SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
HANNI KHAIRANI
NIM 1111046100114
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis khususnya dan seluruh umat
manusia pada umumnya. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan
terang benderang.
Penulisan skripsi ini berjudul “ Etika Bisnis Islam tentang Manajemen Laba”,
ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis,
sayangi dan semua pihak yang terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi
ini.
skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, dan saran-saran dari berbagai
pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam menyelesaikan skripsi ini tentu akan
terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini
vi
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakultas Syariah dan
2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku ketua program studi
Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris program studi
4. Bapak Dr. Muhammad Zen, M.A dan Ibu Nurul Handayani, S.Pd., M.Pd,
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
6. Ayah Ibu tercinta Hanri Wirata dan Agatsih Purwiyani yang tidak henti-
kesabaran, nasehat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada
vii
memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
menjadi adik sekaligus teman penulis saat dirumah. Andung yang selalu
memberikan kekuatan dan doa. Reihan, sebagai sepupu sekaligus teman satu
kostan yang selalu membantu penulis dalam berbagi pengalaman dan bertukar
pikiran dari mulai proposal skripsi sampai dengan penyelesaian skripsi ini
sehingga kita bisa lulus bersama-sama. Dan juga seluruh keluarga besar yang
turut mendoakan.
Gemala, Astri Wulandari, Novita Zuhrowiya dan Siti Haura Ibtisamah yang
selalu bersama selama dari awal hingga akhir masa kuliah, terima kasih atas
dukungan tiada henti dikala penulis jenuh dan tidak bersemangat dalam
memotivasi.
9. Anak-anak Kostan ibu Jahit : Niswah, Landu, Mira, Afida, Aul, Fajrin,
Eftrida, Nissa, yang sudah dianggap sebagai keluarga dan adik-adik sendiri,
viii
menjadi energi dan semangat baru bagi penulis saat berada di rumah keduanya
di Ciputat.
10. Teman-teman KKN CERIA 2014 terimakasih untuk Chea, Vita, Wulan,
Babeh, Aziz, Bonte, Salman, Haikal, Riduan, Fauzan, Mahe, Amal, Yuan dan
yang berkesan selama tinggal disana. Terimakasih pula untuk warga desa
perkuliahan penulis.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………………..... ii
A. Etika …………………………………….................................... 20
B. Etika Bisnis ………………………………………………….… 22
C. Etika Bisnis Islam ………………………………………….….. 25
D. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam ………………..…….. 31
E. Tujuan Bisnis Islam …………………………………….……... 40
F. Pedoman Bisnis dalam Islam ………………………….………. 42
G. Aktivitas Bisnis yang terlarang dalam Syariah ………….…….. 44
H. Etika Bisnis Islam kaitannya dengan Manajemen Laba ………. 46
x
D. Manajemen Laba ……………………………………………….….. 50
E. Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual …………………………….….. 52
F. Motivasi Manajemen Laba ………………………………………… 53
G. Bentuk-Bentuk Manajemen Laba …………………………………. 57
H. Manajemen Laba, Apakah Legal dan Etis ………………………… 58
xi
BAB I
PENDAHULUAN
bisnis. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekayaan, kedudukan dan kekuasaan menjadi
kriteria umum dalam penilaian berhasil atau tidaknya seseorang dalam berbisnis.
Akan tetapi kebanyakan mereka melupakan nilai-nilai moral dan perilaku yang sehat
dalam berbisnis. Materi adalah makanan bagi tubuh, sementara etika adalah nutrisi
bagi jiwa. Karena itulah, setiap saat masalah bisnis seringkali bertambah, sedangkan
Yang membedakan Islam dengan materialisme ialah bahwa Islam tidak pernah
dengan akhlak, politik dengan etika, perang dengan etika dan kerabat sedarah daging
dalam lapangan ekonomi atau bisnis, disatu sisi diberi kebebasan untuk mencari
1
Husain Syahatah dan Siddiq Muh. Al-Amin, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, Penerjemah
Saptono Budi Satryo dan Fauziah R (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), h. 22.
1
2
keuntungan sebesar-besarnya. Namun, di sisi lain, ia terikat dengan iman dan etika
yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur lainnya. Hal ini disebabkan bahwa
dalam ilmu akhlak (moral), struktur etika dalam Islam lebih banyak menjelaskan
nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada niat hingga perilaku atau perangainya.
Nilai moral tersebut tercakup dalam empat sifat yaitu shiddiq, amanah, tabligh dan
ekonomi dan keuangan secara professional dan menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan
Salah satu problematika yang serius dalam dunia bisnis ialah rendahnya nilai
dilakukan oleh pebisnis. Rendahnya nilai moral ini dapat mempengaruhi hilangnya
tidak baik.3
Teori yang dapat menjelaskan mengenai hal ini adalah Agency Theory. Agency
Theory adalah hubungan antara Principal dan Agent. Principal dalam dunia bisnis
2
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam. (Jakarta: Gema insani Press, 1997), h. 51.
3
Husain Syahatah dan Siddiq Muh. Al-Amin, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, Penerjemah
Saptono Budi Satryo dan Fauziah R (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), h. 15.
3
disini ialah para investor maupun calon investor. Sedangkan Agent ialah para manajer
perusahaan atau orang yang mengelola perusahaan. Teori ini mengasumsikan bahwa
dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja
agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini lah yang mengakibatkan adanya
Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana adanya gap antara pengetahuan
informasi yang dimiliki satu pihak dengan pihak lainnya. Dalam kondisi ini, dapat
memunculkan kesempatan bagi pihak yang satu untuk melakukan manipulasi atau
ketimpangan informasi atau ketidaktahuan informasi yang dimiliki oleh pihak yang
lainnya. Dengan demikian terdapat adanya konflik kepentingan serta asumsi bahwa
bisnis, asimetri informasi ini dapat dialami oleh principal dan agent kaitannya dengan
Setiap perusahaan tak terkecuali entitas bisnis syariah perlu untuk menampilkan
sisi baik keuangan perusahaan, hal ini diperlukan sebagai bentuk tolak ukur hasil
kinerja perusahaan dimata umum terutama stakeholder maupun investor. Hal ini
terkait dengan kejamnya pasar kepada perusahaan yang tidak mampu memenuhi
target atau meleset dari perkiraan pasar. Sehingga tekanan ini dapat mengakibatkan
menurunkan kualitas laporan keuangan, yang mana tindakan ini disebut dengan
manajemen laba. Manajemen laba adalah salah satu bentuk praktik masalah etis yang
terjadi di perusahaan.
dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan. Manajemen laba adalah satu
sesuai dengan asumsi teori akuntansi positif. Namun intervensi yang dapat
dilaksanakan oleh manajemen ini terkadang dapat membawa praktik yang seharusnya
menghindari risiko (risk averse). Kondisi ini yang memotivasi manajer untuk
melakukan praktik manajemen laba dengan cara menutupi kinerja perusahaan yang
5
sebenarnya, dan menampilkan kinerja yang sesuai dengan apa yang ingin manajer
tampilkan.
ialah pada kasus Enron Energy tahun 2000, kasus peningkatan pendapatan Xerox
tahun 1997-2000 serta PT Kimia Farma, Global Crossing, Tyco , Green Tree
pada kasus mark up laba Indofarma tahun 2001 dan kasus pembukuan ganda Lippo
Bank tahun 2002, kasus PT Citra Marga Nusapala Persada, Bank Duta, PT
Perusahaan Gas Negara tahun 2006, PT Bank Lippo tahun 2002 , PT Ades Alfindo
tahun 200 yang melakukan praktik manajemen laba melalui manipulasi berbagai
akuntansinya 5.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky Syahfandi dan Siti Mutmainah juga
manajemen laba dengan teknik income smoothing yang terjadi para tahun 2009
sampai dengan 2011. Hasil Penelitian Gandi Sukmajati (2012) juga menunjukkan
adanya beberapa perusahaan public dalam Jakarta Islamic Index yang melakukan
teknik manajemen laba dengan cara perataan laba, perusahaan tersebut diantaranya
adalah Barito Pasific Tbk, Indika Energy Tbk, Telkom Indonesia Tbk, Truba Alam
Manunggal Tbk, dan Wijaya Karya Tbk. Kemudian faktor yang berpengaruh
4
Kompas, 15 Juli 2002.
5
Dedhy Sulistiawan, dkk, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal
Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 53.
