Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

DISUSUN OLEH :

RATNA DWI LESTARI

041811535003

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020
ABSTRAK
Penerapan Sistem Activity Based Costing (ABC) Sebagai Solusi Mengimbangi Persaingan
Bisnis di Era Disrupsi
Ratna Dwi Lestari
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga
ratna.dwi.lestari-2018@feb.unair.ac.id

Era disrupsi memberikan dampak yang luas pada segala aspek kehidupan tak
terkecuali dalam bisnis. Oleh karena itu perusahaan harus menerapkan strategi-strategi
khusus sehingga dapat mengimbangi persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini. Selain
itu perusahaan juga harus memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan competitor
lainnya. Salah satu strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan agar dapat
mengimbangi persaingan adalah dengn memberikan kualitas yang baik, harga yang lebih
murah, serta memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan. Namun
sayangnya pihak manajemen sering kali mengabaikan perhitungan biaya produksi yang
akurat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik
pengumpulan data dengan studi literature yaitu dengan mengumpulkan buku-buku,
jurnal, dan majalah sebagai bahan untuk literature. Hasilnya adalah perusahaan sangat
diperlukan untuk menerapkan suatu metode yang dapat memberikan perhitungan biaya
produksi yang akurat. Oleh karena itu hadirlah suatu metode agar dapat menghitung
biaya produksu secara akurat yaitu dengan metode Activity Based Costing (ABC).
Metode ini adalah metode yang hadir untuk memperbaiki metode sebelumnya yaitu
tradisional. Dengan metode Activity Based Costing (ABC) maka perhitungan dilakukan
berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan perhitungan dengan menggunakan
metode dalam menghitung biaya produksi sangatlah akurat.

Kata Kunci : Disrupsi, Persaingan Bisnis, Activity Based Costing


BAB I

PENDAHULUAN

Memasuki era yang semakin modern dengan segala kemajuan dalam segala aspek dan
bidang kehidupan memberikan dampak yang signifikan terhadap kegiatan dan segala aktivitas
yang dilakukan oleh manusia. Salah satu yang berdampak siginifikan adalah perusahaan. Dengan
era yang semakin digitalisasi menuntut perusahaan-perusahaan harus dapat mempertahankan
keberlangsungan atau keberlanjutan perusahaan agar dapat mengimbangi persaingan bisnis yang
terjadi. Tracey, Vonderembse, & Lim., (1999) mengatakan bahwa kunci dalam mempertahankan
posisi dari pesaing adalah perusahaan harus mempunyai ciri khas tersendiri yang membuat
perusahaan tersebut berbeda dengan pesaingnya. Keunggulan bersaing ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti, memberikan kualitas yang baik, harga yang lebih murah, pelayanan
kepada pelanggan yang memuaskan, dan lain-lain. Perusahaan harus memiliki strategi yang baik
untuk diterapkan guna mengimbangi persaingan global yang terjadi. Beberapa stategi yang dapat
digunakan agar dapat mengimbangi persaingan bisnis adalah dengan meningkatkan
produktivitas, mengurangi biaya serendah mungkin, tetapi harus tetap mementingkan kualitas
produk, serta meningkatkan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan pelanggan.

Ada beberapa hal yang kurang diperhatikan oleh manajemen untuk terus bersaingan
dengan kompetitornya salah satunya adalah pihak manajemen sering kali mengabaikan
perhitungan biaya produksi yang akurat. Hal ini juga diungkapkan oleh Menurut Sumarsid
(2011) yang mengatakan bahwa penyebab tidak akuratnya perhitungan biaya produksi adalah
karena perhitungan biaya tidak langsung (overhead cost) yang dilakukan tidak akurat. Biaya
tidak langsung adalah biaya yang memiliki beberapa jenis dan sulit untuk ditelusuri langsung ke
produk, Oleh karena itu manajemen harus menggunakan metode perhitungan yang mampu
mengalokasikan biaya tidak langsung yang akurat yang digunakan untuk pengendalian terhadap
aktivitas atau kegiatan yang terjadi di perusahaan. Manajer membutuhkan informasi-informasi
yang berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk secara
akurat. Pembebanan untuk setiap biaya produk yang dikeluarkan untuk satu unit produk dengan
menggunakan suatu metode dapat membantu manajer untuk mendapatkan informasi tentang
biaya produksi yang dikeluarkan untuk satu unit produk yang dihitung dengan akurat.
Metode yang dimaksud adalah Activity Based Costing (ABC). Sistem ABC (Activity
Based Cost) muncul untuk memperbaiki metode sebelumnya yaitu metode tradisional. Pada
sistem akuntansi tradisional, perhitungan biaya pada produk dilakukan dengan menggunakan
unit volume related cost driver seperti menggunakan jam kerja langsung, biaya material
berdasarkan volume produksi, dan jam alat atau jam mesin. Dampak dari penerapan metode
tradisional adalah terjadinya distorsi dalam perhitungan biaya produksi hal ini terjadi karena
tidak semua sumber daya dalam proses produksi digunakan secara proporsional.

