual
beli serangga atau binatang buas. Juga tidak sah jual beli dua biji
gandum dan sejenisnya, seperti jual beli satu biji gandum dan sebiji
kurma karena belum memenuhi asas manfaatnya.
7. Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu barang yang tidak
dapat diserahkan kepada yang membeli. Misalnya ikan dalam laut,
barang rampasan yang masih berada di tangan yang merampasnya,
barang yang sedang dijaminkan, sebab semua itu mengandung tipu
daya.
8. Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. Jadi tidak
sah jual beli ketika barang yang dijual tidak memiliki kejelasan. Pembeli
harus melihat terlebih dahulu barang tersebut. Tidak dan harus
mengetahui dari segala segi melainkan cukup dengan melihat wujud
barang yang kasat mata, atau menyebut kadar dan ciri-ciri barang yang dijual
dalam tanggungan (pemesanan) agar masing-masing pihak tidak terjebak
dengan gharar.
9. Harga harus jelas saat transaksi.

2.5 Analisis Hukum Transaksi Jual Beli Produk Minuman Vending Machine
Menurut Perspektif Fiqh Muamalah.

Disini pembeli dapat melihat secara langsung barang dan minuman


kemasan tersebut karena kemasan tersebut kemasannya berupa kemasan
transparan atau bening, tetapi masih belum bisa dikonsumsi terlebih dahulu.
Untuk kesempatan memilih minuman kemasan menjadi prioritas utama dalam
pelayanan. Apabila pembeli suka maka pembeli dapat melanjutkan akadnya
dan dapat mulai dikonsumsi dengan membuka kemasan segelnya. Jika
pembeli tidak suka terhadap macam-macam minuman kemasan tersebut yang
tersedia maka akad dapat dibatalkan.

Hukum Islam dalam hal tersebut tidak bertentangan, karena dalam


pelaksanaannya penjual memberi kesempatan kepada pembeli untuk
melakukan apa yang dikehendaki untuk meneruskan atau membatalkan akad jual
beli. Akan tetapi ada hal yang menjadi masalah, jika pembeli meneruskan
akadnya dan benar-benar jadi pembeli minuman kemasan ketika Konsumsi
melakukan transaksi dengan mesin tersebut serta kemudian uang yang sudah
dimasukkan dan barang tidak keluar, maka konsumen kesulitan melakukan complain,
karena mesin tersebut tidak terjaga.

Konsumen melakukan transaksi dengan mesin tersebut, setelah itu


minuman kemasan tersebut akan di konsumsi, tidak masalah jika minuman
kemasan tersebut saat dikonssumsi tidak layak, akan tetapi menjadi masalah
jika sebaliknya, kemasan yang bersegel terlanjur dibuka ternyata minuman
kemasan tersebut tidak dapat dikonsumsi (kadaluarsa).

Dalam peristiwa tersebut maka bertentangan dengan syarat sahnya jual beli,
sebab dalam jual beli menurut hukum Islam tidak boleh adanya unsur
penipuan atau objek transaksi harus jelas atau terjamin kualitasnya. Karena
harus jelas segala seluk-beluknya tentang barang yang diperdagangkan, maka
sebaiknya suatu barang dagang kemasannya dibuat secara tidak bersegel. Dan untuk
mesin penjual dapat lebih peka dalam membaca uang yang dimasukkan oleh
konsumen. Semua itu sebaiknya dilakukan oleh pihak produsen untuk
menghindari keragu-raguan pembeli jika ingin membeli hasil produksinya. Dan
pihak produsen diharapkan meningkatkan kinerja dalam tes uji coba
sebelum layak dagang barang produksinya agar tidak merugikan pihak konsumen.

Berkenaan dengan jual beli melalui mesin otomatis (mesin penjual otomatis)
ada kalanya saat membeli minuman melalui mesin penjual otomatis barang yang
kemudian keluar tidak sesuai dengan sebuah yang budaya, atau bahkan barang yang
yang diinginkannya tidak keluar karena kurangnya perbaikan yang secara khusus.
Dan pembeli akan merasa menyesal pada salah satu pihak, yang mana nanti akan
mendorong, mengecewakan, kedengkian, dan lain sebagainya. Maka dalam hukum
Islam menetapkan syarat-syarat yang terdapat dalam rukun jual beli agar dapat
tegaknya kerukunan, kemaslahatan, dan keharmonisan dalam hubungan antara
sesama manusia. Suatu jual beli tidak sah bila tidak terpenuhi dalam suatu akad yang
mana penjelasan diatas. Dalam pelaksanaan jual beli melalui mesin otomatis (penjual
mesin) penjual memberi kesempatan kepada para pembeli untuk memilih minuman
kemasan sesuai yang diinginkan dengan melihat sisi luar minuman kemasan tersebut.
Membeli minuman dari mesin, atau jual beli melalui internet hukumnya sah dan
sebagian ulama mewajibkan barang yang dijual bukan emas dan perak dan harus
memenuhi prinsip dasar jual beli yaitu:
1.Tidak ada unsur penipuan.

2.Barang yang dijual diketahui dengan jelas oleh pembeli.

3.Barang yang dijual bukan barang yang haram.

4.Bukan riba.

Hampir semua ulama sesuai permintaan atas bolehnya transaksi melalui


internet, mesin ATM, mesin otomatis (mesin penjual otomatis) yang mana mesin
otomatis jual minum sebuah pepsi, cola-cola, dll, atau koran dan majalah. Salah
satunya fatwa dari Dr. Ali Jumah Muhammad, Mufti Universitas Al-Azhar Mesir.
Dalam fatwanya no 2785 tahun 2005 disebutkan:

Internet dan sarana komunikasi global tidak berbeda dari sisi ini untuk
alat komunikasi lain seperti telephon, teleks, faks, dan sarana komunikasi lainnya.
Dan aturan pengunaan metode ini dalam transaksi komersial itu ketika
digunakan dengan cara yang tidak termasuk ajakan atau kebodohan atau tipu yaitu
cara yang diizinkan untuk melihat barang dan komunikasi untuk menyelesaikan
transaksi bisnis, dan dapat digunakan dalam mediasi untuk memfasilitasi peran
penting pada barang dan mempublikasikan dengan komitmen pertukaran tersebut di
atas serta layanan yang di tawarkan di internet ketika dapat diprediksi oleh akal.
Berdasarkan hal tersebut: pengguna internet-jaringan informasi internasional-untuk
menunjukkan pada barang dan memfasilitasinya dengan membuat kesepakatan
tidak adanya korupsi dan kebodohan, penipuan, dan eksploitasi secara hukum,
serta aturan layanan jika prediktor untuk kondom. Berkenaan dengan permasalahan
jual beli minuman kemasan pada mesin otomatis (vending machine) sebagian
ulama yaitu Hanafiyah, Malikiyah, dan Hambali menyatakan bahwa ada
dua bentuk akad jual beli, perkataan dan perbuatan. Bentuk perkataan semisal
dengan ucapan penjual “saya jual barang ini padamu”, dan pembeli menerima dengan
mengucapkan “saya beli barang ini darimu atau saya terima”. Sedangkan bentuk
perbuatan dikenal dengan istilah “mu’athoh”. Bentuknya adalah seperti pembeli
cukup meletakkan uang dan penjual menyerahkan barangnya. Transaksi mu’athah
ini biasa kita temukan dalam transaksi di pasar, supermarket, dan mall-mall.
Transaksi mu’athah bisa dalam tiga bentuk:

 Penjual mengatakan “saya jual”, dan pembeli cukup mengambil barang dan
meyerahkan uang.
 Pembeli mengatakan “saya beli”, dan penjual menyerahkan barang dan
menerima uang.
 Penjual dan pembeli tidak mengatakan ucapan apa-apa, si pembeli cukup
menyerahkan uang dan si penjual menyerahkan barang.

Ulama Syafi’iyah melarang bentuk perbuatan dalam ijab dan qabul. Mereka
beralasan bahwa perbuatan tidak menunjukkan adanya ‘iwadh atau timbal balik.
Sehingga jual beli mu’athah semacam ini menurut ulama Syafi’iyah tidaklah sah.
Asy Syairozi mengatakan “Tidaklah sah akad jual beli kecuali adanya ijab dan qabul.
Adapun akad mu’athah tidaklah sah dan tidak disebut jual beli.” Imam Nawawi
menegaskan tentang perkara ini, “pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafi’i,
jual beli tidaklah sah kecuali dengan adanya ijab dan qabul. Sedangkan jual
beli mu’athah tidaklah sah baik bentuknya maupun banyaknya.” Pendapat terkuat
hal ini adalah ijab dan qabul boleh dan sah dengan perbuatan dengan alasan:
Pertama,Allah membolehkan jual beli dan tidak membatasinya dengan bentuk
akad tertentu.

2.6 Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Tentang Jual Beli Dengan Vending
Machine

1. Proses penawaran di vending machine


Secara umum jual beli merupakan sebuah proses memindahkan hak memiliki
suatu harta dengan harta lainnya.3 Jual beli juga merupakan pertukaran harta atas
dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu
berupa alat tukar yang sah).4

Jual beli vending machine merupakan proses pemindahan hak milik barang,
seperti membeli sebuah minuman yang dilakukan oleh pembeli dengan menggunakan
mesin otomatis yang tidak ada penjualnya. Pada proses jual beli menggunakan
vending machine yang menjadi penjual adalah sebuah mesin yang sudah dirancang
secara otomatis akan mengeluarkan barang yang diinginkan yang ada di dalam
vending machine tersebut dengan cara pembeli memasukkan koin/uang kertas ke
dalam lubang yang sudah disediakan dalam vending machine tersebut.

2. Proses transaksi pada vending machine

Proses transaksi menggunakan vending machine dengan cara memasukan uang kertas
atau koin ketempat yang sudah disediakan, kemudian menekan tombol kode untuk
memilih minuman mana yang akan dibeli, setelah itu mesin bekerja sesuai dengan
barang yang dipilih dan terakhir mengambil barang yang dipilih sesuai dengan
tempatnya.

Menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, ba’i adalah jual
beli antara benda dan benda, atau pertukaran antara benda dengan uang.5

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, unsur-unsur jual beli, yaitu:

a. Pihak-pihak

3
Muhammad bin Islamil Al-Amir Ash-Shan‟ani, Subulus Salam-Syarah Al-Amir AshShan’ani,
diterjemahkan oleh Muhammad Isnan, dkk dari judul asli As-Subul As-Salam Syarah Bulughul Maram,
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2007), h. 306
4
Chairuman Pasaribu dan Suhwardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
2004), h. 33.
5
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 20 ayat (2)
Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian jual beli terdiri atas penjual,
pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian.6Pihak-pihak yang terkait juga
disebut dengan subyek hukum, yang dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Orang

Manusia pribadi yang mempunyai hak, berkehendak atau melakukan perbuatan


hukum.Dalam jual beli yang dimaksud dengan orang adalah penjual dan pembeli.

2) Badan hukum

Perkumpulan atau organisasi yang didirikan dan dapat bertindak subyek


hukum, misalnya dapat memiliki kekayaan, mengadakan perjanjian dan sebagainya.7

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam jual beli vending machine yang


termasuk dalam pihak-pihak yang terkait adalah hanya pembeli saja, karena dalam
jual beli vending machine yang menjalankan adalah mesin otomatis bukan orang
sebagai penjual.

b. Objek

Objek jual beli terdiri atas benda yang berwujud dan benda yang tidak
berwujud, yang bergerak maupun benda yang tidak bergerak, dan yang terdaftar
maupun yang tidak terdaftar.8Syarat objek yang diperjualbelikan adalah sebagai
berikut: barang yang diperjualbelikan harus ada, yang diperjualbelikan harus dapat
diserahkan, barang yang diperjualbelikan harus barang yang memiliki nilai/harga
tertentu, barang yang diperjualbelikan harus halal, barang yang diperjualbelikan harus
diketahui oleh pembeli, kekhususan barang yang diperjualbelikan harus diketahui
oleh pembeli, penunjukan dianggap memenuhi syarat langsung oleh pembeli tidak

