KELOMPOK 3
DISUSUN OLEH :
AMELIA FAUZIA 2211102411154
LUSMIATI 2211102411160
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya
miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Samarinda, 18 Mei2023
1
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
2.4 Channel..............................................................................................................18
2.7 Promosi..............................................................................................................21
3
BAB III IMPLEMENTASI.........................................................................................32
A. Segementasi Konsumen..................................................................................32
B. Value Proposisi................................................................................................33
C. Channel............................................................................................................33
D. Customer Relationship....................................................................................33
E. Menu Merchant................................................................................................34
F. Promosi............................................................................................................35
H. Halal................................................................................................................37
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................44
4.1 Kesimpulan........................................................................................................44
4.2 Saran..................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................46
4
BAB I
PEND
AHUL
UAN
Berhasil atau tidaknya suatu usaha dalam menjual barang atau jasa
tergantung dari usaha yang sungguh-sungguh dalam pemasaran. Kepuasan
terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen dapat tercapai dengan adanya
kegiatan pemasaran. Untuk itu kemampuan merumuskan dan menyusun
program-program pemasaran yang tepat merupakan salah satu masalah
utama dalam menciptakan proses pertukaran antara produsen dan
konsumen. Salah satu cara untuk menuju keberhasilan kegiatan pemasaran
adalah dengan memahami perilaku konsumen dan meningkatkan kualitas
5
pelayanan agar konsumen merasa puas setelah bertransaksi. Banyak alat
komunikasi dan informasi yang digunakan dalam kegiatan dunia usaha,
seperti penggunaan telepon, fax, sms, email, website dan lain-lain.
Sehingga munculah istilah “e-commerce”.
Dalam Islam disyariatkan untuk bisa meraih harta yang halal, harus
sesuai antara niat, proses, dan sarana yang digunakan. Dalam arti,
6
sekalipun didahului dengan niat (motif) yang baik, akan tetapi jika proses
dan sarananya yang dipakai tidak dibenarkan oleh agama Islam, maka
niscaya harta yang dihasilkan tidak akan berkah dan haramhukumnya.
Ide usaha yang tidak pernah surut dari pembeli adalah usaha
makanan (kuliner).Salah satu kunci sukses dalam usaha atau bisnis kuliner
adalah inovatif dan kreatif.Banyak pelaku usaha kuliner yang telah
membuktikannya. Ada yang merasakan keuntungan usaha cukup lama,
ada pula yang menikmati senyum bisnisnya hanya sebentar. Namun,
dengan tetap memelihara kreatifitas dan inovatif kuliner, usaha kuliner
bisadipertahankan.
7
و َأ َح َّل ال َّل ُه ا ْل َب ْي َع َو َح َّر َم الِّر َب ا
Dimana sekarang ini praktek jual beli sudah beragan cara seperti, jual beli
melalui internet, jual beli lelang, jual beli utang-piutang, dan lain-lainnya. Dalam
mengkonsumsi makanan, kita jelas harus mengikuti aturan yang telah di tentukan
oleh syariat.
Diantara aturan ini adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah
swt surat Al-Baqarah ayat 168:
َي ا َأ ُّي َه ا ال َّن اُس ُك ُل وا ِم َّم ا ِف ي ا َأْل ْر ِض َح اَل اًل َط ِّيًبا َو اَل َت َّت ِب ُع وا ُخ ُط َو ا ِت ال َّش ْي َط ا ِن ۚ ِإ َّن ُه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُم ِب ي ٌن
Artinya:“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumidan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya,setan itu musuh yang nyata bagimu”.
Dalam Islam disyariatkan untuk bisa meraih harta yang halal, harus sesuai
antara niat, proses, dan sarana yang digunakan. Dalam arti, sekalipun didahului
dengan niat (motif) yang baik, akan tetapi jika proses dan sarananya yang dipakai
tidak dibenarkan oleh agama Islam, maka niscaya harta yang dihasilkan tidak
8
akan berkah dan haramhukumnya.
Ide usaha yang tidak pernah surut dari pembeli adalah usaha makanan
(kuliner).Salah satu kunci sukses dalam usaha atau bisnis kuliner adalah inovatif
dan kreatif.Banyak pelaku usaha kuliner yang telah membuktikannya. Ada yang
merasakan keuntungan usaha cukup lama, ada pula yang menikmati senyum
bisnisnya hanya sebentar. Namun, dengan tetap memelihara kreatifitas dan
inovatif kuliner, usaha kuliner bisa dipertahankan.
9
pemasaran yang tepat merupakan salah satu masalah utama dalam
menciptakan proses pertukaran antara produsen dan konsumen.
3 Dapat membuka wawasan bagi pembaca tentang bagaimana
menjalankan usaha dengan baik.
10
BAB II
TINJA
UAN TEORI
2.1 Teori Konsep E-Bisnis
Peningkatan kompetisi bisnis yang dramatis dalam beberapa tahun terakhir ini
seiring dengan tuntutan konsumen dan mitra bisnis yang semakin cerdas dan
beragam, menuntut entitas bisnis seperti perusahaan untuk mampu memberikan
produk dan layanan yang lebih baik, lebih cepat, lebih responsif, dan lebih kolaboratif
di antara konsumen, karyawan, mitra, maupun pemasok melalui pemanfaatan
teknologi e- business (Belew, 2020; Maingret, 2021; Baltzan, 2019; Alghamdi, 2011;
Owens, 2006; Watt, 2002).
Pemanfatan e-business bagi entitas bisnis pada era digital saat ini menurut
Wardhana, et al., (2022) yaitu:
11
1. Jangkauan pasar yang jauh lebih luas di seluruh dunia
2. Semakin murahnya biaya operasional dan juga biaya transaksi
3. Penggunaan automatic multipayment system untuk transaksi produk dan
layanan
4. Harga menjadi lebih terbuka dan lebih transparan
5. Memberikan nilai tambah terhadap produk dan layanan yang lebih cepat, lebih
efisien, lebih responsif, dan lebih murah
6. Memberikan kemudahan akses ke pasar global bagi seluruh sektor bisnis
12
dibutuhkan oleh bisnis (perusahaan) lainnya guna memenuhi kepentingan
proses produksi atas produk dan layanan mereka.
6. Business-to-Government (B2G) adalah hubungan transaksi bisnis secara
online di mana bisnis (perusahaan) memberikan informasi kepada pemerintah
seperti masukan kepada pemerintah melalui asosiasi pengusaha
7. Government-to-Customer (G2C) adalah hubungan transaksi bisnis secara
online di mana pemerintah memberikan produk dan layanan kepada
konsumen yang bertindak sebagai warga negara seperti pemberian vaksin
guna melindungi konsumen dari ancaman penyakit tertentu.
8. Government-to-Business (G2B) adalah hubungan transaksi bisnis secara
online di mana pemerintah memberikan produk dan layanan kepada bisnis
(perusahaan) guna meningkatkan performansi bisnisnya seperti pemberian
keringanan atau penundaan pembayaran pajak, pemberian undangan kepada
bisnis (perusahaan) dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan
lain sebagainya
9. Government-to-Government (G2G) adalah hubungan transaksi bisnis secara
online di mana atas produk dan layanan yang dibutuhkan oleh pemerintah
suatu negara kepada pemerintah negara lainnya guna memenuhi kebutuhan
rakyatnya seperti pemerintah ndonesia mengimpor beras dari Vietnam,
pemerintah Indonesia mengekspor batu bara ke India dan China, dan lain
sebagainya.
13
ataupun beberapa segmen pelanggan, baik besar maupun kecil. Suatu organisasi
haruslah memutuskan segmen mana yang akan dilayani dan segmen lainnya yang
akan diabaikan. Setelah itu, barulah sebuah organisasi dapat merancang model bisnis
dengan pemahaman yang tepat akan kebutuhan spesifik pelanggan yang akan di
layani. Blok bangunan segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang atau
organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan.
14
kelamin / gender , pekerjaan , Pendidikan, dan lainnya . Perusahaan sering
menerapkan segmentasi ini dalam mementukan strategi pemasaran dalam bentuk
produk atau jasa yang ditawarkan. Segmentasi berdasarkan psikografis yang
membagi pembeli menjadi kelompok berdasarkan life style, pendapat, karakterisitik
kelas sosial, minat maupun kepribadian . Sedangkan segmentasi pasar dari segi
tingkah laku mengelompokkan pasar berdasarkan sikap, pengetahuan, ataupun
penilaian terhadap suatu produk.
1. Pasar Massa
Model bisnis yang berfokus pada pasar massa tidak membedakan antara
berbagai segmen pelanggan yang berbeda. Proposisi nilai, saluran distribusi
dan hubungan pelanggan berfokus pada satu kelompok besar pelanggan yang
sebagian besar memiliki kebutuhan dan masalah yang sama.
2. Pasar Ceruk
3. Tersegmentasi
15
memengaruhi blok bangunan lain model bisnis seperti proposisi nilai, saluran
distribusi, hubungan pelanggan dan lainnya.
4. Terdiversifikasi
Organisasi dengan model bisnis ini melayani dua segmen pelanggan sekaligus
yang sama sekali tikdak terkait satu sama lainnya dengan kebutuhan dan
masalah yang sangat berbeda. .
Beberapa organisasi melayani dua atau lebih segmen pelanggan yang saling
berkaitan. Segmen yang saling berkaitan dibutuhkan untuk memutar jalannya
model bisnis.
1. Newness, sebuah produk baru yang diciptakan yang belum pernah ada
sebelumnya dan memiliki keunikan.
2. Performance, bagaimana meningkatkan kinerja suatu produk atau layanan
yang ditawarkan.
16
3. Customization, bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan produk atau jasa
sesuai dengan kebutuhan pelanggannya agar mendapat nilai lebih.
4. Getting the Job Done, bagaimana produk atau jasa berfungsi membantu
pelanggan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
5. Design, dengan memiliki desain yang menarik maka suatu produk akan
memiliki nilai proposisi yang baik.
6. Brand/ Status, pelanggan dapat menemukan nilai suatu produk dari merek
yang telah dikenal oleh masyarakat luas.
7. Price, bagaimana harga dapat ditentukan oleh pesaingnya dan menjadi dasar
dalam menentukan harga produk barang yang ditawarkan.
8. Cost Reduction, bagaimana sebuah nilai didapat dari biaya yang dikeluarkan
oleh pelanggan dalam membeli produk atau jasa dapat dikurangi.
9. Risk Reduction, resiko yang ditimbulkan oleh produk yang ditawarkan kepada
pelanggan sangat kecil. Dengan kata lain produk yang ditawarkan memiliki
garansi jika terjadi kerusakan.
10. Accessbility, produk yang ditawarkan dapat dengan mudah digunakan atau
dapat diakses semua orang.
11. Convenient/Usability, bagaimana sebuah produk dapat memenuhi keinginan
atau kebutuhan bagi pelanggannya dan pelanggan tersebut merasa nyaman
akan kehadiran produk tersebut.
2.4 Channel
17
2. Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan.
3. Memungkinkan pelanggan membeli produk atau jasa yang spesifik.
4. Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan.
5. Memberikan dukungan purnajual kepada pelanggan.
Pada beberapa digital channel akan lebih efektif bagi tim usaha digital. Dengan
focus pada satu provider atau channel marketing akan menghemat waktu dengan
hanya memilih channel dimana kebanyakan audiens aktif didalamnya. Digital
entepreneurship harus menentukan target sasaran sebagai konsumen. Jika ingin
meraih audiens yang masih muda, maka dapat menggunakan channel media sosial
seperti Instagram, facebook atau media sosial yang popular dikalangan konsumen
muda.
18
menginformasikan strategi bisnis secara keseluruhan, mendorong proses bisnis,
mendukung pengembangan merek, dan memaksimalkan keuntungan finansial yang
didapatkan dari sebuah investasi.
Menu adalah istilah umum yang mengacu pada berbagai makanan yang
disajikan pada waktu tertentu. Menu dapat terdiri dari satu item yang dijelaskan
secara lengkap atau sebagian pada menu, dan juga dapat mencakup item untuk
sarapan, makan siang, makan malam, atau bahkan sepanjang hari tanpa makanan apa
pun selain makanan ringan. Merchant adalah orang, kelompok, atau organisasi yang
memiliki pengalaman menjual barang dan jasa dan memiliki toko nyata, model bisnis
fisik, atau toko internet. Sistem pembayaran yang aman inilah yang membedakan
merchant dengan toko lainnya. Biasanya, merchant dan bank bekerja sama untuk
menyediakan layanan pembayaran melalui bank e-money yang aman.
19
2.7 Promosi
Promosi atau iklan adalah semua bentuk penyajian komunikasi non personal
tentang ide, produk dan jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan maksud
untuk mempengaruhi konsumen agar ada keinginan membeli produk yang
ditawarkan. Dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa konsumen
cenderung lebih mereaksi iklan yang menyenangkan yang dapat menunjukkan
bahwa produk yang diiklankan adalah produk yang benar-benar unggul.
Periklanan dapat meningkatkan kemungkinan munculnya suatu merek,
memperpanjang jangka waktu untuk mengambil tindakan terhadap merek
tertentu, dan mencegah pembelian yang sulit diatur. Pengiklan menggunakan
merek untuk mendorong kecenderungan pembelian berulang. Pengiklan
berinteraksi dengan pengalaman masa lalu.
Promosi atau iklan mampu menciptakan daya tarik yang dapat membuat
produk yang diiklankan menjadi menarik bagi konsumen.Suatu iklan memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
20
2. Memberi informasi terhadap konsumen tentang keistimewaan dan keuntungan
21
dikehendaki atau diinginkan.
2. Keracunan
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya akibat mengonsumsi makanan yang tidak
higienis. Makanan yang menjadi penyebab keracunan umumnya telah
terkontaminasi oleh unsur-unsur fisika, mikroba, kimia dalam dosis yang
membahayakan. Keracunan dapat terjadi karena :
a. Bahan makanan alami yaitu makanan yang secara alami telah
mengandung racun, contoh jamur beracun, umbi gadung, dan lain-lain.
b. Infeksi mikroba yaitu bakteri pada makanan yang masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah besar (infektif) dan menimbulkan penyakit pada saluran
cerna, misal kolera, diare, disentri.
c. Racun/toksin mikroba yaitu racun atau toksin yang dihasilkan oleh
mikroba dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang
membahayakan (lethal dose).
d. Zat kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam
tubuh dalam jumlah membahayakan. Contoh residu pestisida pada sayuran
dan buah, merkuri pada ikan laut.
e. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang dapat menimbulkan
reaksi sensitive kepada orang-orang yang rentan seperti histamine pada
beberapa ikan laut, bumbu masak dan sebagainya.
3. Pembusukan
Pembusukan adalah proses perubahan komposisi makanan baik sebagian atau
keseluruhan pada makanan dari keadaan yang normal menjadi keadaan yang
tidak normal. Kejadian tersebut merupakan kejadian yang tidak dikehendaki
sebagai akibat pematangan alam, kontaminasi, sengaja dipelihara (fermentasi)
atau karena sebab lain. Pembusukan dapat terjadi :
22
a. Fisika yaitu pembusukan makanan karena kekurangan air (layu,
mengkerut) karena benturan/tekanan atau diganggu hewan/serangga
(terdapat lubang, bekas gigitan).
b. Enzim yaitu pembusukan akibat aktivitas zat kimia pada proses
pematangan buah-buahan sehingga makanan menjadi rusak karena terlalu
matang. Contoh : enzim amilase pemecah tepung, enzim protease
pemecah protein, enzim protease pemecah protein.
c. Mikroba, yaitu bakteri atau cendawan yang tumbuh dan berkembang biak
di dalam makanan serta merusak komposisi makanan. Hal ini
menyebabkan makanan menjadi lebih cepat basi, berubah rasa, aroma atau
warnanya.
4. Pemalsuan
Pemalsuan adalah upaya merubah tampilan makanan dengan cara menambah
atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan tujuan meningkatkan
tampilan makanan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
yang akibatnya akan berakibat buruk kepada konsumen. Berikut adalah
contoh pemalsuan yang banyak terjadi :
a. Zat warna kain, yaitu penambahan bahan yang dapat memberikan
tampilan makanan yang lebih menarik dengan zat warna tertentu yang
dilarang untuk makanan. Contoh : rhodamin B, sunset yellow dan lain-
lain.
b. Zat pemanis, yaitu memberikan zat pemanis tanpa gula untuk menambah
rasa manis walaupun tidak mengandung gula, sehingga tidak
menimbulkan kalori seperti siklamat dan sakarin.
c. Bahan pengganti, yaitu penggunaan bahan makanan dengan bahan lain
yang tidak baku seperti saos tomat diganti dengan pepaya, kecap kedele
diganti dengan kecap air kelapa, dan sebagainya.
23
d. Merk/label makanan yaitu, merk, label, atau tulisan dan tanda yang
memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan kandungan isi makanan.
Contoh : keju terbuat dari tepung, daging sapi berisi babi, dan sebagainya.
e. Bahan pengawet dan pengental, yaitu bahan yang ditambahkan untuk
menjaga keawetan makanan atau tekstur dalam jumlah yang berlebihan.
24
Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi harus disimpan
dengan cara penyimpanan yang baik karena kesalahan dalam
penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan makanan.
Pada dasarnya, kerusakan bahan makanan dapat terjadi karena :
a. Tercemar bakteri karena alam atau perlakuan manusia.
b. Adanya enzim dalam makanan yang diperlukan untuk proses
pematangan, seperti pada buah-buahan.
c. Kerusakan mekanis, seperti gesekan, tekanan, benturan dan lain-lain.
1) Cara Penyimpanan Bahan Makanan
Terdapat empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan
suhunya, yaitu :
a) Penyimpanan sejuk (cooling), merupakan suhu penyimpanan 10-
15C untuk jenis minuman, buah dan sayuran.
b) Penyimpanan dingin (chilling), merupakan suhu penyimpanan 4-
10C untuk bahan makanan berprotein yang akan segera diolah
kembali.
c) Penyimpanan dingin sekali (freezing), merupakan suhu
penyimpanan 0-4C untuk bahan berprotein yang mudah rusak
untuk jangka waktu sampai 24 jam.
d) Penyimpanan beku (frozen), merupakan suhu penyimpanan <
0C untuk bahan makanan protein yang mudah rusak untuk
jangka waktu > 24 jam.
2) Waktu dan Suhu Penyimpanan
Waktu adalah lamanya bahan makanan disimpan. Semakin lama bahan
makanan disimpan, maka risiko kerusakan akan semakin besar. Pilihan
yang lebih disarankan adalah sesingkat mungkin makanan disimpan dan
segerakan diolah (bahan) atau dikonsumsi (makanan jadi). Suhu adalah
suhu makanan yang disimpan. Semakin rendah suhu makanan maka
semakin lama pula bakteri tumbuh sehingga makanan lebih tahan lama.
25
3) Syarat-Syarat Penyimpanan
Penyimpanan bahan makanan yang baik memperhatikan persyaratan-
persyaratan berikut :
a) Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terjaga kebersihannya.
b) Penempatannya terpisah dari makanan jadi.
c) Bahan makanan disimpan sesuai dengan suhu dan kelembaban
penyimpanan yang dianjurkan. Kelembaban penyimpanan dalam
ruangan 80%-90%.
d) Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak
menempel pada dinding, lantai dan langit-langit, dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) Jarak makanan dengan lantai 15 cm.
(2) Jarak makanan dengan dinding 5 cm.
(3) Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.
e) Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan
makanan.
f) Penempatan dan pengambilan bahan makanan diatur dengan sistem:
(1) First In First Out (FIFO), bahan makanan yang masuk lebih
dahulu merupakan yang pertama keluar.
(2) First Expired First Out (FEFO), bahan makanan yang masa
kadaluarsanya paling dekat terlebih dahulu harus dikeluarkan.
g) Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong sebaiknya
disimpan dengan sistem kartu dengan menyebutkan :
(1) Nama bahan
(2) Tanggal penerimaan
(3) Asal bahan
(4) Jumlah penerimaan digudang
(5) Sisa akhir di dalam kemasan
26
(6) Tanggal pemeriksaan.
3. Prinsip III : Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan
makanan mentah menjadi makanan siap santap. Prinsip pengolahan
makanan yang baik merupakan kaidah umum yang perlu diperhatikan jika
seseorang akan memproduksi makanan untuk memberikan jaminan
keamanan dan mutu produk makanan yang dihasilkannya. Cara Produksi
Makanan yang Baik (CPMB) atau Good Manufacturing Practice (GMP).
CPMB merupakan suatu prosedur yang menjelaskan bagaimana
memproduksi makanan agar aman, bermutu dan layak dikonsumsi.
Terdapat 4 (empat) komponen penting pengolahan pangan dalam CPMB,
yaitu:
a. Bangunan atau fasilitas tempat dimana pengolahan pangan dilakukan
Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan
teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap
makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan
hewan lainnya.
b. Peralatan yang digunakan untuk pengolahan pangan
Peralatan adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan di dapur, seperti pisau, sendok, kuali, wajan,
dll. Peralatan yang digunakan dalam pengolahan makanan harus
memenuhi syarat aman bagi kesehatan..
c. Penjamah makanan
Penjamah makanan adalah petugas yang menjamah makanan mulai
dari mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun
dalam penyajian makanan. Hal ini dapat terjadi melalui kontak antara
penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan
konsumen yang sehat, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah
yang membawa kuman.
27
Terdapat persyaratan teknis higiene dan sanitasi tenaga/karyawan
pengolah makanan menurut Permenkes RI
No.1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga,
yaitu:
1) Memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan.
2) Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
3) Tidak mengidap penyakit menular seperti tipus, kolera, TBC,
hepatitis dan lain-lain atau pembawa kuman (carrier).
4) Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan
yang berlaku.
5) Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan
cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
6) Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan
menggunakan alat :
a) Sarung tangan plastik sekali pakai (disposal).
b) Penjepit makanan.
c) Sendok garpu.
7) Menggunakan Celemek/apron; tutup rambut, sepatu kedap air
untuk melindungi pencemaran terhadap makanan. Adapun
perilaku selama bekerja/mengelola makanan:
a) Tidak merokok.
b) Tidak makan atau mengunyah.
c) Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak
berhias (polos).
d) Menggunakan peralatan dan fasilitas yang sesuai dengan
keperluannya.
e) Mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja dan setelah
keluar dari toilet.
f) Memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.
28
g) Memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar
tempat Jasaboga. Tidak banyak berbicara dan selalu menutup
mulut pada saat batuk atau bersin dengan menjauhi makanan
atau keluar dari ruangan, sangat disarankan menggunakan
masker.
h) Tidak menyisir rambut di dekat makanan.
d. Cara pengolahan pangan & pengendaliannya
Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung antara penjamah dengan makanan.
Perlindungan kontak langsung dengan makanan matang jadi dilakukan
dengan penjepit makanan, sarung tangan, sendok, garpu dan
sejenisnya. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus
memakai celemek, tutup rambut, sepatu dapur, tidak merokok serta
tidak makan/mengunyah.
4. Prinsip IV : Penyimpanan Makanan Masak
Penyimpanan makanan masak (jadi) harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut :
a. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa,
bau, berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya
cemaran lain.
b. Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
c. Angka kuman E. coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan.
d. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh
melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang
berlaku.
e. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip First In First Out (FIFO)
dan First Expired First Out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan
29
terlebih dahulu dan yang mendekati masa kedaluwarsa dikonsumsi
lebih dahulu.
f. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis
makanan jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna
tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air.
g. Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.
h. Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu berikut :
30
3) Bahan makanan diperlakukan dengan baik, tidak boleh diinjak,
dibanting dan diduduki.
4) Bahan makanan seperti daging, susu cair dan sebagainya, yang
selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan dingin,
diangkut dengan menggunakan alat pendingin sehingga bahan
makanan tidak rusak.
b. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
2) Pengangkutan menggunakan kendaraan khusus pengangkut
makanan jadi/masak dan harus selalu higienis.
3) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan
bertutup.
4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya sesuai dengan
jumlah makanan yang akan ditempatkan.
5) Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan
yang mencair (kondensasi).
6) Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan
diatur agar makanan tetap panas pada suhu 60C atau tetap
dingin pada suhu 40C.
6. Prinsip VI : Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.
Makanan yang disajikan harus laik santap. Makanan dapat dinyatakan laik
santap bilamana telah dilakukan uji organoleptik dan uji biologis. Di
samping itu, juga uji laboratorium yang dilakukan secara insidental bila
ada kecurigaan. Uji organoleptik, seperti juga pada bahan makanan yaitu
memeriksa makanan dengan cara meneliti dengan menggunakan lima
indera manusia, yaitu: melihat (penampilan), meraba (tekstur,
keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misalnya telur) dan
menjilat (rasa). Bila secara organoleptik baik, barulah makanan disajikan.
31
Sementara itu, uji biologis biasanya khusus dilakukan untuk sajian orang-
orang sangat penting (VVIP) seperti Kepala Negara/Pemerintahan.
Sebelum makanan disantap harus diuji dulu oleh petugas uji dengan cara
memakannya secara sempurna. Jika dalam waktu 2 jam tidak terjadi
tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman. Dalam
pelaksanaannya, uji organoleptik dan uji biologis dapat dilakukan tanpa
menunggu waktu penyajian. Yang dimaksud uji laboratorium yaitu
pemeriksaan kualitas makanan dengan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui tingkat cemaran makanan. Dalam penyajian makanan,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah masing - masing dan
diusahakan tertutup. Hal ini bertujuan agar makanan tidak
terkontaminasi silang bila satu makanan tercemar, yang lain dapat
diamankan serta memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan
tingkat kerawanan makanan.
b. Penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi (misal kuah
sup, saus, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan. Hal
ini bertujuan agar menghindari makanan mudah menjadi basi.
c. Setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah merupakan
bahan makanan yang dapat dimakan (prinsip edible part). Hindari
pemakaian bahan yang dapat berbahaya seperti tusuk gigi atau bunga
plastik. Bahan yang tidak untuk dimakan harus segera dibersihkan
dari tempat penyajian ketika acara makan dimulai. Hal ini bertujuan
untuk menghindari kecelakaan atau gangguan akibat salah makan.
d. Makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama, seperti makanan
dalam dos atau rantang harus dipisah agar tidak saling mencampur.
Tujuan untuk mencegah kontaminasi silang.
e. Prinsip panas yaitu setiap penyajian makanan yang disajikan panas
diusahakan tetap dalam keadaan panas seperti soup, soto, rawon dan
32
sebagainya. Perhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam
food warmer. Suhu makanan harus masih berada di atas 60 oC. Suhu
penyajian makanan yang sesuai dapat mencegah pertumbuhan bakteri
dan meningkatkan selera. Bain marie adalah alat terbaik untuk
mempertahankan suhu penyajian. Bain marrie merupakan mesin
penghangat makanan.
f. Setiap peralatan yang digunakan seperti wadah dan tutup, dus dan
piring gelas /mangkok harus bersih dan baik. Bersih artinya telah
dicuci dengan cara higiene, baik artinya : utuh, tidak rusak atau cacat
atau bekas pakai.
g. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat
makan tidak boleh terdapat kontak langsung dengan anggota tubuh
terutama tangan dan bibir.
h. Prinsip tepat saji artinya pelaksanaan penyajian makanan harus sesuai
dengan seharusnya , yaitu :
1) Tepat menu yaitu menu yang disajikan sesuai dengan kebutuhan
klien/pasien. Menu yang disajikan harus memenuhi kesesuaian
dengan macam, jumlah dan cara penyajian yang diinginkan. Dalam
hal ini terdapat beberapa tipe dalam pemesanan menu seperti :
a) Konsumen sepenuhnya menyerahkan pengaturan menu kepada
pengusaha/instalasi gizi untuk diatur sebaik-baiknya.
b) Konsumen menyerahkan kepada pengusaha/instalasi gizi dengan
pesanan tertentu yang harus dipenuhi.
c) Konsumen yang mengatur dan pengusaha/instalasi gizi harus
mengikutinya.
2) Tepat waktu, yaitu sesuai dengan waktu penyajian. Pesanan dapat
berupa penyajian tunggal dan penyajian berangkai. Penyajian tunggal
merupakan penyajian makanan dimana hanya ada satu peristiwa
makan saja, sedangkan penyajian berangkai misalnya penyajian
33
makanan untuk pegawai yang meliputi makan pagi, makan siang,
makan malam dan selingan sesuai dengan jadwal yang disusun.
3) Tepat tata hidang yaitu cara penyajian sesuai dengan pesanan.
Pesanan dengan prasmanan harus disajikan dengan cara prasmanan,
tidak dalam dos atau rantang.
4) Tepat volume yaitu jumlah yang disajikan sesuai jumlahnya dengan
pesanan. Perlu disediakan cadangan makanan untuk mencegah hal
yang tidak dikehendaki. Prinsip jangan sampai ada tamu/pasien yang
tidak kebagian makanan. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah
citra buruk perusahaan/rumah sakit/Instalasi Gizi, dimana wajib
mengambil kebijaksanaan dengan memperhitungkan harga atas
kemungkinan tersebut sekitar lebih kurang 10 %.
34
1. Segala sesuatu pada dasarnya adalah diperbolehkan, dengan beberapa
pengecualian yang dilarang secara khusus.
2. Mengahalalkan dan mengharamkan suatu produk apapun merupakan hak
Allah SWT semata.
3. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram serupa dengan
syirik (mensekutukan Allah SWT).
4. Alasan mendasar diharamkannya segala sesuatu adalah timbulnya keburukan
dan bahaya.
5. Pada yang halal terdapat sesuatu yang bisa menghindarkan dari yang haram.
Allah SWT hanya melarang segala sesuatu yang diperlukan dengan
menggantinya dengan sesuatu pilihan yang lebih baik.
6. Apapun yang membawa ke produk non-halal adalah tidak diperbolehkan.
7. Bersiasat atas produk yang non-halal adalah tidak dibenarkan.
8. Niat yang baik tidak dapat membenarkan yang haram.
9. Menjauhkan diri dari sesuatu atau produk yang syubhat (meragukan) adalah
dianjurkan karena takut terjatuh pada produk yang non-halal.
10. Tidak ada memilah-milah terhadap suatu produk non halal.
35
2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan yang
berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran, dan lain sebagainya.
3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata
cara syariat Islam.
4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan
untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus
dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syariat Islam.
5. Semua makanan yang tidak mengandung khamr.
36
Kebijakan halal yaitu komitmen tertulis untuk menghasilkan produk
halal secara konsisten, sesuai dengan proses bisnis perusahaan.
2. Tim Manajemen Halal
Tim manajemen halal yaitu sekelompok orang yang bertanggung
jawab terhadap perencanaan, implementasi, dan perbaikan.
3. Pelatihan
Kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan. Pelatihan (internal atau
eksternal) dilaksanakan secara terjadwal minimal setahun sekali atau lebih
sering jika diperlukan.
4. Bahan
Bahan mencakup bahan baku (raw material), bahan tambahan (additive),
& bahan penolong (processing aid). Semua bahan harus memenuhi
ketentuan Halal. Bahan-bahan tersebut adalah:
a. Bahan bukan dari babi dan tidak mengandung bahan dari babi dan
turunannya.
b. Bahan bukan khamr (minuman beralkohol) dan tidak mengandung
khamr dan turunannya yang diperoleh melalui pemisahan secara fisik.
c. Bahan bukan darah, bangkai, dan bagian dari tubuh manusia dan tida
mengandung darah, bangkai dan bagian dan bagian dari tubuh manusia.
d. Bahan tidak diproduksi dari fasilitas yang dipergunakan untuk produk
yang menggunakan babi atau turunannya.
e. Bahan tidak bercampur dengan bahan haram dan najis.
f. Untuk sesuai syariat Islam (dibuktikan dengan sertifikat halalyang valid).
g. Perusahaan bahan turunan hewani (harus dari hewan halal yang
disembelih harus menjamin semua bahan yang digunakan adalah halal.
5. Produk
Semua menu yang disajikan, baik dibuat sendiri oleh perusahaan
maupun menu yang dibeli dari pihak lain atau menu konsinyasi (titipan)
37
harus bersertifikasi halal dan merk/nama produk yang didaftarkan tidak
boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan.
6. Fasilitas Produksi
Semua fasilitas produksi harus didaftarkan dalam aplikasi sertifikasi.
Fasilitas produksi yang pernah digunakan untuk menghasilkan produk yang
mengandung babi dan turunannya, jika akan digunakan untuk menghasilkan
produk halal, maka dicuci tujuh kali dengan air dan salah satunya dengan
tanah atau bahan lain yang mempunyai kemampuan menghilangkan rasa,
bau, dan warna. Produksi halal hanya diperbolehkan di fasilitas produksi
yang memenuhi kriteria.
