Anda di halaman 1dari 6

Nama Mahasiswa Nurul Sufi

NIM 04174569
KELAS C KP VII

RESUME JURNAL

A. JURNAL 1

Judul Jurnal Triase Modern Rumah Sakit dan Aplikasinya di Indonesia


Penulis Hadiki Habib, Septo Sulistio, Radi Muharris Mulyana, Imamul Aziz Albar
Tahun 2016

Isi Jurnal :

Pendahuluan

Perkembangan triase modern tak lepas dari pengembangan sistim layanan gawat darurat.

Kehidupan yang semakin kompleks menyebabkan terjadi revolusi sistem triase baik di luar

rumah sakit maupun dalam rumah sakit.

Dalam rangka meningkatkan performa pelayanan di UGD, revitalisasi peran dan fungsi triase

harus dilakukan. Untuk itu, perkembangan sistem triase rumah sakit diberbagai negara

perlu diketahui, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah sistim triase modern tersebut

relevan diterapkan di Indonesia.

Definisi :

Untuk membantu mengambil keputusan, dikembangkan suatu sistim penilaian kondisi medis dan

klasifikasi keparahan dan kesegeraan pelayanan berdasarkan keputusan yang diambil dalam

proses triase. Penilaian kondisi medis triase tidak hanya melibatkan komponen topangan hidup
dasar yaitu jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation) atau disebut

juga ABC approach, tapi juga melibatkan berbagai keluhan pasien dan tanda-tanda fisik.

Penilaian kondisi ini disebut dengan penilaian berdasarkan kumpulan tanda dan gejala

(syndromic approach). Contoh sindrom yang lazim dijumpai di unit gawat darurat adalah nyeri

perut, nyeri dada, sesak nafas, dan penurunan kesadaran.

Triase konvensional yang dikembangkan di medan perang dan medan bencana menetapkan

sistim pengambilan keputusan berdasarkan keadaan hidup dasar yaitu ABC approach dan fokus

pada kasus-kasus trauma. Setelah kriteria triase ditentukan, maka tingkat kegawatan dibagi

dengan istilah warna, yaitu warna merah, warna kuning, warna hijau dan warna hitam.

Penyebutan warna ini kemudian diikuti dengan pengembangan ruang penanganan medis menjadi

zona merah, zona kuning, dan zona hijau (tabel 1). Triase bencana bertujuan untuk mengerahkan

segala daya upaya yang ada untuk korban-korban yang masih mungkin diselamatkan sebanyak

mungkin (do the most good for the most people).

Triase Australia

Sekitar tahun 1980an dimulai konsep triase lima tingkat di Rumah Sakit Ipswich, Queensland,

Australia.6

Konsep yang sama juga dikembangkan di rumah sakit Box Hill, Victoria, Australia.6

Pembagian tingkatan ini berdasarkan tingkat kesegeraan (urgency) dari kondisi pasien. Validasi

sistim triase ini menunjukkan hasil yang lebih baik dan konsisten dibandingkan triase

konvensional dan mulai di adopsi unit gawat darurat di seluruh Australia. Sistim nasional ini
disebut dengan National Triage Scale (NTS) dan kemudian berubah nama menjadi Australia

Triage Scale (ATS). Di Australia, proses triase dilakukan oleh perawat gawat darurat. Karena triase sangat diperlukan

untuk alur pasien dalam UGD yang lancar dan aman, Australia memiliki pelatihan resmi triase

untuk perawat dan dokter. Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan konsistensi peserta

dalam menetapkan kategori triase dan menurunkan lama pasien berada di UGD.

Triase Kanada

Triase Kanada disebut dengan The Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS). Pertama kali

dikembangkan tahun 1990 oleh dokter yang bergerak dibidang gawat darurat. Konsep awal

CTAS mengikuti konsep ATS, dimana prioritas pasien disertai dengan waktu yang diperlukan

untuk mendapatkan penanganan awal. CTAS juga dilengkapi dengan rangkuman keluhan dan

tanda klinis khusus untuk membantu petugas melakukan identifikasi sindrom yang dialami

pasien dan menentukan level triase. Metode CTAS juga mengharuskan pengulangan triase (re-

triage) dalam jangka waktu tertentu atau jika ada perubahan kondisi pasien ketika dalam

observasi.

Triase Inggris

Triase Inggris disebut juga dengan Manchester Triage Scale (MTS). Metode ini digunakan

terutama di Inggris dan Jerman. Ciri khas MTS adalah identifikasi sindrom pasien yang datang

ke unit gawat darurat diikuti oleh algoritma untuk mengambil keputusan. Berdasarkan keluhan

utama pasien, ditetapkan 52 algoritma contohnya algoritma trauma kepala, dan algoritma nyeri

perut. Dalam tiap algoritma ada diskriminator yang menjadi landasan pengambilan keputusan,

diskriminator tersebut adalah kondisi klinis yang merupakan tanda vital seperti tingkat
kesadaran, derajat nyeri, dan derajat obstruksi jalan nafas.

Triase Amerika Serikat

Triase Amerika Serikat disebut juga dengan Emergency Severity Index (ESI) dan pertama kali

dikembangkan di akhir tahun 90 an. Ditandai dengan dibentuknya Joint Triage Five Level Task

Force oleh The Emergency Nursing Association (ENA) dan American College of Physician

(ACEP) untuk memperkenalkan lima kategori triase untuk menggantikan tiga kategori

sebelumnya. Perubahan ini berdasarkan pertimbangan kebutuhan akan presisi dalam menentukan

prioritas pasien di UGD, sehingga pasien terhindar dari keterlambatan pengobatan akibat

kategorisasi terlalu rendah, atau sebaliknya pemanfaatan UGD yang berlebihan untuk pasien

yang non urgen akibat kategorisasi terlalu tinggi.

Triase Indonesia

Sistim triase modern rumah sakit yang saat ini berkembang disusun sedemikian rupa untuk

membantu mengambil keputusan yang konsisten. Semua metode triase lima level menetapkan

petugas yang melaksanakan triase adalah perawat yang sudah terlatih. Namun tidak menutup

kemungkinan dokter terlatih yang melakukan triase untuk kondisi-kondisi unit gawat darurat

khusus (pusat rujukan nasional, pusat rujukan trauma).


A. JURNAL 2

Judul Jurnal EVALUASI USER ACCEPTANCE AUGMENTED REALITY


TRIAGE MOBILE PADA SISTEM KEDARURATAN MEDIS
Penulis Wibisono Sukmo Wardhono
Marji
Lingga Perdana Kusuma
Tahun 2015
Metode Penelitian Metode pada penelitian ini dilakukan melalui enam tahap yaitu: studi literatur, analisis
kebutuhan sistem, perancangan sistem, implementasi, pengujian dan analisis serta pengambilan
kesimpulan dan saran. Studi literatur dilakukan dengan mencari referensi teori yang relevan dengan
penelitian ini, meliputi Triage dan metode START, Sistem Informasi Geografis (SIG), Augmented
Reality (AR), Bahasa Pemrograman C#, Geo AR Toolkit (GART), Quick Response Code (QR Code),
JavaScript Object Notation (JSON), User Acceptance Testing (UAT).
Implementasi sistem dilakukan berdasarkan hasil perancangan yang diawali dengan penjabaran
spesifikasi lingkungan pengembangan perangkat lunak, dilanjutkan dengan implementasi basis
data dengan menggunakan MySQL. Selanjutnya dijabarkan mapping class dengan file program
saat implementasi perangkat lunak, dilanjutkan dengan implementasi algoritma. Implementasi
perangkat lunak dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman C# dan pustaka (library)
Geo ARToolkit. Tahap implementasi terakhir penerapan interface.
Tahap pengujian dilakukan untuk memperoleh gambaran penerimaan pengguna (User
Acceptance) terhadap sistem yang digunakan. Teknik pengujian yang digunakan adalah User
Acceptance Testing (UAT) dengan indicator-indikator pengujian meliputi tingkat kemudahan dan
kepuasan pengguna aplikasi berdasarkan variabel-variabel pada sistem Triage.
Tahap pengambilan kesimpulan dan saran dilakukan setelah seluruh tahapan pengembangan
aplikasi selesai dilakukan. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil evaluasi penerimaan pengguna
terhadap aplikasi AR Triage Mobile. Kesimpulan digunakan untuk memperoleh hasil evaluasi dari
keseluruhan proses penelitian. Saran berkaitan dengan proses penelitian dan proses pengembangan
lebih lanjut terhadap sistem yang telah dibuat.
Jenis Instrumen Aplikasi Sistem Augmented
Reality Triage Mobile berhasil diimplementasikan pada perangkat berbasis Windows Phone 8.0.
Berdasarkan hasil pengujian UAT, aplikasi Augmented Reality Triage Mobile “SaveMe” dapat
diterima oleh pengguna dengan rata-rata interpretasi sebesar 80,1% pada skala Likert dari kuisioner
yang tersebar kepada 20 responden.
Jumlah Responden 20 responden
Hasil Penelitian Dari Tabel 6 didapatkan nilai interpretasi persen dari setiap pernyataan yang diajukan kepada
20 responden. Nilai iterpretasi persen tersebut lalu dirata-rata untuk menentukan tingkat penerimaan
responden terhadap aplikasi yang telah dibuat. Rata-rata interpretasi didapat dengan persamaan
sebagai berikut:
Persentase Rata-Rata = Jumlah total persentase / Jumlah Pertanyaan (1)
Dari persamaan (1), dihasilkan persentase rata-rata sebesar 80,1% sehingga nilai tersebut masuk
dalam interval 80-100% pada skala Likert yang menunjukkan bahwa tingkat penerimaan responden
pada aplikasi augmented reality triage mobile termasuk dalam kategori “sangat setuju”.
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil evaluasi User Acceptance Testing (UAT), Sistem AR Triage Mobile
“SaveMe” dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai
rata-rata interpretasi persen sebesar 80,1% yang didapat dari penailaian dari 20 responden dengan
menjawab kuesioner yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai