Anda di halaman 1dari 26

PELATIHAN GOAL SETTING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BERPRESTASI MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SISWA DI SMPIT


NURUL ‘ILMI

Rudiono1
Diana Imawati Yoga Achmad Ramadhan2 Siti Khumaidatul Umaroh
2
1
Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus Samarinda, Indonesia.
2
Dosen Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus Samarinda, Indonesia.
E-mail : rudiyuli21@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pemberian pelatihan goal


setting dalam meningkatkan motivasi berprestasi menghafal Al-Qur‟an
pada siswa SMPIT Nurul „Ilmi Tenggarong. Subjek dalam penelitian ini
adalah 30 siswa SMPIT Nurul „Ilmi, 15 siswa sebagai kelompok
eksperimen dan 15 siswa sebagai kelompok kontrol. Metode pengambilan
sampel mengunakan teknik purposive sampling.Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan skala motivasi berprestasi menghafal Al-
Qur‟an. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre post control
group design. Analisis penelitian yang digunakan adalah analisis
kuantitatif dengan mengunakan uji Anova Repeated Measures. Penelitian
ini membuktikan pelatihan goal setting dapat meningkatkan motivasi
berprestasi menghafal Al-Qur‟an pada siswa. Karena hasil uji hipotesis
menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai F = 49.496 dan p = 0.000,
p < 0.05. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara pengukuran (prates,
pascates, dan tindak lanjut) dan kelompok (eksperimen dan kontrol).
Interaksi menunjukkan bahwa adanya peningkatan skor yang berbeda
secara signifikan dari prates, pascates, dan tindak lanjut antara kedua
kelompok.Sehingga disarankan bagi guru dan siswa agar menjadikan
pelatihan goal setting berguna dalam meningkatkan motivasi Menghafal
Al-Qur‟an.

Kata Kunci: Pelatihan Goal Setting, Motivasi Berprestasi, Menghafal Al-Qur‟an,

111
ABSTRACT

This study aimed to examine the effectiveness of goal setting training on


student’s Tahfidz achievement motivation in the SMPIT Nurul ‘Ilmi
Tenggarong. Subjects in this study were 30 students of SMPIT Nurul ‘Ilmi
Tenggarong, which is divided into 15 students as the experimental group
and 15 students as a control group. Methods of sampling using purposive
sample. The data was collected using a scale of Tahfidz achievement
motivation. The study design used was pre post control group design.
Analysis of the study is a Quantitative analysis using the Repeated
Measures Anova. This the study proves the training goal setting can
increase Tahfidz achievement motivation in students. Because the results
of hyphothesis testing showed a significant result with a value of F =
49.496, p = 0.000, p < 0.05. This result showed interaction between
measurement (pre-test, pos-test, and follow up) and group (experimental
and control group). The interaction showed distinct improvement
significantly from pre-test, post-test, and follow up between the two group.
So it is recommended for teachers and students in order to make the goal
setting training is useful for improving achievement motivation.

Keywords: Goal Setting Training, Achievement Motivation, Tahfidz

112
PENDAHULUAN menerapkan kurikulum yang
A. Latar Belakang menganjurkan siswanya untuk
Al Qur'an sebagai landasan menghafal Al-Qur‟an. Proses yang
hidup manusia memiliki dijalani oleh siswa untuk menjadi
keistimewaan yang tidak dimiliki penghafal Al-Qur‟an tidaklah mudah
oleh kitab – kitab yang lain. dan sangat panjang. Menghafal Al-
Beberapa keistimewaan tersebut Qur‟an bukan pula semata-mata
antara lain: keistimewaan tilawah ketika individu merasa mampu
(membaca), keistimewaan tadabbur menguasai dan berkonsentrasi penuh
(merenungkan), keistimewaan hifzh pada saat menghafal, akan tetapi
(menghafal) (Rauf, 2011). Salah satu siswa juga mengalami proses
keutamaan menghafalkan Al-Qur‟an menghadapi tantangan dan mereka
adalah individu yang menganggap dirinya punya
mengamalkannya akan dinaikkan kemampuan tinggi untuk
derajatnya oleh Allah SWT, dan menghadapi tantangan tersebut
Allah SWT menjanjikan akan (Santrock, 2013). Dorongan untuk
memberikan orang tua yang anaknya menghadapi tantangan inilah yang
menghafalkan Al-Qur‟an sebuah dimaksudkan dengan motivasi
mahkota yang bersinar (Sa‟dulloh, berprestasi.
2013). Keutamaan tersebut menjadi McClelland (1987)
motivasi tersendiri bagi para orang menyatakan bahwa menghadapi
tua untuk menjadikan anak-anak tantangan (misalnya hafalan yang
mereka menjadi penghafal Al- sulit) dan kemampuan pribadi
Qur‟an. merupakan komponen yang penting
Menghafal Al-Qur‟an kini dari motivasi berprestasi. Sistem
sudah menjelma menjadi budaya motif pribadi juga menjadi
baru. Sekarang sudah banyak sekolah komponen penting dari motivasi
yang berbasis Islam yang berprestasi. Model kompensasi kerja