7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Prosedur tertulis aktivitas kritis adalah seperangkat tata cara kerja yang
dibakukan untuk mengendalikan aktivitas kritis. Kriteria kecukupan
prosedur adalah seleksi bahan, pembelian bahan pengembangan produk
baru, pemeriksaan bahan datang, produksi, pencucian fasilitas dan peralatan
pembantu, penyimpanan bahan & produk, dan transportasi.
8. Kemampuan Telusur
Kemampuan telusur adalah kemampuan telusur menu yang dijual
berasal dari bahan yang memenuhi kriteria dan sudah disetujui LPPOM MUI
atau tercantum dalam daftar bahan LPPOM MUI.
9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani
produk yang tidak memenuhi kriteria, yaitu dengan tidak menjual ke
konsumen yang mempersyaratkan produk halal dan jika terlanjur dijual
maka produk tersebut harus ditarik kembali.
10. Audit Internal
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal
pelaksanaan sistem jaminan halal. Audit dilakukan setidaknya 6 bulan sekali
dan dilaksanakan oleh auditor halal internal yang kompeten dan independen.
38
Hasil audit akan disampaikan ke LPPOM MUI dama bentuk laporan berkala.
11. Kaji Ulang Manajemen
Kaji ulang manajemen adalah kajian yang dilakukan oleh manajemen
puncak atau wakilnya dengan tujuan untuk menilai efektifitas penerapan SJH
dan merumuskan perbaikan berkelanjutan. Hasil evaluasi harus disampaikan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas LPPOM MUI.
Kaji ulang manajemen didasarkan pada audit internal yang dilakukan oleh
tim manajemen halal dari pemilik perusahaan. Tindakan perbaikan atas kaji
ulang manajemen dilakukan dengan dua kali dalam setahun.
BAB
III
IMPLE
MENT
ASI
1. Merchant 1
A. Segementasi Konsumen
39
dalam melihat pasar, pendekatan segmentasi menurut
karakteristiknya bisa dikelompokkan menjadi tiga yaitu static
attribute segmentation, dinamic attribute segmentation dan
individualsegmentation.
B. Value Proposisi
40
Produk dan layanan yang diberikan Taso99 adalah menu
dengan kualitas bahan baku yang baik dan cita rasa yang enak
sehingga pelanggan yang menikmatinya merasa puas dan
berkeinginan untuk datang lagi lain waktu. Dalam hal untuk
meningkatkan kualitas produk, selain menjaga kualitas dan
kebersihan bahan baku, konsistensi cita rasa juga dilakukan
dengan cara menyiapkan takaran bumbu yang siap diolah
ketika ada pesanan pelanggan.Serta pilihan cita rasa tahu bakso
yaitu rasa daging ayam dan ikan bandeng yang disajikan dalam
kondisi panas,bersih dan halal.
C. Channel
Cara konsumen menikmati produk dari Taso99 adalah dengan
membeli secara langsung pada warung yang terdekat yang berlokasi
di Samarinda, tersedia di jalan Belibis atau jln AM sangaji, Pemilik
Taso99 menggunakan media sosial yaitu whatsapp, facebook,
Instagram. Serta mempermudah konsumen dalam mendapatkan
produk Taso 99 menggunakan E commerce : Gojek dan Grab food.
D. Customer Relationship
Pemilik Taso99 mempromosikan sendiri dan mengajak orang-orang
untuk mencoba makan di warungnya melalui media sosial
Instagram dan Whatsapp. Taso 99 memiliki hubungan yang kuat
dengan pelanggan karena sering memberikan promo dan even
dengan hadiah voucher gratis kepeda pelanggannya.Peluang seperti
ini dapat meningkatkan ketertarikan pelanggan dengan Taso 99.
Ditambah dengan seringnya Taso 99 membuat konten yang
menarik,sehingga menarik bagi pelanggan.
41
E. Menu Merchant
F. Promosi
42
G. Konsep Food Sanitazion
43
Taso99, penjual kuliner tersebut menggunakan bahan makanan yang
alami seperti tahu, ayam, ikan bandeng,bumbu dan rempah, serta
sumber protein pada hewani dan nabati yang semuanya berkualitas
baik serta higienis. Pemakaian bahan yang berkualitas baik tentu
berdampak pada hasil olahan makanan yang bermutu. Hasil ini
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman higiene sanitasi
makanan jajanan yang menerangkan bahwa semua bahan yang
diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik
mutunya, segar dan tidak busuk. Penjual tidak menggunakan bahan
olahan kemasan. Hal ini dikarenakan penjual ingin menjaga kualitas
masakan tersebut. Masakan yang diolah merupakan makanan
tradisional yang memang sejak zaman dahulu sudah ada dan
menggunakan bahan makanan yang alami. Penjual tidak perlu
menambahkan bahan tambahan makanan dan bahan makanan
olahan dalam kemasan untuk masakannya. Penjual kuliner Taso99
tidak menyimpan bahan makanan, hal ini dikarenakan penjual akan
langsung mengolah bahan tersebut saat sudah tersedia sehingga
hasil masakan yang dihasilkan berasal dari bahan yang masih segar
serta citarasamasihterjaga
H. Halal
44
2. Merchant 2
A. Segementasi Konsumen
45
dari bawah, menengah danatas.
B. Value Proposisi
C. Channel
D. Customer Relationship
E. Menu Merchant
F. Promosi
46
promosi sangat dibutuhkan. Strategi promosi penjualan tersebut
digunakan untuk merebut konsumen di pasaran. Dengan adanya
promosi konsumen bisa mengetahui produk yang kita jual.
