Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SAFETY CULTURE TERHADAP IMPLEMENTASISAFETY

MANAGEMENT SYSTEM DI UNIT PERAWATAN PESAWAT UDARA


SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA

Novyanto Widadi (1), Afiya Krysna Bashyari (2)


Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug, Tangerang.

Abstrak: Unit Perawatan Pesawat Udara belum mengetahui seberapa besar Safety
Culture dan Safety Management System yang terbangun. Penelitian ini
bertujuan mengkaji pelaksanaan Safety Culture, implementasi Safety
Management System, dan pengaruh Safety Culture terhadap Safety
Management System. Penelitian Kuantitatif ini mendapatkan data dari
kuisioner, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil kuisioner,
disimpulkan bahwa kondisi Safety Culture berada dalam kategori baik
(82,5%) dan Safety Management System dalam kategori baik (82,75%).
Dari data gap analysis menunjukan pencapaian implementasi Safety
Management System mencapai 79,58%. Safety Culture dan Safety
Management System memiliki tingkat hubungan yang kuat (0,7694). Safety
Culture memberikan kontribusi sebesar 59,19%.

Kata Kunci: Pengaruh, Safety Culture, Safety Management System

Abstract: The Aircraft Maintenance Unit does not yet know how much the Safety
Culture and Safety Management System has been built. This study aims to
examine the implementation of Safety Culture, the implementation of the
Safety Management System, and the effect of Safety Culture on the Safety
Management System. This quantitative study obtained data from
questionnaires, observations and documentation. Based on the results of the
questionnaire, it was concluded that the Safety Culture condition was in the
good category (82.5%) and the Safety Management System was in the good
category (82.75%). The gap analysis data shows that the achievement of
Safety Management System implementation reached 79.58%. Safety
Culture and Safety Management System have a strong relationship level
(0.7694). Safety Culture contributed 59.19%.

Keyword: Effect, Safety Culture, Safety Management System

1
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 12 No.3 Oktober 2019 Hal 1 : 178

Pendahuluan mencari bahan yang akan digunakan


Menurut hasil wawancara dengan pada proses analisa. Dilanjutkan dengan
Quality Control Unit Perawatan pemilihan komponen dari data yang
Pesawat Udara STPI, di Unit Perawatan didapat sebagai instrumen dalam
Pesawat Udara STPI memang sudah melakukan penulisan.
mendapatkan perjetujuan implementasi Penulis membuatan kuesioner
SMS dari DKPPU, tetapi sejauh ini (angket) yang diberikan kepada
pelaksanaan SMS dilapangan belum responden. Responden difokuskan pada
terimplementasi secara maksimal sesuai pegawai struktural dan fungsional di
dengan SMS Manual. Audit juga belum Unit Perawatan Pesawat Udara STPI.
pernah dilakukan oleh pihak DKPPU Dari hasil yang diperoleh, kemudian
terhadap pelaksanaan Safety penulis melalukan uji normalitas, uji
Management System di AMO 145 Unit validitas, uji reliabilitas instrumen, uji
Perawatan Pesawat Udara lineritas, uji hipotesis dan menganalisa
STPI.memperdalam pemahaman dengan analisa SHELL (Software,
tentang persoalan tersebut. Paragraf Hardware, Environment, Liveware,
berikutnya berisi penjelasan tentang Lifeware).
permasalahan dan pernyataan tujuan
penelitian. Metode Pengumpulan Data
Menurut Quality Control Unit Pada penelitian ini, metode
Perawatan Pesawat Udara STPI, di Unit pengumpulan data yang digunakan
Perawatan Perawatan Pesawat sejauh ini adalah kuesioner, observasi dan
belum menerapkan kebijakan dan dokumentasi.
program budaya keselamatan Kuesioner merupakan teknik
penerbangan, sehingga Unit Perawatan pengumpulan data yang dilakukan
Pesawat Udara STPI belum mengetahui dengan cara memberi seperangkat
sejauh mana budaya keselamatan yang pertanyaan atau pernyataan tertulis
telah terbangun. Selain itu, Unit kepada responden untuk dijawabnya.
Perawatan Pesawat Udara STPI belum Kuesioner merupakan teknik
melakukan pengukuran terhadap budaya pengumpulan data yang efisien bila
keselamatan sejak diimplementasikan peneliti tahu dengan pasti variabel yang
SMS. akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Adapun
Metode Penelitian teknis yang digunakan dalam penyebaran
Metode penelitian yang digunakan kuesioner ini yaitu menghitung populasi
adalah metodologi kuantitatif. Proses pegawai struktural dan fungsional di
penulisan diawali dengan melakukan Unit Perawatan Pesawat Udara STPI.
observasi lapangan, melakukan Gap Analysis dilakukan dengan
wawancara dengan pihak terkait tema membandingkan antara keadaan yang
yang akan dibahas untuk mendiskusikan diinginkan dan sudah ditentukan dengan
tentang permasalahan yang terjadi. kondisi riil atau kondisi eksisting di
Kemudian penulis melakukan studi lapangan. Hasil dari Gap Analysis akan
lapangan dan studi pustaka untuk digunakan sebagai data pendukung dan

