Anda di halaman 1dari 8

pISSN : 2528-3685

eISSN : 2598-3857

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN


REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMK
KABUPATEN SEMARANG

Nur Sri Atik1, Endang Susilowati2


1,2
Stikes Panti Wilasa Semarang
e-mail: hanansa.atik@gmail.com

Abstrak
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan bahwa pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai, yang dapat dilihat dengan hanya 35,3%
remaja perempuan dan 31,2 % remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan
dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Fakta ini mencerminkan kurangnya
pemahaman remaja tentang risiko hubungan seksual serta kemampuan untuk menolak hubungan
yang tidak mereka inginkan. Jika para remaja tersebut tidak memiliki keterampilan hidup (life
skills) yang memadai, mereka berisiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat dan harus
menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik
dan psikososial. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
perilaku kesehatan reproduksi remaja di SMK Kabupaten Semarang.Desain penelitian deskriptif
Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional.Sampel dan Teknik pengambilan sampel
probability sampling sebanyak 176 orang dengan analisis uji chi-square. Hasil penelitian
didapatkan sumber informasi dari sekolah dan guru justru hanya 5,1%. Pengetahuan remaja
pengenai kesehatan reproduksi cukup baik (47,2%) dan perilaku kesehatan reproduksi yang
positif (90,9%). Ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan
perilaku kesehatan reproduksi pada remaja usia 15-19 tahun di SMK Kabupaten Semarang.
Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi perilaku kesehatan reproduksi dan peningkatan
pengetahuan sangat penting dilakukan untuk mencegah perilaku kesehatan reproduksi yang
negative.

Kata Kunci: Pengetahuan, Perilaku, Kesehatan reproduksi remaja

JIKA, Volume 5, Nomor 2, Februari 2021 45


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE LEVEL WITH ADOLESCENT


REPRODUCTIVE HEALTH BEHAVIOR IN VOCATIONAL SCHOOL STUDENTS
SEMARANG DISTRICT

Abstract
The results of the 2012 IDHS show that the knowledge of adolescents about reproductive health
is inadequate. It can be seen that only 35.3% of girls and 31.2% of boys aged 15-19 years know
that women can get pregnant with one sexual intercourse. This fact reflects adolescents' lack of
understanding of the risks of sexual intercourse as well as the ability to resist unwanted
relationships. If these adolescents do not have adequate life skills, they are at risk of developing
unhealthy dating behavior and have to bear the short and long term consequences of various
physical and psychosocial health problems. The research objective was to determine the
relationship between knowledge and adolescent reproductive health behavior in SMK Semarang
Regency. Analytical descriptive research design, with a cross sectional approach. Sample and
sampling technique probability sampling of 176 people with chi-square test analysis. The results
showed that only 5.1% of the sources of information were schools and teachers. Adolescent
knowledge about reproductive health is quite good (47.2%) and positive reproductive health
behavior (90.9%). There is a relationship between knowledge about reproductive health and
reproductive health behavior in adolescents aged 15-19 years at SMK in Semarang Regency.
Good knowledge will affect reproductive health behavior and increasing knowledge is very
important to prevent negative reproductive health behaviors.

Keywords: Knowledge, Behavior, Adolescent reproductive health

Pendahuluan relatif lebih banyak diterima oleh remaja,


Besarnya populasi kelompok usia meskipun hanya 9,9% remaja perempuan
remaja merupakan aset dan potensi bangsa dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan
di masa depan, oleh karena itu harus dapat komprehensif mengenai HIV-AIDS.
dijamin bahwa remaja Indonesia dapat Tempat pelayanan remaja juga belum
tumbuh dan berkembang secara positif dan banyak diketahui oleh remaja.3
terbebas dari berbagai permasalahan yang Semakin dininya usia haid
mengancam termasuk masalah kesehatan pertama/menarche dan semakin
reproduksi.1 meningkatnya umur pernikahan dapat
Masa remaja merupakan periode memperpanjang periode seksual akif
terjadinyapertumbuhan dan perkembangan sebelum menikah (lama lajang) pada remaja
yang pesat baik secara fisik, psikologis dan dewasa muda. Situasi ini meningkatkan
maupun intelektual. Sifat khas remaja risiko terhadap masalah kesehatan
mempunyai rasa keingintahuan yang reproduksi seperi adanya seks pranikah,
besar, menyukai petualangan dan tantangan hamil pranikah, remaja hamil, remaja
serta cenderung berani menanggung risiko melahirkan, kehamilan yang tidak
atas perbuatannya tanpa didahului oleh diinginkan, tertular IMS, HIV dan AIDS,
pertimbangan yang matang.2 perkosaan, keguguran dan pengguguran
Hasil SDKI 2012 KRR menunjukan yang tidak aman, komplikasi kehamilan
bahwa pengetahuan remaja tentang (risiko melahirkan prematur, lahir mati,
kesehatan reproduksi belum memadai, yang berat lahir rendah) dan komplikasi
dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja persalinan. Informasi tentang kesehatan
perempuan dan 31,2 % remaja laki-laki usia reproduksi pada remaja cenderung
15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan diperoleh dari teman sebaya.1
dapat hamil dengan satu kali berhubungan Fakta ini mencerminkan kurangnya
seksual. Begitu pula gejala PMS kurang pemahaman remaja tentang risiko
diketahui remaja. Informasi tentang HIV hubungan seksual serta kemampuan untuk

JIKA, Volume 5, Nomor 2, Februari 2021 46


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

menolak hubungan yang tidak mereka kenyataannya masih dianggap tabu untuk
inginkan. Jika para remaja tersebut tidak dibahas terutama di Asia Tenggara. Di
memiliki keterampilan hidup (life skills) Indonesia dengan situasi geografis yang
yang memadai, mereka berisiko memiliki terdapat beribu-ribu pulau, penyebaran
perilaku pacaran yang tidak sehat. antara penduduk belum merata dan pendidikan
lain melakukan hubungan seks pra nikah. belum merata menyebabkan belum mampu
Apabila keputusan yang diambil dalam menjangkau tingkat kesehatan yang baik.
menghadapi konflik tidak tepat, mereka Sedangkan menurut Manuaba dkk
akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan (2009:118) bahwa pada umumnya, anak-
mungkin harus menanggung akibat jangka anak memasuki usia remaja tanpa memiliki
pendek dan jangka panjang dalam berbagai pengetahuan dan pendidikan memadai
masalah kesehatan fisik dan psikososial. tentang kesehatan reproduksi, hal ini akan
Sifat dan perilaku berisiko pada remaja cenderung lebih memiliki resiko tinggi
tersebut memerlukan ketersediaan untuk berperilaku yang jauh dari yang
pelayanan kesehatan peduli remaja yang diharapkan. Bahkan, selama remaja
dapat memenuhi kebutuhan kesehatan menjalani hubungan (pacaran), informasi
remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan yang mereka dapatkan cenderung salah.
reproduksi.1,2 Sikap menabukan seks pada remaja hanya
Permasalahan remaja yang berkaitan akan mengurangi kemungkinan mereka
dengan kesehatan reproduksi yang untuk tidak membicarakan secara terbuka
semuanya berakar dari kurangnya tetapi tidak untuk mencegah perilaku
informasi, pemahaman,dan kesadaran untuk seksual. 4
mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Hasil studi pendahuluan di salah satu
Pengetahuan atau kognitif merupakan SMK Kabupaten Semarang diketahui
domain yang sangat penting dalam tindakan bahwa setiap tahun rata-rata 1-2 orang
seseorang. Sehingga sangat diperlukan siswa mengundurkan diri dari sekolah
sekali untuk meningkatkan pengetahuan dengan alasan untuk menikah. Perilaku
remaja. Banyak cara yang dapat dilakukan yang ditunjukan oleh beberapa siswa ini
untuk meningkatkan pengetahuan pada menunjukkan salah satu pengambilan sikap
remaja mulai dari pendidikan dini dari dan tindakan yang bisa jadi didasari oleh
orang tua dan memberikan kegiatan kurangya pengetahuan dan pentingnya
penyuluhan, sehingga remaja akan lebih pendidikan. Selain itu usia yang belum
memahami dan mampu mengaplikasikan dewasa juga menjadi salah satu betuk
teori yang didapatkan dengan kenyataan kurangnya pemahaman dalam
yang ada.4 mempersiakan pernikahan. Sekolah ini
Pengetahuan merupakan salah satu merupakan sekolah kejuruan swasta
faktor internal yang mempengaruhi dibawah Yayasan yang memiliki 4 jurusan
perilaku. Banyak remaja yang menunjukkan yaitu Akuntansi, Tata Busana, Teknik
perilaku yang positif dan berprestasi di Komputer dan Jaringan, Teknik Sepeda
berbagai bidang, namun banyak juga dari Motor dengan jumlah siswa 254 orang.
mereka yang berperilaku negatif seperti Dengan demikian melihat gambaran
merokok, penggunaan napza, tawuran, tersebut sangatlah penting untuk diketahui
adanya tindakan aborsi, seks bebas yang bagaimana pengetahuan siswa SMK
dapat menyebabkan kehamilan yang tidak mengenai kesehatan reproduksi, sehingga
diinginkan dan penyakit menular lainnya. perlu dicari adakah hubungan antara
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas pengetahuan siswa dengan perilaku
atau kegiatan seseorang baik yang dapat Kesehatan reproduksi remaja di SMK
diamati (observable) maupun yang tidak Swasta kabuaten Semarang.
dapat diamati (unobservable) yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan Metode
peningkatan Kesehatan.4 Desain penelitian yang digunakan
Menurut Rahman dkk Tahun 2011 adalah deskriptif Analitik. Dengan
masalah kesehatan reproduksi remaja, pada pendekatan Cross Sectional dimana

JIKA, Volume 5, Nomor 2, Februari 2021 47


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

penelitian yang akan dilakukan bertujuan menikah maka semua responden dalam
mempelajari atau mengetahui hubungan penelitian ini termasuk usia remaja.
pengetahuan dengan perilaku Kesehatan Remaja pada anak usia sekolah
reproduksi remaja Variabel independen merupakan populasi yang sangat besar.
dalam penelitian ini adalahpengetahuan dan Berkaitan dengan ini, maka usia remaja
Variabel dependen dalam penelitian ini dibutuhkan pembimbingan, pengarahan, dan
adalah perilaku kesehatan reproduksi pendidikan. Pendidikan kesehatan reproduksi
remaja. Penelitian ini dilakukan secara merupakan hal yang sangat di butuhkan untuk
sekaligus pada suatu waktu, artinya setiap perkembangan masa depan, demi untuk
objek hanya diobservasi sekali saja. penguatan pendidikan kesehatan
Populasi dalam penelitian ini adalah reproduksi dalam kehidupan pribadi maupun
siswa-siswi kelas X sampai kelas XII, sosial mereka, dan sekaligus menanamkan
sampel dan Teknik pengambilan sampel nilai-nilai agama yangmenjadi landasan
menggunakan probability sampling paling utama, sebagai modal dasar atau
sebanyak 176 orang. Pengumpulan data benteng remaja Indonesia dari perilakunegatif
menggunakan instrumen kuisioner yang maupun norma-norma yang berlaku.7
mencakup 2 variabel yaitu pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi, dan perilaku 2. Jenis kelamin
kesehatan Teknik Analisis data Berdasarkan gambaran jenis kelamin
menggunakan analisis univariat yang responden yang diketahui dari tabel 2. di
bertujuan untuk menjelaskan atau bawah ini, remaja berjenis kelamin laki-laki
mendeskripsikan karakteristik setiap lebih banyak dibanding dengan perempuan,
variabel penelitian yang akan menghasilkan yaitu 57, 4 % reamaj laki-laki dan 42,6%
distribusi dan presentase dari setiap variabel remaja perempuan.
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasar
variabel yang diduga berhubungan atau Jenis kelamin
berkolerasi Analisis yang digunakan adalah Valid Cumulative
uji chi-square dengan bantuan SPSS 16 Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-Laki 101 57.4 57.4 57.4
pada nilai taraf nyata a = 0,05.
Perempuan 75 42.6 42.6 100
Total 176 100 100
Hasil dan Pembahasan
Analisis univariat
1. Umur Berdasarkan penelitian Eny Dwimawati
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Tahun 2018 diketahui bahwa siswa
Siswa perempuan memiliki pengetahuan
Valid Cumulative kesehatan reproduksi lebih baik dari pada
Frequency Percent Percent Percent siswa laki-laki. Secara umum diketahui
Valid 15 21 11.9 11.9 11.9 bahwa perempuan secara kuat berorentasi
16 44 25.0 25.0 36.9 kepada membangun sikap perhatian dalam
17 69 39.2 39.2 76.1 hubungan dengan laki- laki, sementara laki-
18 35 19.9 19.9 96.0
laki lebih tertarik pada kejadian seksual.
19 7 4.0 4.0 100
Oleh karena itu laki-laki lebih menunjukan
ketertarikan seksual dari pada perempuan.
Total 176 100 100
Hal ini didukung oleh Dounovan, etal
dalam Santrock Tahun 1993, bahwa remaja
Berdasarkan tabel 1. diatas ini diketahui perempuan lebih tertarik pada panggilan
bahwa dari semua responden berjumlah 176 aspek personality dan lebih menutupi diri
orang siswa, berumur antara 15 – 19 tahun. daripada laki-laki. Remaja laki-laki
Umur siswa terbanyakyaitu 17 tahun sekitar cenderung jarang berbagi perasaan atau
39,2 %. Hal ini sesuai dengan definisi emosi dengan sebayanya, sedangkan remaja
remaja menurut Depkes RI yaitu seseorang perempuan cenderung lebih bisa berbagai
yang berusi antara 10-19 tahun dan belum pengalaman dan perasaan.8

JIKA, Volume 5, Nomor 2, Februari 2021 48


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

3. Sumber informasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Informasi yang didapat pada Nasional (RPJMN) tahun 2017
seseorang akan meningkatkan menunjukkan bahwa dalam lingkup
pengetahuan, sehingga jika seseorang nasional,sumber informasi KRR bagi
yang lebih sering mendapatkan informasi remaja adalah media elektronik khususnya
maka tingkat pengetahuannya lebih televisi sebesar 92,2% sementara yang
tinggi.8 mendapat paparan informasi melalui media
Berdasarkan tabel 3. dibawah ini luar ruang seperti spanduk, baliho dan lain
diketahui bahwa 47,7% sumber informasi lain sebanyak 42,7% (BKKBN, 2017).
mengenai Kesehatan reproduksi remaja Siregar (2019) mengungkapkan pemberian
didapatkan dari tenaga Kesehatan termasuk informasi kesehatan merupakan hal yang
didalamnya dari puskesmas. Sedangkan sangat penting untuk mendukung
sumber informasi yang lain berasal dari pelaksanaan program kesehatan.10
internet, televisi dan buku sebanyak 17 %. Sekolah bisa dijadikan tempat yang
Sumber informasi dari sekolah dan guru penting dalam menyediakan informasi
justru hanya 5,1 %. kesehatan reproduksi bagi remaja sehingga
Table 3. Distribusi Frekuensi berdasar dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
Sumber Informasi Informasi kesehatan reproduksi tidak harus
Valid Cumulative disampaikan pada saat jambelajar, namun
Frequency Percent Percent Percent bisa dijadikan sebagai kegiatan
Valid Tenaga ekstrakurikuler atau pelajaran tambahan.
Kesehatan, 84 47.7 48.0 48.0
Puskesmas Sesilia tahun 2017 menyebutkan bahwa
Orang Tua, layanan guru bimbingan dan konseling di
23 13.1 13.1 61.1
asrama sekolah memiliki dampak positif bagi
Teman 8 4.5 4.6 65.7 perkembangan siswa.10
Sekolah,
9 5.1 5.1 70.9
Guru
Internet,
4. Pengetahuan
televisi, 30 17.0 17.1 88.0 Pengetahuan Menurut Notoadmodjo
buku tahun 2010 bahwa pengetahuan dipengaruhi
Belum
21 11.9 12.0 100 oleh pengalaman seseorang, kemudian
Pernah
pengalaman tersebut dapat diekspresikan,
Total 175 99.4 100
diyakini sehingga menimbulkan motivasi
Miss- System
ing
1 .6 serta faktor lain yang mempengaruhi
Total 176 100 pengetahuan adalah lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun non fisik dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sosial budaya. Sumber pengetahuan
sebelumnya terhadap 1.695 remaja sebagian besar didapatkan dari
perempuan di Malaysia mengenai penginderaan yaitu indra pengelihatan dan
pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap indra pendengaran.11
sistem reproduksi manusia, kontrasepsi dan Tabel 4. Distribusi Frekuensi
isu pre-marital seks menunjukkan bahwa Pengetahuan
Valid Cumulative
setengah dari responden dilaporkan tidak Frequency Percent Percent Percent
mengakses informasi mengenai kesehatan Valid Baik 82 46.6 46.6 46.6
reproduksi dan seksualitas, salah satu Cukup 83 47.2 47.2 93.8
alasan utama mereka tidak mencari Kurang 11 6.2 6.2 100
informasi mengenai hal tesebut adalah Total 176 100 100
karena mereka belum menikah sehingga
merasa belum butuh akan informasi Berdasarkan table 4. diatas diketahui
mengenai hal tersebut.9 bahwa 47,2% siswa berpengetahuan cukup,
Media memegang peran penting dalam 46,6 % siswa SMK berpengetahuan baik
penyebarluasan informasi tentang kesehatan dan sisanya hanya 6,2% siswa yang
reproduksi remaja. Berdasarkan Survey berpengetahuan kurang.

JIKA, Volume 5, Nomor 2, Februari 2021 49


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

Berdasarkan penelitian Nasria Putriani, seksualberganti-ganti pasangan,aborsi tidak


diketahui bahwa faktor-faktor yang aman, dan perilaku berisiko tertular lnfeksi
mempengaruhi pengetahuan seseorang Menular Seksual (IMS) termasuk HIV.
adalah informasi, media massa, pengaruh Perilaku berisiko lain yang dapat
orang terdekat, orang tua, teman sebaya.12 berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi
antara lain penyalahgunaan narkotika,
5. Perilaku psikotropika, dan zat adiktif (napza) dan
Perilaku adalah suatu hal yang perilaku gizi buruk yang dapat
dikerjakan oleh organisme tersebut, baik menyebabkan masalah gizi khususnya
dapat diamati secara langsung atau secara anemia. Hal ini untuk mempersiapkan
tidak langsung. Hal ini berarti bahwa remaja untuk menjalani kehidupan
perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu reproduksi yang sehat dan bertanggung
yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, jawab yang meliputi persiapan fisik, psikis,
yaitu yang disebut rangsangan. Dengan dan sosial untuk menikah dan menjadi
demikian, maka suatu rangsangan tertentu orang tua pada usia yang matang.2
akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu.11 Analisis Bivariat
Perilaku adalah respon individu terhadap Dalam penelitian ini dilakukan untuk
suatu stimulus atau suatu tindakan yang mencari hubungan antara pengetahuan dan
dapat diamati dan mempunyai frekuensi perilaku Kesehatan reproduksi remaja.
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari Berdasarkan table 6 dibawah ini diketahui
maupun tidak. Perilaku merupakan bahwa hasil analisis Chi-Square Test antara
kumpulan berbagai faktor yang saling pengetahuan dan perilaku remaja di SMK
berinteraksi.13 kabupaten semarang menunjukan hasil
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Perilaku bahwa ada hubungan antara pengetahuan
Remaja dengan perilaku Kesehatan reproduksi
Valid Cumulative remaja. Hal ini didasari dari hasil uji
Frequency Percent Percent Percent statistic chi- square dengan taraf
Valid Perilaku
positif
160 90.9 90.9 90.9 signifikansi 5% didapatkan p-value sebesar
Perilaku
0,000 artinya bahwa ada hubungan yang
16 9.1 9.1 100 signifikan secara statistik antara
Negatif
Total 176 100 100 pengetahuan dengan perilaku kesehatan
reproduksi.
Berdasarkan table 5. diatas diketahui Tabel 6. Chi-Square Tests
bahwa remaja yang dalam hal ini siswa Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
SMK yang berperilaku positif sebanyak
Pearson Chi-Square 17.787a 2 .000
90,9% sedangkan yang berperilaku negative
Likelihood Ratio 17.076 2 .000
sebanyak 9,1 %. Linear-by-Linear
Perilaku kesehatan adalah semua 16.711 1 .000
Association
aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang N of Valid Cases 176
dapat diamati (observable) maupun yang a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The
tidak dapat diamati (unobservable) yang minimum expected count is 1,00.