6
telah cukup banyak kasus manajemen laba baik yang telah diketahui oleh publik,
laba ialah dilakukan karena motivasi bonus, motivasi utang, motivasi pajak, motivasi
motivasi ini lah yang dapat mendorong suatu manajer atau otoritas di perusahaan
untuk melakukan manajemen laba. Bertepatan dengan akan dibukanya pintu gerbang
Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015, atas motivasi penjualan saham,
diperkirakan akan terjadi banyak praktik manajemen laba dimana perusahaan akan
Dari beberapa contoh yang disebutkan diatas bahwa tidak sedikit pula
perusahan atau entitas yang melakukan atau menerapkan praktik manajemen laba di
dalam pelaporan tampilan keuangannya, tentunya dengan berbagai macam motif yang
mendasarinya.
terhadap praktik manajemen laba. Pada satu sisi, manajemen laba dipandang sebagai
suatu tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena dengan adanya
keputusan. Sedangkan pada sisi yang lain, manajemen laba dianggap sebagai sesuatu
yang wajar dan merupakan tindakan rasional untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam
ketentuan untuk pelaporan keuangan asalkan masih sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Berlaku Umum.
meskipun juga disebutkan bahwa dalam distribusi hasil usaha hendaknya ditentukan
atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi (Cash Basis). Berdasarkan PSAK No.
101 tentang Akuntansi Bank Syariah, diambil asumsi dasar konsep akuntansi bank
syariah sama dengan asumsi dasar konsep akuntansi dasar konsep akuntansi
keuangan secara umum yaitu konsep kelangsungan usaha (going concern) dan dasar
akrual.
Namun secara syariah, walaupun muamalat dilakukan tidak secara tunai, namun
pencatatannya haruslah benar. Seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 282:
8
Artinya: “Hai, orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua’malah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.”
penting, khususnya pada bisnis-bisnis yang bergerak di bidang syariah, tentu tuntutan
akan praktik secara Islami mengikuti visi dan misi dari entitas itu sendiri. Karena
etika bisnis dapat digunakan sebagai cara untuk menyelaraskan kepentingan strategis
bersifat sesuatu yang baik atau buruk, wajar atau tidak wajar, atau diperbolehkan atau
tidaknya perilaku manusia tersebut dalam kerangka etika bisnis Islam. Sehingga
penelitian ini akan berusaha melihat aspek moralitas atau aspek normatif etika bisnis
B. Pembatasan Masalah
9
Penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti pada aspek yang dianalisis
agar tidak keluar dari pembahasan. Maka penelitian dibatasi pada Sumber yang
digunakan adalah kajian kepustakaan dengan data yang bersumber pada Al-Quran,
manajemen laba secara keseluruhan dan ditarik kesimpulan berdasarkan konsep nilai-
nilai etika bisnis Islam. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis isi, dimana penulis mengkaji materi atau literatur tertentu dari pokok
bahasan masalah yang telah diteliti. Pembatasan masalah perihal objek yang menjadi
fokus bahasan dalam penelitian ini adalah Motivasi manajemen laba, Bentuk – bentuk
C. Perumusan Masalah
Untuk dapat melihat lebih mendalam mengenai praktik manajemen laba agar
kepustakaan yang nantinya akan diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab isu-isu tekait dengan bagaimana etika
bisnis Islam memandang permasalahan manajemen laba. Tujuan dalam penelitian ini
adalah :
referensi untuk keperluan studi dan penelitian mengenai hal-hal yang terkait
dengan penelitian.
islami.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian ini ialah bentuk penelitian kualitatif deskriptif yang berarti
bahwa penelitian hanya menggunakan data literatur sebagai alat mempertajam dan
memperkuat hasil analisis dan bukan merupakan data primer penelitian. Berikut ini
Metode Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara
library research , yaitu melakukan penelitian dengan cara mencari bahan materi
baik teori maupun praktis melalui literatur berupa bahan-bahan pustaka (buku,
yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti sebagai data primer
maupun sekunder, dalam penelitian ini, yang menjadi data primer adalah Al-
penelitiannya.6
intelektual dan ahli yang berkompeten tentang etika bisnis Islam dan
a. Al- Quran
b. Al- Hadist
6
Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan. (Jakarta: Yayasan Obor Nasional, 2004), h. 2-3
12
c. Husain Syahatah, dan Siddiq Muh. Al-Amin. Transaksi dan Etika Bisnis
d. Faisal Badroen et al., Etika Bisnis dalam Islam. (Ciputat: UIN Jakarta Press,
2005)
g. Veithzal Rivai, dkk. Islamic Bussiness and Economic Ethics. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012)
2011)
Grasindo, 2008)
2006)
Data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini bersifat kualitatif tekstual
dikemukakan oleh para pakar etika bisnis Islam dan pakar akuntansi yang erat
3. Sumber Data
dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web atau internet,
mencari hal-hal atau variabel yang dapat berupa catatan, transkrip, buku, dan
Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis
sebagai berikut:
yang dilakukan dengan cara memaparkan data-data yang ada secara apa
keadaan saat ini dan melihat kaitan antara permasalahan penelitian dengan
a) Analisis isi (content analysis), yaitu proses pengolahan data dengan cara
Dengan cara analisis isi dapat dibandingkan antara satu buku dengan
buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan
6. Metode Pembahasan
7
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda, 2010), h.
163
15
bersifat umum.
bersifat umum itu dan hendak menilai sesuatu kejadian yang sifatnya
khusus.
F. Literatur Review
memperlihatkan adanya struktur yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur
lainnya. Hal ini disebabkan karena struktur etika dalam agama Islam lebih
banyak menjelaskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat
atau ide hingga perilaku dan perangai. Nilai moral tersebut tercakup dalam
empat sifat, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Serta etika bisnis
visi bisnis masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan yang
yang berakibat atau berdampak baik pula bagi semua umat manusia.
Hasil kajian menunjukkan bahwa dari sudut pandang etika secara umum
ada dua pendapat yang bertolak belakang yaitu yang menganggap wajar; dan
yang menganggap tidak etis. Akan tetapi pendapat kedua lebih kuat. Praktik
Bahwa Islam mengakui motif laba, namun juga mengikat motif itu
Sehingga kalau ajaran Islam itu dilaksanakan, pemakaian motif laba seorang
yaitu manusia yang hanya ingat akan kepentingan diri tanpa memperdulikan
masyarakat.
tidak selamanya merupakan suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak
ditemui dalam banyak konteks. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa atau
laba. Dan hasil secara teoritis menunjukkan bahwa pada teori akuntansi positif
memaksimalkan kesejahteraannya.
5. Astri Faradila dan Ari Dewi Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada
11 Bank Umum Syariah masih berkisar di bawah angka 0 (nol), hal ini berarti
penelitian, yaitu ada yang membahas mengenai etika bisnis Islam dan juga ada yang
penelitian sebelumnya ialah pada penelitian ini mengkaji fenomena manajemen laba
yang kerap terjadi pada entitas bisnis syariah ditinjau dari segi etika bisnis menurut
Islam, karena sejauh ini telah banyak sekali penelitian yang mengkaji perihal
secara langsung terhadap tataran atau nilai-nilai Islam. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk mengaitkan secara langsung bagaimana etika bisnis menejemen laba
menurut Islam.
G. Sistematika Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah
metode penulisan yang mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi oleh Fakultas
Syariah dan Hukum tahun 2012. Selanjutnya untuk memudahkan dan lebih
sistematisnya skripsi ini, penulis menyusunnya ke dalam lima (5) bab, yaitu:
19
Bab II : Pada bab ini akan dibahas dan dijelaskan mengenai Konsep Dasar Etika
Etika Bisnis Islam, Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam, Tujuan Bisnis Islam,
Manajemen Laba.
Bab III : Pada bab ini akan dibahas mengenai Konsep Manajemen Laba yang
Bab IV : Pada Bab ini membahas tentang bagaimana Tinjauan Etika Bisnis Islam
Bab V : Pada Bab ini berisi Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
A. Etika
Etika adalah tata nilai yang diletakkan sebagai regulator kehidupan guna
mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh tingkah laku manusia.1 Ethics yang
menjadi padanan dari etika, secara etimologis berarti ‘the discipline dealing with
what is good and bad and with moral duty and obligation’, ;a set of moral principle
Etika dapat diartikan sebagai sikap untuk memahami opsi-opsi yang harus
diambil diantara sekian banyak pilihan tindakan yang ada. Etika tidaklah ditafsiri
sebagai sesuatu yang merampas kebebasan manusia dalam berbuat. Malah etika
sangat erat kaitannya dengan kebebasan namun kebebasan yang bertanggung jawab.
Hal ini dapat dikatakan bahwa Etika adalah suatu kesadaran pada diri seseorang
atas dasar nilai dan rasa tanggung jawab atas sesuatu yang dianggapnya baik atau
buruk, wajar atau tidak wajar, diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sehingga
keseluruhan perbuatan yang dilakukan berdasarkan pada satu pemahaman kata yaitu
benar dan baik. Etika mempunyai kendali intern dalam hati, berbeda dengan aturan
1
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 1.
2
Joseph H, dkk, Webster’s New Collegiate Dictionary, (USA: Houghton Mifflin Hartcourt, 2012), h.
13-15
20
21
Sedangkan dalam Islam, istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah
etika dalam al- quran adalah khuluq. Al-quran juga menggunakan sejumlah istilah
(kebenaran), qist (persamaan), „adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan
yang terpuji disebut sebagai shalihat dan tindakan yang tercela disebut sebagai
sayyi’at.3
Etika dalam Islam, dipahami sebagai akhlak atau adab yang bertujuan untuk
membangkitkan kehidupan dalam peraturan dan syariat. Oleh sebab itu, etika atau
akhlak adalah hakikat-hakikat yang menempati ruang luas dan mendalam pada akal,
1. Etika Deskriptif
Adalah etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, secara apa yang dikejar setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta
secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu
3
Rafik Issa Beekun, dalam Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economic Ethics. (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2012), h. 3.
4
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), h. 13.
22
2. Etika Normatif
Etika Normatif adalah etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku
yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya
dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi
bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan
B. Etika Bisnis
Definisi etika bisnis ialah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, salah
dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip moralitas. Atau dapat disebut juga
prinsip dan norma dimana para pelaku binis harus commit padanya dalam
selamat.5
Apakah bisa pengertian moral seperti tanggung jawab perbuatan yang salah dan
yang muncul atas masalah ini, pandangan pertama, berpendapat bahwa karena aturan
perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa
5
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 15
23
yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan bahwa tindakan mereka bermoral atau
tidak bermoral dalam pengertian sama yang dilakukan manusia. Pandangan kedua
ialah pandangan filsuf yang berpendirian, bahwa tidaklah masuk akal jika organisasi
bisnis secara moral bertanggung jawab, karena ia gagal mengikuti standar moral, atau
mesin yang anggotanya harus secara membabi buta menaati peraturan formal yang
tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk
standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak
secara moral. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan
tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan
bertindak secara moral, maka hal ini disebabkan oleh pilihan individu dalam
perjalanannya?
psikologis lingkungan kerja yang sehat, dan perusahaan yang tidak demikian akan
mengalami sebaliknya.
Kedua, ialah trust (kepercayaan) dalam sebuah perusahaan adalah hal yang
sangat fundamental guna mencapai efisiensi transaksi dalam bisnis. Dan upaya
6
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), h. 5.
24
Ketiga, melakukan tindakan yang benar atau salah di tempat kerja akan berefek
pada produk-produk dan pelayanan yang dihasilkan serta menjamin hubungan baik
Keempat, etika bisnis semata-mata persoalan menerapkan dasar apa yang baik
atau buruk, salah atau benar, wajar atau tidak wajar, layak atau tidak layak, dan
sebagainya sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk atau jasa yang baik dan
berharga.
Kelima, etika bisnis adalah persoalan menghadapi posisi dilematis yang kerap
dihadapi dalam aktivitas rutin bisnis yang tidak jelas dasar hukumnya, apakah itu
Namun apa yang mendasari para pengambil keputusan yang berperan untuk
pengambilan keputusan yang tak pantas dalam bekerja? Para manajer menunjuk pada
tingkah laku dari atasan-atasan mereka dan sifat alami kebijakan organisasi mengenai
pelanggaran etika atau moral. Karena dari itu dapat diasumsikan bahwa suatu
organisasi merasa terikat dan dapat menciptakan beberapa struktur yang berwenang
untuk mendorong organisasi ke arah etika dan moral bisnis. Lalu selanjutnya timbul
pertanyaan, dapatkah suatu organisasi mendorong tingkah laku etis pada pihak-pihak
7
Faisal Badroen. 2005. Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 17-18.
25
Alasan mengejar keuntungan, atau lebih tepat, keuntungan adalah hal pokok
bagi kelangsungan bisnis ialah hal utama bagi setiap perusahaan untuk berperilaku
tidak etis.
Pada hakikatnya keuntungan adalah hal yang baik. Karena pertama, keuntungan
keuntungan adalah salah satu indikator yang dilihat oleh para investor untuk
kearah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai
pengembangan atau ekspansi perusahaan sehingga hal ini akan membuka lapangan
kerja baru.8
mana yang baik atau buruk, benar atau salah, serta halal atau haram dalam dunia
Etika bisnis dalam kaitannya dengan ajaran Islam ialah sebuah pemikiran atau
sebuah organisasi dalam ekonomi dan bisnis yang didasarkan atas ajaran Islam. Etika
bisnis Islam mengatur tentang sesuatu yang baik atau buruk, wajar atau tidak wajar,
8
Achyar Eldine, “Etika Bisnis Islam”. Jurnal Khazanah, Vol. 3 No. 3, Oktober 2007.
26
atau diperbolehkan atau tidaknya perilaku manusia dalam aktivitas bisnis baik dalam
Titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak
itu tidaklah mutlak, dalam arti, kebebasan yang terbatas. Dengan kebebasan tersebut
manusia mampu memiih antara yang baik dan jahat, benar dan salah, halal dan
haram.9
ekonomi. Karena itu, bisnis juga menjadi wilayah hukum yang diatur oleh Islam
dengan turunnya wahyu mengenai muamalah maupun hadits dan sunnah dari Nabi
Muhammad saw. Seperti Nabi saw pernah bersabda bahwa sembilan dari sepuluh
Jujur
Toleran
9
Syed Nawaib Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Penerjemah M. Saiful Anam
dan Muhammad Ufuqul Mubin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003)
10
Bambang Trim. Bussiness Wisdom of Muhammad SAW, (Bandung: Madania Prima, 2008), h.
12
27
Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelaku bisnis itu
sendiri, seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan
moral bisnis Islami. Akhlak yang baik dalam bisnis Islam, Pertama ialah Kejujuran,
mempunyai hati yang tanggap, dengan menjaganya dengan memenuhi hak-hak Allah
dan manusia, serta menjaga muamalahnya dari unsur yang melampaui batas. Ketiga
1. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam tataran ini, beliau
11
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), h. 39-43
28
4. Seorang pelaku bisnis harus bersikap ramah tamah dalam melakukan bisnis.
5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik
7. Tidak melakukan ikhtikar atau menumpuk dan menyimpan barang dalam masa
tertentu , dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan
benar.
12. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang
13. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang
yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, narkotika, dan sebagainya.
membayar.
17. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Seperti dalam Firman
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba
(yang belum di pungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.
Berikut ini adalah persamaan dan perbedaan antara etika bisnis Islami dengan
Etika Bisnis Konvensional :
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Etika Bisnis Islami dengan Etika Bisnis
Konvensional
Aspek Etika Bisnis Islami Etika Bisnis
Konvensional
1. Azas Tauhid (nilai-nilai Sekularisme (nilai-nilai
transendental) material)
2. Motivasi Dunia dan akhirat Dunia
3. Orientasi Profit dan berkah Profit
Pengetahuan muslim
7. Keberhasilan Usaha dan doa Usaha
8. Pertanggung Khalifah (wakil) Allah Pemimpin perusahaan
Jawaban di muka bumi
9. Modal Halal Halal dan haram
10. Suber Daya Tidak terbatas, Terbatas, keinginan
keinginan manusia manusia tidak terbatas
dibatasi
11. Informasi Ayat qauliyah (Al- Ayat-ayat kauniyah
Quran dan Sunnah) (peristiwa alam)
dan ayat kauniyah
(peristiwa alam)
12. Manajemen Ayat qauliyah (Al- Ayat-ayat kauniyah
Strategi Quran dan Sunnah) (peristiwa alam)
dan ayat kauniyah
(peristiwa alam)
13. Manajemen Sesuai koridor syariah Efektif dan Efisien
Operasi
14. Manajemen Terhindar dari Maksimalisasi profit
Keuangan Maghrib (Maysir,
gharar, riba)
15. Manajemen Menciptakan produk Menciptakan produk
Pemasaran kebutuhan masyarakat keinginan masyarakat
(menimbulkan
konsumerisme)
16. Manajemen Kepribadian Islami Kebudayaan perusahaan
SDM
17. Instrumen Zakat, infaq, CSR
31
Tindakan dan keputusan dianggap sesuai dengan etika ialah apabila tergantung
pada niatnya. Niat yang baik diikuti dengan tindakan yang baik dinilai sebagai
ibadah. Islam membolehkan individu untuk bebas percaya dan bertindak sesuai
dengan apa yang ia inginkan, selama tidak mengorbankan akuntabilitas dan keadilan.
