Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENGAUDITAN 1

RESUME DAN CONTOH KASUS AUDITOR


SITI NUR HILMIN (041911535021)
AKUNTANSI
PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA BANYUWANGI

Profesional Ethics & Leagal Liability

1. Ethical Delimas
Adalah situassi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil keputusan
tentang perilaku yang tepat. Ada cara alternatif untuk menyelesaikan dilemma
etika,tetapi kita harus berhati – hati untuk menghindari metode yang merasionalkan
perilaku yang tidak etis yaitu :
1) Setiap orang melakukannya ~ didasarkan pada rasionalisasi bahwa setiap orang
lain juga melakukan hal yang serupa atau sama.
2) Jika sama menurut hukum hal itu etis ~ didasarkan pada argumen bahwa semua
perilaku yang sah menurut hukum adalah perilaku etis yang bergantung pada
kesempurnaan hokum.
3) Kemungkinan ke penemuan dan konsekuensinya ~ didasarkan pada evaluasi
atas kemungkinan bahwa orang lain akan menimbulkan perilaku tersebut.
2. Ethical Conduct in Professions
Istilah profesional berarti tanggung jawab atas perilaku yang melampaui tanggung
jawab individu yang memuaskan dan di luar persyaratan hukum dan peraturan
masyarakat kita. Para profesional diharapkan untuk bertingkah laku lebih tinggi
daripada kebanyakan anggota masyarakat lainnya. Seorang CPA, sebagai seorang
profesional, mengakui tanggung jawab kepada publik, klien, dan rekan praktisi,
termasuk perilaku terhormat, bahkan jika itu berarti pengorbanan pribadi. Perbedaaan
antara Kantor akuntan Publik dan Profesional lainnya.
3. Code of Profesional Conduct
Kode perilaku profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang
idela maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode etik ini dibagi
menjadi 4 bagian :
1) Peinsip, sidatnya tidak dapat dipaksakan standar perilaku etis yang ideal
dinyatakan dalam istilah filosofis.
2) Aturan dari taip perilaku, dapat dipaksakan untuk mengedalikan,standar
minimum peprilaku etis yang dinyatakan sebagai aturan khusus.
3) Interpretasi peraturan untuk tiap perilaku, bagi pemberlaku harus melihat dulu
alasan diberlakukan aturan tersebut.
4) Keputusan etis, mengeluarkan pernyataan penjelas atas kode perilaku yang
diajukan kepada AICPA oleh praktisi dan pihak lain.
Meskipun interpretasi aturan menangani banyak situasi yang dapat mengancam
kepatuhan terhadap aturan, mereka tidak dapat menangani semua situasi seperti itu.
Untuk membantu anggota dalam keadaan seperti itu, Kode menyertakan pendekatan
kerangka kerja konseptual berikut bagi anggota untuk mengevaluasi ancaman
terhadap kepatuhan terhadap Kode.
1) Identifikasi ancaman.
2) Evaluasi signifikansi ancaman.
3) Mengidentifikasi dan menerapkan pengamanan.
4. Independence Rule
Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor.
Alasan bahwa banyak pemakai ingin mengandalkan laporan akuntan publik adalah
ekspetasinya atas sudut pandang yang tidak bias. Kode perilaku profesional AICPA
dan kode etik bagi perilaku profesional IESBA mendefiniskan independensi sebagai
hal yang terdiri dari 2 komponen, yaitu :
1) Independensi dalam berpikir, mencerminkan pikiran auditor yang
memungkinakan audit dilaksanakna dengan sikap yang tidak bias.
2) Independesi dalam penampilan, adalah hasil dari interpretasi lain atas
independensi ini.
Ketentuan Sarbanes-Oxley dan SEC yang membahas independensi audittor :
1) Jasa Nonaudit.
2) Komite audit.
3) Konfil yang timbul dari hubungan personalia,
4) Rotasi partner.
5) Kepentingan kepemilikan.
5. Rule of Conduct
Peraturan 101 – independensi. Seorang anggota yang berpraktik untuk perusahaan
publik harus independen dalam pelaksanaan jasa profesionalnya sebagaimana
disyaratkan oleh standar yang dirumuskan lembaga yang dibentuk oleh dewan.
3 perbedaan dalam peraturan mengenai dependensi dan kepemilikan saham:
1) Anggota yang cukup peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat yang
dapat mempengaruhi penugasan atestasi.
2) Kepentingan keuangan langsung versi tidak langsung kepentingan keuangan
langsung adalah kepemilikan lebar saham oleh para anggota atau keluarga
dekatnya sedangkan kepentingan keuangan tidak langsung muncul ketika terdapat
hubungan kepemilikan yang dekat tetapi bukan hubungan langsung antara auditor
dan kliennya.
3) Material atau tidak material materialitas mempengaruhi apakah kepemilikan
saham merupakan suatu pelanggaran atas peraturan 101 hanya untuk kepentingan
tidak langsung.
6. Legal Environment
Meskipun profesi telah melakukan berbagai upaya untuk membahas kewajiban
hukum akuntan publik jumlah tuntutan dari besar ganti rugi bagi para penuntut tetap
tinggi termasuk tuntutan yang melibatkan pihak ketiga menurut common law maupun
undang-undang sekuritas federal penyebab utamanya :
1) kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan
tanggung jawab akuntan publik.
2) Kesadaran yang meningkat dari pihak securities dan exchange commission
