Anda di halaman 1dari 14

FORMAT DRAF PROPOSAL PTK

JUDUL Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa kelas 7.1 di SMPN 1 Afulu
IDENTITAS Ari Gitariani Pajriati (1813071006)
PENULIS Rinda Mawar Rianti Waruwu (1813071014)
Poniah (1813071018)
PENDAHULUA A. Latar Belakang
N Pendidikan adalah kunci kemajuan dan perkembangan yang
berkualitas karena pendidikan manusia dapat mewujudkan semua
potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
masyarakat. Untuk mewujudkannya, manusia harus melewati proses
pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Maka pendidikan adalah suatu usaha umtuk meningkatkan diri dalam
segala aspek yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan
guru (Patoni, 2004:12). Sesorang dapat mengembangkan kemampuan,
sikap dan tingkah laku di dalam masyarakat tempat mereka hidup jika
mereka melewati proses pendidikan. (Fattah, 2013:14).
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Keberhasilan proses pendidikan akan berdampak
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah
tempat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(Sukmadinata, tanpa tahun:3).
Pendidik harus mampu menumbuhkan motivasi peserta didik dan
mampu merencanakan serta melaksanakan proses pembelajaran yang
efektif, kreatif, dan menyenangkan. Sedangkan dalam pelaksanaannya
perlu memperhatikan pemilihan model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran adalah serangkaian antara pendekatan, strategi,
metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Sedangkan mengajar adalah
proses atau upaya pendidik agar peserta didik mau belajar dan
menjadi pelajar yang aktif, kritis dan kreatif (Sanjaya, 2009). Jadi

0
tugas guru adalah dapat menumbuhkan motivasi kepada peserta didik
agar mau belajar.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelum pengajaran
dilakukan. Hal tersebut berarti bahwa tujuan pendidikan akan dapat
dicapai dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat, sesuai
dengan standar keberhasilan dalam suatu tujuan (Bahri, 2010:3).
Salah satu mata pelajaran yang menuntut penggunaan model
pembelajaran yang sesuai adalah mata pelajaran IPA.
IPA merupakan salah satu bidang studi yang berperan penting
dalam pendidikan. Sebagai bukti pelajaran IPA diberikan kepada
semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai
Perguruan Tinggi. Mengingat pentingnya IPA, maka dalam
pengajarannya bukan hanya untuk mengetahui dan memahami yang
terkandung dalam IPA itu sendiri, tetapi lebih menekankan pada pola
berfikir siswa agar dapat menguasai dan memecahkan masalah sesuai
dengan metode ilmiah.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMP Negeri 1 Afulu,
terdapat masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran yaitu
rendahnya hasil belajar siswa disekolah. Hal ini disebabkan karena
kurangnya antusias belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA.
Disekolah tersebut masih masih berpusat pada guru, sehingga pada
proses pembelajarannya hanya beberapa siswa yang aktif di kelas.
Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan menerapkan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa untuk berpikir dan analitis. Salah satunya dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri. model pembelajaran
inkuiri terbukti bermanfaat bagi pembelajaran siswa dalam banyak
hal. Pendekatan pembelajaran inkuiri telah terbukti berdampak positif
pada hasil afektif siswa.

1
Pembelajaran inkuiri adalah serangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri dibangun dengan asumsi bahwa
sejak lahir manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di
sekililingnya tersebut merupakan kodrat sejak ia lahir ke dunia,
melalui indra penglihatan, pendengaran, dan indra-indra yang lainnya.
Keingintahuan manusia terus menerus berkembang hingga dewasa
dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang
dimilikinya akan menjadi bermakna manakala didasari oleh
keingintahuan tersebut (Sanjaya, 2006:194).
Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, diharapkan
siswa mampu mengembangkan keterampilan sehingga mampu
meningkatkan hasil belajar dalam proses belajar mengajar yang
dilaksanakan di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti akan menjelaskan
tentang masalah yang timbul dalam penelitian ini, antara lain:
1. Kurangnya antusias belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA
2. Kurangnya motivasi siswa untuk belajar IPA
3. Siswa cenderung diam dan enggan bertanya kepada guru ketika
mengalami kesulitan mengerjakan soal.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan guru.
C. Pembatasan masalah
Agar masalah ini dapat dikaji secara menyeluruh, maka perlu
adanya pembatasan masalah pada kurangnya antusias belajar siswa
terhadap mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran inkuiri.
Sehingga diharapkan permasalahan yang dialami berupa hasil belajar
siswa di kelas 7.1 di SMP Negeri 1 Afulu bisa diatasi.