Tidak hanya itu, kita juga mendapatkan keuntungan dengan
diadakannya promosi tersebut. Situs promosi media social yang
digunakan pada Eatcake.std adalah Instagram
47
diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik mutunya,
segar dan tidak busuk. Penjual jarang sekali menggunakan bahan
olahan kemasan. Hal ini dikarenakan penjual ingin menjaga kualitas
masakan tersebut.. Penjual menambahkan bahan tambahan makanan
dan bahan makanan olahan dalam kemasan untuk masakannya dalam
batas aman. Penjual kuliner Eatcake.Std menyimpan bahan baku
pembuatan cake dalam jumlah terbatasada pesanan, pemesan di
lakukan H-1 dengan tujuan menyiapkan bahan baku yang fres.
H. Halal
3. Merchat 3
A. Segementasi Konsumen
48
Dalam Dimnyum Kitchen, segmen pasar yang dituju
termasuk dalam static attribute segmentation, yaitu suatu pendekatan
yang dilakukan dengan membagi pasar berdasarkan atribut-atribut
yang statis sifatnya, seperti geografis atau demografis. Segmentasi
geografis membagi pasar berdasarkan negara, kawasan, provinsi,
atau kota. Segmentasi demografis membagi pasar berdasarkan umur,
jenis kelamin, jenis pekerjaan, jumlah pendapatan, agama, dan
pendidikan. Segmentasi konsumen dari Dimnyum Kitchen dapat
diuraikan sebagai berikut:
B. Value Proposisi
Produk dan layanan yang diberikan Dimnyum Kitchen
adalah menu dengan kualitas bahan baku yang baik dan cita
rasa yang enak sehingga pelanggan yang menikmatinya merasa
puas dan berkeinginan untuk datang lagi lain waktu. Dalam hal
untuk meningkatkan kualitas produk, selain menjaga kualitas
dan kebersihan bahan baku, konsistensi cita rasa juga
dilakukan dengan cara menyiapkan takaran bumbu yang siap
diolah ketika ada pesanan pelanggan
C. Channel
49
Cara konsumen menikmati produk dari Dimnyum
Kitchen adalah dengan membeli secara langsung pada warung
yang terdekat yang berlokasi di Samarinda, tersedia di Jl. KH
Wahid Hasyim 2 Gg Lorong abadi Blok LA4 No50 Samarinda.
Pemilik Dimnyum Kitchen menggunakan media sosial yaitu
Facebook dan WhatsApp untuk mempromosikan kepada
pelanggan agar lebih meningkatkan penjualan serta kesadaran
akan produknya kepada pelanggan
D. Customer Relationship
E. Menu Merchant
50
F. Promosi
51
G. Konsep Food Sanitazion
52
Dimnyum, penjual kuliner tersebut menggunakan bahan makanan
yang alami seperti tahu, ayam, ikan bandeng,bumbu dan rempah,
serta sumber protein pada hewani dan nabati yang semuanya
berkualitas baik serta higienis. Pemakaian bahan yang berkualitas
baik tentu berdampak pada hasil olahan makanan yang bermutu.
Hasil ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman higiene sanitasi
makanan jajanan yang menerangkan bahwa semua bahan yang
diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik
mutunya, segar dan tidak busuk. Penjual tidak menggunakan bahan
olahan kemasan. Hal ini dikarenakan penjual ingin menjaga kualitas
masakan tersebut. Masakan yang diolah merupakan makanan
tradisional yang memang sejak zaman dahulu sudah ada dan
menggunakan bahan makanan yang alami. Penjual tidak perlu
menambahkan bahan tambahan makanan dan bahan makanan
olahan dalam kemasan untuk masakannya. Penjual kuliner
Dimnyum tidak menyimpan bahan makanan, hal ini dikarenakan
penjual akan langsung mengolah bahan tersebut saat sudah tersedia
sehingga hasil masakan yang dihasilkan berasal dari bahan yang
masih segar serta citarasamasihterjaga
H. Halal
53
3.2 Implementasi promosi Samarinda Food melalui media informasi
54
55
56
3.3 Implementasi input User (Merchant,driver,customer,Mahasiswa)
Customer adalah seorang atau individu baik dari organisasi, kelompok,
atau instansi tertentu yang membeli, mencoba ataupun menggunakan suatu
produk/ layanan tertentu. Pengembangan UMKM dengan penggunaan aplikasi
ini cukup memberikan kemudahan bagi setiap merchant untuk
mempromosikan dagangannya.
57
58
59
60
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
61
-untuk food sanitazion di Taso99, EatCake,Std dan Dimnyum
pemilik menggunakan bahan baku yang berkualitas baik,dan
higenis.Namun warung Tahu Pa’ Jenggot belum memiliki sertifikat
halal dari MUI karna masih dalam tahap proses pengurusanoleh
pemilik.saat melakukan wawancara dan datang langsung ke tempat
usaha dapat kami simpulkan bahwa Taso99 100% halal ditinjau dari
cara pembuatan tahu bakso.
4.2 Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
Arrazy, S., Susilawati, S., & Agustina, D. (2020). Analisi Higiene Dan
Sanitasi Pengolahan Makanan Pada Pedagang Makanan Di Pasar
Tradisional Kota Medan.
63
Kholiq, M. (2010). Studi Analisis Terhadap Produk Makanan Dan
Minuman Olahan Yang Belum Bersertifikat Halal (Doctoral
dissertation, Institut Agama Islam NegeriWalisongo).
Wardhana, et al., 2022; Miles, 2021; Laudon dan Trave, 2021; Jelassi dan
Martínez-López, 2020; Chaffey, Hemphill, Edmundson- Bird, 2019; Kütz,
2016; Combe, 2012; Jackson, Harris,
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77