eISSN : 2598-3857
Abstrak
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan bahwa pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai, yang dapat dilihat dengan hanya 35,3%
remaja perempuan dan 31,2 % remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan
dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Fakta ini mencerminkan kurangnya
pemahaman remaja tentang risiko hubungan seksual serta kemampuan untuk menolak hubungan
yang tidak mereka inginkan. Jika para remaja tersebut tidak memiliki keterampilan hidup (life
skills) yang memadai, mereka berisiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat dan harus
menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik
dan psikososial. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
perilaku kesehatan reproduksi remaja di SMK Kabupaten Semarang.Desain penelitian deskriptif
Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional.Sampel dan Teknik pengambilan sampel
probability sampling sebanyak 176 orang dengan analisis uji chi-square. Hasil penelitian
didapatkan sumber informasi dari sekolah dan guru justru hanya 5,1%. Pengetahuan remaja
pengenai kesehatan reproduksi cukup baik (47,2%) dan perilaku kesehatan reproduksi yang
positif (90,9%). Ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan
perilaku kesehatan reproduksi pada remaja usia 15-19 tahun di SMK Kabupaten Semarang.
Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi perilaku kesehatan reproduksi dan peningkatan
pengetahuan sangat penting dilakukan untuk mencegah perilaku kesehatan reproduksi yang
negative.
Abstract
The results of the 2012 IDHS show that the knowledge of adolescents about reproductive health
is inadequate. It can be seen that only 35.3% of girls and 31.2% of boys aged 15-19 years know
that women can get pregnant with one sexual intercourse. This fact reflects adolescents' lack of
understanding of the risks of sexual intercourse as well as the ability to resist unwanted
relationships. If these adolescents do not have adequate life skills, they are at risk of developing
unhealthy dating behavior and have to bear the short and long term consequences of various
physical and psychosocial health problems. The research objective was to determine the
relationship between knowledge and adolescent reproductive health behavior in SMK Semarang
Regency. Analytical descriptive research design, with a cross sectional approach. Sample and
sampling technique probability sampling of 176 people with chi-square test analysis. The results
showed that only 5.1% of the sources of information were schools and teachers. Adolescent
knowledge about reproductive health is quite good (47.2%) and positive reproductive health
behavior (90.9%). There is a relationship between knowledge about reproductive health and
reproductive health behavior in adolescents aged 15-19 years at SMK in Semarang Regency.
Good knowledge will affect reproductive health behavior and increasing knowledge is very
important to prevent negative reproductive health behaviors.
menolak hubungan yang tidak mereka kenyataannya masih dianggap tabu untuk
inginkan. Jika para remaja tersebut tidak dibahas terutama di Asia Tenggara. Di
memiliki keterampilan hidup (life skills) Indonesia dengan situasi geografis yang
yang memadai, mereka berisiko memiliki terdapat beribu-ribu pulau, penyebaran
perilaku pacaran yang tidak sehat. antara penduduk belum merata dan pendidikan
lain melakukan hubungan seks pra nikah. belum merata menyebabkan belum mampu
Apabila keputusan yang diambil dalam menjangkau tingkat kesehatan yang baik.
menghadapi konflik tidak tepat, mereka Sedangkan menurut Manuaba dkk
akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan (2009:118) bahwa pada umumnya, anak-
mungkin harus menanggung akibat jangka anak memasuki usia remaja tanpa memiliki
pendek dan jangka panjang dalam berbagai pengetahuan dan pendidikan memadai
masalah kesehatan fisik dan psikososial. tentang kesehatan reproduksi, hal ini akan
Sifat dan perilaku berisiko pada remaja cenderung lebih memiliki resiko tinggi
tersebut memerlukan ketersediaan untuk berperilaku yang jauh dari yang
pelayanan kesehatan peduli remaja yang diharapkan. Bahkan, selama remaja
dapat memenuhi kebutuhan kesehatan menjalani hubungan (pacaran), informasi
remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan yang mereka dapatkan cenderung salah.
reproduksi.1,2 Sikap menabukan seks pada remaja hanya
Permasalahan remaja yang berkaitan akan mengurangi kemungkinan mereka
dengan kesehatan reproduksi yang untuk tidak membicarakan secara terbuka
semuanya berakar dari kurangnya tetapi tidak untuk mencegah perilaku
informasi, pemahaman,dan kesadaran untuk seksual. 4
mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Hasil studi pendahuluan di salah satu
Pengetahuan atau kognitif merupakan SMK Kabupaten Semarang diketahui
domain yang sangat penting dalam tindakan bahwa setiap tahun rata-rata 1-2 orang
seseorang. Sehingga sangat diperlukan siswa mengundurkan diri dari sekolah
sekali untuk meningkatkan pengetahuan dengan alasan untuk menikah. Perilaku
remaja. Banyak cara yang dapat dilakukan yang ditunjukan oleh beberapa siswa ini
untuk meningkatkan pengetahuan pada menunjukkan salah satu pengambilan sikap
remaja mulai dari pendidikan dini dari dan tindakan yang bisa jadi didasari oleh
orang tua dan memberikan kegiatan kurangya pengetahuan dan pentingnya
penyuluhan, sehingga remaja akan lebih pendidikan. Selain itu usia yang belum
memahami dan mampu mengaplikasikan dewasa juga menjadi salah satu betuk
teori yang didapatkan dengan kenyataan kurangnya pemahaman dalam
yang ada.4 mempersiakan pernikahan. Sekolah ini
Pengetahuan merupakan salah satu merupakan sekolah kejuruan swasta
faktor internal yang mempengaruhi dibawah Yayasan yang memiliki 4 jurusan
perilaku. Banyak remaja yang menunjukkan yaitu Akuntansi, Tata Busana, Teknik
perilaku yang positif dan berprestasi di Komputer dan Jaringan, Teknik Sepeda
berbagai bidang, namun banyak juga dari Motor dengan jumlah siswa 254 orang.
mereka yang berperilaku negatif seperti Dengan demikian melihat gambaran
merokok, penggunaan napza, tawuran, tersebut sangatlah penting untuk diketahui
adanya tindakan aborsi, seks bebas yang bagaimana pengetahuan siswa SMK
dapat menyebabkan kehamilan yang tidak mengenai kesehatan reproduksi, sehingga
diinginkan dan penyakit menular lainnya. perlu dicari adakah hubungan antara
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas pengetahuan siswa dengan perilaku
atau kegiatan seseorang baik yang dapat Kesehatan reproduksi remaja di SMK
diamati (observable) maupun yang tidak Swasta kabuaten Semarang.
dapat diamati (unobservable) yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan Metode
peningkatan Kesehatan.4 Desain penelitian yang digunakan
Menurut Rahman dkk Tahun 2011 adalah deskriptif Analitik. Dengan
masalah kesehatan reproduksi remaja, pada pendekatan Cross Sectional dimana
penelitian yang akan dilakukan bertujuan menikah maka semua responden dalam
mempelajari atau mengetahui hubungan penelitian ini termasuk usia remaja.
pengetahuan dengan perilaku Kesehatan Remaja pada anak usia sekolah
reproduksi remaja Variabel independen merupakan populasi yang sangat besar.
dalam penelitian ini adalahpengetahuan dan Berkaitan dengan ini, maka usia remaja
Variabel dependen dalam penelitian ini dibutuhkan pembimbingan, pengarahan, dan
adalah perilaku kesehatan reproduksi pendidikan. Pendidikan kesehatan reproduksi
remaja. Penelitian ini dilakukan secara merupakan hal yang sangat di butuhkan untuk
sekaligus pada suatu waktu, artinya setiap perkembangan masa depan, demi untuk
objek hanya diobservasi sekali saja. penguatan pendidikan kesehatan
Populasi dalam penelitian ini adalah reproduksi dalam kehidupan pribadi maupun
siswa-siswi kelas X sampai kelas XII, sosial mereka, dan sekaligus menanamkan
sampel dan Teknik pengambilan sampel nilai-nilai agama yangmenjadi landasan
menggunakan probability sampling paling utama, sebagai modal dasar atau
sebanyak 176 orang. Pengumpulan data benteng remaja Indonesia dari perilakunegatif
menggunakan instrumen kuisioner yang maupun norma-norma yang berlaku.7
mencakup 2 variabel yaitu pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi, dan perilaku 2. Jenis kelamin
kesehatan Teknik Analisis data Berdasarkan gambaran jenis kelamin
menggunakan analisis univariat yang responden yang diketahui dari tabel 2. di
bertujuan untuk menjelaskan atau bawah ini, remaja berjenis kelamin laki-laki
mendeskripsikan karakteristik setiap lebih banyak dibanding dengan perempuan,
variabel penelitian yang akan menghasilkan yaitu 57, 4 % reamaj laki-laki dan 42,6%
distribusi dan presentase dari setiap variabel remaja perempuan.
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasar
variabel yang diduga berhubungan atau Jenis kelamin
berkolerasi Analisis yang digunakan adalah Valid Cumulative
uji chi-square dengan bantuan SPSS 16 Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-Laki 101 57.4 57.4 57.4
pada nilai taraf nyata a = 0,05.
Perempuan 75 42.6 42.6 100
Total 176 100 100
Hasil dan Pembahasan
Analisis univariat
1. Umur Berdasarkan penelitian Eny Dwimawati
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Tahun 2018 diketahui bahwa siswa
Siswa perempuan memiliki pengetahuan
Valid Cumulative kesehatan reproduksi lebih baik dari pada
Frequency Percent Percent Percent siswa laki-laki. Secara umum diketahui
Valid 15 21 11.9 11.9 11.9 bahwa perempuan secara kuat berorentasi
16 44 25.0 25.0 36.9 kepada membangun sikap perhatian dalam
17 69 39.2 39.2 76.1 hubungan dengan laki- laki, sementara laki-
18 35 19.9 19.9 96.0
laki lebih tertarik pada kejadian seksual.
19 7 4.0 4.0 100
Oleh karena itu laki-laki lebih menunjukan
ketertarikan seksual dari pada perempuan.
Total 176 100 100
Hal ini didukung oleh Dounovan, etal
dalam Santrock Tahun 1993, bahwa remaja
Berdasarkan tabel 1. diatas ini diketahui perempuan lebih tertarik pada panggilan
bahwa dari semua responden berjumlah 176 aspek personality dan lebih menutupi diri
orang siswa, berumur antara 15 – 19 tahun. daripada laki-laki. Remaja laki-laki
Umur siswa terbanyakyaitu 17 tahun sekitar cenderung jarang berbagi perasaan atau
39,2 %. Hal ini sesuai dengan definisi emosi dengan sebayanya, sedangkan remaja
remaja menurut Depkes RI yaitu seseorang perempuan cenderung lebih bisa berbagai
yang berusi antara 10-19 tahun dan belum pengalaman dan perasaan.8
reproduksi remaja dan dampak perilaku Informasi Keterpaparan informasi remaja tentang
kesehatan reproduksi yang negative bagi kesehatan reproduksi (knowledge and Exposure
information of adolescents about reproductive
anak didiknya dengan mengadakan health). Jurnal Scientific Periodical of Public
kegiatan seminar, diskusi serta dapat Health and Coastal 1 Vol. 2 2019. Hal 97 - 107
bekerja sama dengan Institusi terkait yang 11. Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Perilaku
dapat menunjang kesehatan peserta didik Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta : 2010.
12. Putriani, Nasria. Faktor-Faktor yang
khususnya Kesehatan Reproduksi. mempengaruhi pengetahuan remaja tentang
Perguruan tinggi daiharapkan dapat ikut Kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1
serta memberi kontribusi sebagai bentuk Mojogedang.Semarang: Undip; 2010
wujud nyata pengabdian masyarakat untuk 13. Suparyanto, Pengukuran Perilaku. Di akses dari:
meningkatkan pengetahuan remaja http://dr-suparyanto.blogspot.com. Tanggal 3
Januari 2021 Pkl. 14.30
khususnya megenai Kesehatan reproduksi.
Kepada Petugas kesehatan juga diharapkan
dapat mempertahankan peran yang telah
baik dalam memberikan informasi
mengenai Kesehatan reproduksi remaja
termasuk dalam memberikan pelayanan
Kesehatan yang komprehensif baik bio-
psiko-sosial dan spiritual.
Daftar Pustaka
1. Diektorat jenderal bina Gizi dan KIA, Direktorat
bina Kesehatan ibu Kemenkes RI,. Pedoman
Pelayanan Kesehatan reproduksi terpadu
ditingkat pelayanan Kesehatan dasar. Jakarta:
kemenkes RI. 2015
2. Situasi Kesehatan reproduksi remaja. Infodatin.
Pusat data dan informasi Kesehatan kementerian
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI. 29 Juni 2020
3. Sirupa, Tirsa; Wantania, John; Suparman, Eddy.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi. Jurnal e- Clinic (eCI).
Juli- Desember 2016. 4 (2)
4. Aritonang, Tetty Rina.Hubungan Pengetahuan
dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi dengan
Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Usia (15-17
Tahun) di Smk Yadika 13 Tambun, Bekasi Jurnal
Ilmiah WIDYA 62. September - Desember 2015.
3 (2)
5. Sulistianingsih. Metodologi Penelitian Kebidanan
Kuantitatif – Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
2011
6. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Kesehatan (3rd ed.). Jakarta: Rineka Cipta. 2018
7. Kemenkes RI,Modul Pendidikan Kesehatan
reproduksi remaja untuk guru tingkat SD/Mi dan
Sederajat. Jakarta: Kemenkes RI. 2017.
8. Dwimawati, Eny; Anisa, Nur. Faktor-Faktor
Yang berhubungan dengan pengetahuan
Kesehatan reproduksi Remaja.: Promotor Jurnal
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 2
2018
9. Wong, L. P. (2012). An exploration of
knowledge, attitudes and behaviours of young
multiethnic Muslim-majority society in
Malaysia in relation to reproductive and
premarital sexual practices. BMC Public Health,
12(1), 865.
10. Andriani Buaton, Ahmad Syukroni Sinaga, M.
Ancha Sitorus. “Pengetahuan Remaja dan