SEC mengenai tanggung jawabnya melindungi kepentingan para investor.
3) Kerumitan fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh
meningkatnya ukuran bisnis globalisasi bisnis dan kerumitan operasi bisnis serta
transaksi keuangan.
4) Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan
terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi tanpa melihat siapa yang
salah bersama dengan beberapa doktrin tentang kewajiban "deep pocket".
5) Resesi global dan masa ekonomi yang sulit mengakibatkan kegagalan bisnis yang
memicu stakeholder atau pemangku kepentingan menuntut restitusi dari pihak
lain termasuk auditor eksternal.
6) Keputusan pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa
kasus melawan akuntan publik telah mendorong para pengacara untuk
memberikan pelayanan hukum atas dasar fee kontijen.
7) Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum
diluar pengadilan untuk menghindari biaya pengadilan yang mahal dan publisitas
yang merugikan ketimbang menyelesaikannya melalui proses pengadilan.
8) Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta
menginterpretasikan masalah teknis akuntansi dan auditing.
7. Business Failure, Audit Failure, and Audit Risk
Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan
hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai
laporan keuangan.
8. Legal concepts affecting liability
Menurut common law akuntan publik tidak berhak menyembunyikan informasi dari
pengadilan dengan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia diskusi rahasia
antara klien dan auditor tidak dapat disembunyikan dari pengadilan 4 sumber
kewajiban hukum auditor, yaitu :
1) Kewajiban kepada klien : klien menurut auditor karena tidak dapat menemukan
kecurangan yang material selama audit.
2) Kewajiban kepada pihak ketiga menurut common law : bank dapat menurut
auditor karena tidak menentukan salah saji dalam laporan keuangan peminjam.
3) Kewajiban sipil menurut UU sekuritas federal: gabungan kelompok pemegang
saham dapat menurut auditor karena tidak menemukan salah saji material dalam
laporan keuangan.
4) Kewajiban kriminal: pemerintah federal menghukum auditor karena diketahui
menerbitkan laporan audit yang tidak benar.
9. Liabilities to clients
Sumber tuntutan hukum yang paling umum terhadap CPA adalah dari klien. Gugatan
sangat bervariasi, termasuk klaim seperti kegagalan untuk menyelesaikan perikatan
nonaudit pada tanggal yang disepakati, penarikan yang tidak tepat dari audit,
kegagalan untuk menemukan penggelapan (pencurian aset), dan pelanggaran
persyaratan kerahasiaan CPA.
10. Civil and Criminal liability
Meskipun ada beberapa pertumbuhan dalam tindakan yang dibawa terhadap akuntan
oleh klien dan pihak ketiga berdasarkan hukum umum, pertumbuhan terbesar dalam
litigasi kewajiban CPA berada di bawah undang-undang sekuritas federal. Penggugat
biasanya mencari ganti rugi federal karena ketersediaan litigasi class action dan
kemampuan untuk mendapatkan ganti rugi yang signifikan dari tergugat. Faktor lain
juga membuat pengadilan federal menarik bagi penggugat. Misalnya, beberapa bagian
dari undang-undang sekuritas memberlakukan standar tanggung jawab yang ketat
pada CPA, dan pengadilan federal seringkali cenderung mendukung penggugat dalam
tuntutan hukum jika ada standar yang ketat. Namun, undang-undang reformasi
kerugian yang cukup baru dapat mengakibatkan pengurangan hasil negatif untuk
perusahaan CPA di pengadilan federal.
Di bawah Sarbanes – Oxley, seseorang dapat menghadapi denda dan penjara hingga
20 tahun karena mengubah atau menghancurkan dokumen.
1) Secara historis, salah satu kasus utama tindakan kriminal terhadap CPA adalah
United States v. Simon, yang terjadi pada tahun 1969. Dalam kasus ini, tiga
auditor dituntut karena mengajukan laporan keuangan palsu klien kepada
pemerintah, dan ketiganya ditahan secara pidana bertanggung jawab. Tiga kasus
kriminal besar menyusul Simon: Di Amerika Serikat v. Natelli (1975), dua
auditor dihukum atas tanggung jawab pidana berdasarkan undang-undang 1934
untuk sertifikasi laporan keuangan National Student Marketing Corporation yang
berisi pengungkapan yang tidak memadai.
2) Di Amerika Serikat v. Weiner (1975), tiga auditor dihukum karena penipuan
sekuritas sehubungan dengan audit mereka terhadap Equity Funding Corporation
of America. Kecurangan tersebut begitu luas dan pekerjaan auditnya sangat buruk
sehingga pengadilan menyimpulkan bahwa auditor pasti mengetahui kecurangan
tersebut dan oleh karena itu bersalah karena mengetahui keterlibatan.
3) Dalam ESM Government Securities v. Alexander Grant & Co. (1986),
manajemen mengungkapkan kepada partner yang bertanggung jawab atas audit
ESM bahwa laporan keuangan yang diaudit tahun sebelumnya mengandung salah
saji material.
11. The profession’s response to Legal Liability
AICPA dan profesi secara keseluruhan dapat melakukan sejumlah hal untuk
mengurangi resiko para praktusu terkena tuntutan hukum :

1. Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau litigasi yang tidak terpuji
2. Meningkatkan kinerja auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai
dengan lebih baik
3. Mendidik para pemakai mengenai batas – batas auditing.
Standar dan pengaturan aturan. IAASB, AICPA, dan PCAOB harus terus-menerus
menetapkan standar dan merevisinya untuk memenuhi kebutuhan audit yang terus
berubah. Misalnya, perubahan dalam standar auditing pada tanggung jawab auditor
untuk mendeteksi kecurangan dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi
pengguna terkait kinerja auditor.
Tindakan umum untuk meminimalkan kewajiban seorang auditor yang berpraktik :
1) Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2) Mempertahankan independensi
3) Memahami bisnis klien
4) Melaksanakan audit yang bermutu
5) Mendokumentasikan pekerjaan secara layak
6) Mengungkapkan skeptisme professional
CONTOH KASUS AUDITOR

Kasus KPMG-Siddharta & Harsono

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu.
Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$
75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang
harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang
tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut
drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap
Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung
risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan
Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar
negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun terselamatan.

Komentar :

Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab prolesi,
dimana seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiatasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.
Selain itu seharusnya tidak melanggar prinsip etika profesi yang kedua,yaitu kepentingan
publik, yaitu dengan cara menghormati kepercayaan publik. Kemudian tetap memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik sesuai dengan prinsip integritas. Seharusnya tidak
melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu dimana setiap anggota harus menjaga
obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.

Anda mungkin juga menyukai