113
dan kemauan (Santrock, 2013) spesifik atau tujuan yang diharapkan
menyatakan bahwa motivasi dapat tercapai, Locke (Sukadji,
berprestasi terjadi ketika tugas yang 2001). Goal setting dapat menjadi
dihadapi sesuai dengan motif implisit daya dorong untuk memperbesar
individu, dan keterampilan dan usaha yang dilakukan seseorang,
kemampuan yang dimilikinya bahwa seseorang akan bekerja lebih
mencukupi. Saat umpan balik kinerja keras dengan adanya tujuan daripada
memberikan informasi tentang tanpa tujuan (Lock dkk, 2013).
kesuksesan, maka kebutuhan akan SMPIT Nurul „Ilmi
berprestasi muncul. Berdasarkan hal Tenggarong merupakan salah satu
ini maka peneliti memilih variabel institusi yang mengajarkan
motivasi berprestasi sebagai variabel penghafalan Al-Qur‟an, dengan
terikat yang diintervensi melalui konsep 5 jam dalam satu pekan
pelatihan goal setting. untuk menghafal Al-Qur‟an, dalam
Motivasi berprestasi satu pekan di bagi menjadi 2
menurut McClelland (1987) adalah pertemuan masing-masing 2 jam dan
motivasi yang mendorong individu 3 jam setiap pertemuan 1 pekan
untuk mencapai sukses, dan minimal yang dihafalkan 8 ayat.
bertujuan untuk berhasil dalam Berdasarkan laporan dari
kompetisi atau persaingan dengan pihak sekolah bahwa terdapat 60
beberapa ukuran keunggulan siswa yang belum dapat memenuhi
(standard of excellent). target yang diharapkan sebagaimana
Dalam dunia pendidikan, data yang diperoleh melalui buku
salah satu unsur terpenting untuk prestasi hafalan Al-Qur‟an dari pihak
keberhasilan pencapaian prestasi sekolah selama tahun ajaran
belajar siswa adalah adanya 2017/2018.
penetapan tujuan atau goal setting. Berdasarkan informasi hasil
Goal Setting adalah sebuah teori diskusi awal dengan para ustadz,
kognitif dengan dasar pemikiran didapatkan bahwa para siswa yang
bahwa setiap orang memiliki suatu belum memenuhi target disebabkan
keinginan untuk mencapai hasil oleh keinginan atau motivasi