2
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang digunakan yaitu:
1. Apakah model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas 7.1 di SMPN 1 Afulu?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran inkuiri pada siswa
kelas 7.1 di SMPN 1 Afulu dalam meningkatkan hasil belajar
siswa?
E. Tujuan
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yaitu:
1. Untuk menjelaskan model pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 7.1 di SMPN 1 Afulu
2. Untuk menjelaskan penerapan model inkuiri pada siswa kelas 7.1
di SMPN 1 Afulu dalam meningkatkan hasil belajar siswa
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Untuk memberikan dasar bagi peneliti dalam melakukan
penelitian lain yang sejenis untuk meningkatkan kemampuan
dalam rangka memecahkan masalah penelitian.
2. Manfaat teoretis
a) Bagi Guru
1) Sebagai pertimbangan guru untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses pembelajaran melalui model
pembelajaran inkuiri.
2) Melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
b) Bagi Siswa
Membantu siswa meningkatkan hasil belajar IPA melalui
model pembelajaran inkuiri.
c) Bagi Peneliti
1) Dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri

3
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh sehingga
dapat memotivasi peneliti untuk lebih meningkatkan
kreatifitas dalam proses dan hasil dari belajar mengajar.
KAJIAN Kajian Teori
PUSTAKA 1. Pembelajaran IPA
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai
hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia.
Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga
perkembangan teknologi, menurut Poedijadi (2010) bahwa sains juga
dapat berperan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penggunaan sumber daya alam atau meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang gejala alam dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari.

Toharudin, dkk (2011), menyatakan tujuan dari pendidikan sains


adalah meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan peserta didik untuk
dapat memenuhi kebutuhan dalam berbagai situasi. Pembelajaran sains
juga dituntut untuk menyiapkan siswa agar memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi sehingga akan terbentuk sumber daya manusia yang dapat
berpikir kritis, berpikir kreatif, inovatif, membuat keputusan dan
memecahkan masalah (Liliasari, 2011).

Kecenderungan pembelajaran IPA saat ini peserta didik hanya


mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, prinsip, hukum,
dan teori. Keadaan ini ditambah oleh pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher center) yang mana akibatnya IPA yang harusnya sebagai
sikap, proses, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Rendahnya prestasi akademik siswa Indonesia ditunjukkan dari hasil

4
tes belajar dan survey PISA (Programme for International Stundent
Assesment) tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat 10 terbawah dari
69 negara yang berpartisipasi, dengan rincian: 1) prestasi literasi
membaca siswa Indonesia menduduki peringkat 61 dari 69 negara, 2)
prestasi literasi Sains/IPA siswa Indonesia menduduki peringkat 62 dari
69 negara, 3) prestasi literasi Matematika siswa Indonesia menduduki
peringkat 63 dari 69 negara yang berpartisipasi (Irwadi,2016). Hal serupa
juga terlihat dari hasil Trend in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) tahun 2015, Indonesia berada pada rangking 36 dari 49
negara yang berpartisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
pendidikan di Indonesia masih masih rendah, khususnya pada bidang
sains/IPA dan matematika.

2. Model Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses kegiatan
pembelajaran yang lebih ditekankan untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari hasil berpikir siswa (Hamdayama, 2014). Adapun
Djuanda (2009) model inkuiri yaitu suatu model pembelajaran yang
memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan informasi dari
suatu konsep atau materi sehingga siswa bisa belajar mandiri tidak hanya
dari guru saja yang memberikan materi tersebut dan siswa bisa lebih
memahami konsep materi dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
Model pembelajaran berbasis inkuiri mengutamakan proses pe
mbelajaran melalui pengalaman. Inkuiri secara umum memiliki
makna untuk menemukan informasi, bertanya, dan mengin-vestigasi f
enomena yang terjadi di lingkungan (Heng et al., 2002, p.12). Pembe
lajaran inkuiri terjadi ketika siswa terlibat dalam proses kegiat-an mene
mukan suatu konsep ataupun prinsip (Sund & Trowbridge, 1973, p.72).
Inkuiri adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah, merumuska
n hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik
kesimpulan (Trowbridge & Bybee, 1990, p.208).