6
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 57
7
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h. 275
8
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 58
memerlukan penjelasan lebih lanjut, barang yang dijual harus ditentukan secara pasti
pada waktu akad.9

Jual beli dapat dilakukan terhadap: barang yang terukur menurut porsi,
jumlah, berat, atau panjang, baik berupa satuan atau keseluruhan, barang yang ditakar
atau ditimbang sesuai jumlah yang ditentukan, sekalipun kapasitas dari takaran tidak
diketahui, dan satuan komponen dari barang yang dipisahkan dari komponen lain
yang telah terjual.10Yang termasuk objek jual beli, seperti makanan, minuman,
rumah, tanah, motor, mobil dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam jual beli vending machine termasuk


jenis objek jual beli benda yang berwujud dan benda yang bergerak, seperti minuman,
dan makanan.

c. Kesepakatan

Kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan, dan isyarat, ketiganya


mempunyai makna hukum yang sama.11Dalam jual beli vending machine
kesepakatan dilakukan dengan isyarat, yaitu jika pembeli melakukan transaksi jual
beli menggunakan vending machine berarti pembeli menyetujui/menyepakati harga
yang sudah tertera di vending machine.

Dalam proses jual beli harus memenuhi syarat pelaksanaan jual beli yang
diatur dalam kompilasi hukum ekonomi syariah, yaitu:

a. Penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar/pilih selama berada di tempat


jual beli, sejak ijab dilakukan berakhirnya pertemuan tersebut.

9
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 76
10
Ibid, Pasal 77
11
Ibid, Pasal 59 ayat (1)
b. Ijab menjadi batal apabila salah satu pihak menunjukkan ketidaksungguhan
dalam mengungkapkan ijab dan qabul, baik dalam perkataan maupun perbuatan,
sehingga tidak ada alasan untuk melanjutkan jual beli

c. Ijab dianggap batal apabila penjual menarik kembali pernyataan ijab


sebelum pembeli mengucapkan pernyataan qabul

d. Perubahan ijab sebelum qabul membatalkan ijab.12

Dalam proses transaksi jual beli menggunakan vending machine harus


memenuhi unsur dan syarat jual beli berdasarkan hukum ekonomi syariah. yaitu
dalam transaksinya terdapat pertukaran antara uang yang dimasukan ke dalam
vending machine, kemudian vending machine mengeluarkan minuman sesuai dengan
pilihan pembeli.

3. Proses komplain saat terjadi masalah pada vending machine

Proses komplain saat terjadi masalah pada vending machine, misalnya terjadi
masalah yang dikarenakan uang sudah masuk tetapi minumannya tidak keluar bisa
melakukan dengan cara pembeli menelpon langsung ke nomer atau email yang tertera
di vending marchine. Pembeli juga bisa mencari petugas yang berada di sekitar
vending machine diletakkan, dengan cara memprotes kepada petugasnya bahwa
minumannya tidak keluar tetapi uangnya sudah masuk ke dalam vending machine,
sehingga petugas tersebut akan mengambil kunci mesin vending machine nya dan
mengambil uang yang tidak masuk ketempat yang telah disediakan atau jika
pembelinya menelpon, pihak perusahaan vending machine nya langsung
menghubungi pihak dimana vending machine tersebut diletakkan.

