Anda di halaman 1dari 39

Ditulis Dalam Naskah Drama Panggung 0leh :

HERMAN YAGYA

Mempersembahkan

(KOMEDI REPUBLIK)
“Jika seseorang bahkan penduduk sebuah negara melupakan sejarah, maka apa yang
terjadi, negara tersebut akan
menjadi absurd, sebab kesalahan akan menjadi benar
dan benar belum tentu benar”

Naskah drama ini saya persembahkan, khusus kepada


Teater MANIKAM dalam produksi perdananya.
Selamat berkarya

1
NASKAH INI
SINOPSIS

“PROKLAMASI/KOMEDI REPUBLIK”
By : Herman Yagya

Entah bagaimana perasaan bu Erni, ada rasa bangga, bahagia dan lain
sebagainya menjadi satu setelah melihat dan menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, salah satu muridnya yang bernama Hendrik, murid yang 6 tahun lamanya masih
duduk di kelas XII. Tiba-tiba, Hendrik tunjuk tangan siap menjawab pertanyaan dari
Pelajaran Sejarah yang di pertanyakan kepada sumua murid kelas XII.

Melihat Hendrik tunjuk tangan siap menjawab pertanyaan tersebut, Bu Erni


sebagai Wali Kelas bahagia hingga keubun-ubun, begitu juga semua teman kelasnya
terperangah dan tidak percaya apa yang dilakukan, Hendrik. Sebab selama 6 tahun
Hendrik tak pernah satu kalipun menjawab pertanyaan setiap guru yang mengajar dari
kelas X, XI hingga XII dimana Hendrik belajar.

Bu Erni langsung berucap “Ya, siapa penanda tangan teks Proklamasi, Hendrik!”
dengan tenang dan tanpa dosa, Hendrik menjawab “Bukan saya!”… Mendengar
jawaban Hendrik, Bu Erni atau semua rekan-rekannya terkejut dan membuat bu Erni
murka bukan alang-kepalang mendengar jawaban, Hendrik… Bu Erni langsung
mengusir, Hendrik ke luar dari kelasnya. Dan menyuruh Hendrik memanggil orang
tuanya, jika dia masih ingin sekolah.

Kedatangan orang tua Hendrik yang bukan lain, Joko Wikarto seorang Politisi
Ulung dan terkenal, bukan menjadi kondusif persoalan itu malah membuat runcing
suasana, sebab orang tua Hendrik menjelaskan secara jujur kepada bu Erni tentang
persoalan siapa penanda tangan Teks Proklamasi setelah sang Politisi Ulung bertanya
dan bahkan mengancam agar anaknya mengakui saja jika memang anaknya yang
menanda tangani Teks Proklamasi itu. Tetapi Hendrik tetap ngotot dan tidak mau
mengakuinya dan Hendrik dengan berani bersumpah atas nama Tuhan, Nabi dan Kitab
Suci Al-Qur’an kalau Teks Proklamasi itu bukan dia yang menanda tanganinya.

Mendengar keterangan, Joko Wikarto sang Politisi ulung itu membuat Bu Erni
makin marah dan berani mengusir dan mengumpat sang Politisi tersebut bahkan
ucapan bu Erni jelas terdengar kalau sang Politisi sama bodohnya dengan anaknya
tersebut.

Mendapat perlakuan dari seorang guru, Joko Wikarto tidak terima, dia
mengancam akan membawa persoalan ini ke ranah hukum. Dan ancamannya bukan
hanya omong kosong, ancaman itu direalisasikan. Berita tentang perseteruan antara bu
Erni dengan Joko Wikarto itu membuat geger bangsa ini. Berita di surat kabar atau di
Televisi bahkan radio banyak diwarnai tentang perseteruan mereka. Hingga akhirnya
persoalan ini masuk ke meja hijau!

---ehy---

2
“PROKLAMASI (KOMEDI REPUBLIK)”
Naskah : Herman Yagya

BABAK SATU

Di kelas XII SMK Swasta Elite terdengar para Murid kelas itu berdiri sambil
mengucapkan Janji Siswa murid yang dimimpin oleh ketua kelas. Yang berada di atas
level persis di kanan kelas sebelah kanan. Sementara seorang guru wanita, bu Erni
mengenakan berjilbab berdiri di tengah-tengah kelas antara para siswa siswinya,
mereka semua menghadap ketua kelas dengan sikap sempurna dan penuh rasa
hormat. Bu Erni dan para Siswa mengikuti setiap ucapan Ketua kelas tersebut.

KETUA KELAS :
Janji Siswa!...

KOOR PARA SISWA/I :


Janji Siswa!...

KETUA KELAS :
Kami Siswa Siswi SMK Elite berjanji…

KOOR PARA SISWA/I :


Kami Siswa Siswi SMK Elite berjanji!...

KETUA KELAS :
Siap membayar lunas semua hutang-hutang Negara ini…

KOOR PARA SISWA/I :


Siap Membayar lunas semua hutang-hutang Negara ini…

KETUA KELAS :
Kepada Negara-negara yang memberi hutang!...

KOOR PARA SISWA/I :


Kepada Negara-negara yang memberi hutang!...

KETUA KELAS :
Itupun kalau kami semua sudah bekerja di instansi negeri…

KOOR PARA SISWA/I :


Itupun kalau kami semua sudah bekerja di instansi negeri…

KETUA KELAS :
Dan tidak jadi penganggur…

KOOR PARA SISWA/I :


Dan tidak menjadi penganggur…

KETUA KELAS :
Apa yang kami janjikan, jangan di tuntut…
KOOR PARA SISWA/I :
3
Apa yang kami janjikan, jangan di tuntut…

KETUA KELAS :
Sebab kami…

KOOR PARA SISWA/I :


Sebab kami…

KETUA KELAS :
Tidak janji…

KOOR PARA SISWA/I :


Tidak janji!...

Setelah selesai memimpin Janji Siswa Ketua kelas turun dari levelnya dan menuju kursi
belajarnya. Bu Erni melangkah ke depan kelas dan tatap semua muridnya dan terlihat
kursi/meja paling depan kosong.

BU BU ERNI
Hendrik belum hadir!...

KETUA KELAS :
Belum Buu…

SISWA I :
Biasa, Bu… Pasti terlambat…

SISWI I :
Masa, Ibu tidak tahu…

SISWI II :
Kan anak pejabat. Wajar kalau anak pejabat terlambat masuk kelas. Bu…

BU BU ERNI
Hari ini Jam Pertama, Pelajaran sejarah. Siapkan buku sejarah kalian…

Bu Erni anggukan kepala. Dia melangkah ke meja guru dan mencari buku pelajaran
sejarah. Buku yang dicari bu Erni tidak ditemukan. Bu Erni balikan badan dan bicara.

BU BU ERNI
Kalian jangan ribut. Ibu mau keperpustakaan dulu…

KOOR PARA SISWA/I :


Okeee Buuu…

Bu Erni ke luar kelas. Sepeninggalan Bu Erni kelas tidak terkendali. Hirup-pikuk mulai
terjadi. Suasana dalam kelas terdengar ribut dengan para murid yang bercanda. Ada
yang naik ke bangku, ke meja dan ada pula yang saling sambit menyambit antara para
Siswa tersebut dengan gumpalan kertas atau sepatu. Tak lama Muncul Hendrik masuk
ke dalam kelas dengan membawa dua tas, tas Leptop dan tas ransel yang isinya buku

4
serta bekal makanan, baik roti, pisang goreng air mineral dan lain sebagainya. Tidak
dengan dua tas Leptop dan buku-buku serta makanan dan minuman, dua tangan
hendrikpun membawa buku-buku yang tebal-tebal. Kedatangan Hendrik di sambut
gegap gempita oleh para teman-temannya. Ada yang mengolok-olok, ada yang mencari
muka, ada yang merasa pura-pura kasian dan lain sebagainya (Improfisasi aja bro
tentang resfond kedatangan Hendrik dari para teman sekelasnya itu. Hanya menguji
kemampuan Sutradara. hihihihihi). Hendrik tidak peduli dengan resfond teman-
temannya, dia langsung duduk dikursi kosong paling depan. Apa-apa yang dibawa dia
letakan di atas meja. Makanan, minuman, buku-buku dan leptop dia buka langsung
leptop itu dia buka layarnya dan setelah leptop menyala, langsung terdengar vidio
konser musik yang bukan lain musik orkestra terkenal Beethoven Symphony
Orkestra yang mendendangkan lagu klasik karya Beethoven sendiri (terserah judul
apa saja yang penting karya Beethoven).

Hendrik tenang dan dia tak mengeluarkan sepatah katapun dia konsen dengan lagu
Beethovenya. Tak lama Siswa II mendekatakan diri pada Hendrik yang tetap diam dan
Cool. Siswa II langsung melihat-lihat buku yang ukurannya tebal… Siswa II terkagum-
kagum…

SISWA II :
(Dialeg Medan Melayu) Ala maak… Bagus kali buku kau ni! Awak boleh pinjam!...

Hendrik diam tak menjawab, tetap Cool.

SISWA II :
Jika awak baca semua ni buku, pasti awak pintar!... Macam Profesor!... Boleh
awak pinjam!?...

Hendrik tetap diam, dia hanya melirik ketemanya… Tiba-tiba bu Erni masuk kelas
menatap suasana kelas yang ribut tidak karuan. Bu Erni gelengkan kepala, kemudian
dia membuka suara.