Keputusan yang etis mendasarkan rujukan kepada ayat yang tertulis (Al-Quran) dan
ayat yang tersebar di alam semesta (Kauniyyah). Tidak seperti sistem etika yang lain,
partisipasi aktif dalam hidup. Dengan melakukan segala tindakan dalam koridor
etika.12
Persamaan antara etika bisnis Islam dengan Konvensional ialah pada etika
bisnis konvensional hubungannya hanya kepada sesama individu, selama tidak ada
yang mengetahui bahwa perbuatan itu merugikan orang lain, maka hal itu dianggap
sah-sah saja. Lain halnya dengan pada sistem etika bisnis Islam, yang hubungannya
tidak hanya kepada sesama manusia, namun juga pada Allah. Segala perbuatannya
bisnis dan transaksi akan berdampak pada kehidupannya di dunia dan akhirat.
12
Rafik Issa Beekun. 1997. Islamic Bussiness Ethics. Virginia: International Institute of
Islamic Thought.
32
a. Keesaan (Tauhid)
Bahwa Konsep persatuan atau juga disebut Tauhid ialah dimensi vertikal
Islam. Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah
kepercayaan total dan murni terhadap keesaan Tuhan.14 Yang mana berarti
Allah SWT sebagai Tuhan Maha Esa yang menetapkan batas-batas tertentu
menekankan bahwa sumber utama etika Islam adalah kepercayaan total dan
Swt dan hubungan horizontal dengan kehidupan sesama manusia dan alam
13
Haider Naqvi, Etika ….
14
Djakfar, Etika Bisnis… h. 12
33
lingkungannya. Ini berarti konsep tauhid akan emmiliki pengaruh yang paling
b. Keseimbangan
Islam dan hubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta. Dalam
beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,
tak terkecuali kepada pihak manapun. Adil dalam Islam bahwa agar hak
semua orang sama dimata Allah, serta agar hak tersebut dapat ditempatkan
15
Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 33
34
tidak mengakomodir hak salah satu pihak, maka hal tersebut dapat dikatakan
kedzaliman. Karenanya orang yang adil akan lebih dekat kepada ketakwaan.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Berlaku adil akan dekat dengan takwa, karena itu dalam perniagaan
dapat terjadi seperti gangguan adanya mekanisme pasar atau karena adanya
informasi penting mengenai transaksi yang tidak diketahui oleh salah satu
dunia dan di akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis muslim. Maka
16
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 78
35
dapat menempatkan dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan
keselamatan akhirat.
c. Kehendak Bebas
Kehendak bebas ialah suatu rasa yang tertanam dalam diri manusia untuk
sendiri. Institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kegiatan
ekonomi. Hal ini dapat berlaku apabila persaingan bebas dapat berlaku secara
manapun, tak terkecuali negara dengan otoritas penentuan harga atau private
mekanisme pasar yang sehat dan persamaan peluang untuk berusaha tanpa
antara nilai-nilai moral dan spiritual. Karena apabila tidak ada filter moral,
maka kegiatan ekonomi akan rawan kepada perilaku destruktif yang dapat
lagi terpercaya adalah bersama-sama para nabi, orang shadiqin dan para
para pedagang yang utama ialah yang berlaku jujur dan terpercaya baik dalam
kunci keberkahan akan selalu ada padanya, terlebih lagi bagi pedagang yang
berlaku jujur serta dapat dipercaya, maka mereka ialah bersama dengan para
nabi, shadiqin serta para syuhada, karena mereka ialah merupakan para
kebebasan bagi individu dibuka lebar, tetapi kebebasan itu tidak merugikan
kepentingan kolektif. Tidak ada pula batasan pendapatan bagi seseorang untuk
jawab yaitu kebebasan yang didasari oleh ‘ilm (ilmu) dan kesadaran penuh.
Manusia bebas dalam bertindak, yaitu manusia bebas berbuat sesuatu dengan
tujuan dan disengaja yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal dirinya.
Bisa jadi hal itu disebabkan oleh pengaruh ajaran, agama, bacaan, lingkungan
sikap moral yang mature atau dewasa adalah sikap yang bertanggung jawab,
hidupnya.
e. Kebajikan
mengharuskan perbuatan tersebut atau dengan kata lain beribadah dan berbuat
baik seakan melihat Allah, jika tidak mampu maka yakinlah Allah melihat.
Aksioma ihsan dalam bisnis, yaitu : (1) kemurahan hati (leniency); (2) motif
pelayanan (service motives); dan (3) kesadaran akan adanya Allah dan aturan
sembilan pedoman etika umum bagi bisnis kaum muslim, yaitu jujur dan
17
Faisal Badroen. 2005. Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 11.
18
Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), Ed. III, h. 13-15
39
tidak terlibat dalam kecurangan, tidak boleh menyuap, dan berbisnis secara
adil.19
a) Kejujuran
b) Keramahtamahan
menjual
i) Kesukarelaan.
19
Muhammad Djakfar, Agama, Etika, dan Ekonomi: Wacana Menuju Pengembangan ekonomi
Rabbaniyah, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 30-32.
20
Quraish Shihab, “Etika Bisnis dalam Wawasan Al- Qur‟an”, dalam Jurnal Ulum Al— Quran,
No. 3 VII/1997, h. 5-9.
40
Lain halnya dengan Abd. Muin Salim; ia memberikan uraian tentang prinsip-
hidupnya, dan salah satu upaya untuk memperolehnya adalah dengan cara bekerja.
Islam mewajibkan Muslim untuk bekerja. Dan Allah melapangkan bumi dan
seisinya dengan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
mencari rezeki, antara lain seperti dalm firman Allah swt. QS Al-Mulk : 15
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu , maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya”
Artinya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya.”
Di samping anjuran untuk mencari rezeki, Islam sangat menekankan atau
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bisnis Islam dapat diartikan sebagai
berbagai macam bentuk aktivitas bisnis yang tidak dibatasi, namun dibatasi dalam
cara perolehan dan pendanan hartanya. Dalam hal kendali syariah, bisnis dalam
Islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama, yaitu sebagai berikut: 21
Terdapat paling tidak tiga tujuan atau orientasi bisnis, yaitu pertama nilai materi
mulia yang menjadi suatu kemestian yang muncul dalam kegiatan bisnis,
dengan Allah. Inilah yang dimaksud bahwa setiap perbuatan muslim adalah
21
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012) h. 13.
42
2) Pertumbuhan
Jika profit materi dan non materi telah diraih, maka diupayakan pertumbuhan
atau kenaikan akan terus menerus meningkat setiap tahunnya dari profit dan
benefit tersebut.
3) Keberlangsungan
dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga keberlangsungan itu
4) Keberkahan
orientasi keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan
bisnis selalu berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan Allah. 22
pencapaiannya adalah ridho Allah SWT, dengan tetap memegang syariat Islam
dalam segala aktivitasnya, begitu pula dengan aktivitas ekonomi yang tidak
22
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 31.
43
mencari rezeki sesuka hatinya, namun dibatasi pada kerangka yang boleh dan
tidak boleh, seperti yang tidak diperbolehkan itu diantaranya adalah penipuan,
bisnis juga antara pihak yang bertransaksi harus mencapat kesepakatan suka
sama suka, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Semua jalan yang
merelakan dan adil, adalah dibenarkan. Prinsip ini telah ditegaskan dalam QS.
An-Nisa : 29-30
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar
hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.
Ayat ini menjelaskan bahwa sangat dilarang sekali bagi orang yang
beriman untuk memakan harta dengan jalan yang bathil. Maksudnya ialah
dengan jalan curang yang memberikan kerugian di pihak lain, sedangkan
44
dilangsungkan dengan dua hal, yaitu perdagangan harus dilakukan atas dasar
saling rela antara kedua belah pihak. Tidak boleh bermanfaat untuk satu pihak
dengan merugikan pihak yang lain; tidak boleh saling merugikan, baik untuk
diri sendiri maupun orang lain. Sebab, hal ini seolah menghisap darahnya dan
kehidupan pasar. Bahkan sampai pada masa awal kerasulannya, beliau adalah
seorang pelaku pasar yang aktif, dan kemudian menjadi seorang pengawas yang
23
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, Penerjemah: Dewi Nurjulianti, (Jakarta:
Yayasan Swarna Bhumy, 1997), h.5.
24
Veitzal Rivai, Islamic and Bussiness Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012)
45
Allah SWT. Seorang pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis
dalam hal-hal yang diharamkan oleh syariah serta dituntut untuk selalu
makanan tak halal atau mengandung bahan tak halal, minuman keras, narkoba,
pelacuran atau semua yang berhubungan dengan dunia gemerlap seperti night
club diskotik, suguhan minuman dan makanan tak halal dan lain-lain (QS: Al-
A‟Raf : 32. QS: Al Maidah : 100) adalah kegiatan bisnis yang diharamkan.
b. Memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal. Praktik riba yang
QS. Al-Isra : 35, yang berbunyi ”Dan sempurnakanlah takaran ketika kamu
menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar”. Nabi bersabda ”Apabila
Kemudian contoh penawaran atau promosi yang tidak terpuji ialah yang tidak
fair. Hal sangat dicela oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an
46
3) Eksploitasi wanita.
Islam sebagai agama yang menyeluruh mengatur tata cara hidup manusia,
setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Demikian pula pada
proses jual beli harus dikaitkan dengan ‟etika Islam‟ sebagai bagian utama. Jika
penguasa ingin mendapatkan rezeki yang barokah, dan dengan profesi sebagai
pedagang tentu ingin dinaikkan derajatnya sestara dengan para Nabi, maka ia harus
Pekerjaan jual beli atau berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis.
Kebanyakan masyarakat jika berdagang, selalu ingin mencari laba besar. Jika ini
mencapai tujuan tersebut. dan hal ini yang kemudian seringkali melatarbelakangi
mereka untuk berbuat atau berperilaku negatif. Salah satunya dengan berbuat curang,
penipuan, melakukan pengukuran atau timbangan tidak benar, utang yang selalu
kontroversi, dan dapat dikatakan sebagai praktik manipulasi yang dapat merugikan
pihak lainnya bila diteliti. Jikalau seseorang memiliki kode etik dan prinsip-prinsip
etika bisnis islam di dalam dirinya, maka sejatinya ia takkan berbuat praktik yang
A. Laporan Keuangan
Laporan keuangan ialah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
dan kinerja perusahaan. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara
wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai
B. Agency Theory
Pudyastuti (2009) adalah hubungan antara principal dan agent yang dibuat
Agency Conflict atau konflik keagenan timbul pada berbagai hal seperti berikut:
(Jensen & Meckling, 1976, Jensen, 1986, Alijoyo & Zaini, 2004).
1
Hery, Teori Akuntansi, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. 1, h. 46
48
49
tinggi, sehingga para manajer berada pada posisi untuk mengekstrak tingkat
stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih
mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan
dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam
project) dan tidak berpihak pada proyek jangka panjang dengan pengembalian
5. Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency problem
cukup tentang kinerja agent (Azlina, 2010 :3). Agent dalam hal ini adalah manajemen
Sedangkan principal adalah para pihak khususnya investor yang telah menanamkan
diri, lingkungan kerja, perusahan secara keseluruhan dan prospek di masa yang akan
datang. Sedangkan principal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja
agent. Sehingga dapat saja agent membuat praktik yang tidak diketahui oleh
principal. Hubungan antara agen dan prinsipal didasarkan pada suatu kepercayaan
(Luhgiatno, 2010: 18). Sehingga dalam praktiknya dapat terjadi konflik kepentingan
ketika tidak semua keadaan diketahui oleh semua pihak. Dan sebagai akibatnya,
C. Asimetri Informasi
dengan pihak lainnya. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dan pemilik
ditunjukkan oleh laporan keuangan dan salah satu indikator utamanya ialah laba.
Sehingga dalam hal ini praktik yang dapat dilakukan berkenaan dengan asimetri
informasi princpal dan agent dalam pengukuran laba ialah praktik manajemen laba.
D. Manajemen Laba
berbeda-beda. Ada yang menggunakan kalimat bersifat netral (tidak memihak), ada
Bahkan beberapa referensi menunjukkan istilah lain dengan konteks yang negatif,
Scott (1997) mendefinisikan manajemen laba ialah bentuk upaya yang dilakukan
2
Dedhy Sulistiawan, dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal
Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.18
52
untuk memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang
diinginkan.
keuntungan-keuntungan pribadi.
Healy & Wahlen (1999) mendefinisikan manajemen laba terjadi apabila manajer
Gumati (2001) menyatakan bahwa manajemen laba tidak harus selalu dikaitkan
dengan upaya untuk manipulasi data atau informasi, tetapi lebih dikaitkan dengan
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa manajemen laba ialah
hasil yang diinginkan, namun pada praktiknya hal ini dapat membawa kepada
yang sebenarnya dan real earning management terjadi ketika manajer melakukan
tindakan yang menyimpang dari praktek yang sebenarnya untuk meningkatkan laba
yang dilaporkan.
Pada dasarnya ada dua prinsip pencatatan yang umum digunakan yaitu accrual
basis dan cash basis. Accrual basis merupakan dasar pencatatan akuntansi yang
kas akan diterima atau dikeluarkan. Basis akrual ini timbul karena akuntansi
Sedangkan cash basis hanya mengakui hak dan kewajiban apabila kas benar-
benar diterima. Dengan demikian, laba yang diakui dalam satu periode baru akan
3
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 161
54
Diantara keduanya, prinsip berbasis akrual lah yang digunakan pada prinsip
akuntansi berterima umum. Karena prinsip akuntansi berbasis kas tidak dapat
perusahaan dalam satu periode. Namun kelemahan yng melekat pada akuntansi
berbasis akrual ini yaitu adalah sifat account akrual yang rawan untuk direkayasa,
Dan letak manajemen laba ialah berada didalam koridor tatanan sistem metode
akuntansi accrual basis dimana pos yang dituliskan dapat sekali di rekayasa, karena
tidak perlu ada perpindahan kas namun transaksi telah dicatat didalam laporan
keuangan.
Passer dan Smith (2008) dalam Sulistiawan et al., 2011) mendefinisikan motivasi
sebagai sebuah proses yang mempengaruhi arah, ketekunan, dan kekuatan perilaku
perilaku pencapaian tujuan ini dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor ekspektasi dan
4
Ibid.,h. 211.
55
Dalam hal ini manajemen laba, maka suatu badan usaha akan semakin
akuntansi ketika badan usaha itu memiliki keyakinan (ekspektasi) akan menerima
imbalan atas tindakan kreatifnya tersebut. Semakin tinggi imbalan yang akan
Menurut studi yang dilakukan oleh Healy (1985) serta Watts dan Zimmerman
(1986), Ada beberapa motivasi di balik perilaku manajemen laba yang dilakukan
1. Motivasi Bonus
Dalam bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah insentif dan bonus
operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif tetap dan
rutin. Sementara bonus yang relatif besar nilainya hanya diberikan ketika kinerja
manajer berada di area pencapaian bonus yang diterapkan oleh pemegang saham.
Kinerja manajemen salah satunya dapat diukur dari pencapaian laba usaha.
Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para
5
Dedhy Sulistiawan dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal
Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 30.
6
Ibid, h. 31.
56
2. Motivasi Utang
melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, atau kreditur. Agar
pinjaman, kasus seperti itu berlaku untuk menjaga perjanjian utang. Jika suatu
rasio keuangannya agar berada pada batas bawah tertentu. Jika hal ini dilanggar,
3. Motivasi Pajak
Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan
selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan perpajakan.
untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai
melakukan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan lebih
Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public ataupun
saham perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public
57
Offering (IPO) untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor.
Demikian juga dengan perusahaan yang suah go public, untuk kelanjutan dan
SEO), melalui penjualan saham kepada pemilik lama (right issue), maupun
5. Pergantian Direksi
Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar pergantian direksi atau
tetap baik pada tahun terakhir ia menjabat. Perilaku ini ditunjukkan dengan
6. Motivasi Politik
Memotivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya
strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi tetap mendapatkan subsidi,
keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak terlalu baik. Hal ini
Scott (1997) dalam Sulistyawan (2011) merangkum pola umum yang banyak
1. Taking a bath
Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi
sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode tahun sebelumnya
atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang
jumlah yang sangat ekstrim agar pada periode berikutnya dapat melaporkan laba
sesuai target.
2. Income Minimization
Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah
dari laba sebenarnya. Secara praktis, pola ini sering dilakukan dengan motivasi
perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi,
3. Income Maximization
Pola ini dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari
Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan yang akan melakukan
4. Income Smoothing
Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang
dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat risk
Dalam dunia keuangan, fluktuasi harga saham atau fluktuasi laba merupakan
indikator risiko.