5
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu
setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan
tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan
siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar
merupakan salah satu indikator dari proses belajar. Hasil belajar adalah
perubahan perilaku uyang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas
belajar. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses
pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh
siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono, Dapat dipahami bahwa
yang dimaksud dengan hasil belajar merupakan suatu proses untuk
melihat sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, atau keberhasilan yang
dicapai seorang siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang
ditandai dengan bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati
oleh pihak penyelenggara pendidikan.
4. Kalor dan Perpindahannya
Kalor adalah energi dalam bentuk panas yang dapat mengalami
perpindahan dari tempat bersuhu tinggi ke tempat yang suhunya lebih
rendah. Kalor memiliki satuan internasional Joule (J). Satuan lain dari
kalor adalah kalori (kal). Satu kalori berarti banyaknya kalor yang
dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air sampai suhunya naik 1 0C.
Untuk mengonversi satuan dari joule ke kalori atau sebaliknya, gunakan
persamaan berikut.

6
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan besarnya
energi kalor suatu zat. Prinsip kerja kalorimeter didasarkan pada azas Blac
k, yaitu campuran antara benda berbeda suhu, akan mengakibatkan transfe
r kalor. Benda bersuhu tinggi akan melepaskan kalor, sedangkan benda be
rsuhu lebih rendah akan menerima kalor.  
Dalam kasus ini, berlaku hukum kekekalan energi, yaitu energi tidak
dapat diciptakan dan dimusnahkan, melainkan hanya berubah dari satu be
ntuk ke bentuk yang lain. Kalorimeter harus berupa sistem tertutup agar ti
dak ada kalor yang lepas ke lingkungan.

Perpidahan Kalor
Perpindahan kalor dibedakan menjadi tiga, yaitu konduksi, konvek
si, dan radiasi. Adapun perbedaan ketiganya adalah sebagai berikut.
1. Konduksi adalah perpindahan kalor dari tempat bersuhu tinggi ke tem

7
pat bersuhu lebih rendah dan tidak disertai perpindahan zat perantara
nya. Artinya, terjadi pertukaran energi kalor secara langsung. Contoh
nya saat kamu meletakkan sendok di atas tutup panci yang sedang dip
anaskan. Semakin lama, sendok akan ikut menjadi panas karena ada a
liran kalor dari tutup panci ke sendok.
2. Konveksi adalah perpindahan atau aliran kalor yang disertai perpinda
han zat perantaranya. Contohnya terbentuknya angin darat dan angin
laut.
3. Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Contoh
nya sinar Matahari yang sampai ke Bumi tidak membutuhkan mediu
m apapun untuk merambat.
Kajian Studi Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan antara lain
sebagai berikut.
Penelitian Alexius Dewa (2020) yang berjudul “Penerapan Model
Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IXA pada Konsep
Bioteknologi Pangan di SMP Negeri Kewapante” menyimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IXA pada pokok bahasan bioteknologi pangan di SMP Negeri
Kewapante tahun ajaran 2019/2020.
Penelitian Salfilla Juliana (2018) yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas VIII Semester II SMPN 5 Siak Kecil Kecamatan Siak Siak
Kecil Kabupaten Bengkalis” menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas VIII SMP N 5 Siak Kecil.
Penelitian Roma Yunita (2016) yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Sinaboi Tahun Pelajaran
2015/2016” menyimpulkan bahwa rata-rata daya serap siswa pada siklus I
yaitu 75.81% (cukup) meningkat menjadi 81.42% (baik). Ketuntasan

8
belajar siswa pada siklus I yaitu 63.88% (tuntas) meningkat pada siklus II
menjadi 83.33% (tuntas). Aktivitas siswa pada siklus 1 dengan rata-rata
yaitu 78.12% (cukup) meningkat pada siklus 2 menjadi 91.66% (sangat
baik). Aktivitas guru pada siklus I dengan rata-rata yaitu 88.45% (baik)
meningkat pada siklus II yaitu 92.30% (sbaik). Maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII SMPN 3 sinaboi
Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti menggunakan model inkuiri
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada permasalaahn tersebut
siswa cenderung kurang antusias dalam belajar sehingga menyebabkan
siswa kurang memahami materi yang dijelaskan. Untuk itu, model inkuiri
memperkenalkan model belajar yang berpusat kepada siswa sehingga
siswa diharapkan akan antusias dalam mempelajari materi yang dijelaskan
melalui model inkuiri.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran salah satunya dengan


menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan kepada siswa. Karena dari keberhasilan tersebut dapat
menghasilkan hasil belajar siswa yang meningkat disetiap akhir
pembelajaran yang telah dilakukan.