BU BU ERNI
Anak-anak! Tenaaaang…

Mendengar suara bu Erni yang terdengar lantang dan keras membuat semua anak-anak
berlarian ke tempat masing-masing begitu juga dengan Siswa II yang berada di dekat
Hendrik. Bu Erni yang berjalan di depan kelas kemudian dia berdiri. Tiba-tiba
terdengara Ketua kelas memberi aba-aba untuk memberi hormat pada bu Erni.

KETUA KELAS :
Siaaap!...

Bu Erni berdiri tenang sambil tatap semua muridnya. Terlihat semua anak-anak siap
dengan sikap sempurna, tangan mereka berada di atas meja. Hendrik masih sikap
sempurna dengan dua tangan diletakan di atas meja. Bu Erni tatap Hendrik, dia
tersenyum penuh arti.

KETUA KELAS :

5
Beri salam!...

KOOR SISWA/I :
Selamat pagi buuuuu!...

BU BU ERNI
Selamat pagi!...

SISWI II :
Intrupsi, Bu!...

BU BU ERNI
Ya… Intrupsi apa!?...

SISWI II :
Harusnya Ketua kelas yang memberi aba-aba memberi salam Ke Ibu itu sebelum
kita mengikrarkan Janji Siswa… Ini terlambat, Bu!...

KETUA KELAS :
(Dialeg Betawi Arab)… Soriii Say, Ane Lupa… Dari pade kagak, mending
telatkan…

KOOR SISWA/I :
Uuuuuuuuh…

SISWI III :
(Dialeg Abon)… Beta bilang juga apa… Ketua kelas kita ini harus di mossi…

KETUA KELAS :
Waduh!... Ane mao dio mossi…

SISWI III :
Iya… Beta tak suka kau sering telat terus…

SISWI VI :
(Dialeg Sunda)… Pan Uwing teh sudah sering bilang… Ketua kelas kita musti di
ganti… Lamun Manehna anu jadi ketua kelas, riweuh iye kelas…

SISWA II :
Ach, pas kali kau Ujang… Awak sepakat ketua kelas kita ganti sekarang. Cam
mana dia tu mimpin kita yang terus dan terus menerus selalu salah… Macam
mana pula kau mimpin kami-kami ni salah teruuus. Ala Mak… Kau ni ketua kekua
kelas bagai abang awak, Naga Bonar…

KETUA KELAS :
Wah! Gak bisa!... ‘Eni Makar… Makar ‘ni Bu… Ane kagak sepakat… Salah ane
ape… Ujuk-ujuk ane mau di ganti… Jujur ye bu, ane masih mau jadi Ketua
kelas…

SISWA II :

6
Jelas kau salah, benga kali kau!...

KETUA KELAS :
Eh, Naga Bonar… Salah ane ape, kok ujuk-ujuk ane mau di ganti… Jujur ye bu,
ane masih mau jadi Ketua kelas…

SISWI IV :
(Dialeg Madura)… Bo aboooo… Ketua kelas memang harus diganti. Biasanya
kalau orang yang mau jadi pemimpin ada pretensinya… Nah kalau pemimpin ada
pretensi harus diganti! Bahaya buat yang dipimpinnya… Sepakat teman-teman!...

KOOR SISWA/I :
Sepakaaaat…

KETUA KELAS :
Ane Kagak sepakat… Ane kagak punya pretensi ape-ape… Pretensi ane Cuma
atu…

KOOR SISWA/SISWI :
Apaaa!...

KETUA KELAS :
Pengen belajar jadi pemimpin, siape tahu dari ketua kelas ane bisa gantiin
Gubernur syukur-syukur bisa gantiin Presiden… Pokoknye ane kagak sepakat
kalau ane diganti…

SISWI V :
(Dialeg Jawa Tegal)… Nyong Sepakat…

KETUA KELAS :
Makasih banget, say. Ente udah ngebelain ane… Ente emang temen ane yang
paling setieee…

SISWI IV :
Nyong sepakat bukan karo kowe. Nyong sepakat karo temen-temen semua…

KETUA KELAS :
Madi Kipe… Jadi ente kagak ngedukung ane, say!...

SISWI IV :
Soriii… Nyok ora mau punya ketua kelas telmi…

BU BU ERNI
Sudah… Sudaaaah… Kalau memang kalian mau ganti ketua kelas kalian, bukan
saat sekarang ini. Waktunya kurang tepat…

KETUA KELAS :
Ape ane bilaaang… Kagak tepat ente-ente pade mau ngeganti ane jadi ketua
kelas.
SISWA II :

7
Ala Mak… Cam mana ni Bunda Guru… Sekaranglah waktunya Bunda… Teman
teman awak semua sudah siap memlilih ketua kelas baru… Kapan lagilah Bunda
Guru mau mendengar aspirasi kami kelas bawah…

BU BU ERNI
Sekarang tidak tepat!...

SISWA II :
Tepatnya kapan Bunda guru…

BU BU ERNI
Nanti, tahun 2019…

SISWA II :
Alah Ma!... Itu Pilpres Bunda Guru!...

SISWA V :
Nyong sepakat…

SISWA II :
Sepakat apa kau!... Tak pantaslah Ketua Kelas kita mencalonkan diri jadi
Presiden. Bisa kacau ini negeri!... Jangan bikin kacau. Yang sekarang saja sudah
kacau balau, malah mau ditambah lagi kekacauan dengan masuknya calon
Presiden cucu bang Bolot ini. Tak eloklah dia jadi calon Presiden di republik ini.
Kalau direpublik komedi, bolehlah dia jadi Presiden!...

BU BU ERNI
Sudah… Sudah… Kita sudah membuang banyak waktu. Sekarang buka buku
pelajaran sejarah kalian…

Suasana kelas tenang, bu Erni tatap semua muridnya, tidak terkecuali pada Hendrik.
Hendrik tenang saja, cool saja. bu Erni hampiri Hendrik.

BU ERNI
Matikan laptopmu!...

Hendrik patuh, dia matikan laptop yang masih terdengar suara orkestra
Beethoven… Bu Erni melangkah ke tengah kelas…

BU ERNI
Anak-anak! Hari ini kita belajar sejarah!... Buka buku sejarah kalian!... Halaman
45…

Semua membuka tas, mengambil buku sejarah. Buku-buku mereka di letakan di atas
meja tepat dihadapan masing-masing…

BU ERNI
Sudah kalian Buka halaman 45…

Bu Erni menghampiri Hendrik, kemudian dia bertanya.

8
BU ERNI
Mana buku sejarah kamu, Drik!?...

Hendrik tidak menjawab. Tangannya menunjuk buku-buku tebal yang ada di atas meja.
Buku-buku itu tentang sejarah dunia. Bu Erni mengambil salah satu buku dan terlihat
dia membuka buka halaman buku yang ada di tangannya, kemudian dia tutup buku itu,
diambilnya buku yang lain, semua dia lihat… Hal ini tidak menjadikan Hendrik
meresfond aksi bu Erni, Hendrik masih Cool dan tenang tanpa bergerak sama sekali,
dengan tangan tetap bersidakep berada di atas meja.

BU ERNI
Buku-buku yang luar biasa! Sudah kamu baca semua buku-buku sejarah dunia
ini, Drik…

HENDRIK :
(Gelengkan kepala)… Gak Penting!...

Hendrik tetap tenang dan cool hal ini membuat bu Erni tarik napas panjang. Kecewa
dia. Kembali bu Erni buka suara.

BU BU ERNI
Baiklah anak-anak, sebelum kita memulai pelajaran sejarah, Ibu akan bertanya
terlebih dahulu!..

Semua murid kelihatan tegang dan gelisah…

BU ERNI
Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ibu, tunjuk tangan!...

Suasana tegang dan hening… Hendrik tetap Cool, kali ini dia mengeluarkan senyum,
senyum itu punya arti menggampangkan pertanyaan gurunya, Hendrik begitu yakin
apapun pertanyaannya, pasti akan dijawab dengan mudah!

BU BU ERNI
Anak-anak!....

Suasana tegang… Hening…

BU BU ERNI
Siapa penanda tangan Teks Proklamasi!...

Mendengar pertanyaan Bu Erni, Hendrik sudah mengangkat tangan. Sambil


mengangakat tangan Hendrik tetap tenang dan cool… Bu Erni kelihatan tidak percaya
apa yang dilihatnya. Hingga dia kelihatan terkesima. Begitu juga dengan semua murid
yang menyaksikan Hendrik Angkat Tangan, semuanyapun tidak percaya, mereka saling
tatap satu sama lain… Kembali pada bu Erni yang menelan ludah saking tidak
percayanya…

BU ERNI

9
Apa ibu tidak salah lihat, Drik!...

Hendrik tetap Cool…

BU ERNI
Kamu bisa menjawab pertanyaan ibu!?...

Hendrik tetap Cool… Tiba-tiba terdengar suara seorang Siswa yang bukan lain, Siswa
II…

MURID LELAKI II :
Ala mak! Awak ni tak percaya kau angkat tangan! Baru kali ini awak lihat kau
mau menjawab soal dari Bunda Guru!

Semua Siswa dan Siswi menyuarakan suaranya tanda heran bercampur kagum…

SISWI VI :
Eleeuh… Eleeuuh, eta si Hendrik! Hebat Pisan eeeiu!