114
berprestasi yang masih kurang dalam seorang penghafal Al-Qur‟an, dan
menghafal Al-Qur‟an. Banyak dari belum memiliki tujuan yang
siswa yang masih belum memiliki spesifik dalam menghafal Al-Qur‟an.
kesungguhan dalam menghafal Al- Berdasarkan studi
Qur‟an, tidak inisiatif menghafal Al- pendahuluan yang dilakukan di
Qur‟an kecuali jika diperintah, tidak SMPIT Nurul „Ilmi Tenggarong,
berkomitmen untuk menghafal Al diduga bahwa motivasi berprestasi
Qur‟an sehingga kurang mampu menghafal Al-Qur‟an yang rendah
bertahan dalam proses menghafal Al- bagi siswa yang tidak memenuhi
Qur‟an, meninggalkan tugasnya target kemungkinan dipengaruhi oleh
menghafal Al-Qur‟an dan kurangnya penetapan tujuan (Goal
meninggalkan begitu saja serta tidak Setting) siswa dalam menghafal Al-
menyelesaikannya jika menemui Qur‟an..
kesulitan dalam menghafal. Siswa Upaya pengenalan goal
juga belum mempunyai target yang setting pada siswa dilakukan dengan
jelas dalam menghafal Al-Qur‟an, pendekatan pelatihan. Pendekatan
suka menunda-nunda dalam pelatihan dipilih karena pelatihan
menghafal, terlalu banyak merupakan suatu metode
bermain sehingga waktu menghafal pembelajaran yang bertujuan untuk
jadi terbengkalai, dan sering mengubah aspek kognitif, afektif
menganggu teman lain. serta hasil keterampilan atau
Pada saat ujian menghafal keahlian (Kikpatrick dalam Salas
siswa sering gagal dalam dkk, 2009). Johnson dan Johnson
menyetorkan, karena tidak (2007) menyatakan bahwa metode
menghafal sebelumnya, sehingga pelatihan berdasarkan prinsip
siswa harus sering mengulang experiental learning, yaitu bahwa
dalam ujian menghafal Al-Qur‟an. perilaku manusia terbentuk
Para siswa juga belum berdasarkan hasil pengalaman yang
memikirkan tentang target terlebih dahulu dimodifikasi untuk
hafalan Al-Qur‟an, belum memiliki menambah efektivitas. Semakin lama
cita-cita yang ingin dicapai sebagai perilaku menjadi suatu kebiasaan dan

115
berjalan dengan otomatis, individu sasaran yang diperoleh maka akan
semakin berusaha memodifikasi semakin meningkatkan prestasi
perilaku yang sesuai dengan situasi. belajarnya. Membuat langkah-
Penelitian oleh Clarke, dkk langkah untuk mencapai sasaran
(2009) menunjukkan bahwa (action-related) sesuai kemampuan,
pelatihan goal setting dapat sehingga siswa lebih termotivasi
meningkatkan usaha pencapaian untuk mencapai prestasi. Memiliki
tujuan dalam menyelesaikan batas waktu (time-besed) yang
pekerjaan atau tugas belajar. ditentukan biasanya akan membuat
Penelitian oleh Haslam, dkk (2009), siswa lebih terpacu untuk mencapai
menunjukkan bahwa siswa yang prestasinya. Komitmen pada tujuan
mengikuti pelatihan goal setting yang sudah dibuat, adalah hal yang
lebih dapat mengaktualisasikan diri penting untuk terus berusaha dalam
dan mengembangkan diri dalam melaksanakan tujuan yang telah
mencapai tujuan belajar. dibuat sehingga dapat mencapai
Penelitian yang berkaitan tujuan. Pada umpan balik, siswa
antara pelatihan goal setting dan dapat mengoreksi kekurangan-
motivasi berprestasi pernah kekurangan yang sudah dilakukan,
dilakukan oleh Salim (2016) dan mendapatkan masukan dari
terhadap atlet bulutangkis. Hasil orang lain untuk memperbaiki
penelitian ini membuktikan adanya strategi atau cara belajarnya agar
peningkatan motivasi berprestasi lebih efektif. Komitmen sangat
atlet bulutangkis setelah diperlukan untuk mencapai tujuan
mendapatkan pelatihan goal setting. belajar yang sudah dibuat, tanpa
Siswa yang memiliki tujuan komitmen tujuan belajar yang sudah
berprestasi yang spesifik akan dibuat tidak akan berjalan.
membuat sasaran prestasi yang lebih Melihat pentingnya goal
jelas, hal ini dapat meningkatkan setting dalam meningkatkan motivasi
prestasi siswa dalam belajarnya. berprestasi menghafal Al-Qur‟an
Measurable (terukur), ketika siswa pada siswa, peneliti tertarik untuk
mengetahui peningkatan belajar atau memberikan intervensi melalui