2
Pengaruh Safety Culture Terhadap Implementasi Safety.................... (Novyanto Widadi)

pembanding dengan hasil kuesioner Sesuai skala likert, maka skala


Variabel Y (Safety Management System). pengukuran digambarkan sebagai
Dokumentasi (Studi Kepustakaan berikut:
atau Library Research) adalah teknik
pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subyek penulisan
melainkan dengan cara mengamati,
mempelajari, dan memperoleh data yang Gambar 1. Skala Likert Variable
Safety Culture (X)
memuat masalah Safety Management
System dari sumber lain, seperti dari Jadi, nilai 990 untuk variabel
dokumen lnternational Civil Aviation peranan Safety Culture pada skala
Organization (ICAO), annexes, buku likert cenderung berada pada kategori
ilmu pengetahuan, literatur, laporan baik. Semakin tinggi skor kuesioner
kerja, dan lain-lain. untuk peranan Safety Culture berarti
peranan Safety Culture semakin baik
Metode Analisis Data (82,5%).
Data dari penelitian berupa jawaban 2. Hasil Angket Variable Pengaruh
kuesioner yang berjumlah 10 pernyataan Safety Management System (Y)
untuk setiap variabel dengan lima pilihan Jawaban yang diperoleh dari
jawaban disajikan sebagai berikut : 24 responden untuk variabel Safety
1. Hasil Angket Variable Pengaruh Management System (Y) yaitu, nilai
Safety Culture (X) tertinggi yang diperoleh untuk
Jawaban yang diperoleh dari variabel ini adalah 49 dengan nilai
24 responden untuk variabel Safety
terendah 37 dan rata-rata (Ȳ) = =
Culture (X) yaitu, Nilai tertinggi yang
diperoleh untuk variabel ini adalah 48 41,375 (Tabel 8).
dengan nilai terendah 35 dan rata-rata Skor total butir pernyataan
yang diperoleh (lampiran 12) adalah
(𝑋̅) = = 41.25 (Tabel 7).
993. Skor maksimum diperoleh dari
Skor total butir pernyataan yang perkalian skor maksimum (skala
diperoleh (lampiran 11) adalah 990. likert) dikalikan jumlah pernyataan
Skor maksimum diperoleh dari dikalikan jumlah responden 5 x 10 x
perkalian skor maksimum (skala 24 = 1200 dan skor minimum
likert) dikalikan jumlah pernyataan diperoleh dari perkalian skor
dikalikan jumlah responden 5 x 10 x minimum (skala likert) dikalikan
24 = 1200 dan skor minimum jumlah pernyataan dikalikan jumlah
diperoleh dari perkalian skor responden 1 x 10 x 24 = 240.
minimum (skala likert) dikalikan
jumlah pernyataan dikalikan jumlah
responden 1 x 10 x 24 = 240.
Sesuai skala likert, maka skala
pengukuran digambarkan sebagai
berikut:

3
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 12 No.3 Oktober 2019 Hal 1 : 178

diketahui bahwa variabel X : L0


(0,1519) < Lt (0,2) berarti hipotesis
nol ditolak (data berdistribusi
normal). Sedangkan untuk variabel Y
Gambar 2. Skala Likert Variabel : L0 (0,1686) < Lt (0,2) berarti
Safety Management System (Y) hipotesis nol ditolak (data
berdistribusi normal). Dengan
Jadi, nilai 993 untuk variabel demikian dapat disimpulkan bahwa
Safety Management System pada data variabel X dan data variabel Y
skala likert cenderung berada pada tersebut berdistribusi normal.
kategori baik. Semakin tinggi skor 2. Uji Validitas
kuesioner untuk Safety Management Pada uji validitas, taraf
System berarti implementasi Safety signifikan yang digunakaan adalah
Management System semakin baik 1% dan responden (n) = 24, maka
82,75%. nilai r Product Moment 0,515. Syarat
Dilakukan suatu uji persyaratan data dikatakan valid jika setiap
analisis sebagai syarat penggunaannya, koefisien korelasi bernilai > 0,515.
langkah-langkah yang dilakukan untuk Dari hasil perhitungan pada lampiran
mencari besarnya nilai korelasi dan 14 untuk variabel X dan lampiran 15
regresi data penelitian, yaitu: untuk variabel Y.
1. Uji Normalitas Dari tabel hasil Uji Validitas,
Agar data variabel penelitian maka dapat dikatakan instrumen
dapat dianalisis melalui analisa penelitian yang digunakan dalam
validitas, reliabilitas, dan korelasi penelitian adalah “VALID”, karena
sederhana, data tersebut harus setiap koefisien korelasi tiap-tiap
berdistribusi normal. Oleh karena itu, nomor butir insrumen bernilai >
sebelum melakukan pengujian 0.515.
hipotesis dilakukan pengujian
3. Uji Reliabilitas Instrument
normalitas data.
Dari pengujian reliabilitas
Nilai rata-rata dan simpangan
variabel X dan variabel Y dengan
baku dari variabel X dan variabel Y
menghitung nilai varian dan nilai r
dapat diketahui melalui perhitungan
menggunakan rumus 4 (BAB 3)
nilai Lhitung variabel X terbesar (L0)
dengan ketentuan r > 0,6
= 0, 15186572 dan Lhitung variabel
- Variabel X (Safety Culture)
Y terbesar (L0) = 0.168607138.
(lampiran 16) rx (0,8098) > (0,6)
Sedangkan nilai kritis L untuk uji 𝑛  𝑣𝑎𝑟
liliefors adalah 0,2 dengan taraf nyata 𝑟 = 1−
𝑛−1 𝑣𝑎𝑟. 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
α = 0,01 dan n = 24.
Data akan berdistribusi normal = 0,80978
apabila L0 ≤ Ltabel atau Nilai L0 tidak - Variabel Y (Safety Management
melebihi nilai Ltabel (nilai kritis). System)(lampiran 17) ry (0,7381) >
Antara Lhitung dengan Ltabel (0,6)
𝑛  𝑣𝑎𝑟
dibandingkan, sehingga dapat 𝑟 = 1−
𝑛−1 𝑣𝑎𝑟. 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

4
Pengaruh Safety Culture Terhadap Implementasi Safety.................... (Novyanto Widadi)

= 0,7381 Pearson Product Moment dan regresi


Berdasarkan perhitungan sederhana.
tersebut, maka dapat disimpulkan a. Korelasi Product Moment
bahwa instrument variabel X (Safety Perhitungan Korelasi
Culture) dan variabel Y (Safety Product Moment diatas diperoleh
Management System) tersebut Nilai koefisiensi korelasi sebesar
reliabel dan dapat digunakan untuk 0,7694 sehingga Ho ditolak dan
penelitian. Ha diterima. Nilai koefisien yang
4. Uji Linearitas bertanda positif menunjukkan
Tujuan uji linearitas adalah bahwa hubungan antara Safety
untuk mengetahui apakah antara Culture dengan Safety
variabel bebas X (Safety Culture) dan Management System memiliki
variabel terikat Y (Safety hubungan yang searah positif.
Management System) mempunyai Untuk dapat memberikan
hubungan linier. penafsiran terhadap koefisien
Karena Fhitung (0,8831) > Ftabel korelasi yang ditemukan besar
(0,0122) pada taraf signifikan α = atau kecil, maka dapat
0,01 maka Ho ditolak, sehingga Ha berpedoman pada ketentuan
diterima. Dengan demikian variabel sebagai berikut:
bebas X (Safety Culture) dan variabel
terikat Y (Safety Management Tabel 1. Pedoman Interpretasi
System) mempunyai hubungan linier Terhadap Koefisien Korelasi
dan model regresi linier sederhana
dapat digunakan dalam memprediksi Interval Tingkat
Safety Culture terhadap implementasi Koefisiensi Hubungan
Safety Management System di Unit 0.00 – 0.199 Sangat Rendah
Perawatan Pesawat Udara STPI. 0.02 – 0.399 Rendah
5. Uji Hipotesis 0.40 – 0.599 Sedang
Berdasarkan hasil pengujian 0.60 – 0.799 Kuat
oleh penulis, hipotesis yang diajukan 0.80 – 1.000 Sangat Kuat
diterima. Terdapat hubungan yang (Sumber : Prof. Dr. Sugiyono,
signifikan antara Safety Culture Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D (2017:231))
terhadap implementasi Safety
Management System di Unit
Berdasarkan pedoman
Perawatan Pesawat Udara STPI.
tersebut, maka antara Safety
Dalam pengujian ini dilakukan
Culture dengan implementasi
analisis korelasi sederhana dan
Safety Management System
regresi untuk menentukan pengaruh
memiliki tingkat hubungan yang
variabel bebas terhadap variabel
kuat.
terikat. Sedangkan untuk mengetahui
b. Uji Kuat Koefisiensi Determinasi
variabel bebas terhadap variabel
Untuk mengetahui seberapa
terikat dilakukan analisis Korelasi
besar sumbangan variabel Safety

5
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 12 No.3 Oktober 2019 Hal 1 : 178

Culture terhadap Implementasi terhadap implementasi Safety


Safety Management System Management System.
digunakan koefisien determinasi d. Uji Regresi Linear Sederhana
(KD). Pengujian ini digunakan untuk
KD = r2 x 100% mengetahui bagaimana variabel
= (0,7694)2 x 100% terikat dapat diprediksikan
= 0,5919 x 100% melalui variabel bebas dengan
= 59,19% menggunakan regresi linear
Hal ini menandakan bahwa sederhana.
dalam implementasi Safety
Tabel 2. Uji Regresi Linear
Management System, 59,19%
Sederhana
ditentukan oleh besarnya Safety Uji Regresi Linear Sederhana
Culture dan 40,81% ditentukan Menggunakan Program Excel
oleh faktor lain.
Nilai Coefficients
c. Uji Signifikansi
a 12.08293839
Pada pengujian ini, taraf
b 0.710110585
signifikan yang diterapkan yaitu α
= 0.01 dengan n = 24.
Kaidah Pengujian : Berdasarkan data pada
Jika, ttabel ≤ thitung ≤ ttabel , maka Ho diatas (lampiran 20), dapat
diterima diketahui besarnya nilai a adalah
Jika, thitung > ttabel , maka Ho ditolak 12,08293839 dan nilai b adalah
Berdasarkan perhitungan 0,710110585 sehingga didapat
diketahui nilai thitung = 5,9 persamaan regresi linear :
sedangkan ttabel = 2,5 pada taraf Y = 12,08 + 0,71X
nyata α = 0.01. untuk menentukan
posisi thitung dapat dilihat pada Hal ini berarti jika
gambar berikut : Pengaruh Safety Culture
diperbaiki 1 poin, maka akan
menyebabkan peningkatan
implementasi Safety
Management System sebesar
Gambar 3. Kurva Analisis Uji t 0,71 pada konstanta 12,08.
(Sumber : Penelitian 2019) 6. Gap Analysis
Gap analysis dilakukan dengan
Dengan demikian dapat cara mengkaji pelaksanaan Safety
diketahui bahwa thitung berada pada Management System di Unit
daerah Ho, sehingga hipotesis Perawatan Pesawat Udara STPI
alternatif (Ha) diterima. Hal ini berdasarkan ICAO Document 9859.
menunjukkan bahwa Safety Pengambilan data Gap analysis
Culture mempunyai hubungan diketahui oleh Quality Control dan
positif yang nyata (signifikan) ahli dibidang Safety Management
System.

6
Pengaruh Safety Culture Terhadap Implementasi Safety.................... (Novyanto Widadi)

Total pertanyaan dari Gap Perawatan Pesawat Udara berada


analysis sebanyak n = 71 dengan total pada posisi baik (79,58%).
skor  total = 142. Dalam penelitian,
penulis menentukan nilai dari Diskusi
masing-masing jawaban Ya = 2, Dalam penyajian analisa kualitatif
Tidak = 0, dan Sebagian = 1. Hasil ini penulis menggunakan SHELL Model
pelaksanaan Safety Management dengan melihat Software (procedure),
System dari Gap analysis yang Hardware (machine), Environment,
diperoleh dapat dilihat pada lampiran Lifeware (human), dan Liveware
25, sebagai berikut : (adjacent unit) didalam implementasi
Safety Management System. Berikut ini
Tabel 3. Hasil Gap Analysis analisis SHELL Model yang digunakan:
1. Software
Pada pelaksanaan Safety
Management System di Unit
Perawatan Pesawat Udara STPI,
masih ada beberapa prosedur yang
belum dilaksanakan secara maksimal.
Hal ini ditunjukkan dengan jawaban
responden pada poin yang terkait
Hasil presentase dari Gap Analysis = dengan prosedur, pelaksanaan tugas,
Presentase =

x 100% dan kebijaksanaan organisasi.

Beberapa prosedur yang belum
113
= x 100% dilaksanakan dikarenakan belum
142
adanya dokumen yang digunakan
= 79,58%
untuk acuan ketika akan
Dimana : melaksanakan prosedur yang benar.
 = Jumlah skor Tugas yang diberikan oleh eksekutif
yang bertanggungjawab, baru
 total = Total Skor (142)
sebagian didukung dalam manual
SMS. Prosedur untuk meninjau
Skala pengukuran dapat digambarkan
operasi dan proses terkait
sebagai berikut:
keselamatan penerbangan untuk
bahaya/resiko juga belum
dilaksanakan secara maksimal.
Prosedur, tugas, dan
Gambar 4. Skala Variabel kebijaksanaan yang baru sebagian
Safety Management System menurut atau tidak dilaksanakan akan
Gap Analysis mempengaruhi budaya keselamatan
pada organisasi. Maka dari itu, pihak
Berdasarkan Gap Analysis,
dari Unit Perawatan Pesawat Udara
Safety Management System di Unit
STPI perlu memberikan pemahaman
dan sosialisasi kembali kepada para

7
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 12 No.3 Oktober 2019 Hal 1 : 178

pegawai mengenai prosedur yang langsung. Pihak Unit Perawatan


belum dilaksanakan secara maksimal. Pesawat Udara STPI tetap harus
Membuat dokumen mengenai memberikan contoh kondisi yang
prosedur yang belum dilaksanakan mendukung kerjasama antar tingkat
dan mengevaluasi tugas yang atasan, bawahan ataupun yang
diberikan oleh eksekutif yang mempunyai status yang sama.
bertanggungjawab agar kedepannya Pada pelaksanaan kerja di Unit
didukung secara penuh dalam manual Perawatan Pesawat Udara STPI,
SMS. Hal ini dilakukan supaya ada sudah ada lingkungan pelaporan
peningkatan dalam Safety Culture keselamatan yang terbuka dan adil.
kedepannya. Hal ini harus dipertahankan untuk
2. Hardware menunjang Safety Culture yang sudah
Peralatan kerja yang digunakan terbangun pada organisasi. Safety
dalam perawatan pesawat di Unit Management System di Unit
Perawatan Pesawat Udara STPI Perawatan Pesawat Udara STPI
sudah dinilai baik. Berdasarkan Gap belum sepenuhnya mengidentifikasi
analysis, Unit Perawatan Pesawat adanya bahaya. Pernyataan tersebut
Udara STPI sudah mengadakan berdasarkan pendapat para pegawai
program untuk tinjauan sistematis ketika melakukan pekerjaan
dan progresif dari semua operasi, perawatan pesawat udara. Perlu
proses, fasilitas dan peralatan terkait adanya evaluasi agar setiap indikasi
keselamatan penerbangan. bahaya ada cara untuk
Alat, peralatan uji, struktur fisik pencegahannya.
pesawat, kontrol dari alat-alat dan 4. Liveware
instrumen harus dipertahankan dalam Manajemen organisasi di Unit
keadaan bersih, sudah dikalibrasi, dan Perawatan Pesawat Udara STPI
digunakan sesuai dengan fungsinya sudah baik dalam memimpin budaya
sehingga serviceable untuk keselamatan dan sudah secara aktif
perawatan pesawat udara. Hal ini memotivasi pegawainya untuk
mendukung para pegawai dalam menjaga keselamatan. Namun, tetap
melakukan perawatan pesawat udara perlu adanya tindakan untuk
dan dapat mempertahankan Safety meningkatkan motivasi para pegawai
Culture organisasi yang sudah dengan cara pemberian reward
terbangun di Unit Perawatan Pesawat ataupun dengan mempererat
Udara STPI. kekeluargaan sesama pegawai.
3. Environment Masukan para pegawai Unit
Kondisi kerja pada saat ini sudah Perawatan Pesawat Udara STPI
dinilai baik oleh para pegawai dalam belum seluruhnya didukung secara
mendukung keselamatan aktif ketika menangani masalah
penerbangan dan memperhatikan keselamatan. Pihak Unit Perawatan
keamanan lingkungan karena sangat Pesawat Udara STPI sebaiknya
berpengaruh terhadap pegawai baik melakukan evaluasi dan perbaikan
secara langsung maupun tidak

8
Pengaruh Safety Culture Terhadap Implementasi Safety.................... (Novyanto Widadi)

terhadap masukan-masukan yang atau rangsangan terhadap sumber daya


masih belum didorong secara aktif. manusia dalam meningkatkan kecakapan
Sebagian dari pegawai Unit dan keterampilan yang diperlukan dalam
Perawat Udara STPI yang belum pencapaian tujuan organisasi.
mengetahui tentang perbedaan
perilaku yang dapat diterima dan Kesimpulan
yang tidak dapat diterima. Hal ini Berdasarkan analisis data dan
membuat para pegawai harus pembahasan sebelumnya, maka dapat
diberikan pemahaman tentang hal dibuat kesimpulan sebagai berikut :
tersebut agar Safety Culture 1. Safety Culture yang terbangun di Unit
organisasi dapat terbangun dengan Perawatan Pesawat Udara STPI
baik. Komunikasi keselamatan dalam kategori baik, dimana
penerbangan di Unit Perawatan organisasi berkerja dalam masalah
Pesawat Udara STPI, saat ini yang masih ditemukan (82,5%).
dilaksanakan dengan baik ditandai 2. Implementasi Safety Management
dengan kebijakan keselamatan telah System Unit Perawatan Pesawat
dikomukasikan dengan dukungan Udara STPI mencapai katerogi baik
nyata diseluruh organisasi dan ada (82,75%).
bukti publikasi keselamatan untuk 3. Berdasarkan Gap Analysis,
keselamatan komunikasi yang Implementasi Safety Management
penting bagi para pegawai. System Unit Perawatan Pesawat
Udara STPI mencapai katerogi
5. Lifeware (Sumber Daya Manusia) sedang tetapi cenderung kearah baik
Dalam melakukan perawatan (79,58).
pesawat udara, manajemen Unit 4. Safety Culture mempunyai pengaruh
Perawatan Pesawat Udara STPI masih yang kuat dan signifikan terhadap
belum maksimal dalam menyediakan Safety Management System dengan
sumber daya manusia untuk berbagai koefisien korelasi sebesar 0,769.
tugas terkait keselamatan penerbangan. Kontribusi pengaruh Safety Culture
Untuk menciptakan Safety Culture yang terhadap Safety Management System
baik, manajemen organisasi harus sebesar 59,19% dan sisanya 40,81%`
menyediakan sumber daya manusia yang dipengaruhi oleh faktor lain.
siap untuk berbagai tugas terkait
keselamatan penerbangan. Daftar Pustaka
Pelatihan dan pendidikan bagi para Darsono. (2010). Budaya Organisasi.
pegawai telah dilakukan oleh Unit Jakarta : Nusantara Consulting.
Perawatan Pesawat Udara STPI. Hal ini Dobney,J. (2014). B09 HUMAN
penting dilakukan oleh pihak organisasi FACTORS EASA Part 66. Perth :
untuk dapat meingkatkan pengetahuan, Air Service Training
kemampuan dan pemahaman para (Engineering) Limited.
pegawai terhadap lingkungan kerjanya. International Civil Aviation
Dengan adanya pelatihan dan pendidikan Organization. (1993). Human
diharapkan dapat memberikan stimulus Factors Digest No. 10 Human

9
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 12 No.3 Oktober 2019 Hal 1 : 178

Factors, Management and Safety Culture Index (ASCI) Di


Organization. Canada : PT. GMF Aero Asia Jakarta.
International Civil Aviation Tugas akhir tidak diterbitkan.
Organization. STPI.
International Civil Aviation Widadi, Novyanto & Sena, Afen. (2016).
Organization. (2018). Doc 9859 Safety Management System
Safety Management Manual Fundamental Concepts
(SMM). Canada : International Framework. Jakarta : Halaman
Civil Aviation Organization. Moeka.
Istiqomah Derajat. (2018). “Pengaruh Widagdho, Djoko. (2015). Ilmu Budaya
Safety Management System Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Terhadap Pelayanan Pemanduan
Lalu Lintas Udara Di Perum
Lppnpi Kantor Cabang
Balikpapan”. Tugas akhir tidak
diterbitkan. STPI.
Keputusan Menteri Perhubungan.
(2000). Organisasi Dan Tata Kerja
Sekolah Tinggi Penerbangan
Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Perhubungan. (2009).
Sistem Manajemen Keselamatan
(Safety Management System).
Jakarta.
Reason, James. (2016). Managing The
Risks Of Organizational
Accidents. New York : Taylor and
Francis.
Siregar, Syofian (2013). Statistik
Parametrik Untuk Penelitian
Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono. (2018). Metode Penulisan
Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Sujarwa. (2014). Ilmu Sosial & Budaya
Dasar. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Supriyadi, Yaddy. (2012). Keselamatan
Penerbangan. Tangerang : PT
Telaga Ilmu Indonesia.
Udi Titto Priyatna. (2010). “Analaisis
Peningkatan Budaya Keselamatan
Menggunakan Metode Airline

10

Anda mungkin juga menyukai