KETUA KELAS :
Ane demen! Enni baru Drik! ente temen ane!... Jawab Drik!... Kasih ama semua
orang kalau ente the best of the best dari yang hebat…

CU pada seorang murid permpuan yang kelihatan baru pulang dari Amerika.

SISWI VII :
(Sok Bule) Waaat! Hendrik tunjuk tangan! Oooh my good!

Sisiwi VII ini tepuk keningnya… Kembali pada bu Erni yang masih menelan ludah tapi
kali ini dia kelihatan bahagia, senang dan gembira… Bu Erni langsung mendekat ke
Hendrik, sambil dia kepal tangan dan berucap.

BU ERNI
Yes! Kamu pasti bisa. Bisa menjawab pertanyaan ibu… Jawab Drik! Siapa
penanda tangan teks Proklamasi!...

Tenang dan Cool, sementara tangannya masih tunjuk tangan.

HENDRIK :
Bukan saya, Bu!...

Mendengar Jawaban Hendrik, bu Erni yang semula bahagian kini dia diam seketika, tak
percaya, terkesima, bingung dan tiba-tiba wajahnya merah, dia menahan marah,
menahan emosi dan lain sebagainya. Matanya menatap tajam ke arah Hendrik yang kini
sudah menurunkan tangan dan kembali tangan itu bersidakep di atas meja…
Pandangan Hendrik lurus ke depan, kepapan tulis… Bu Erni melangkah pelan dan pelan
hingga akhirnya jarak bu Erni dengan Hendrik hanya setengah meter. Dan dia murka
bukan alang kepalang.

BU ERNI

10
Sekali lagi! Jawab dengan benar! Jangan main-main!... Siapa penanda tangan
teks Proklamasi!...

HENDRIK :
Bukan saya!...

Jawab Hendrik masih tenang dan cool. Bu Erni makin marah, murka dan lain
sebagainya, dia singsingkan tangan bajunya dan dia tatap Hendrik dengan mata
melotot…

BU ERNI
Hendriiiik!....

EFFEK. MUSIK TEGANG

BU ERNI
Keluar kamu!...

Suasana kelas tegang dan tak satupun terdengar suara… Suara bu Erni makin kuat dan
dengan tangan menunjuk ke pintu, kembali dia membentak.

BU ERNI
Ke luar kamu!...

Hendrik tenang dan tenang.

BU ERNI
Keluar! Panggil orang tua kamu! Jika kamu masih mau sekolah suruh orang tua
kamu menghadap saya!...

Kali ini bu Erni bertolak pinggang dengan wajah merah padam…

BU ERNI
Keluar kamu, Handrik!

HENDRIK :
Cool aja kali, Bu!...

Tangan bu Erni dengan cepat langsung menekan layar leptop dan leptop yang menyala
layarnya di tutup paksa oleh bu Erni…

BU ERNI
Keluaaaar!...

Hendrik dengan tenang dan Cool langsung merapihkan bukunya, memasukan laptop ke
tasnya… tak lama dia bangkit dari duduknya, membawa semua tas dan buku-buku
serta makanan dan minuman… kelihatan dia ribet… Semua teman sekelasnya saksikan
Hendrik dengan amat sedih dan kasihan dan tegang, tapi Hendrik tetap Cool dan
tenang… Apa yang dilakukan Hendrik ini tidak terlepas dari pandangan bu Erni. Hendrik
melangkah dengan tenang ke luar meninggalkan kelas. Kembali pada bu Erni yang

11
sekarang amat sedih, murung dan dia menangis. Bu Erni langsung melangkah ke meja
guru, dia duduk di kursi guru dan dia menangis, dan terus menangis… Sementara
semua murid diam, sedih, tegang menjadi satu karena apa yang disaksikan antara
Hendrik dan bu Erni membuat suasana gulana. Pada bu Erni menaruh kepalanya di atas
meja, sementara tangisnya makin menjadi… Dan murid-muridnya masih diam, saksikan
bu Erni sedih dan gulana…

BLACK OUT

BABAK DUA

Kini di kelas XII, bu Erni masih menangis dia kelihatan sedih sekali, menyesali apa yang
sudah dia lakukan. Tak lama muncul Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan tiga
orang guru Perempuan. Tiga orang guru perempuan langsung mendekatkan diri ke bu
Erni.

GURU PEREMPUAN I :
Apa yang terjadi, Bu…

GURU PEREMPUAN II :
Kenapa dengan Hendrik!?...

GURU PEREMPUAN III :


Benar Ibu mengusir Hendrik dari kelas…

GURU PEREMPUAN II :
Dan menyuruh pak Joko Wikarto ayah Hendrik datang untuk menemui ibu…

WAKIL KEPALA SEKOLAH :


Tadi kami mendengar berita itu dari supir Hendrik… Kalau ibu mengusir Hendrik
dari kelas ini. Ibu tahu apa yang sudah ibu lakukan…

GURU PEREMPUAN I :
Persoalan ini pasti bisa panjang…

WAKIL KEPALA SEKOLAH :


Apa ibu lupa, bahwa ayah Hendriklah yang banyak berbuat atas sekolah kita ini.
Kita bisa membangun sekolah dengan megah sampai 5 lantai, karena bapak
hendrik yang menandatangani proposal kita di Dewan Perwakilan Rakyat…

GURU PEREMPUAN I :
Ini kacau… Kalau sampai Hendrik mengadu yang bukan-bukan ibu bisa celaka…

GURU PEREMPUAN II :
Bukan hanya bu Erni yang celaka dalam menghadapi persoalan ini, tapi kita bisa
juga celaka dan terseret…

BU ERNI :

12
Saya akan bertanggung jawab, apa yang sudah saya lakukan pada Hendrik…
Saya tidak akan menyerak para guru ataupun bapak Kepala Sekolah…

KEPALA SEKOLAH :
Bisa ibu cerita secara singkat. Kenapa Hendrik Ibu usir dari kelas ini!...

Bu Erni diam, masih sedih dia…

KEPALA SEKOLAH :
Ibu memukul Hendrik!?...

Bu Erni gelengkan kepala…

KEPALA SEKOLAH :
Apa yang sudah ibu lakukan, apa benar pak Joko Wikarno orang tua Hendrik ibu
panggil ke sekolah ini untuk menemui, Ibu…

BU ERNI
Ya…. Saya yang memanggil Joko Wikarno Anggota Dewan yang terhormat itu
datang untuk menemui saya!...

KEPALA SEKOLAH :
Persoalannya apa, tolong ceritakan!...

BU ERNI :
Tadi pagi jam pelajaran pertama, saya mengisi mata pelajaran sejarah. Dan
Hendrik bikin ulah!...

KEPALA SEKOLAH :
Berulah!?...

BU ERNI
Ya… Pertanyaan saya di lecehkan!...

KEPALA SEKOLAH :
Apa pertanyaannya!?...

BU ERNI
Saya bertanya, siapa penanda tangan teks Proklamasi!...

KEPALA SEKOLAH :
Terus!?...

BU ERNI
Hendrik tunjuk tangan…

WAKIL KEPALA SEKOLAH :


Ada kemajuan, buat Hendrik…

KEPALA SEKOLAH :

13
Bagus!... Itu artinya ada kemajuan, selama enam tahun Hendrik belajar di
sekolah ini, tak pernah sekalipun dia penjawab pertanyaan dari setiap guru yang
mengajarnya…

BU ERNI
Tapi, Pak!...

KEPALA SEKOLAH :
Ada tapinya?... Tapinya apa!?... Dan tadi ibu bilang Hendrik melecehkan
pertanyaan ibu!...

BU ERNI
Benar… Dia telah melecehkan pertanyaan saya…

KEPALA SEKOLAH :
Apa yang dia lakukan!?...

BU ERNI
Yang tadi itu!...

KEPALA SEKOLAH :
Apa!?...

BU ERNI
Ketika saya bertanya siapa penanda tangan teks Proklamasi, Hendrik angkat
tangan. Saya gembira, semua teman-teman satu kelasnya gembira, sebab baru
kali ini dia tunjuk tangan dan siap menjawab pertanyaan saya…

KEPALA SEKOLAH :
Iya… Setelah Hendrik tunjuk tangan, apa yang dia jawab!?...

BU ERNI
Dia bilang, bukan dia yang tanda tangan!...

KEPALA SEKOLAH :
Maksudnya Penanda Tangan Teks Proklamasi!?...

BU ERNI
Ya!...

Mendengar keterangan bu Erni kepala sekolah anggukan kepala, begitu juga dengan
para guru… Akhirnya kepala sekolahpun berkata…

KEPALA SEKOLAH :
Hendrik itu anak yang jujur!...

BU ERNI
Maksud, Bapak!?...

KEPALA SEKOLAH :

14
Memang bukan Hendrik yang tanda tangan, kan!?...

Bu Erni menelan ludah sambil tatap kepala sekolah kelihatan dia tidak percaya apa yang
dikatakan kepala sekolah tersebut. Bu Erni kembali sedih dan kembali menangis.