116
pelatihan mengenai goal setting pada individu untuk mengembangkan
siswa SMPIT Nurul „Ilmi strategi yang relevan untuk mencapai
Tenggarong dengan harapan tujuannya.
pelatihan goal setting dapat Melihat nilai positif
mempengaruhi motivasi instrinsik pelatihan goal setting dalam
siswa, sesuai dengan pendapat meningkatkan motivasi berprestasi,
Robbin (2009) yang mengatakan maka penulis sangat tertarik ingin
Goal setting juga mempengaruhi mengetahui apakah pelatihan goal
perilaku dengan cara mengarahkan setting itu dapat meningkatkan
perhatian dan tindakan, memobilisasi motivasi berprestasi menghafal Al-
pengerahan usaha, memperpanjang Qur‟an pada siswa SMPIT Nurul
lamanya pengerahan usaha „Ilmi Tenggarong.
(persistensi), dan memotivasi

Tujuan penelitian group design. Pada desain ini, diawal


Penelitian ini bertujuan penelitian dilakukan pengukuran
untuk mengetahui pengaruh terhadap variabel tergantung pada
pelatihan goal setting terhadap subjek. Kemudian setelah diberikan
motivasi berprestasi menghafal Al- perlakuan dilakukan pengukuran
Qur‟an. kembali terhadap variabel tergantung
pada subjek dengan alat ukur yang
METODE PENELITIAN
sama ( Seniati dkk, 2005).
Rancangan Penelitian
Rancangan eksperimen yang
Penelitian ini merupakan
digunakan dalam penelitian ini
penelitian eksperimen, dengan
adalah:
menggunakan variabel bebas berupa
goal setting, variabel tergantung Kelompok Prates Perlakuan Pascates Tindak
lanjut
berupa motivasi berprestasi.
KE Y1 X Y2 Y3
Rancangan ekperimen yang
digunakan adalah pre post control KK Y1 - Y2 Y3

117
Keterangan : memberikan informed consent secara
KE : Kelompok Eksperimen
tertulis pada pra intervensi. Para
KK : Kelompok Kontrol
Y1 : Pengukuran Prates subjek juga kemudian akan diberikan
Y2 : Pengukuran Pascates
undangan resmi untuk menghadiri
Y3 : Pengukuran Tindak lanjut
X : Perlakuan pelatihan.

Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Subyek penelitian yaitu siswa
Langkah-langkah yang dilakukan
SMP yang memenuhi kriteria
peneliti dalam melakukan
sebagai berikut:
a. Pelajar SMP berjenis kelamin laki- pengumpulan data ini adalah:
laki
Pertama, Penyusunan Skala, dimana
b. Prestasi menghafal Al-Qur‟an
skala yang digunakan dalam
dibawah target
c. Berdomisili di Tenggarong penelitian adalah skala motivasi
d. Memiliki motivasi belajar menghafal
belajar menghafal Al-Qur‟an. Skala
Al-Qur‟an yang rendah atau sedang
motivasi berprestasi menghafal Al-
berdasarkan skala
e. Bersedia menjadi subjek penelitian Qur‟an bertujuan untuk mengukur
Pengambilan subjek
motivasi berprestasi menghafal Al-
menggunakan teknik purposive
Qur‟an pada siswa SMPIT Nurul
sampling yang merupakan pemilihan
sampel sesuai dengan yang „Ilmi Tenggarong. Skala ini mengacu
dikehendaki (Latipun, 2015). Subjek
pada teori McClelland (1987) ).
penelitian ini diperoleh berdasarkan
Aspek- aspek motivasi berprestasi:
informasi dari kepala sekolah,
kurikulum dan ustads pembimbing. 1. Melakukan tugas lebih baik dan
Peneliti kemudian menindaklanjuti
giat daripada sebelumnya.
dengan melakukan wawancara,
observasi, dan pemberian skala
motivasi belajar, peneliti juga akan