Praktik manajemen laba melalui akrual dan aktivitas riil merupakan praktik
Umum (PABU), namun praktik ini dapat memberikan penafsiran (interpretasi) yang
salah bagi investor, kreditur, dan pihak-pihak lain terhadap informasi laba yang
alat untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dapat membedakan apakah legal atau
tidaknya, etis atau tidaknya, baik atau buruknya sebuah praktik manajemen laba
Masalah terbesar dalam praktik akuntansi adalah etika. Henderson dan Peirson
a. Kejujuran
b. Reabilitas
d. Kompetensi
laporan keuangan. Hasilnya, informasi yang salah akan merugikan orang lain
akrual tidak sama dengan manipulasi laba. Manajemen laba dilakukan untuk
dari kebijakan akuntansi akrual dan masih berada dalam koridor prinsip
perusahaan. Begitu pula dengan pernyataan Schroeder dan Clark (1998: 248)
keputusan stakeholder.
hanyalah upaya untuk “mempermainkan” angka laba diatas kertas. Dan tidak
menimbulkan kerugian materi bagi siapapun. Permainan angka laba di atas kertas
62
yang tersedia. Hal ini dimungkinkan karena standar akuntansi cukup memberikan
peluang kepada manajer untuk mencatat fakta tertentu dengan cara yang berbeda,
Pendapat ini juga senada dengan pendapat para akuntan pendidik, akuntan
kebijakan tidak dapat disalahkan karena manajemen laba dengan cara yang seperti
itu bukan merupakan tindakan curang, kecuali manajer atau akuntan yang
Pemilihan metode akuntansi ialah fleksibel walau pada akhirnya hal itu akan
berpengaruh pada besaran angka laba, dan hal ini bukanlah praktik kecurangan,
dalam hal ini mereka mengikuti teori akuntansi positif sehingga dengan mengikuti
pendapat diatas maka praktik manajemen laba dengan menurut pendapat diatas
Pandangan diatas ialah berasal dari perspektif akuntan yang mengatakan bahwa
intervensi yang disengaja oleh manajer atau akuntan pada proses pelaporan
keuangan eksternal atas motif tertentu namun tanpa melanggar standar akuntansi,
tetap saja hal itu adalah tindakan atau perilaku koruptif. Karena menurutnya,
standar akuntansi ataupun tidak, praktik manajemen laba adalah tindakan koruptif.
Dikarenakan praktik tersebut pasti didasari oleh motivasi dan kepentingan pribadi
manajer.7
Seiring pula dengan pendapat Mujianto, IAI (2007) dalam KDPPLK paragraf 16
berkaitan dengan netralitas laporan keuangan, dan PSAK No. 1 (Revisi 1998)
diarahkan pada kebutuhan umum pengguna dan tidak bergantung pada kebutuhan
dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak
tertentu yang memberikan manfaat lebih unggul pada satu pihak daripada pihak
lainnya.9
sebagai angka laba tanpa rekayasa. Karena dengan adanya manajemen laba, investor
tidak menerima informasi yang cukup akurat tentang laba dalam rangka
9
Riduwan, Akhmad. “Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik Manajemen Laba: Studi
Hermeneutika”. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. h. 8
BAB IV
Mengenai bentuk manajemen laba, tidak ada ketentuan dari Dewan Syariah
yang terkandung pada praktik ini belum sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
Saat ini terdapat fatwa mengenai salah satu bentuk dari manajemen laba, yaitu
pendekatan untuk melindungi lembaga keuangan dari risiko pengalihan dana besar-
besaran, dan bukan dalam konteks ingin mengambil keuntungan, serta dengan seizin
pengakuan dan pelaporan laba atau penghasilan dari waktu ke waktu dengan cara
menahan sebagian laba/penghasilan dalam satu periode, dan dialihkan pada periode
lain dengan tujuan mengurangi fluktuasi yang berlebihan atas bagi hasil antara
Lembaga keuangan Syariah (LKS) dan nasabah penyimpan dana (Dana Pihak
Ketiga/DPK). Fatwa menyebutkan bahwa dalam kondisi tertentu yang diduga kuat
1
FatwaDSN-MUI Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan
(Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga.
65
66
Keuangan Syariah akibat tingkat imbalan yang tidak kompetitif dan wajar (displaced
Dengan kata lain, tidak serta merta semua tenik income smoothing
yang telah ditetapkan oleh fatwa. Salah satunya ialah bahwa praktik perataan laba
hanya diperbolehkan dengan syarat apabila bagi hasil aktual melebihi tingkat imbalan
yang diproyeksikan, dan dengan izin nasabah pemilik dana, serta dengan alasan kuat
Hal ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua Lembaga Keuangan Syariah
karena yang diperbolehkan itu ialah yang memenuhi syarat dan ketentuan-ketentuan
tersebut. Namun pada praktiknya, tidak jarang ditemukan perbankan syariah yang
melakukan praktik perataan laba ini. Padahal Allah telah berfirman dalam Surah Al-
Maidah : 1
2
FatwaDSN-MUI Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan
(Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga, h. 6-8, diakses tanggal 1 Juli 2015.
67
Begitu pula anjuran untuk menunaikan janji, karena janji itu akan dimintai
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia
masyarakat.4
َحزِ ْيمِه
ْ َعهَى ت
َ ٌصمُ فِى ا ْن ُمعَا َمالَتِ اْإلِبَاحَةُ إِالَّ أَنْ يَ ُدلَّ َدنِ ْيم
ْ َاَأل.
“Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengaramkannya.”
ُّض َز ُر ُيزَال
َ ال
“Kemudharatan harus dihilangkan.”
3
Rafik Issa Beekun, Islamic Bussiness Ethics, (Virginia: International Institute of Islamic
Thought, 1997), h. 26.
4
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Qur‟an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002), h. 16
68
Maksudnya ialah jika sesuatu itu dianggap sedang atau akan bahkan memang
“darurat” ialah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal jika tidak diatasi dengan cara
yang luar biasa dan bahkan terkadang dengan cara melanggar hukum. Sedangkan
Di sisi lain, pebisnis pun juga harus tetap jujur tanpa merugikan pihak
5
Ali Ahmad Al-Nadwi. Al-Qawa‟id al-Fiqhiyyah … , „(Damaskus: Dar al-Qalam. 1994), h.
102
69
Tempat yang terhormat ba‟i pedagang yang jujur disejajarkan dengan para
Nabi. Karena bedagang dengan jujur berarti menegakkan kebenaran dan keadilan
yang merupakan bagian dari amal salehnya, sedangkan persamaan degan para
Dalam melakukan perdagangan atau bisnis , baik dalam skala besar ataupun
skala kecil, kebenaran ialah sangat diutamakan. Walaupun adalah hal yang sangat
sulit, namun kebenaran ini akan membawa kepada ketenangan, seperti dinyatakan
Manajemen laba jelas terjadi dengan alasan – alasan tertentu yang melandasinya,
apapun bentuk yang melandasinya, maka disana terdapat faktor pendorong dalam diri
manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral yang tinggi. Moral dan
tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri.
6
HR. Tirmidzi, no. 2518.
70
Motivasi ialah satu bentuk kendali intern dalam hati yang sangat erat kaitannya
dengan etika.7
Letak etika ialah rasa dan pikiran yang mengkontrol motivasi sendiri. Hal ini
tidak dapat ditakar dan dilihat oleh mata, namun implikasinya dapat berdampak besar.
membuat pihak yang lain mengalami kerugian, hal tersebut disebut perbuatan curang
atau dzalim. Perbuatan curang dalam bisnis seringkali dilakukan dalam menakar,
menimbang, dan sebagainya. Al-Qur‟an sangat tidak setuju dengan segala penipuan
karakter utama kemunafikan, Allah berfirman dalam Surah An Nisa ayat 145:
mempunyai satu asa antara kegiatan bisnis dengan moralitas dan pencarian ridha
7
Dedhy Sulistiawan, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal
Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h.
8
Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia
Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 45.
71
Allah, karena pada hakikatnya kekayaan ialah merupakan amanah dari Allah. Bila
Tauhid tidak ada didalam diri manusia, hal ini dapat mengakibatkan kehancuran
karena sifat dasar manusia yang tidak pernah puas,dan salah satu contoh implikasinya
bidang ekonomi, politik, sosial, menjadi suatu “homogenous whole” atau keseluruhan
menyeluruh.9
untuk berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai.10 Seperti dalam Surat
9
Syed Nawab Naqvi, Ethics and Economics: An Islamic Syntesis, Penerjemah Husin Asin:
Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Alami, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 50-51.
10
Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia
Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 46
72
ketidakadilan dan kezaliman adalah bentuk kejahatan yang tidak akan pernah
diampuni, dan orang yang melakukan kezaliman itu akan berada di kegelapan pada
hari Kiamat. Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,
Ketiga, Kehendak Bebas. Kebebasan merupakan bagian penting dalam etika bisnis
Islam, akan tetapi kebabasan yang diperkenankan disini ialah yang tidak merugikan
kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar, tidak ada batasan bagi seseorang
untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
Seperti halnya dengan adanya kontrak kepentingan antara pemilik dana dan juga
manager, manager telah diberi kebebasan oleh pemilik dana untuk menggunakan dananya
untuk usaha, sehingga sepatutnya amanah itu dipergunakan sebaik-baiknya, bukan malah
Keempat, tanggung Jawab. Kebebasan tanpa batas adalah hal yang mustahil dilakukan
oleh manusia karena segala kebebasan tetap akan dimintai pertanggungjawabannya. Prinsip
ini berhubungan erat dengan kehendak bebas, ia menetapkan batasan mengenai apa yang
bebas dilakukan oleh manusia namun disertai rasa tanggung jawab atas semua yang telah
dilakukannya.
Begitu pula lah dengan melakukan aktivitas bisnis, apapun yang tertuliskan dan
kecurangan yang dapat merugikan orang lain, hal ini tentu akan dimintai pertanggung
jawaban. Tidak hanya oleh manusia, namun juga oleh Allah SWT.
11
Mustaq Ahmad, Etika bisnis dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 126
73
Kelima, Kebenaran. Kebenaran dalam konteks ini mengandung dua unsur yaitu
kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap,
dan perlaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) ataupun dalam proses merah atau
menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini, maka etika bisnis Islam sangat
menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang
pemeluknya menjadi orang yang jujur dan amanah. Jujur disini ialah dengan
harus dianut oleh setiap pebisnis, dan bila ia menjual, maka wajib baginya
menjelaskan apa kekurangan dari barang yang dijualnya agar pembeli tidak sakit hati
setelah membeli. Dan apabila melakukan transaksi muamalah tidak secara tunai,
maka hendaknya dituliskan dengan benar. Seperti dalam firman Allah dalam surat Al-
Selain jujur, sifat seorang pebisnis muslim ialah amanah. Sudah seharusnya
pebisnis muslim ialah ia yang bener-benar bisa dipercaya, sehingga jika satu urusan
12
Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia
Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 46
74
diserahkan kepadanya, maka orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Amanah di dalam kasus manajemen laba ini ialah dipegang
penuh oleh manajer atau akuntan yang telah dipercayai stakeholder untuk mengelola
keuangan dengan baik dan melaporkan keseluruhan transaksi dengan benar dan dapat
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”
“Tiada beriman orang yang tidak memegang amanat dan tidak ada agama
prinsip dasar etika bisnis Islam, maka motivasi manajemen laba belum sesuai
Islam.
manajemen laba, namun kategori praktik manajemen laba ini termasuk kedalam
75
praktik yang mengandung ketidakjelasan (gharar) dan bathil. Seperti dalam surat An
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
harta orang lain dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kalian…”
Ketidakjelasan (Gharar)
Kata gharar dalam bahasa arab berarti akibat, bencana, bahaya dan risiko.
Secara umum, bila dipandang dari sisi stakeholder manajemen laba dipandang
dari sebuah materi pokok kontrak yang dalam hal ini adalah laporan keuangan,
akuntansi, kita tidak mengetahui apakah laporan keuangan perusahaan ini telah
tidak memperhatikan aspek lain selain dari aspek fundamental, hal ini sangat
mengandung ketidakjelasan.
Larangan utama gharar ialah merujuk kepada ketidakpastian atau risiko yang
dalam kontrak atau perdagangan. Sebuah jual beli atau kontrak bisnis lain yang
unsur gharar dari sisi pengguna laporan keuangan. Karena tidak dapat dipastikan
mengenai pelaporannya bersifat bersih atau tidak. Gharar disini juga melekat
dengan unsur penipuan melalui pelalaian oleh satu pihak atau lebih terhadap
kontrak.
Prinsip yang umum untuk menghindar gharar dalam transaksi jual beli atau
dalam hal ini bisnis yang menggunakan laporan keuangan sebagai “display” ialah,
13
Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethics. (Jakarta: Buki Aksara, 2012),
462.
77
disebutkan; ditetapkan dan bisa dikirimkan serta diketahui dengan jelas oleh
pihak-pihak yang berkontrak; mutu dan kualitas harus ditetapkan; kontrak tidak
boleh meragukan atau samar-samar, karena hak dan kewajiban para pihak
ketersediaan; keberadaan dan keterkiriman barang dan para pihak harus tahu
Penipuan
kemunafikan, dimana Al- Quran telah menyediakan siksa yang pedih bagi tindakan
ini, di dalam neraka. Allah berfirman seperti dalam Surah An Nisa ayat 145:
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat
seorang penolongpun bagi mereka”
Dalam kasus manajemen laba yang terjadi ini, maka penulisan laporan
keuangan telah sedemikian pula direkayasa oleh manajer untuk menarik hati
gap informasi yang tidak diketahui oleh pemilik dana atau stakeholder, dan hal ini
dianggap sebagai penipuan atau kelicikan. Orang yang melakukan penipuan dan
sabda Rasulullah, “Barang siapa yang melakukan penipuan maka dia bukan dari
berwenang diatasnya. Berkaitan dengan hal ini Firman Allah dalam surat Shaad
ayat 24 berbunyi:
Al-Quran juga memberi petunjuk agar di dalam bisnis tercipta hubungan yang
harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi seperti dalam surat Al- Baqarah
ayat 188:
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal
kamu mengetahui.”
kepada perbuatan yang dilarang oleh Islam seperti penipuan dan gharar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
oleh syariat Islam. Hanya saja menurut Fatwa DSN-MUI bagi Lembaga
DPK. Namun hal ini tidak berkaitan langsung dengan praktik bentuk
2. Apapun motivasi yang melandasi manajemen laba ialah belum sesuai dengan
apa yang dituntunkan oleh ajaran agama Islam karena cenderung mengarah
3. Perilaku manajemen laba dengan memanipulasi angka laba diatas kertas, hal
80
B. Saran
81
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Ahmad, Yusuf, “Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Jurnal
Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1 Maret 2010.
Aziz, Abdul. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia
Usaha. Bandung: Alfabeta, 2013.
Dahwal, Sirman. Etika Bisnis Menurut Hukum Islam (Suatu Kajian Normatif).
Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis dalam Perspektif islam. Malang: UIN Malang
Press, 2007.
Eldine, Achyar. “Etika Bisnis Islam”. Jurnal Khazanah, Vol. 3 No. 3, Oktober 2007.
Faradila, Astri dan Ari Dewi Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan
Syariah”, Jurnal RAK Vol 4 No. 1, Februari 2013.
82
Ibrahim, Azharsyah. “Income Smoothing dan Implikasinya terhadap Laporan
Keuangan Perusahaan dalam Etika Ekonomi Islam”. Jurnal Media Syariah
Vol. XII No. 24, Juli 2010.
Marzuqi, Ahmad Yusuf dan Achmad Badarudin. “Manajemen Laba dalam Tinjauan
Etika Bisnis Islam”. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis Vol. 7 No. 1 Maret
2010.
Muhammad dan Lukman Fauroni. Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis. Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002.
Naqvi, Syed Nawab. Ethics and Economics: An Islamic Syntesis, Penerjemah Husin
Asin: Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Alami. Bandung: Mizan, 1993.
Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu, 2012.
Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press,
1997.
Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta:
Rabbani Press, 1997.
83
Riduwan, Akhmad. Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik Manajemen Laba:
Studi Hermeneutika. Jurnal pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya.
Rivai, Veithzal, dkk. Islamic Bussiness and Economics Ethics, Jakarta: PT Bumi,
2012.
Shihab, Quraish. “Etika Bisnis dalam Wawasan Al- Qur’an”, dalam Jurnal Ulum
Al— Quran, No. 3 VII, 1997.
Sulistyanto, Sri. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo,
2008.
Syafrudin Arif, “Etika Islam dalam Manajemen Keuangan”, Jurnal Hukum Islam
Volume 9, Nomor 2, Desember 2011.
Syahatah, Husain dan Siddiq Muh. Al Amin Adh-Dhahir. Transaksi dan Etika Bisnis
Islam, Penerjemah Saptono Budi Satryo dan Fauziah R. Jakarta: Visi Insani
Publishing, 2005.
Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Penerjemah M. Saiful
Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. Jakarta: Dhana Bhakti Prima Yasa, 1995.
Widarto, dkk. Analisa Kritis Praktek Akuntansi Kreatif dalam Konteks Budaya
Organisasi PT. Bumi dan Pandangan Islam dalam Menyikapi Praktek
Tersebut. Jurnal WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009, ISSN. 1411-0199.
84
Zed, Mustika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Nasional,
2004.
Zubair, Achmad Charris. Kuliah Etika, Rajawali Press, Ed III, Januari 1995.