KEPALA SEKOLAH :
Ingat, Bu… Jika Pak Joko Wikarto itu tersinggung dengan persoalan ini, Anggota
Dewan yang terhormat itu tidak akan berhenti. Pasti beliau akan angkat
persoalan ini ke meja hijau… Jelas ini persoalan…

GURU PEREMPUAN III :


Jika memang terjadi sesuatu, ini bukan hanya persoalan pribadi bu Erni. Tapi
menjadi persoalan institusi Sekolah kita, Pak…

WAKIL KEPALA SEKOLAH :


Saya sepakat… Kita akan tetap membela bu Erni…

GURU PEREMPUAN II :
Ya. Kita harus membelanya…

GURU PEREMPUAN I :
Harus… Apapun yang terjadi kita harus membela bu Erni…

KEPALA SEKOLAH :
Tidak!... Saya tidak ada urusan dengan persoalan ini. Saya tidak mau ikut
campur!... Dan jangan bawa-bawa saya!...

WAKIL KEPALA SEKOLAH :


Tapi Pak… Ini persoalan kita… Bapak sebagai Kepala Sekolah harus membela
dan menjaga kewibawaan Institusi sekolah kita…

KEPALA SEKOLAH :
Yang jelas, saya tidak mau terlibat dengan persoalan ini… Jika Bapak/Ibu mau
terlibat sebagai Wakil Kepala sekolah ini, silahkan…

PARA GURU :
Tapi pak!...

BU ERNI :
Saya yang akan bertanggung jawab atas perlakuan yang sudah saya lakukan!
Dan saya tidak akan pernah mau melibatkan para guru, terlebih bapak Kepala
Sekolah…

KEPALA SEKOLAH :
Bagus… Itu yang saya mau!...

Tiga guru yang mendengar ucapan kepala sekolah saling pandang dan kelihatan ketiga
guru itu tidak suka dengan Kepala Sekolah.

WAKIL KEPALA SEKOLAH :

15
Jika memang Tuan yang terhormat Wakil Rakyat Joko Wikarto itu benar-benar
melaporkan persoalan bu Erni ke pihak berwajib hingga sampai ke meja hijau,
saya dan mungkin para guru akan mendampingi dan akan membelanya…

KEPALA SEKOLAH :
Bagus… Tapi kau jangan melakukan makar terhadap saya!...

WAKIL KEPALA SEKOLAH :


Makar!?… Apa saya tidak salah dengar, yang Bapak ucapkan!...

KEPALA SEKOLAH :
Ya… Karena ada kesempatan untuk menggeser saya sebagai Kepala Sekolah di
sekolah ini!...

WAKIL KEPALA SEKOLAH :


Saya tidak punya pretensi apa-apa, Pak. Apa yang saya lakukan karena saya iba
dan punya rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan, bu Erni…

Terdengar hirup-pikuk di luar kelas XII, suara para siswa dan siswi seperti mengiringi
kedatangan seseorang. Ya memang mengiringi kedatangan Joko Wikarto Cs. Joko
Wikarto, Hendrik, Sekretaris Pribadi dan dua orang Pengawal langsung masuk tanpa
memberi salam terlebih dahulu. Sementara para siswa-siswi tidak ada yang berani
masuk, mereka hanya menyembulkan kepalanya di setiap jendela kelas XII, ada juga
yang mengintip di pintu kelas. Joko Wikarto langsung buka suara.

JOKO WIKARTO :
Bisa saya ketemu bu Erni!...

Para guru yang ditanya saling pandang dan kelihatan mereka kurang senang. Melihat
para guru itu kurang senang, langsung Niken bicara.

NIKEN :
Maaf Pak, Bu… Bisa kami bertemu dengan bu Erni…

BU ERNI
Ya… Saya Erni!... Pasti Bapak orang tua Hendrik!...

JOKO WIKARTO :
Betul!...

JOKO WIKARTO :
Kenalkan, saya Joko Wikarto, Ketua Fraksi dari salah satu Partai Politik
terbesar!... Dan ada urusan apa kamu memanggil saya kemari!...

Joko Wikarto langsung mengulurkan tangan dan disambut bu Erni. Bu Erni langsung
balikan badan sambil berjalan bu Erni berkata mengajak Joko Wikarto.

BU ERNI
Mari, Pak. Ada yang harus saya sampaikan pada Bapak.

16
Joko Wikarto mengikuti langkah kaki bu Erni begitu juga dengan Niken, Hendrik dan
dua orang ajudannya mengmabil posisi bloking yang estetik. Bu Erni duduk di kursi
saling berhadapan dengan Joko Wikarto. Sementara Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah serta tiga orang guru juga mengabil posisi yang juga afik… Bu Erni duduk
berhadapan dengan Joko Wikarto, di belakang Joko Wikarto berdiri angker dua orang
ajudan sang Dewan Terhormat. Hendrik dan Niken duduk tidak jauh dari keduanya. Bu
Erni tatap semua tamunya… Mereka saling tatap satu sama lain. Lebih-lebih bu Erni
tatap kedua ajudan Joko Wikarto.

JOKO WIKARTO :
Maaf bu, waktu saya sempit. Langsung saja pada pokok permasalahannya!..

BU ERNI
Baik! Bapak tahu kenapa saya meminta orang tua Hendrik datang ke sekolah!...

JOKO WIKARTO :
Belum!...

BU ERNI
Hendrik belum memberi tahu!?...

JOKO WIKARTO :
Belum!...

BU ERNI
Baik akan saya jelaskan…

Bu Erni tarik napas panjang. Kemudian dia mengeluar keberaniannya.

BU ERNI
Jujur saja, hanya sekolah inilah yang masih mau menampung Hendrik belajar di
sini!...

JOKO WIKARTO :
Betul!... Sekolah yang lain tidak mau menampungnya!...

BU ERNI
Bapak tahu kenapa!?...

JOKO WIKARTO :
Tahu! Karena anak saya tidak pernah naik kelas, sekali naik kelas hanya
percobaan… Sudah enam tahun tetap saja anak saya di kelas XII…

BU ERNI
Itu benar…

JOKO WIKARTO :
Nah sekarang urusannya apa!?...

17
BU ERNI
Baik! Akan akan saya jelaskan.

Bu Erni menggeser duduknya, begitu juga Joko Wikarto dan yang lainnyapun ikut juga
menggeser posisinya, hanya Niken dan Hendrik yang tetap statis…

BU ERNI
Tadi pagi, mata pelajaran pertama hari ini, adalah Pelajaran sejarah…

JOKO WIKARTO :
Bagus kita harus mengenal siapa-siapa pahlawan bangsa yang sudah berjasa di
bangsa ini! Saya sangat mendukungnya!...

BU ERNI
Dan saat saya bertanya pada murid-murid… Siapa penanda tangan teks
Proklamasi… Tiba-tiba…

JOKO WIKARTO :
Tiba-tiba apa!?...

BU ERNI
Anak Bapak tunjuk tangan!...

JOKO WIKARTO :
Subhanallah! (Terkejut dan Gembira)… Anak saya tunjuk tangan!?...

BU ERNI
Ya!...

JOKO WIKARTO :
Hebat! Tidak percuma apa-apa yang dia minta, saya penuhi, dia minta buku
sejarah dunia, buku pilsafat, agama, antrophologhy, budaya dan lain sebagainya,
semua saya belikan!... Anak saya harus pintar!...

Joko Wikarto girang bukan main… Joko Wikarto tatap Hendrik dan dia amat kagum
dan bangga pada anaknya, sementara Hendrik yang di tatap cool saja…

JOKO WIKARTO :
Teruskan!...

BU ERNI
Betapa bahagia dan bangganya saya saat itu!

JOKO WIKARTO :
Kamu memang harus bangga, Hendrik anak seorang politisi terkenal dan politisi
ulung!... Siapa yang tidak kenal saya, Joko Wikarto!... Ketua Partai di Provinsi
kota ini dan Ketua Fraksi di Parlement!...

BU ERNI
Tapi saya kecewa!

18
JOKO WIKARTO :
Kecewa bagaimana!?...

BU ERNI
Atas jawaban anak Bapak!...

JOKO WIKARTO :
Apa jawabannya!?...

BU ERNI :
Dia bilang, bukan dia yang tanda tangan teks Proklamasi itu!...

Joko Wikarto yang kerutkan kening. Bu Erni juga kerutkan kening sementara semua
yang ada di atas panggung itu berisik. Begitu juga siswa dan siswi yang mengintip di
luar kelas. Kepala Sekolah bergerak dan duduk diantara para guru ingin tahu dan lebih
jelas tentang tanda tangan teks Proklamasi itu. Kembali pada bu Erni yang menelan
ludah…

JOKO WIKARTO :
Oooh, jadi persoalan tentang siapa penanda tangan teks Proklamasi!?...

BU ERNI
Ya, persoalannya itu!...

JOKO WIKARTO :
Saya pikir anak saya itu sudah bikin ulah yang bukan-bukan…

BU ERNI
Itulah persoalannya!...

Joko Wikarto tersenyum dan kelihatan bangga pada anaknya. Kemudian dia berkata.

JOKO WIKARTO :
Jadi anak saya tidak mengakui kalau dia yang tanda tangan teks Proklamasi
itu!?...

Bu Erni yang terkejut dan ‘melongo’ mendengar ucapan Joko Wikarto. Niken tatap bu
Erni keduanya saling pandang, kedua ajudan Joko Wikarto kelilhatan bangga… Hendrik
yang tetap Cool…

JOKO WIKARTO :
Kalau begitu akan saya tanya anak saya!... Apakah dia yang menandatangani
teks Proklamasi… Ibu tenang saja!...