118
2. Lebih berorientasi pada tugas yang item unfavourable skor penilaian
adalah sangat tidak sesuai (STS)
dilakukan untuk
mendapat skor 4, tidak sesuai (TS)
mencapai tujuan.
mendapat skor 3, sesuai (S)
3. Kemampuan mengatasi rintangan. mendapat skor 2, sangat sesuai (SS)
mendapat skor 1.
4. Menghadirkan semangat belajar
Kedua, Uji Coba Skala
yang tinggi.
Motivasi Berprestasi Menghafal Al-
5. Bersaing melalui usaha yang Qur‟an, dimana sebelum digunakan
dalam penelitian, skala tersebut
keras.
terlebih dahulu diujicobakan untuk
6. Optimis dan yakin sukses.
mengetahui validitas dan reliabilitas
. Skala ini terdiri dari 60 skala motivasi belajar menghafal Al-
aitem yang terdiri dari butir Qur‟an. Uji coba skala dilakukan
favourable 30 aitem dan pada tanggal 2 Agustus 2018
unfavoureble 30 aitem. Model terhadap 60 siswa SMPIT Insan
penskalaan yang dipakai dalam Cendekia Tenggarong Seberang.
penelitian ini adalah menggunakan Setelah try out terkumpul, peneliti
model skala Likert yaitu subjek melakukan uji validitas, uji validitas
diminta memilih salah satu dari menggunakan JASP 0.8.4.0.
alternatif-alternatif jawaban yang Kemudian hasil corrected item total
sesuai dengan keadaan subjek. correlation dibandingkan dengan r
Butir-butir dalam skala tabel sebesar 0.235 (N=60), dengan
disusun dengan memperhatikan sifat dasar pengambilan keputusan item
favourable dan unfavourable. Skor dinyatakan valid apabila r hitung > r
untuk jawaban setiap kriteria yang tabel. Berdasarkan hal itu, didapat 12
termasuk favourable adalah sangat item yang dinyatakan tidak valid,
tidak sesuai (STS) mendapat skor 1, kemudian dikurangi sesuai dengan
tidak sesuai (TS) mendapat skor 2, kebutuhan peneliti menjadi 40 aitem.
sesuai (S) mendapat skor 3, sangat Dengan demikian tersisa 40 item
sesuai (SS) mendapat skor 4. Untuk valid. Koefisien validitas dari 40

119
item valid tersebut berkisar antara perilaku khusus seperti bagaimana
0.593 – 0.965. peserta memperhatikan, dan
Hasil uji reliabilitas dari 40 mengikuti jalannya pelatihan.
aitem valid menunjukkan koefisien
reliabilitas α = 0,933. Menurut
Azwar (2011), reliabilitas dinyatakan Prosedur Intervensi
oleh koefisien reliabilitas (rxx‟) yang Prosedur pemberian
angkanya berada pada rentang 0 perlakuan dalam penelitian ini dibagi
sampai 1,00, sehingga semakin menjadi beberapa tahap, yaitu:
mendekati 0 semakin rendah 1. Persiapan Penelitian
reliabilitas skala dan semain a. Analisis Kebutuhan
mendekati angka 1,00 semakin tinggi Analisis kebutuhan ini
reliabilitas skala tersebut. Dengan dilakukan untuk mengetahui
angka koefisien reliabilitas α sebesar perlu atau tidaknya pelatihan
0,974, maka dapat dikatakan bahwa diberikan pada siswa SMPIT
hasil dari pengukuran skala motivasi Nurul „Ilmi Tenggarong.
belajar menghafal Al-Qur‟an Berdasarkan asesmen pada
memiliki reliabilitas yang tinggi. siswa SMPIT Nurul „Ilmi
Ketiga, dengan menggunakan Tenggarong terdapat
wawancara yang bertujuan beberapa gejala rendahnya
mengetahui kondisi peserta sebelum, motivasi berprestasi, seperti
selama dan sesudah pelatihan dan membolos, tidak
pengaruh pelatihan bagi peserta mengerjakan tugas
secara kualitatif, dan keempat adalah menghafal, malas menghafal,
observasi yang dilakukan untuk lebih suka bermain bercanda
memperoleh data alami yang dengan teman dari pada
mendukung data-data yang sudah menghafal, tidak berminat
ada dari hasil penyebaran skala dan menghafal dan tidak memiliki
wawancara. Observasi dilakukan tujuan dalam menghafal Al-
selama pelaksanaan pelatihan, Qur‟an. Hal ini menunjukkan
dengan tujuan melihat perilaku- diperlukan suatu intervensi