4. Proses jual beli vending machine ditinjau dari prinsip Hukum Ekonomi
Syariahdan alat transaksi

12
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 68-72
Dalam hukum Islam, sebagai aturan yang ditetapkan syara, dalam transaksi jual
beli terdapat prinsip yang harus dipenuhi apabila sebuah interaksi antar sesama
manusia berkaitan dengan harta dan kepemilikan akan dilakukan. Prinsip-prinsip
tersebut yang harus dijadikan pedoman dalam hukum Islam terutama jual beli, ada 3
(tiga) prinsip hukum Islam yang berkaitan dengan jual beli vending machine, yaitu:

a. Al-‘adalah (keadilan)

Jika diterapkan dalam transaksi, prinsip ini menghendaki pelaksanaan transaksi


yang berimbang di antara para pihak,13sebagaimana Allah memerintahkan adil di
antara sesamamanusia dalam Al-Qur‟an Surat an-Nahl: 90:

ُ ‫ان َواِ ْيتَ ۤا ِئ ذِى ا ْلقُ ْر ٰبى َو َي ْن ٰهى ع َِن ا ْلفَحْ ش َۤا ِء َوا ْل ُم ْنك َِر َوا ْلبَ ْغي ِ يَ ِع‬
َ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّر ْون‬ ِ ‫س‬ ِ ْ ‫ّٰللاَ يَأ ْ ُم ُر ِبا ْل َع ْد ِل َو‬
َ ْ‫اْلح‬ ‫اِنَّ ه‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan)
perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.’’14

Prinsip adil yang diberlakukan dalam jual beli adalah kewajiban pelaku akad
untuk menunaikan hak dan kewajibannya, seperti menginvestasikannya dengan
cara-cara yang baik dan profesional, menyalurkannya dengan cara yang halal dan
menunaikan kewajiban dan hak hartanya. Menurut Ibnu Ansyur menjelaskan
bahwa adil dalam jual beli itu adalah bagaimana dalam melakukan aktivitas jual
beli dan mendapatkan harta itu dilakukan dengan cara yang tidak menzalimi orang
lain, baik dengan cara komersiil dan non komersiil.15Hubungan prinsip keadilan
dalam transaksi jual beli menggunakan vending machine yaitu pelaku usaha yang
membuat mesin vending machine harus membuat dengan cara yang mudah yang
bisa digunakan oleh siapapun baik anak kecil maupun orang lanjut usia dan
13
Juhaya S. Pradja, Ekonomi Syariah, h. 197
14
Departemen RI, Al-Qur‟an Surat an-Nahl ayat 90
15
Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim,Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam,, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), h. 68
memberikan harga dengan harga yang standar yang bisa djangkau oleh masyarakat
kalangan bawah serta tidak mengambil keuntungan dalam jual beli yang besar
sehingga tidak merugikan pihak pembelinya. Dalam jual beli menggunakan
vending machine ini harga sudah dicantumkan dengan nyamakan semua harga
minuman, sehingga pembeli tidak dapat memilih harga minuman yang murah atau
yang mahal, oleh karena itu, seharusnya dalam transaksi menggunakan vending
machine ini harus menggunakan prinsip keadilan dengan memberikan harga
minuman yang berbeda-beda sesuai dengan harga standar dari masing-masing
barang yang dijual di vending machine.

b. Prinsip transaksi yang merugikan dilarang

Setiap transaksi yang merugikan diri sendiri maupun pihak kedua dan pihak
ketiga dilarang. Dalam melakukan transaksi jual beli harus bebas dari sumpah
palsu untuk melariskan dagangan dan bebas dari kecurangan dalam bertransaksi
serta melakukan jual beli dengan cara yang bersih yaitu dengan cara yang halal.

c. Prinsip suka sama suka (saling rela, ‘an taradhin)

Dalam perdagangan harus dilakukan atas dasar suka sama suka (kerelaan).
Prinsip ini memiliki implikasi yang luas karena perdagangan melibatkan lebih dari
satu pihak, sehingga kegiatan jual beli harus dilakukan secara sukarela, tanpa
paksaan.Perdagangan tidak boleh dilakukan dengan memanfaatkan ketergantungan
karena tidak ada pilihan. Menurut Bayu Krisnamurthi, menegaskan bahwa
pentingnya pemahaman yang sama tentang apa yang diperdagangkan. Informasi
yang harus jelas, terbuka, dan dapat dipahami oleh penjual dan
pembeli.Standarisasi dan labelisasi menjadi faktor yang menentukan.16

Berdasarkan prinsip-prinsip hukum ekonomi syariah secara umum diatas dapat


dipahami bahwa dalam menggunakan alat transaksi jual beli seperti vending machine

16
Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim mengutip dari Bayu Krisnamurthi,Maqashid Bisnis dan
Keuangan Islam, h. 67
harus tetap memenuhi unsur-unsur berikut ini, yaitu: pembeli suka terhadap barang
yang dijual, dan pembeli mendapatkan keadilan dengan mendapatkan barang yang
sesuai keinginan.

Vending machine juga merupakan alat transaksi jual beli yang harus memenuhi
prinsip-prinsip dari alat transaksi yang menggunakan mesin, yaitu:

a. Digunakan dalam suatu produksi yang berkelanjutan termasuk bangunan


khusus, mesin (mesin-mesin individual atau sekumpulan mesin-mesin,
perlengkapan dagang, dan pengembangan/ penambahan oleh penyewa), dan
kategori aset lainnya yang sejenis.
b. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
c. Nilai Pasar. Estimasi sejumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat
diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu properti, antara
pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual,
dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara
layak, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman
yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan.
d. Nilai dalam Penggunaan (Value in Use). Nilai yang dimiliki oleh suatu
properti tertentu bagi penggunaan tertentu untuk seorang pengguna tertentu
dan oleh karena itu tidak berkaitan dengan Nilai Pasar. Nilai dalam
Penggunaan ini adalah nilai yang diberikan oleh properti tertentu kepada
badan usaha dimana properti tersebut merupakan bagian dari badan usaha
tanpa memperdulikan penggunaan terbaik dan tertinggi dari properti tersebut
atau jumlah uang yang dapat diperoleh atas penjualannya.
e. Nilai Pasar untuk Penggunaan yang ada (Market Value for the Existing Use).
Nilai Pasar dari suatu aset berdasarkan kelanjutan dari penggunaan yang ada,
dengan asumsi bahwa aset tersebut dapat dijual di pasar terbuka untuk
penggunaan yang ada saat itu, tetapi tetap sesuai dengan definisi Nilai Pasar
tanpa memperhitungkan apakah penggunaan yang ada menggambarkan
penggunaan tertinggi dan terbaik dari aset tersebut.
f. Nilai Likuidasi untuk penggunaan kembali (Liquidation Value in Place in
Use). Perkiraan jumlah uang yang diperhitungkan akan dapat diperoleh dari
suatu transaksi jual beli property/fasilitas yang berhenti, dalam waktu yang
terbatas ketika penjual terpaksa untu menjual dan sebaliknya pembeli tidak
terpaksa untuk membeli, dengan asumsi seluruh propeti/fasilitas akan dijual
secara utuh untuk diteruskan kembali sesuai dengan penggunaannya.
g. Nilai pembangunan kembali (Reinstatement Value). Biaya yang diperlukan
untuk menggantikan, memperbaiki, atau membangun kembali property ke
kondisi yang secara substansial sama dengan, tapi tidak lebih baik atau lebih
ekstensif dari kondisi baru.17

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa jual beli dengan


menggunakan vending machine menurut hukum ekonomi syariah, pertama,dalam
melakukan transaksi penjualannya tidak menggunakan seorang penjual tetapi
hanya menggunakan mesin otomatis yang menjalankan proses transaksi jual
belinya sebagai pengganti penjual yang termasuk rukun dalam jual beli yaitu para
pihak yang bertansaksi. kedua,dalam pelaksanaan akad jual beli menggunakan
vending machine tidak dinyatakan secara lisan ataupun secara tertulis ijab dan
qabulnya antara penjual dan pembeli, akan tetapi menggunakan secara isyarat
gerakan tubuh dan gerakan mesin untuk menyatakan ijab dan qabulnya.

Dalam hukum Islam (fiqh), penggunaan vending machine dalam transaksi jual
beli, jika memenuhi prinsip-prinsip hukum ekonomi syariah dan prinsip alat
transaksi menggunakan mesin, maka transaksi jual beli yang menggunakan
vending machine hukumnya sah yaitu terpenuhinya unsur-unsur dalam jual beli
seperti adanya kesepakatan. Transaksi jual-beli dinilai lebih mempermudah, baik

17
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Panduan Penerapan Penilaian Indonesia 3(PPPI
3)Penilaian Mesin & Peralatan, (Standar Penilaian Indonesia, 2007)
dan lebih mengandung maslahah, maka hal tersebut dipandang sah, jadi bila
sebuah model transaksi dianggap baik, memberikan kemudahan dan maslahah bagi
masyarakat, kerelaan seseorang bukan hanya bisa diketahui dari ucapan semata.
Akan tetapi, adanya keinginan untuk melakukan transaksi pun juga merupakan
indikator sebuah kerelaan, walaupun orang yang melakukan transaksi jual-beli
tidak menyatakan kalau dia rela, secara tidak langsung sudah menyatakan
kerelaannya/keridhaan dan dengan perbuatan itu sebenarnya akad sudah terjadi.
Dalam jual beli menggunakan vending machine objek dan harga sudah jelas tertera
pada mesin tersebut, sehingga pembeli hanya memilih objek sesuai dengan
keinginan pembeli dengan harga semua objek sama.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Vending machine merupakan suatu alat atau mesin seperti atm dan berbentuk
seperti kulkas kaca yang berfungsi untuk menjual makanan atau minuman ringan
secara otomatis tanpa adanya kasir atau operator. Rukun-Rukun vending machine
yaitu pembeli dan alat tukar (uang dan barang).

Mekanisme atau cara transaksi menggunakan mesin otomatis (vending


machine) sama saja dengan cara melakukan transaksi melalui mesin ATM,
cuma perbedaannya mesin otomatis (vending machine) mengeluarkan minuman
dari slot bawah, sedangkan mesin ATM mengeluarkan uangnya melalui slot tengah.

Dalam pelaksanaan jual beli melalui mesin otomatis (penjual mesin) penjual
memberi kesempatan kepada para pembeli untuk memilih minuman kemasan sesuai
yang diinginkan dengan melihat sisi luar minuman kemasan tersebut.Membeli
minuman dari mesin, atau jual beli melalui internet hukumnya sah dan sebagian
ulama mewajibkan barang yang dijual bukan emas dan perak dan harus memenuhi
prinsip dasar jual beli yaitu: 1)Tidak ada unsur penipuan. 2) Barang yang dijual
diketahui dengan jelas oleh pembeli. 3) Barang yang dijual bukan barang yang haram.
4) Bukan riba. Hampir semua ulama sesuai permintaan atas bolehnya transaksi
melalui internet, mesin ATM, mesin otomatis (mesin penjual otomatis) yang mana
mesin otomatis jual minum sebuah pepsi, cola-cola, dll, atau koran dan majalah.
DAFTAR PUSTAKA

Ndaomanu, D. A. (2021). KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN JUAL


OTOMATIS (VENDING MACHINE) DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERJANJIAN.
SALATIGA JAWA TENGAH: JURNAL ILMU HUKUM:ALETHEA.

Salimadin. ANALISIS PENGGUNAAN ISTIHSAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI. PURWOKERTO:


JURNAL KAJIAN EKONOMI DAN PERBANKAN.

SARI, A. S. (2016). JUAL BELI MENGGUNAKAN VENDING MACHINE PERSPEKTIF HUKUM


EKONOMI SYARIAH.

Wijaya, D. S. MEKANISME TRANSAKSI JUAL BELI PRODUK MINUMAN DENGAN


MENGGUNAKAN VENDING MACHINE DALAM PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH. JURNAL
HUKUM ISLAM.

Wijaya, D. S. (2018). Wijaya126MEKANISME TRANSAKSI JUAL BELI PRODUK MINUMAN


DENGAN MENGGUNAKAN VENDING MACHINE DALAM PERSPEKTIF FIQH
MUAMALAH. JURNAL HUKUM ISLAM , 126-148.

Anda mungkin juga menyukai