Joko Wikarto bangkit dari duduknya, dia melangkah menghampiri Hendrik dan menarik
tangannya, Hendrik bangun dan ikuti tarikan tangan bapaknya. Sementara semua
orang memperhatikan dengan bingung apa yang akan dilakukan oleh anak beranak itu.
Joko Wikarto membawa Hendrik agak terpisah, melintasi para guru dan kepala sekolah
yang juga ikut ‘bego’. Kedua bapak dan anak akhirnya duduk terpisah dimana ada dua
kursi yang memang kosong. Joko Wikarto dan Hendrik yang kini terpisah dari orang-

19
orang yang ada di ruang itu. Joko Wikarto tatap anaknya, Hendrik cool. Mereka bicara
pelan tapi terdengar jelas (untuk orang-orang yang ada diruangan sama sekali tidak
mendengarnya)

JOKO WIKARTO :
Jawab pertanyaan papih dengan jujur!...

Hendrik terlihat cool…

JOKO WIKARTO :
Jujur! Siapa yang menandatangani teks Proklamasi, Drik!... Jawab!?...

HENDRIK :
Bukan saya, Pih!...

JOKO WIKARTO :
Kamu bohong!...

HENDRIK :
Tidak!...

JOKO WIKARTO :
Ngaku saja kalau memang kamu yang tanda tangan teks Proklamasi itu!...

HENDRIK :
(Kesal) Bukan saya, Pih!

JOKO WIKARTO :
(Kesal dan berang) Ngaku! Jangan bohong!...

HENDRIK :
Bukan Hendrik, Pih. sumpah!...

JOKO WIKARTO :
Berani kamu bersumpah! Kalau memang bukan kamu yang tanda tangan!?...

HENDRIK :
Berani! Siapa takut!...

JOKO WIKARTO :
Sumpah demi apa!?...

Hendrik yang masih membawa tasnya langsung mengeluarkan AL-Qur’an dari dalam
tasnya. Kemudian dia bersumpah dengan tegas sementara tangannya mengangkat Al-
Qur’an di atas kepalanya.

HENDRIK :
Demi Allah, Demi Rosulullah, bukan saya yang tanda tangan teks Proklamasi
itu!...

20
JOKO WIKARTO :
(Lemas dan bahagia) Alhamdulillah! Kamu memang anak Papih, Drik! Kamu
jujur!

Joko Wikarto memeluk anaknya dengan erat dan penuh kasih sayang.

JOKO WIKARTO :
Papih Bangga… Papih bangga, Drik…

Joko Wikarto bangga dan bercampur haru. Hingga matanya merah dan dari kedua
kelopak matanya keluar air mata… Apa yang di lihat dan didengar oleh kepala sekolah,
para guru dan lainnya atas adegan dan dialog keduanya, membuat mereka yang ada di
situ terharu, terlebih kedua pengawalnya ikut sedih… Joko Wikarto dan Hendrik,
mereka melangkah menuju tempat dimana bu Erni menunggunya… Setelah sampai,
kembali Joko Wikarto duduk di tempatnya semula, begitu juga Hendrik… Bu Erni
tertegun. Joko Wikarto tersenyum bangga kembali duduk di depan bu Erni. Kemudian…

JOKO WIKARTO :
Tadi saya sudah tanya pada anak saya tentang siapa penanda tangan teks
Proklamasi itu!

BU ERNI
(Lugu) Apa jawabannya!...

JOKO WIKARTO :
Dengan jujur dan bersupah atas nama Allah dan Rosulullah, dia bilang bukan dia
yang tanda tangan teks Proklamasi itu! (Bangga dengan kebodohannya)… Anak
saya luar biasa. Dia jujur bukan main!...

Bu Erni yang terkesima, wajahnya murung, kemudian tak lama wajahnya merah
padam, kemudian dia berdiri dan wajahnya kini garang bukan alang kepalang.
Kelihatan bu Erni menahan marah, tapi tetap saja emosinya naik kekepala hingga
keubun-ubun, matanya melotot menatap Joko Wikarto, mereka saling pandang satu
sama lain. Napasnya turun naik kemudian entah sadar atau tidak tiba-tiba bu Erni
langsung mengeluarkan kalimat pendek…

BU ERNI
Keluar!....

Joko Wikarto terkejut, bingung dan akhirnya dia berdiri…

JOKO WIKARTO :
Kamu mengusir saya!?...

BU ERNI
Keluar!...

JOKO WIKARTO :
Kamu berani mengusir saya. Apa kamu tidak tahu siapa saya!?...

21
BU ERNI
(Geram) Keluar!... Saya bilang keluar!...

JOKO WIKARTO :
Urusan ini bisa panjang! Kamu tahu kepada siapa kamu berurusan!...

BU ERNI
Keluar!...

Joko Wikarto tatap Erni dengan amat marahnya.

JOKO WIKARTO :
(Menarik napas dan mengancam) Urusan ini bisa panjang!

Joko Wikarto bergerak dan melangkah menuju pintu ruangan, diikuti Johan dan Karyo.

JOKO WIKARTO :
Ingat! Sekolah ini yang semula akan mendapatkan biaya pembangunan dari
APBD, akan saya hapus! Dan tidak akan pernah mau saya menandatangani
Perda 444 tentang pendidikan, yang seharusnya saya tandatangani hari ini!...

Sementara Hendrik tetap cool dan santai, Niken berdiri tatap bu Erni. Mereka saling
tatap. Hingga Niken gelengkan kepala, akhirnya dia bergerak menyusul bosnya sambil
tarik tangan Hendrik… Bu Erni menelan ludah, dia sama sekali tidak sadar apa yang dia
lakukan. Joko Wikarto kembali bicara pada bu Erni.

JOKO WIKARTO :
Saya tersinggung dan kecewa atas perlakuan anda!..

BU ERNI
(Berani) Saya lebih kecewa, punya wali murid yang sekaligus sebagai wakil
rakyat begitu bodohnya, lebih bodoh dari anaknya!...

Mendengar ucapan bu Erni, Joko Waikarto menahan marah mendengar ucapan bu


Erni…

JOKO WIKARTO :
Anda!... Siapkan Pengacara! Urusan ini harus ke meja hijau!...

NIKEN :
Saya prihatin atas kejadian ini… Jelas saya tidak menyalahkan bu Erni ataupun
Bapak. Tapi apa yang dikatakannya, pasti akan berlanjut panjang, dan saya
sarankan bu Erni, siapkan Pengacara!...

JOKO WIKARTO :
Niken! Undang semua wartawan, baik cetak maupun elektronik… Kita akan
jumpa press!...

NIKEN :
Baik, Pak!... Dimana kita mengadakannya!?...

22
JOKO WIKARTO :
Dirumahku!...

NIKEN :
Kapan!?...

JOKO WIKARTO :
Sekarang juga!...

NIKEN :
Baik!... (Mengingatkan) Tapi, jam 12 siang ini jadwal Bapak harus ke Parlement
dan jam tiga sore, bapak di panggil bu Pelangi Sari!...

JOKO WIKARTO :
Ya, memang harus ke Parlament… dan kasih tahu semua anggota Fraksi, rapat
Fraksi besok pagi! Mereka para anggota Fraksi harus datang ke rumah saya,
mereka harus ikut Pers Confrence urusan penghinaan dari guru sombong itu!...

NIKEN :
Tapi pak!?...

JOKO WIKARTO :
Jangan membantah. Lekas undang semua wartawan… Sekarang!...

NIKEN :
Baik, Pak…

Niken langsung keluarkan Hp dati tasnya. Dan mencari nomor yang di tuju.

NIKEN :
Halooo… Dengan mbak Susan Fatwa!?... Oh ya, Bak… Bapak Joko Wikarto
minta semua wartawan yang ada di Balai Kota, baik elektronik maupun cetak
untuk diminta datang siang ini ke rumah pak Joko Wikarto!... Oke… Kami akan
mengadakan Pers Confrence… Ok, terima kasih!... Sampai nanti, mbak
Susaaaan!...

JOKO WIKARTO :
Bagus!...

Joko Wikarto CS keluar panggung. Sepeninggalan dewan tersebut, bu Erni kembali


duduk di kursi dan dia diam sama sekali. Semua guru, Kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah juga diam.

BLACK OUT

BABAK III

Pendopo rumah Joko Wikarto yang dipadati pawa wartawan/i, baik elektronik ataupun
cetak. Terlihat Joko Wikarto dikawal Dua pengawalnya, begitu juga dengan Niken.
Sementara Hendrik yang Cool dan terus melulu mulutnya mengunyah makanan dan

23
buah-buah yang ada di meja tersebut. Terdengar Joko Wikarto buka suara, membuat
semua wartawan diam dan tenang…

JOKO WIKARTO :
Kita mulai Pers Confrence ini…

Saat itulah dari tengah kerumunan para wartawan muncul Susan Fatwa dan Bili Bong
seorang Cameraman yang membawa Camera… Susan langsung bertanya, sementara
Bili Bong merekam dengan Cameranya, kini semua para Wartawan dan Wartawati sibuk
dengan kerjanya.

SUSAN FATWA :
Indikasinya jelas, Pak. Pers Confrence ini pasti tentang Walk Outnya Fraksi
Bapak yang tidak mau menanda tangani Perda itu!...

Ucapan Susan Fatwa dilanjutkan oleh Wartawati dari media cetak yang bernama Butet.

BUTET :
(Dialeg Medan) Benar kali, Pak! Awak pikir-pikir pastilah ada yang tidak beres
tentang Perda itu! Bisa Bapak jelaskan pada kami!...

Butet siap merekam ucapan Joko Wikarto… Begitu juga dengan seorang wartawan
media cetak yang bernama Angga langsung keluarkan Hp dan siap merekam ucapan
Sang Pilitisi Ulung.

ANGGA :
Apa kira-kira statement Bapak tentang Perda tersebut… Dan kenapa anggota
Fraksi Bapak Walk Out!... Apa kurang kompensasi dari Eksekutif!...

Joko Wikarto menundukan kepala, tetapi suaranya terdengar memanggil Niken. Niken
yang tidak jauh darinya meresfond.

JOKO WIKARTO :
Keeen! Jelaskan!…

NIKEN :
Baik, Pak!... (Kepada seluruh Wartawan)… Rekan-rekan Pers! Persoalannya
bukan Walk Outnya anggota Fraksi kami, dan bukan urusan tentang pengesahan
Perda itu… Dan ada yang lebih penting dari keduanya!...

SUSAN FATWA :
Lantas apa, kalau bukan urusan Perda!?...

JOKO WIKARTO :
Baik akan saya jelaskan, kenapa kalian saya undang kemari untuk Pers
Confrence!

SUSAN FATWA :
Itu yang kami tunggu… Bisa kami minta Pres Realisnya.

24
JOKO WIKARTO :
Tidak perlu Presrealis! Catat dan rekam saja! Apa yang saya ucapkan inilah
statement saya!... Dan saya akan bertanya pada kalian semua!... Tentang tanda
tangan!...

SUSAN FATWA :
Tanda tangan! Tanda tangan yang belum Bapak tanda tangani Perda Pendidikan
itu!...

JOKO WIKARTO :
Jangan sok tahu, kamu, Susan! Ini bukan urusan tanda tangan Perda yang harus
saya tanda tangani dalam pengesahan Perda itu, bukan!...

SUSAN FATWA :
Jelas indikasinya buat kami, urusan Perda yang belum Bapak tanda tangani!...
Pasti ada kompensasi yang belum diselesaikan dengan pihak terkait!... Pasti
Ekskutif menolaknya…

JOKO WIKARTO :
Nah ini!... Ini… Ini langsung kalian indikasikan, sementara indikasinya salah!

SUSAN FATWA :
Lantas apa kalau indikasi kami salah!...

JOKO WIKARTO :
Bukan itu persoalannya…

SUSAN FATWA :
Jelas tentang Perda itu kan, Pak!...

JOKO WIKARTO :
Bukan!...

SUSAN FATWA :
Habis apa! Kalau bukan urusan tanda tangan Perda itu!?...

JOKO WIKARTO :
(Kesal) Ini urusan siapa yang menanda tangani teks Proklamasi!... Itu yang akan
saya pertanyakan pada kalian!

Mendengar apa yang diucapkan Joko Wikarto membuat semua wartawan saling
pandang…

SUSAN FATWA :
Maksud, Bapak apa?... Apa urusan kami dengan Teks Proklamasi!...

JOKO WIKARTO :
(Menepuk keningnya) Aduh!... Begini!... Tadi pagi sebelum saya ke Parlement
saya datang ke sekolah anak saya…

25
ANGGA :
Apa urusannya Parlement dengan sekolah anak Bapak!…

JOKO WIKARTO :
Jangan katakan, Parlement itu Taman Kanak-Kanak, Bung! Anak saya itu bukan
murid Taman Kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini, bukan. Anak saya itu
kelas Dua Belas di Sekolah Elite. Dan jangan juka kau bilang Parlement sama
seperti Sekolah Menengah Kejuruan. Parlement adalah Parlement!

SUSAN FATWA :
Oke, Pak… Tadi Bapak bilang, Bapak di panggil ke sekolah anak Bapak!?...

JOKO WIKARTO :
Betul!... Inilah anak saya…

Joko Wikarto mengelus kepala, Hendrik. Sementara Hendrik Cool. Semua warta
memoto Hendrik.

SUSAN FATWA :
Apa anak Bapak kena Narkoba!?...

JOKO WIKARTO :
Bukan urusan narkoba! Tapi urusannya lebih dari narkoba!..

SUSAN FATWA :
Apa!?...

JOKO WIKARTO :
Niken, tolong jelaskan, persoalan Hendrik! Saya bingung!

NIKEN :
Baik, Pak!...

Susan dan lainnya tatap kembali Hendrik yang Cool…

SUSAN FATWA :
Nama anak Bapak Hendrik!

JOKO WIKARTO :
Ya!

HENDRIK :
Cool, ajaaa!

SUSAN FATWA :
Kelas berapa!?

JOKO WIKARTO :
Kelas dua belas!...

SUSAN FATWA :
26
Oooh… Kelas dua belas. Sekolah di mana!?... Di Singapore, Inggris atau
Amerika!?...

JOKO WIKARTO :
Di Sekolah Menengah Kejuruan di negeri ini!...

SUSAN FATWA :
Saya pikir sekolah di Inggris!

JOKO WIKARTO :
(Kesal)… Nikeeen jelaskan!

NIKEN :
Baik, Pak!...

SUSAN FATWA :
Berapa usia anak Bapak!?...

JOKO WIKARTO :
Dua puluh tiga tahun!...

SUSAN FATWA :
Dua puluh tiga tahuuun!?...

JOKO WIKARTO :
Ya!...

HENDRIK :
Cool, Meeen…

SUSAN FATWA :
Dua puluh tiga tahun, masih kelas dua belas!?...

JOKO WIKARTO :
Ya!...

SUSAN FATWA :
Kenapa usia dua puluh tiga tahun, masih duduk di kelas dua belas!?...

JOKO WIKARTO :
Sebab dia tidak pernah naik kelas, sekali naik kelas hanya percobaan…

SUSAN FATWA :
Pantas!...

JOKO WIKARTO :
Pantas apa!?...

SUSAN FATWA :

27
Pantas anak Bapak sekolah di SMK yang baru punya status terdaftar yang nota
benenya sekolah itu Bapak kantrol dan gembar gemborkan bahwa sekolah itu
adalah sekolah elite, karena Bapak yang mengangkat eksistensinya karena anak
seorang Politisi terkenal sekolah di sekolah yang statusnya masih terdaftar itu!...

JOKO WIKARTO :
Sebab semua sekolah menolak anak saya!...

ANGGA :
Kenapa tidak di sogok!...

Joko Wikarto menggebrak meja. Kelihatan dia marah…

JOKO WIKARTO :
Padahal berapapun biayanya akan saya bayar, asal anak saya sekolah di sekolah
elite, sekolah unggulan… Sudah!... Kita bicara tentang seorang guru yang sudah
menghina saya. Untuk menegaskan kembali, guru yang bernama Erni itu akan
saya tuntut!...

Joko Wikarto manahan amarahnya, hingga napasnya turun naik.

HENDRIK :
Cool aja, Piiih! Sloow!

JOKO WIKARTO :
Saya akan beri pelajaran guru yang bernama Erni itu… Dia telah mengusir saya
di depan banyak orang!... Dia harus tahu sedang berhadapan dengan siapa!...

HENDRIK :
Coool aja, Piiih!

Niken bangun dari duduknya, kemudian dia tatap semua para Wartawan… Niken
langsung bicara dengan tenang…

NIKEN :
Maaf rekan-rekan Pers!… Kita sudah menyimpang jauh… Urusannya bukan usia
Hendrik yang usianya sudah 23 tahun, yang masih duduk di kelas dua belas
SMK, atau sekolah elite tidak menjadi jaminan untuk anak-anak kita belajar…
Dimanapun sekolahnya, jika anak-anak kita mau belajar tidak menjadi persoalan.
Contohnya Buya Hamka, tidak lulus Sekolah Rakyat tapi beliau mendapat gelar
Doktor dan Profesor. Jadi tempat belajar sekali lagi saya katakan bukan sebuah
jaminan…

SUSAN FATWA :
Baik, saya sepaham… Lantas apa yang menjadi tujuan kami dikumpulkan…

NIKEN :
Jelas, Pers Conference!...

SUSAN FATWA :

28
Apa pokok permasalahannya!?...

NIKEN :
Yang tadi dikatakan, pak Joko Wikarto!...

SUSAN FATWA :
Tentang siapa yang menanda tangani Teks Proklamasi!...

NIKEN :
Ya!...

SUSAN FATWA :
Semua rakyat di bangsa ini tahu, siapa penanda tangan teks Proklamasi dan
kapan serta dimana dibacakannya!

NIKEN :
Urusannya bukan itu!?...

SUSAN FATWA :
Lah! Tadi pak Joko mengatakan dan bertanya… Siapa penanda tangan teks
Proklamasi!...

NIKEN :
Betul!... Ini yang akan kita sampaikan tentang historisnya…

SUSAN FATWA :
Maksudnya!?...

NIKEN :
Tadi pagi guru yang bernama, Erni mengajar mata pelajaran sejarah… Dan guru
itu bertanya tentang siapa penanda tangan teks Proklamasi… Dan Hendrik anak
pak Joko Wikarto menunjuk tangannya…

BUTET :
Cakap kali anak itu… Pastilah dia tahu jawaban dari cakap bugurunya…

Hendrik, Coool sambil tatap Butet..

NIKEN :
Guru itu bukan main gembiranya, melihat Hendrik anak pak Joko mengangkat
tangan, siap menjawab pertanyaannya!...