berkaitan dengan pemeliharaan dan


peningkatan kesehatan.13 Hal ini sesuai dengan teori precede
Pelayanan kesehatan reproduksi remaja proceed yang dikembangkan oleh
bertujuan untuk Mencegah dan melindungi Lawrence Green didapatkan bahwa perilaku
remaja dari perilaku seksual berisiko dan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu
perilaku berisiko lainnya yang dapat faktor predisposing yang meliputi
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. pengetahuan, sikap, nilai-nilai, tradisi,
Perilaku seksual berisiko antara lain kepercayaan, dan lain-lain, faktor enabling
sekspranikah yang dapat berakibat pada yang meliputi ketersediaan akses,
kehamilan tidak diinginkan, perilaku pelayanan kesehatan, paparan
media/informasi, dan lain-lain, serta faktor

JIKA, Volume 5, Nomor 2, Februari 2021 50


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

reinforcing yang meliputi tokoh kebutuhan remaja melalui program yang


masyarakat, keluarga, teman sebaya, tepat termasuk pendidikan dan konseling,
pemerintah, peraturan, penghargaan dan perlindungan remaja terhadap kekerasan
hukuman.6 seksual, memberikan informasi mengenai
Efendy tahun 2016 dan Siregar tahun kesehatan reproduski, serta pencegahan
2019 menyebutkan bahwa pengetahuan PMS (premenstrual syndrome), prevensi
merupakan hal yang sangat penting HIV/AIDS, program prevensi dan
dimiliki, hal ini disebabkan pengetahuan perawatan pelecehan seksual remaja,
dapat mempengaruhi tindakan yang diambil sehingga remaja dapat memahami perlu nya
oleh orang tersebut. Pada zaman sekarang menjaga kesehatan reproduksi dan mengerti
ini remaja menjadi korban ketidak pahaman tentang dampak yang ditimbulkan dari
perilaku seksual berisiko di usia muda perilaku yang tidak bertanggung jawab.
mereka. Salah satu risikonya adalah Dengan demikian dapat dipahami bahwa
kehamilan yang tidak diinginkan yang pengetahuan yang kurang tentang kesehatan
berujung pada pernikahan dini yang reproduksi akan mempengaruhi perilaku
menyebabkan mereka jadi putus sekolah seks pranikah pada remaja
dan harus mengemban tugas yang belum Dengan melihat begitu banyak nya
saatnya menjadi tanggung jawab resiko yang bisa ditimbulkan akibat
mereka.10 perilaku yang tidak baik maka peningkatan
Pengetahuan remaja Indonesia tentang pengetahuan siswa khususnya mengenai
kesehatan reproduksi dan seksualsangat Kesehatan reproduksi remaja perlu
memperihatinkan.Pengetahuan seks yang ditingkatkan dan perlu melibatkan semua
hanya setengah-setengah tidak hanya aspek. Peran guru, orang tua, teman sebaya,
mendorong remaja untuk mencoba-coba, sumber informasi dan media lainnya bisa
tetapi juga bisa menimbulkan salah persepsi sangat mendukung untuk meningkatkan
(Santosa, 2019). Pada masa remaja, pengetahuan siswa.
informasi tentang masalah seksual sudah
seharusnya mulai diberikan untuk Kesimpulan
menghindari agar remaja tidak mencari Berdasarkan hasil penelitian didapatkan,
informasi sendiri dari teman atau sumber- usia remaja paling banyak 17 tahun
sumber lain yang tidak jelas atau bahkan (39,2%), jumlah siswa yang menjadi
keliru sama sekali.10 responden paling banyak adalah laki-laki
Peran pemerintah dalam upaya (57,4%). Sumber informasi mengenai
mengatasi hal ini salah satunya adalah Kesehatan reproduksi paling banyak dari
dengan adanya puskesmas PKPR. Hingga tenaga Kesehatan (47,7%) yang lain berasal
akhir tahun 2014 terdapat 81,69% dari internet, televisi dan buku sebanyak 17
kabupaten/kota yang memiliki minimal 4 %. Sumber informasi dari sekolah dan guru
puskesmas PKPR dan 2.999 dari 9.731 justru hanya 5,1 %.
puskesmas (31%) yang mampu Pengetahuan remaja mengenai
melaksanakan PKPR. Cakupan Kesehatan reproduksi Cukup baik(47,2%)
kabupaten/kota yang mampu laksana PKPR dan perilku Kesehatan reproduksi yang
terus meningkat, namun masih di bawah positif (90,9%)Ada hubungan antara
target yaitu 90% pada akhir tahun 2014. pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi
Padaakhir tahun 2019, ditargetkan 45% dengan perilaku Kesehatan reproduksi pada
puskesmasdi Indonesia telah remaja usia 15-19 tahun di SMK Kabupaten
menyelenggarakan kegiatan kesehatan Semarang. Peningkatan pengetahuan sangat
remaja. penting dilakukan untuk mencegah perilaku
Dari teori dan hasil di atas peneliti Kesehatan reproduksi yang negatif.
memberikanpandangan bahwa kurangnya Beberapa saran yang dapat dilakukan
informasi mengenai perilaku seks antara lain, kepada pengurus sekolah SMK
disebabkan oleh kurangnya peran orang tua diharapkan dapat meningkatkan program-
dan adanya situasi yang mendukung. Untuk program yang berkaitan dengan
itu perlunya informasi tentang pemenuhan pengetahuan mengenai kesehatan