Pada kondisi awal siswa kurang antusias dalam proses pembelajaran


yang ditandai dengan kurangnya respon dari siswa, sehingga
mengkibatkan rendahnya hasil belajar yang dibuktikan dari hasil evaluasi
siswa selama proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti menerapkan model
inkuiri yang dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Model
pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran yang
lebih ditekankan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
hasil berpikir siswa. Model pembelajaran berbasis inkuiri mengutamak

9
an proses pembelajaran melalui pengalaman. Inkuiri secara umu
m memiliki makna untuk menemukan informasi, bertanya, dan men
gin-vestigasi fenomena yang terjadi di lingkungan.
Dengan penerapan model inkuiri, diharapkan dapat meningkat hasil
belajar siswa terhadap materi Kalor dan Perpidahannya serta dapat
menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran secara aktif.

Hasil Belajar
Kognitif Siswa

Model
Penerapan Model
Pembelajaran
Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri dapat
dengan Hasil Belajar meningkatkan
IPA Siswa Hasil Belajar
IPA Siswa
Model
Pembelajaran
Inkuiri

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian Tindakan kelas adalah model pembelajaran
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 7.1 di SMP Negeri 1
Afulu pada materi kalor dan perpindahannya
METODE Jenis Penelitian
PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas
secara lebih profesional
Setting Penelitian
a.Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini kami mengambil lokasi di SMPN 1 Afulu, Nias
Utara. Kami mengambil lokasi atau tempat tersebut dengan

10
pertimbangan mudah dijangkau, sehingga memudahkan kami dalam
mencari data.
b.Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2020/2021.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7.1 SMPN 1 Afulu tahun
pelajaran 2020/2021 dengan jumlah siswa 28 orang. Dan subjek pelaku
tindakan yaitu guru peneliti.
Siklus Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


Tindakan Sik

lus I

Refleksi I Analisis Data Observasi I

Belum tercapai Alternatif Pelaksanaan


Pemecahan
Tindakan
Sik

lus
II

Refleksi II Analisis Data Observasi II

Penelitian dilaksanakan 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari 2 kali


pertemuan, 1 kali tes (UH). Siklus kedua terdiri dari 2 kali pertemuan, 1
kali tes (UH). Tahapan setiap siklus terdiri dari : (1) Perencanaan, (2)

11
Pelaksanaan, (3) Observasi, (4) Refleksi.
Teknik Pengumpulan data
1. Wawancara
Kami melakukan wawancara secara random terhadap 10 siswa. Metode
wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebelum pemberian
tindakan, diantaranya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajarn IPA, aktivitas dan hasil belajar peserta didik sebelum
pemberian tindakan.

2. Tes
Tes dipakai untuk mengukur kemampuan peserta didik baik kemampuan
awal, perkembangan atau peningkatan kemampuan selama dikenai
tindakan, dan kemampuan peserta didik pada akhir tindakan. Metode ini
digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik dalam belajar dan
pembelajaran IPA, tes dilaksanakan pada setiap pembelajaran dan akhir
siklus
Teknik Analisis data
Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif persentase dengan rumus
sebagai berikut:
Skor yang dicapai
Persentase = × 100%
Jumlaℎ siswa
Indikator Ketercapaian
Adapun indikator ketercapaian pada penelitian tindakan kelas ini yaitu
adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan Model Pembelajaran
Inkuiri pada peserta didik kelas 7.1 SMPN 1 Afulu dalam mata pelajaran
IPA yang ditandai rata-rata hasil belajar adalah 70 dengan ketuntasan
belajar 85%.
DAFTAR Patoni, Achmad. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT
PUSTAKA Grafindo Persada.
Fattah, Nang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

12
Bahri, Syaiful. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rhineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Toharudin, Uus. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik.
Bandung: humaniora.
Hamdayana, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif
dan Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai