Anda di halaman 1dari 13

STERILISASI DAN TEKNIK ASEPTIS

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK ANALISIS MIKROBIOLOGI

Oleh:
Meita Ayu Puspitasari
181810401009

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam ukuran


kecil yang dapat dilihat melalui mikroskop. Mikroba merupakan jasad renik yang
berukuran kecil yang sering disebut sebagai mikroorganisme (Andriani, 2016).
Pengenalan alat dan sterilisasi merupakan hal penting yang perlu diketahui ketika
bekerja dalam bidang mikrobiologi. Objek yang terbebas dari mikroba disebut
sebagai keadaan steril. Sterilisasi dalam bidang mikrobiologi sangat diutamakan,
baik dari segi alat dan bahan yang akan digunakan.
Sterilisasi merupakan teknik untuk mematikan semua organisme mikrob
yang terdapat pada suatu benda. Sterilisasi yang dilakukan harus mampu
membunuh semua jenis mikrob, termasuk mikrob yang tahan panas seperti spora
bakteri. Sterilisasi yang tidak maksimal ditunjukkan dengan masih adanya mikrob
yang tidak diinginkan tubuh pada medium isolasi. Berdasarkan hal tersebut
penting bagi praktikan ataupun orang yang bekerja dalam bidang mikrobiologi
untuk mengetahui teknik sterilisasi.
Steril merupakan suatu syarat mutlak yang mempengaruhi keberhasilan
kerja dalam laboratorium mikrobiologi. Sterilisasi dilakukan menggunakan
teknik-teknik tertentu agar proses sterilisasi tersebut dapat berlangsung maksimal.
Berdasarkan uraian tersebut maka diadakan praktikum sterilisasi alat dan bahan.
Tujuan diadakannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui teknik sterilisasi pada
alat dan bahan, serta macam-macam teknik sterilisasi.
BAB 2. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
- Autoklaf
- Oven
- Laminar Air Flow (LAF)
2.1.2. Bahan
- Tisu
- Alkohol 70%
- Dorslag

2.2 Langkah kerja


a. Teknik aspetik
Disemprot meja menggunakan alkohol 70% lalu dilap menggunakan
tisu

Disemprotkan alkohol 70% ke telapak tangan kemudian diratakan

Disiapkan dua bunsen yang berhadapan dengan praktikan dan juga


alat dan bahan yang akan digunakan

Dinyalakan bunsen lalu dilakukan sterilisasi pemijaran pada ose

Diambil tabung reaksi dan dibuka kapas penutupnya

Dipanaskan mulut tabung reaksi yang akan digunakan untuk inokulasi

Ditutup kembali tabung reaksi menggunakan kapas

Hasil
b. Sterilisasi kering (Oven)
Dibungkus alat yang akan disterilkan menggunakan doorslag atau
alumunium foil

Dihidupkan oven dan diatur suhu yang dibutuhkan

Dibuka oven dan dimasukkan alat-alat yang akan disterilisasi dengan


rapi

Ditutup oven dan diatur waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi

Hasil

c. Sterilisasi basah (Autoklaf)


Dibungkus alat yang akan disterilkan menggunakan doorslag atau
alumunium foil

Dimasukkan alat-alat tersebut ke dalam ansang dan ditata dengan


rapi

Diisikan aquades ke dalam autoklaf sampai batas angsang

Dimasukkan angsang berisi alat-alat yang akan disterilkan ke


dalam autoklaf

Disambungkan stop kontak dengan aliran listrik

Diatur timer dan suhu yang diperlukan, lalu ditekan tombol on ke


atas

Ditutup autoklaf dan dikencangkan bautnya


Ditutup klep pengaman setelah air mendidih

Setelah sterilisasi selesai, dibuka klep pengaman dan baut pada


autoklaf

Dibuka tutup autoklaf

Hasil

d. Laminar Air Flow (LAF)


Dinyalakan lampu UV 15 menit sebelum dilakukan pekerjaan

Dimatikan lampu UV

Dinyalakan lampu TL ketika akan dimulai pekerjaan

Disemprot meja kerja menggunakan alkohol 70%

Diletakkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan


pekerjaan

Hasil
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Alat yang
No. Sterilisasi Gambar + Literatur
digunakan
1. Pemanasan
kering:
a. Pemijaran Bunsen
b. Pembakaran Bunsen
c. Hot Air Oven Oven

Bunsen

Oven
2. Pemanasan Autoklaf
basah

3. Sinar UV Laminar Air


Flow (LAF)
4. Filtrasi Millipore
syringe

5. Teknik aseptik Bekerja


menggunakan
api bunsen

3.2 Pembahasan
Sterilisasi merupakan teknik pembebasan alat dan bahan dari
segala jenis aktivitas khususnya mikroorganisme dan menghindari
kontaminasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara fisik, mekanik
maupun kimiawi. Sterilisasi fisik didasarkan pada tindakan pemanasan
atau penyinaran. Sterilisasi mekanik menggunakan suatu saringan yang
berpori kecil. Sterilisasi kimiawi mencakup sterilisasi dengan gas dan
larutan desinfektan (Sofianan dan Wahyuni, 2015).
Metode sterilisasi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu metode
kering, metode basah, penyaringan desinfektan dan pasteurisasi.
Sterilisasi kering terbagi menjadi dua cara, yaitu dengan pemijaran api
menggunakan nyala api bunsen dan menggunakan oven. Sterilisasi kering
digunakan untuk mensterilkan perangkat kaca, seperti erlenmeyer,
petridish dan alat-alat yang terbuat dari alumunium. Sterilisasi kering
dilakukan dengan pemanasan pada suhu 170-180 C selama 2 jam. Alat
yang disterilisasi terlebih dahulu dibungkus menggunakan doorslag
ataupun kertas buram (Misna dan Diana, 2016).
Sterilisasi basah merupakan sterilisasi yang menggunakan uap
bertekanan untuk proses sterilisasinya. Sterilisasi ini terbagi menjadi dua
macam cara. Pertama adalah sterilisasi dengan uap air yang terdapat
angsang diatas air untuk meletakkan bahan yang akan disterilisasi dan
biasanya menggunakan suhu 100C selama 30 menit. Kedua sterilisasi
menggunakan uap air bertekanan dengan autoklaf. Alat dan bahan yang
akan disterilisasi menggunakan autoklaf harus dibungkus dengan
doorslag terlebih dahulu, lalu dimasukkan ke dalam autoklaf yang telah
terdapat angsang didalamnya. Suhu yang digunakan pada sterilisasi
autoklaf adalah 121C, dengan tekanan 15 lbs selama 15-20 menit
(Harastuti et al., 2019).
Sterilisasi menggunakan teknik penyaringan digunakan untuk
bahan-bahan yang tidak tahan panas (termolabil). Bahan yang tidak tahan
panas contohnya adalah enzim dan antibiotik. Sterilisasi ini dikerjakan
menggunakan suatu alat saring dengan pori yang sangat kecil, biasanya
menggunakan ukuran 0,22 atau 0,45 mikron. Hal tersebut bertujuan agar
mikroba dapat tertahan oleh saringan. Sterilisasi dengan cara ini terbagi
dalam tiga kelompok, yaitu berkefeld filter, chamberland filter dan siestz
filter (Langkong et al., 2018).
Sterilisasi menggunakan desinfektan merupakan sterilisasi yang
menggunakan larutan kimia dalam prosesnya. Metode ini dilakukan pada
alat dan bahan yang tidak tahan panas maupun sterilisasi meja kerja.
Desinfektan yang sering digunakan dalam sterilisasi harus memiliki sifat
yang mampu membunuh sel vegetatif mikrob tapi tidak membunuh
endospora, seperti H₂O₂, O₃ dan HgCl₂. Larutan alkohol atau etanol 70%
biasanya juga digunakan untuk sterilisasi meja kerja sebelum melakukan
pekerjaan mikrobiologi (Susatyo, 2016).
Sterilisasi menggunakan teknik pasteurisasi merupakan sterilisasi
panas basah. Sterilisasi ini menggunakan pemanasan dengan suhu
rendah dibawah 100C. Tujuan dari pasteurisasi adalah untuk emmbunuh
populasi mikroorganisme dan menonaktifkan enzim-enzim. Teknik
pasteurisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Low Temperature
Long Time (LTLT) dengan suhu 63C selama 30 menit dan High
Temperature Short Time (HTST) dengan suhu 72C selama 15 detik
(Raharjo, 2010).
Autoklaf merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi
menggunakan metode sterilisasi panas basah. Sterilisasi basah ini
digunakan untuk alat maupun bahan tahan panas dengan uap air
bertekanan. Prinsip kerja dari autoklaf adalah mensterilkan alat dan bahan
tahan panas menggunakan suhu tinggi 121C dan uap air bertekanan 15
lbs yang mendesak udara didalam autoklaf. Steriliasi menggunakan
autoklaf biasanya menggunakan rentang waktu 15-20 menit tergantung
pada alat dan bahan yang disterilkan (Andriani, 2016).
Laminar Air Flow (LAF) merupakan ruang kerja steril yang
digunakan untuk inokulasi mikroorganisme atau pekerjaan yang
membutuhkan kondisi aseptis. LAF berbentuk seperti meja yang ditutup
dengan kaca dan dilengkapi dengan sinar UV, blower dan lampu TL.
Prinsip kerja dari LAF adalah menggunakan sinar UV untuk proses
sterilisasi sebelum bekerja dan blower untuk menyaring udara dari
lingkungan ketika melakukan pekerjaan. Blower bekerja dengan
menyaring aliran udara secara horizontal dari dalam keluar, sehingga
meminimalisisr kontaminasi udara (Harjanto dan Raharjo, 2019).
Oven merupakan suatu alat yang digunakan untuk sterilisasi kering
alat-alat laboratorium menggunakan panas. Oven terbuat dari logam yang
didalamnya terdapat udara kering dan panas yang didapatkan dari daya
listrik. Sterilisasi menggunakan oven biasanya digunakan untuk sterilisasi
alat-alat berbahan kaca dan alumunium. Alat yang akan disterilkan
menggunakan oven terlebih dahulu dibungkus menggunakan doorslag
ataupun kertas buram untuk mencegah keretakan pada alat dan
kontaminasi alat saat dikeluarkan dari dalam oven. Prinsip kerja dari oven
adalah mensterilkan alat-alat laboratorium berbahan kaca dan alumunium
dengan suhu tinggi 170-180C dengan waktu 1-2 jam (Andriani, 2016).
BAB 4. KESIMPULAN

Laboratorium memiliki berbagai alat dan bahan yang digunakan untuk


pekerjaan penelitian, khususnya laboratorium mikrobiologi. Alat dan bahan
yang digunakan harus steril, sehingga diperlukan teknik sterilisasi.
Sterilisasi merupakan proses untuk membebaskan alat dan bahan yang
digunakan dari berbagai macam aktivitas kehidupan, khususnya
mikroorganisme. Sterilisasi dibagi kedalam beberapa metode, yaitu
sterilisasi kering, sterilisasi basah, penyaringan, sterilisasi menggunakan
desinfektan dan pasteurisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk


Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi. 1(1)
Harjanto, S., dan Raharjo. 2019. Peran Laminar Air Flow Cabinet Dalam
Uji Mikroorganisme Bagi Mahasiswa Tugas Akhir Di Laboratorium
Biokimia. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan. 1(1): 15-18.
Herastuti, S., H. Wiworo, S. Hidayati, dan M.H. Bakti. 2019. Panci Tekan
Sebagai Alat Sterilisasi Alternatif Pengganti Autoklaf. Tugas Akhir.
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Langkong, J., N.K. Sukendar, dan Z. Ihsan. 2018. Studi Pembuatan
Minuman Isotonik Berbahan Baku Air Kelapa Tua (Cocos nicifera
L.) Dan Ekstrak Belimbing Wuluh (Avverhoa bilimbi L.)
Menggunakan Metode Sterilisasi Non-Thermalselama
Penyimpanan. Canrea Journal: Food Technology, Nutritions, and
Culinary Journal. 1(1): 53-62.
Misna dan K. Diana. 2016. Aktivitas Aktibakteri Ekstrak Kulit Bawang
Merah (Allium cepa L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.
Galenika Journal of Pharmacy. 2(2): 138-144.
Raharjo, P. 2010. Sistem Pengendali Temperatur Untuk Proses
Pasteurisasi Alat-Alat Medis. Teknologi Elektro. 9(1): 100-107.
Sofiana, L., dan D. Wahyuni. 2015. Pengaruh Sterilisasi Ozon Terhadap
Penurunan Angka Kuman Udara Di Ruang Rawat Inap Di Rumah
Sakit Umum Pku Muhammadiyah Bantul 2014. KESMAS. 9(1): 19-
24.
Susatyo, J.H. 2016. Perbedaan Pengaruh Pengolesan Dan Perendaman
Alkohol 70% Terhadap Penurunan Angka Hitung Kuman Pada Alat
Kedokteran Gigi. Jurnal Vokasi Kesehatan. 11(2): 160-164.

Anda mungkin juga menyukai