Menurut Sumarsid (2011) Activity Based Costing dalam pengimplementasiannya


menekankan bahwa banyak biaya-biaya yang bisa ditelusuri, tidak dimasukkan ke unit output,
tetapi ditelurusi pada aktivitas yang dibutuhkan untuk memproduksi output, sehingga
perhitungan harga pokok produk dengan metode Activity Based Costing dinilai akan lebih akurat
jika dibandingkan dengan sistem tradisional. Bjornenak & Mitchell (1999) mengemukakan
pendapatnya bahwa sebenarnya Activity Based Costing atau ABC ini dijadikan sebagai dasar
dalam membuat suatu keputusan strategis dan juga tepat guna untuk meningkatkan kinerja laba .
Menurut tokoh lain yaitu Reimann (1990) juga mengatakan bahwa Activity Based Costing atau
ABC dapat mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan produk yang memiliki
keunggulan bersaing. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode ABC (Activity Based
Cost) adalah salah satu strategi yang perlu diterapkan oleh perusahaan untuk dapat mengimbangi
persaingan baik secara regional dan global. Mengingat era disrupsi memberikan dampak yang
sangat luas terhadap aktivitas yang dilakukan termasuk juga aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan. Sehingga, penting bagi perusahaan dapat terus beradaptasi terhadap zaman yang
semakin modern dengan segala kemajuan baik teknologi maupun informasi. Sehingga penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan ABC (Activity Based Cost) mampu menjadi
solusi untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan serta mengimbangi persaingan yang
semakin ketat dalam era disrupsi saat ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persaingan Bisnis

Kata Persaingan dalam bahasa inggris yaitu competition yang berarti kegiatan untuk
bersaing, kompteisi, dan pertandingan. Persaingan adalah kegiatan berlomba-lomba untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam bisnis persaingan terlihat ketika mencari konsumen,
pangsa pasar, sampai berkaitan dengan sumber daya yang dibutuhkan. Persaingan dalam
manajemen juga terlihat dalam beberapa bentuk seperti adanya pemotongan harga, inovasi dan
kualitas produk yang dihasilkan, adanya iklan atau promosi untuk menarik pelanggan, serta
segmentasi pasar yang dituju. Dalam persaingan tentunya tidak hanya stagnan dalam satu titik,
beberapa hal akan bersifat fluktuatif dan berubah-berubah menyesuaikan keadaan yang ada.
Yang menjadi hal sering yang perlu diperhatikan adalah persaiangan perusahaan dalam
mendapatkan pelanggan. Oleh karena itu setiap perusahaan perlu menyesuaikan dinamika pasar
yang terjadi dan mengimbangi persaingan bisnis yang ada.

B. Pengertian Disrupsi

Ketika masyarakat mulai beraktivitas yang awalnya beraktivitas di dunia nyata, beralih ke
dunia maya maka era inilah yang disebut dengan era disrupsi.  Nyatanya era ini dijadikan
sebagai tantangan sekaligus hambatan bagi para pelaku bisnis yang ada di Indonesia. Era disrupsi
ditandai dengan adanya era digitalisasi, seluruh aktivitas dilakukan dengan online atau daring.
Sehingga hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk pandai-pandai dalam mencari peluang untuk
menjadikan keadaan dalam era disrupsi ini sebagai keuntungan bagi bisnis mereka.

C. Pengertian Activity Based Costing

Bogdanoiu (2009) berpendapat bahwa Activity Based Costing memberikan gambaran


perhitungan biaya yang jauh lebih akurat daripada metode biaya akuntansi sebelumnya. Blocher,
Edward, Chen, Cokins, & Lin (2008) berpendapat bahwa Activity Based Costing atau ABC
adalah suatu pendekatan perhitungan biaya dengan melakukan pembebanan biaya sumber daya
ke dalam objek biaya teresebut seperti produk atau jasa berdasarkan aktivitas yang dilakukan
untuk objek biaya tersebut.

Terdapat dua tujuan dari dilakukannya penerapan Activity Based Costing atau ABC ini,
untuk tujuan yang pertama adalah untuk mencegah atau menghindari terjadinya distorsi biaya.
Distorsi biaya ini muncul karena metode sebelumnya yaitu metode tradisional menggabungkan
semua biaya overhead kedalam satu cost pool. Kemudian cost pool tersebut dialokasikan
berdasarkan beberapa sumber daya umum untuk semua produk atau jasa di perusahaan,
contohnya seperti jam tenaga kerja langsung. Distorsi biaya ini dapat dicegah dengan
diterapkannya Activity Based Costing yang didasarkan pada aktivitas dan juga cost driver.
Dengan diiterapkannya system activity based costing ini adalah meminimalkan aktivitas-
aktivitas yang timbul yang tidak memberikan tambah dari suatu produk atau jasa yang dilakukan
melalui analisa aktivitas hal ini adalah tujuan dari penerapan activity based costing yang kedua.

C. Konsep-Konsep Dasar dari Sistem Activity-Based Costing

Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang memiliki focus pada
aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Aktivitas
merupakan setiap kejadian maupun transaksi yang menjadi penyebab timbulnya biaya atau yang
dikenal dengan cost driver. Aktivitas-aktivitas inilah yang akhirnya menjadi titik perhimpunan
biaya. Dalam sistem Activity-Based Costing, yang pertama biaya ditelurusi pada aktivitas baru
kemudian ditelurusi ke produk. System Activity-Based Costing menekankan bahwa yang
mengkonsumsi sumber daya bukalah produknya tetapo aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
menghasilkan produk tersebut. Dalam implementasinya, penentuan harga pokok dengan
menggunakan sistem ABC menyaratkan tiga hal yang harus dipenuhi yaitu :

a. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi


b. Tingkat persaingan industri yang tinggi
c. Biaya pengukuran yang rendah
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Suatu penelitian memerlukan adanya beberapa teori yang digunakan untuk


membantu dalam memilih metode yang relevan dan konkrit terhadap permasalahan yang
diajukan, karena tidak semua masalah yang diteliti berkaitan dengan kemampuan yang
dimiliki oleh penileti. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan metode kualitatif dimana metode ini lebih menekankan pada
pemahaman dan pengetahuan secara mendalam terhadap suatu permasalahan. Menurut
Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitiatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami kejadian mengenai apa yang dialami oleh subjek peneliti
misalnya tindakan ,persepsi, motivasi, perilak , dan lain-lain secara holistik.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitiaan yang dilakukan. Karena jenis penelitiannya
adalah kualitatif maka data yang diperoleh harus jelas, memiliki makna yang mendalam,
dan juga bersifat spesifik. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi literatur . Menurut Danial
dan Warsiah (2009:) mengatakan bahwa studi literatur merupakan penelitian yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah majalah, buku-buku, dan juga liflet,yang
memiliki kaitan dengan masalah maupun tujuan yang hendak dicapai oleh peniliti.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Penerapan Activity Based Costing

Persaingan bisnis tidak dapat dihindari, semakin banyaknya inovasi yang dilakukan
dalam bisnis membuat persaingan bisnis semakin ketat. Semua perusahaan berlomba-lomba
untuk menjadi yang terbaik diantara para kompetitornya. Disrupsi adalah salah satu tanda
munculnya eknomi yang yang melibatkan berbagai bidang, jika hanya menggunakan metode
lama dan hanya mengandalkan kekuatan saja maka hal tidak akan cukup untuk dapat bersaing
sehingga perubahan dan juga transformasi perlu dilakukan oleh para pemimpin bisnis terhadap
perusahaannya dalam menghadapi era disrupsi saat ini dengan memperhatikan lima hal yaitu
dengan membangun kapasitas modal manusia (human capital), memperhatikan organisasi dan
cara kerja, penggunaan teknologi yang tepat dalam bersaing, mampu membuat produk dan
jasanya sesuai dengan perkembangan zaman, dan operating system.

Activity Based Costing adalah salah stau strategi sekaligus solusi bagi perusahaan untuk
dapat bersaing dengan para kompetitornya. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu
atau kualitas produk atau jasa yang dihasilkan dengan biaya serendah mungkin. Selain itu
Activity Based Costing dapat membantu manajemen untuk pengambilan keputusan.

Activity Based Costing mampu menunjukkan bahwa dalam proses manufacturing butuh
biaya yang sangat besar, hal inilah yang memicu aktivitas untuk mereoganisasi proses demi
memperbaiki mutu dan juga mengurangi biaya. Dengan analisis biaya yang diperbaiki,
manajemen dapat melakukan analisis yang akurat berkaitan dengan volume yang harus
dilakukan demi mencapai titik impas atau BEP. Manajemen dapat mulai merencanakan kembali
proses manufacturing yang telah dilakukan dengan melakukan analisis data biaya dan juga
dengan menggunakan pola konsumsi yang ada pada sumber daya. Dengan hal itu maka
manajemen dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dengan menekan biaya
serendah mungkin.

B. Perhitungan HPP dengan metode ABC dan Tradisional


Tradisional ABC

Pemicu Biaya Dari perbandingan tersebut dapat dilihat


Bahan Baku Rp 4.000.000 bahwa HPP dari metode menggunakan ABC
Langsung lebih besar dibandingkan dengan metode
Tenaga Kerja Rp 1.000.000
tradisional karena dihitung secara rinci dan
Langsung
Pemasangan dihitung secara detail.
- Tenaga - Rp
kerja 100.000
- BBM - Rp 50.000
- Konsumsi - Rp. 50.000
Total Rp 5.200.000
Unit yang 20 Unit Pemicu Biaya
diproduksi Bahan Baku Rp 4.000.000
HPP 260.000 Langsung
Tenaga Kerja Rp 1.000.000
Langsung
Overhead
- Pengadaan - Rp 70.000
Bahan
BAB V
- Perakitan - Rp 20.000
PENUTUP Bahan

A. Kesimpulan Penolong
- Rp 600.000
- Listrik
Dengan era disrupsi, maka - Rp 110.000
- Air
perusahaan harus tetap mampu mengimbangi - Rp 200.000
- Penyusutan
persaingan bisnis global. Untuk - Rp 50.000
Mesin
mengimbangi persaingan tersebut tentunya setiap
Pemasangan
perusahaan perlu melakukan strategi khusus untuk
- Tenaga
lebih unggul dari para kompetitornya. Bukan Rp 200.000 hanya
Kerja
strategi saja tetapi perusahaan harus
- Penyusutan
memiliki ciri khas yang membedakannya Rp. 50.000 dengan
Mesin
perusahaan lain.
- Penyusutan
Rp. 50.000
Mobil
Total Rp 6.350.000
Unit yang di 20 Unit
prosuksi
HPP Rp 317.500
System Activity Based Costing memberikan manfaat yang besar terhadap
keberlangsungan perusahaan. Dengan menggunakan system ini maka dalam melakukan
perhitungan harga pokok produk atau HPP dapat dilakukan dengan akurat dengan mengakui
bahwa biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi selain didasarkan pada volume produksi.
Pemicu biaya yang timbul juga dapat dipahami dengan cara ditelusuri ke masing-masing
produk. Hubungan kausalitas inilah yang memungkinkan bagi seorang manajer untuk
memperbaiki kalkulasi perhitungan biaya produk yang dikeluarkan secara tepat guna
pengambilan keputusan.

B. Saran

Sebaiknya system Activity Based Costing ini tetap dipertahankan dalam perusahaan
mengingat manfaat besar yang diberikan serta keefektifan dan keakuratannya dalam melakukan
perhitungan biaya sehingga perusahaan dapat mengimbangi persaingan bisnis yang semakin
ketat teruatama di era disrupsi ini.

Daftar Pustaka

Devie, Rendy. 2013. Analisa Pengaruh Activity Based Costing Terhadap Keunggulan Bersaing
Dan Kinerja Organisasi . Vol. 1. No.2. Hal 61-66

Dosen Pendidikan. 2019. Definisi Activity Based Costing Serta Kelemahannya Menurut Para
Ahli. Diakses pada 26 Maret 2018 Pukul 12.10. https://www.dosenpendidikan.co.id/definisi-activity-
based-costing-serta-kelemahannya-menurut-para-ahli/

Mudrajad, Kuncoro. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.Jakarta:


Erlangga. Hal. 86
Lawrentiis Lisa, Andrian Harry. 2014. Activity Based Costing. Diakses pada Kamis, 26 Maret
2020, Pukul 19.30. https://akuntansiterapan.com/2014/02/17/activity-based-costing/

Rahmadani Ratih, dkk. 2014. Penerapan System Activity Based Costing (Sistem Abc) Sebagai
Alternatif Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi Pada CV. Indah Cemerlang
Malang). Vol. 16 No. 1. Hal 2-5

Sembel Roy. 2018. Transformasi Bisnis di Era Disrupsi. Diakses pada Kamis, 26 Maret 2020,
Pukul 19.50. https://www.wartaekonomi.co.id/read193356/transformasi-bisnis-di-era-
disrupsi.html

Anda mungkin juga menyukai