JIKA, Volume 5, Nomor 2, Februari 2021 51


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

reproduksi remaja dan dampak perilaku Informasi Keterpaparan informasi remaja tentang
kesehatan reproduksi yang negative bagi kesehatan reproduksi (knowledge and Exposure
information of adolescents about reproductive
anak didiknya dengan mengadakan health). Jurnal Scientific Periodical of Public
kegiatan seminar, diskusi serta dapat Health and Coastal 1 Vol. 2 2019. Hal 97 - 107
bekerja sama dengan Institusi terkait yang 11. Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Perilaku
dapat menunjang kesehatan peserta didik Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta : 2010.
12. Putriani, Nasria. Faktor-Faktor yang
khususnya Kesehatan Reproduksi. mempengaruhi pengetahuan remaja tentang
Perguruan tinggi daiharapkan dapat ikut Kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1
serta memberi kontribusi sebagai bentuk Mojogedang.Semarang: Undip; 2010
wujud nyata pengabdian masyarakat untuk 13. Suparyanto, Pengukuran Perilaku. Di akses dari:
meningkatkan pengetahuan remaja http://dr-suparyanto.blogspot.com. Tanggal 3
Januari 2021 Pkl. 14.30
khususnya megenai Kesehatan reproduksi.
Kepada Petugas kesehatan juga diharapkan
dapat mempertahankan peran yang telah
baik dalam memberikan informasi
mengenai Kesehatan reproduksi remaja
termasuk dalam memberikan pelayanan
Kesehatan yang komprehensif baik bio-
psiko-sosial dan spiritual.

Daftar Pustaka
1. Diektorat jenderal bina Gizi dan KIA, Direktorat
bina Kesehatan ibu Kemenkes RI,. Pedoman
Pelayanan Kesehatan reproduksi terpadu
ditingkat pelayanan Kesehatan dasar. Jakarta:
kemenkes RI. 2015
2. Situasi Kesehatan reproduksi remaja. Infodatin.
Pusat data dan informasi Kesehatan kementerian
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI. 29 Juni 2020
3. Sirupa, Tirsa; Wantania, John; Suparman, Eddy.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi. Jurnal e- Clinic (eCI).
Juli- Desember 2016. 4 (2)
4. Aritonang, Tetty Rina.Hubungan Pengetahuan
dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi dengan
Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Usia (15-17
Tahun) di Smk Yadika 13 Tambun, Bekasi Jurnal
Ilmiah WIDYA 62. September - Desember 2015.
3 (2)
5. Sulistianingsih. Metodologi Penelitian Kebidanan
Kuantitatif – Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
2011
6. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Kesehatan (3rd ed.). Jakarta: Rineka Cipta. 2018
7. Kemenkes RI,Modul Pendidikan Kesehatan
reproduksi remaja untuk guru tingkat SD/Mi dan
Sederajat. Jakarta: Kemenkes RI. 2017.
8. Dwimawati, Eny; Anisa, Nur. Faktor-Faktor
Yang berhubungan dengan pengetahuan
Kesehatan reproduksi Remaja.: Promotor Jurnal
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 2
2018
9. Wong, L. P. (2012). An exploration of
knowledge, attitudes and behaviours of young
multiethnic Muslim-majority society in
Malaysia in relation to reproductive and
premarital sexual practices. BMC Public Health,
12(1), 865.
10. Andriani Buaton, Ahmad Syukroni Sinaga, M.
Ancha Sitorus. “Pengetahuan Remaja dan

JIKA, Volume 5, Nomor 2, Februari 2021 52

Anda mungkin juga menyukai