HENDRIK :
(Bangga, senga, sombong, aku)… Hendrik!... Anak Dewan brooo…

SUSAN FATWA :
(Kerutkan kening) Kenapa guru itu gembira… Ada apa!?...

NIKEN :

29
Sebab Selama enam tahun belajar di SMK itu tidak sekalipun Hendrik menjawab
pertanyaan dari para guru yang mengajarnya!...

SUSAN FATWA :
Oooh. Saya mengerti. Kenapa Guru itu gembira. Lantas apa jawaban Hendrik!?...

JOKO WIKARTO :
Yang jelas! Guru itu harus mendekam dalam penjara!...

Semua para wartawan/i yang mendengar ucapan Joko Wikarto kaget dan langsung
mencatan dan lain sebagainya tentang statement Joko Wikarto yang dilontarkannya …

BUTET :
Ala mak! Rupanya bapak politisi kita niih mau memeja hijaukan guru tuu… Apa
salahnya!?...

NIKEN :
Karena dia mengusir Hendrik dari kelasnya…

SUSAN FATWA :
Apa yang dilakukan Hendrik!?...

NIKEN :
Jawabannya!...

SUSAN FATWA :
Jawaban apa!?...

BUTET :
Tolong jelaskan awak mo catat, siapa tahu jawaban si Ucok tuuu lain dari yang
lain! ?...

NIKEN :
Hendrik menjawab dengan pasti dan jujur. Bahwa teks Proklamasi itu bukan dia
yang tanda tangan!...

BUTET :
(Melotot) Cam mana pula kau Cok. Hebat kali kau punya cakap, awak suka
cakap kau… Ach baru kali ini ada jawaban lain… Semangat awak!...

HENDRIK :
Cool aja, meeen!...

BUTET :
Alaaa Mak, pasti awak Cool! Tepat kali rupanya jawaban kau Cok!... (Kepada
semua orang) Kalau boleh awak cakap jujur, memang bukanlah si Ucok tu yang
tanda tangan teks Proklamasi!... (Kepada Ucok) Kau jujur kali, Cok!... Awak suka
kau…

30
Butet mencatat dengan seriusnya. Susan menelan ludah, semua Wartawan yang
meresfond dengan segala macam polah dan tingkah.

NIKEN :
Tapi kejujuran yang dilakukan Hendrik mendapat murka dari sang guru!...

SUSAN FATWA :
Jujur dan bodoh, memang beda tipis, Mbak!...

BUTET :
(Kepada Susan Fatwa) Dunia ni, memang tak boleh jujur rupanya… pintarpun
kita tak bolehlah!…

NIKEN :
Rekan-rekan Pers!... Jika saya simpulkan tentang persoalan ini, pak Joko akan
mengakat persoalan ini ke pihak berwajib dan menuntut guru yang bernama Erni
itu ke Meja Hijau…

ANGGA :
Urusan ini sepele, kenapa pak Joko akan mengakat ke Meja Hijau!?...

NIKEN :
Sebab pak Joko mendukung apa yang dijawab Hendrik…

Tiba-tiba Joko Wikarto angkat bicara.

JOKO WIKARTO :
Dan saya merasa kurang yakin atas penjelasan sang guru maka saya tanya anak
saya. Saya bilang pada anak saya, jika memang kamu yang menanda tangani
teks Proklamasi, ngaku saja kalau memang kamu yang menanda tangani teks
Proklamasi itu.

Joko Wikarto menggeser duduknya agak ke depan, sementara Semua wartawan/i


memperhatikan dan mendengar ucapan Joko Wikarto.

JOKO WIKARTO :
Nyatanya anak saya bilang pada saya, bukan dia penanda tangannya…

Joko Wikarto hentikan ucapannya dia tatap semua wartawan dan dia mengeluarkan
senyum di kulum, kelihatan dia bangga pada anaknya. Hendrik tetap Cool.

JOKO WIKARTO :
Hebatnya lagi anak saya itu berani bersumpah atas nama Allah dan Rosulullah
dengan Qur’an di atas kepalanya, bahwa dia tidak pernah menanda tangani teks
Proklamasi. Sebagai orang tua, saya bangga… Bahwa anak saya jujur…

Mendengar penjelasan yang serius, sok pintar dan lain sebagainya dari Joko Wikarto,
semua para Wartawan kembali menelan ludah dan melongo, begitu juga dengan Susan
Fatwa. Akhirnya Susan Fatwa kembali bertanya…

31
SUSAN FATWA :
Nah persoalan Bapak mau memeja hijaukan guru itu, kenapa dan ada apa!?...

JOKO WIKARTO :
Ini persoalan kridibilitas, nama baik saya…

SUSAN FATWA :
Apa yang menjadi Bapak murka!...

JOKO WIKARTO :
Guru itu mengusir saya dihadapan anak saya, dihadapan, Niken dan dihadapan
dua pengawal pribadi saya, di hadapan semua guru, kepala solah, wakit kepala
sekolah danb para siswa siswi… Saya tersinggung! Saya marah semarah-
marahnya!

HENDRIK :
Coool, Piiih!

BUTET :
Cam mana pula cakap Bapak, tolonglah kami mo dengar, cakaplah sikit lagi,
Pak!...

JOKO WIKARTO :
Ya, atas mengakuan anak saya yang mengatakan bukan dia yang menanda
tangani teks Proklamasi, maka saya mendukungnya… Saya sampaikan kepada
guru itu bahwa bukan anak saya yang menanda tangani teks Proklamasi!…

SUSAN FATWA :
Apa reaksi bu Erni setelah mendengar penjelasan Bapak!...

JOKO WIKARTO :
Kelihatan dia kesal, dia geram, hingga akhirnya dia menangis, kemudian dari
tangisnya itu entah bagaimana dia marah dan dia mengusir saya!

SUSAN FATWA :
Jadi hal itulah yang membuat Bapak tersinggung?..

JOKO WIKARTO :
Ya!...

SUSAN FATWA :
Kini jelas persoalannya!...

JOKO WIKARTO :
Dan ini jelas! berita outentik, faktual dan kafabel, guru itu harus diberi
pelajaran… Dan harus masuk penjara! Sebab dia sudah berani menghina institusi
Kehormatan Parlement!

Setelah bicara Joko Waikarto langsung meninggalkan para Wartawan, diikuti oleh
Niken, Hendrik dan lainnya. Sementara Para Wartawan/i hanya geleng kepala dan lain

32
sebagainya, reaksi para wartawan bermacam-macam tentang apa yang didengar dari
seorang politisi ulung dan terkenal tersebut…

SUSAN FATWA :
Benar.. Jaket Merah itu memang benar… Kita memang tidak boleh melupakan
sejarah, jika kita melupakan sejarah maka akan terjadi seperti ini!...

BUTET :
Yang jelas awak sepakat, memang bukan Hendrik yang tanda tangan!...

SUSAN FATWA :
Ini gila… Ternyata Pak Joko Wikarto tidak main-main!...

BUTET :
Ala mak! Cam mana, ni pak Joko tega kali dia! Urusan ni sepele, kenapa bawa-
bawa ranah hukum!

ANGGA :
Ternyata benar, Tet! Ini sebenarnya urusan sakit hati!...

BUTET :
Cam mana kau, Ga! Ni bukan urusan sakit hati! Tapi urusan siapa penanda
tangan teks Proklamasi!...

SUSAN FATWA :
Benar!...

BILY BONG :
Gawat!... Yang salah sebenarnya siapa, bu Erni atau si Hendrik!?...

SUSAN FATWA :
Yang jelas, kata Iwan Fals, yang benar Cuma ada di Komik, Bil!

BILY BONG :
Itu absurt, San!...

SUSAN FATWA :
Ini juga absurd!...

BLACK OUT

BABAK IV

Di ruang sidang pengadilan negeri. Terlihat orang-orang sedang melakukan aksi


demonstrasi. Banyak sepanduk, poster, pamlet dan lain sebagainya bertuliskan
mendukung kebebasan sang guru yang bukan lain guru Erni. Terlihat ratusan orang itu
penuh simpatik pada bu Erni yang melawan kekuasaan sang politisi ulung, Joko
Wikarto. Di sana-sini para sesama guru, anak-anak berseragam SMK hadir sambil
menyuarakan orasinya menuntut kebebasan pahlawan tanpa tanda jasa itu. Sementara
Hakim Ketua dan empat hakim lainnya duduk di meja sidang. Dan Jaksa Penuntut

33
sudah berdiri di mimbar menuntut untuk bicara tentang Tuntutannya kepada terdakwa.
Erni sang terdakma duduk sedih bukan main di kursi terdakwa.

ORATOR I :
Jelas ini tidak adil! Ini arogansi kekuasaan yang mengakar di negeri kita!
Betuuuul!?...

KOOR PARA DEMONSTRAN :


Betuuuul!...

ORATOR II :
Jelas ini juga dekadensi moral!... Kepaganismean, keprimordialisman yang
mengakar pada diri penguasa!... Betuuul!...

KOOR PARA DEMONSTRAN :


Betuuul!...

ORATOR III :
Apapun bentuk kebodohan yang ada di negeri ini harus kita singkirkan!...

KOOR PARA DEMONSTRAN :


Betuuul!...