85
FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012
Tentang
Metode Perataan Penghasilan (Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga
ثِس ُِْ ه
ُ١ِ ٱَّللِ ٱٌغهدْ َٰ َّ ِٓ ٱٌ هغ ِد
a. bahwa dalam kondisi tertentu yang diduga kuat akan menimbulkan risiko
pengalihan/penarikan dana nasabah dari Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) akibat tingkat imbalan yang tidak kompetitif dan wajar (displaced
commercial risk), LKS membuat kebijakan yang dikenal dengan metode
perataan pendapatan yang antara lain berupa: 1) perataan pendapatan
tanpa membentuk cadangan penyesuaian keuntungan, dan 2) perataan
pendapatan dengan membentuk cadangan penyesuaian keuntungan
(Profit Equalization Reserve/PER);
Menimbang :
b. bahwa praktik perataan pendapatan dengan atau tanpa pembentukan
cadangan penyesuaian keuntungan dalam bagi hasil dana pihak ketiga
yang dilakukan oleh LKS memerlukan ketentuan syariah yang dapat
dijadikan acuan dalam kegiatan operasionalnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b, DSN-MUI memandang
perlu menetapkan fatwa tentang Metode Perataan Pendapatan (Income
Smoothing) Dana Pihak Ketiga untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
ْ ِصُْٛ ا ثِ ْبٌ ُؼمُْٛ فَْٚ ا إَُِٔٛ َٓ آ٠ْ َب اٌه ِظُّٙ٠ََبأ٠ …
Mengingat : ... ًْ الُٛ َض َوبَْ َِ ْسئْٙ ِضئِ هْ ْاٌ َؼْٙ ْ ا ثِ ْبٌ َؼُْٛ فَٚأَٚ ...
َٓ١ْ ِِِٕ َِِٓ اٌ ِّغثَب ئِ ْْ ُو ْٕزُ ُْ ُِ ْإَٟ ِْ ا َِب ثَمُٚ َطعَٚ َا َّللاُٛا ارهمَُِٕٛ َٓ آ٠ْ َب اٌه ِظُّٙ٠ََبأ٠
َْ رِ َجب َعحً ػ َْٓ رَ َغَٕٛ ُى ُْ ثِ ْبٌجَب ِط ًِ ئِاله أَ ْْ رَ ُى١ْ َاٌَ ُى ُْ ثَٛ ِْ َْ ا أٍُْٛ ا الَ رَأْ ُوَُِٕٛ َٓ آ٠ْ َب اٌه ِظُّٙ٠ََبأ٠ ُْ اع ِِ ْٕ ُى
ٍ
...
ٌَٗئِ هْ ا. ْ ا ثِ ْبٌ َؼ ْض ِيُّٛ بؽ أَ ْْ رَذْ ُى ِ ا ْاألَ َِبَٔبَٚأْ ُِ ُغ ُو ُْ أَ ْْ رُ َإ ُّص٠
ِ َٓ إٌه١ْ َئِ َطا َد َى ّْزُ ُْ ثَٚ َبٍِْٙ٘ َ أٌَِٝد ئ
...
َْطب ِدجِ ِٗ أَ ْْ الَ َوب َ ٍَٝضب َعثَخً اِ ْشزَ َغطَ َػ َ ُِ ت ئِ َطا َصفَ َغ ْاٌ َّب َي
ِ ٍَِِّّ ُضَٔب ْاٌ َؼجهبؽُ ثُْٓ َػ ْج ِض ْاٌ ُّط١َس
ْ ً
فَا ِ ْْ فَ َؼ ًَ َط ِي، ثِ ِٗ صَاثهخ َطادَ َوجِ ٍض َعطجَ ٍخٞ َ ٍَُ ْس٠َن
َ َ ْشز َِغ٠ َالَٚ ،ًب٠ا ِصَٚ ِٗ َِ ْٕ ِؼ َي ث٠ َالَٚ ،ه ثِ ِٗ ثَذْ ًغا
َ ُٖ َسٍه َُ فَأ َ َجب َػَٚ ِٗ ٌِآَٚ ِٗ ١ْ ٍَ َّللاُ َػٝطٍه
، َِّٓ ض َ ِْ َي َّللاُٛع(فَجٍََ َغ شَغْ طُُٗ َعسْٚاعةطيا ٖاٞ
( سظ ػٓ اث ٓ ػ جبؽٚ األٝ ف
َسٍه َُ لَب َيَٚ ِٗ ٌِآَٚ ِٗ ١ْ ٍَ َّللاُ َػٝطٍه َ ٟأَ هْ إٌهجِ ه: ُ هٓ ْاٌجَ َغ َوخِٙ ١ْ ِس ف َ ْاٌ ُّمَب َعَٚ ،ًٍ أَ َجٌَِٝ ُغ ئ١ْ َاٌج
ٌ َصَال: ،ُضخ
ِْغ١َذ الَ ٌِ ٍْج
ِ ١ْ َ ِْغ ٌِ ٍْج١س ٍَْظُ ْاٌجُ ِّغ ثِبٌ هش ِؼَٚ (عٚت( ْةا ٖا١ ِٙبجٗ ػٓ ط
"Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual."
(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)
ٍََْٝ َػُّٛ ٍِ ْاٌ ُّ ْسَٚ ْ أَ َد هً َد َغا ًِبََٚٓ ئِاله ط ٍُْذًب َد هغ ََ َدالَالً أ١ِّ ٍَِٓ ْاٌ ُّ ْس١ْ َاٌظُّ ٍْ ُخ َجبئِ ٌؼ ث
ْ أَ َحَٚ ُْ ئِاله شَغْ طًب َد هغ ََ َدالَالً أِٙ ِطُٚ هي َد َغا ًِب ُشغ.
g. ٍ ََأْ ُس َظ َِب َي أَ َد ٍض ثِالَ َسج٠ ْْ َْ ُػ ِألَ َد ٍض أَُٛج٠ َقيا حعش(الٖٚقفيا صعاٞح،
ٍّٟ ت شَغْ ِػ
. ص،9891 ،ٍُ صاع اٌ م: صِ شك،ز ِذّض اٌ ؼعل ب١ ز أدّض ث ٓ اٌ ش١ ٌ ٍ ش
465)
ْ ْا ِالدْ زِفَب ِظ ثِأَعٍَٝاع َِِٓ اٌ ُّش َغ َوب ِء َػ ٍ لَ َغٌَِْٝ ئَٚ ِٔظَ ِبَ اٌ ِّشغْ َو ِخ أٌَِْٝ ُػ إٌهضُّ ثِبْ ِال ْسزَِٕب ِص ئَُٛج٠ بح اٌ ِّشغْ َو ِخ ِ َث
َْٚ أ، ٍْغ٠ْ ِػَْٛ َْ رٚ ِٓ ُص٠ْ ِٛ ْ ٌِزَ ْىَٚ أ،َخً ٌِ َّالَ َء ِح اٌ ِّشغْ َو ِخ٠ِٛ رَ ْمٞ ْ
ٍّ ْ ِعَٚبح ثِ َشى ًٍ ص َ ْ
ِ َهَٕ ٍخ َِِٓ األعْ ث١َدس ُِْ ِٔ ْسجَ ٍخ ُِ َؼ
َ ِْغ ْاأل٠ْ ِػَٛ ُِ َؼ هض ِي رٍَْٝ ٌِ ٍْ ُّ َذبفَظَ ِخ َػَٚ أ،ؽ ْاٌ َّب ِي ْ َ ِخ َِ َشب ِطغ َس َسب َع ِح َعٙا َجَٛ ُّ ٌِ ٍّ سَبصٍّٟ َب ِط١ِعْ ثَبح ادْ ز.
أ
ِ ِ ِ
ْ َِخٌ ئِ ْْ َػا َص اٌ ِّغٍُْٛ َصحٌ َِ ْؼٚ ِٓ َص َعا ِ٘ ُُ َِ ْؼ ُض٠ْ ُ ْشزَ َغطَ ِألَ َد ِض ْاٌ َؼبلِ َض٠ ْْ َه ِخ أ١ِْ ُػ ِػ ْٕ َض ْاٌ َذَٕفَُٛج٠َٚ َاع َو َظا
ِ ِِ ْمضٍَْٝث ُخ َػ
ْ ٌ
ضب َعَ ُّ ٌط هذ ِخ ا ِّ َ
ِ ْٟ ُِ َإص ُغ ف٠ ٌخ ال١ْ ط ِذ َ ه شَغْ ط َ ه
َ ٌِ فظ،ُِ ِ٘ ْخ َِِٓ اٌض َعا ِ َبٌ ِخ اٌ ِّغثٙ َجٌِٝ ئُِّٜ َإص٠ ألَٔهُٗ ال،ثَ ِخ.
َ َ َ
MEMUTUSKAN
Ketentuan Hukum
Kedua :
Metode Perataan Penghasilan dengan atau tanpa membentuk cadangan boleh
dilakukan dalam Bagi Hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan mengikuti ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam fatwa ini.
Ketentuan terkait Pembentukan Dana Cadangan
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
Kelima :ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di:Jakarta
Tanggal 07 Shafar 1434 H
:
21 Desember 2012 M
Ketua