Tiba-tiba Hakim memukul palunya. Karena dalam ruang sidang kelihatan riuh dan tak
terkendali…

HAKIM KETUA :
Tenaaaang… Tenaaaang… Kalian harus tenang. Jika kalian tidak bisa tenang
maka kalian bisa kami usir dari ruang sidang ini…

Mendengar Hakin bicara akhirnya mereka bisa tenang. Setelah tenang, akhirnya Hakim
mempersilahkan, Jaksa Penuntut bicara.

HAKIM KETUA :
Silah, saudara Jaksa Penuntut…

JAKSA PENUNTUT :
Baik!...Jelas apa yang dilakukan oleh terdakwa, menghancurkan kredibilitas pak
Joko Wikarto dimata umum… Sebagai seorang wakil rakyat, seharusnya
terdakwa menghormatinya, menjaga kewibawaannya bukan menghinanya.
Tapi… Hal ini sama sekali diabaikan oleh terdakwa!... Maka sesuai dengan
Undang-undang yang berlaku, terdakwa harus menerima hukuman dengan pasal
yang bertepatan dengan kasus ini, penghinaan!… Maka, kami mohon kepada
Bapak Hakim Ketua dan para hakim lainnya dalam sidang kasus ini, dan atau
dalam mengambil keputusan yang adil seadil-adilnya, demi menjaga kehormatan
sidang ini dan atau demi menjaga kewibawaan hukum di bangsa ini !... Akhirnya
kami mengharap, Hukum tetap hukum dan tidak memandang siapa yang
melanggar hukum sekalipun terdakwa adalah seorang guru!... Terima kasih!...

34
Hakim Ketua dan dua hakim lainnya saling berbisik. Hakim Ketua anggukan kepala.
Kemudian Hakim Ketua tatap semua orang yang ada di dalam ruang sidang. Kemudian
dia berkata.

HAKIM KETUA :
Sebelum sidang dalam kasus ini kami putuskan… Kami persilahkan Pembela
terdakwa untuk terakhir kalinya menyampaikan keberatan, jiika memang ada
yang keberatan…

Seorang Pengacara dan Tim. Ketua Tim Pembela atau Pengacara Erni langsung
melangkah menuju mimbar. Kemudian Pengacara dia tatap Erni yang berada di padium
terdakwa.

PENGACARA :
Hakim Ketua dan para Hakim serta para Juri yang kami hormati… Kami akan
sampaikan kepada semua yang hadir di ruang sidang ini… Jelas kasus yang kita
sama-sama ikuti adalah kasus ringan, tetapi berat, ada nilai pelecehan di dalam
kasus ini… Pelecehannya kita sama-sama tahu. Dimana seorang guru yang
sekarang menjadi terdakwa menjadi terdakwa karena orang tua dari siswanya…
Seorang guru jelas! Menginginkan setiap siswa atau siswinya harus cerdas,
pandai dan tidak bodoh!...

EFFEK. HENING.

Pengacara melangkah beberapa langkah, kemudian dia tatap Terdakwa, kemudian dia
tatap Hendrik dan orang tuanya. Kembali PENGACARA melanjutkan bicaranya.

PENGACARA :
Dalam kasus ini menyakut siapa penanda tangan Terks Proklamasi… Kita semua
tahu siapa penanda tangan teks Proklamasi, adalah… Secara logika, secara
fakta… Mari kita buka mata hati, pikiran dan kecerdasan kita… Saat seorang
guru mengajar kepada anak didiknya dan guru itu bertanya tentang soal
pelajaran apapun, maka wajib hukumnya anak didik itu menjawab sebenar-
benarnya, sesuai dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya… Dan sayang…
Kita juga semua tahu, bagaimana berita panas di negeri ini persoalan siapa
penanda tangan Teks Proklamasi, bisa menenggelamkan berita-berita panas
lainnya, baik di media cetak, elektronik dan Media Sosial… Hendrik yang menjadi
anak didik seorang guru dalam hal ini, guru yang bernama, Erni menjadi
terdakwa. Pak Joko Wikarto seorang Dewan itulah yang membawa kasus ini ke
meja hijau dan menuntut gurunya sebagai pesakitan…

JAKSA PEMBELA :
Intrupsi, pak Hakim!...

Pengacara hentikan ucapannya…

HAKIM KETUA :
Silahkan!...

35
JAKSA PENUNTUT :
Guru jelas harus mendidik…

PENGACARA :
Itu memang tugas guru!... Semua orang tahu!...

JAKSA PENUNTUT :
Tapi kenapa terdakwa mengusir muridnya karena menjawab pertanyaan sang
guru itu…

PENGACARA :
Karena jawabannya, absurd. Dan ada kesan melecehkan…

JAKSA PENUNTUT :
Tidak! Jawaban itu jujur!...

PENGACARA :
Jujur… Atau tidak tahu. Yang mana!...

JAKSA PENUTUT :
Jujur dan tidak tahu, beda tipis…

PENGACARA :
Atau Bodoh!...

JAKSA PENUNTUT :
Keberatan, Pak Hakim! Dia sudah menghina Kami!...

HAKIM KETUA :
Keberatan di tolak!... Lanjutkan!...

PENGACARA :
Kalau memang anak didik itu tidak tahu jawaban dari pertanyaan gurunya, lebih
baik dia tidak angkat tangan…

HAKIM KETUA :
Jadi anak didik terdakwa itu angkat tangan!?... Siap menjawab pertanyaan
terdakwa!?...

PENGACARA :
Ya!...

HAKIM KETUA :
Tolong jelaskan, apa pertanyaan dari terdakwa dan apa jawaban dari anak didik
terdakwa!?...

PENGACARA melangkah menuju podium dimana terdakwa berdiri dengan tenang


dan pasrah.

PENGACARA :
36
Terdakwa sebagai guru bertanya kepada semua muridnya. Pertanyaannya,
“Siapa Penanda Tangan Teks Proklamasi!”…

HAKIM KETUA :
Jawaban setelah anak didik terdakwa mengakat tangan yang mempunyai arti
siap menjawab pertanyaan terdakwa, apa!?...

PENGACARA :
Anak didik terdakwa menjawabnya, “Bukan Saya!...”

HAKIM KETUA :
(mempertegas)… Jawab anak didik terdakwa, bilang “Bukan Saya!...”!?...

PENGACARA :
Ya!...

HAKIM KETUA :
Celakaaaaa!...

Mendengar Hakim berseru, semua orang tertawa… Ruang sidang itu menjadi gaduh…
Hakim ketua memukul-mukul palu…

HAKIM KETUA :
Tenang!... Tenang!...

Semua tenang… Kembali Hakim Ketua bertanya.

HAKIM KETUA :
Boleh saya bertanya kepada terdakwa!?... Apa benar yang dikatakan
Pembela!?...;

BU ERNI
Benar!...

HAKIM KETUA :
Lantas, kenapa kasus ini mencuat hingga kepengadilan! Bisa dijelaskan…

BU ERNI
Baik! Akan saya jelaskan… Setelah anak didik saya yang selama 6 tahun berada
di sekolah kami…

HAKIM KETUA :
(Aneh, Kerutkan kening)… Enam tahun anak didik saudari berada di SMK
dimana saudari mengajar!...

BU ERNI
Ya!...

HAKIM KETUA :

37
Lanjutkan!... Ini menarik…

BU ERNI
Kekecewaan saya makin menjadi. Setelah orang tua anak didik saya itu saya
panggil. Adalah pak Joko Wikarto!...

HAKIM KETUA :
Kenapa saudari kecewa!...

BU ERNI
Jelas saya kecewa!...

HAKIM KETUA :
Sebab apa!?...

BU ERNI
Orang tua anak didik saya malah mendukung jawaban anaknya!?...

HAKIM KETUA :
Bisa dijelaskan, mendukung apa!?...

BU ERNI
Mendukung jawaban yang saya pertanyakan…

HAKIM KETUA :
Tentang siapa penanda tangan teks Proklamasi itu!?...

BU ERNI
Ya!...

HAKIM KETUA :
Apa dukungannya?...

BU ERNI
Orang tua anak didik saya bilang… “memang bukan anaknya yang tanda tangan
teks Proklamasi!”…

Kelima Hakim yang semuanya melongo kemudian kelima hakim itu melakukan adegan
sidang dadakan di meja mereka… Semua hadirin juga melongo tanpa mengeluarkan
suara… Kembali pada Hakim Ketua yang meraih palu, tangannya siap mengetuk
keputusan sidang…

HAKIM KETUA :
Setelah kami mendengar, menyaksikan dan memperhatikan dengan cermat…
Maka…

Hakim Ketua Bingung, Hakim ketua tatap Hakim yang ada di kanan kirinya, kemudian
hakim yang berada di sebelah kanannya, angkat bahu sambil gelengkan kepala. Tak
lama Hakim Ketua bergerak pandangan ke arah Hakim sebelah kiri, Hakim sebelah kiri
kelihatan menelan ludah sambil gelengkan kepala. Akhirnya Hakim Ketua yang

38
tangannya masih memegang palu, dimana palu keputusan akan diketuk…Wajah Hakim
Ketua kerutkan kening. Dia kelihatan berpikir keras… Dan akhirnya…

HAKIM KETUA :
Saya… Bingung memutuskan kasus ini!... Jujur Bingung!

Sementara tangannya siap mengetuk palu…

BLACK OUT

THE END

Kamis, 19 November 2015


Herman Yagya
Email : hermanyagya1064@gmail.com
Hp. 081386499922

39

Anda mungkin juga menyukai