120
untuk meningkatkan motivasi c. Alat atau Materi
berprestasi menghafal Al- Alat atau materi berupa skala
Qur‟an melalui pelatihan goal motivasi berprestasi
setting untuk memiliki menghafal Al-Qur‟an, data
pengaturan dalam penetapan mengenai motivasi
tujuan sehingga ketika siswa berprestasi menghafal Al-
memiliki tujuan yang jelas Qur‟an, lembar penjelasan
diharapkan akan dapat penelitian, lembar
meningkatkan motivasi persetujuan partisipan, modul
berprestasi menghafal Al- pelatihan goal setting, Alat
Qur‟an. audiovisual, bola, keranjang,
b. Penetapan modul pelatihan kertas karton dan alat tulis
Goal setting dibutuhkan sebagai alat bantu
Modul pelatihan goal seting dalam pelaksanaan pelatihan
disusun oleh Achmad goal setting, lembar kerja,
Ramadhan mahasiswa S2 lembar panduan observasi,
Magister Profesi Universitas lembar evaluasi pelatihan.
Islam Indonesia tahun 2015, d. Seleksi fasilitator, ko-
dengan memodifikasi fasilitator
beberapa konsep goal setting Seorang fasilitator dan
yang dikemukakan oleh ko-fasilitator dalam pelatihan
Moran (dalam Sukadji, ini harus memiliki kualifikasi
2001), dan Locke & Latham sebagai berikut : pertama,
(2013), yang memiliki psikolog yang berpengalaman
komponen antara lain tujuan dalam pelatihan goal setting,
yang spesifik, terukur, dan pernah mengikuti
realistic, memiliki batas program kegiatan pelatihan
waktu, menetapkan tujuan psikologi, sedangkan untuk
jangka panjang dan jangka ko-fasilitator merupakan
pendek, komitmen dan mahasiswa psikologi yang
umpan balik. telah berpengalaman

121
menjalankan praktek Tahap selanjutnya setelah
pelatihan sebelumnya. tahap persiapan selesai
e. Seleksi peserta pelatihan dilaksanakan adalah tahap
Peneliti melakukan pelaksanaan penelitian yaitu
seleksi peserta pelatihan yang pelaksanaan pelatihan motivasi
terlibat dalam pelatihan berprestasi menghafal Al-Qur‟an
dengan berpedoman pada pada siswa SMPIT Nurul „Ilmi
kriteria subjek penelitian Tenggarong. Pelatihan goal
yang telah ditentukan setting ini terdiri dari 7 sesi yang
sebelumnya. dilaksanakan dalam dua kali
f. Melatih fasilitator, ko- pertemuan. Setiap pertemuannya
fasilitator dilakukan sekitar 30 sampai 60
Peneliti menjelaskan menit.
hak dan kewajiban fasilitator, Pelaksanaan penelitian
ko-fasilitator. Materi terbagi dalam dua kelompok
pelatihan yang diberikan yaitu : kelompok eksperimen
fasilitator adalah modul (KE), dimana kelompok ini
pelatihan goal setting, diberikan perlakuan berupa
sedangkan materi pelatihan pelatihan goal setting. Kelompok
yang diberikan kepada berikutnya adalah kelompok
observer mencakup panduan kontrol (KK), dimana kelompok
observasi yang telah disusun ini tidak akan diberikan
sebelumnya. perlakuan.
2. Pengukuran Awal (Prates) Pemberian perlakuan
Pengukuran awal dilakukan pada kelompok eksperiman (KE)
dengan menggunakan skala dilakukan sesuai dengan modul
motivasi belajar yang telah di uji yang telah disusun dan diuji
coba dan dilihat validitas serta cobakan sebelumnya. Modul
reabilitasnya. pelatihan goal setting disusun
3. Pelaksanaan Penelitian berdasarkan teori modifikasi dari
Moran (Sukadji, 2001), Locke

122
dan Latham (2013) yang telah
dikemukakan sebelumnya.
Setelah proses pelatihan HASIL PENELITIAN
goal setting selesai dilakukan, Analisis data
peserta langsung dilakukan post Analisis data dilakukan
test dengan memberikan skala secara keseluruhan menggunakan
motivasi berprestasi menghafal analisis statistik uji analisis varian
Al-Qur‟an. Hal ini dilakukan pengukuran ulang (Anova Repeated
untuk melihat pengaruh pelatihan Measures). Winarsunu (2007)
goal setting terhadap peningkatan mengatakan analisis varian
motivasi berprestasi menghafal pengukuran ulang merupakan jenis
Al-Qur‟an pada siswa SMPIT analisis statistik parametrik yang
Nurul “Ilmi Tenggarong. digunakan untuk menguji perbedaan
4. Pelaksanaan tindak lanjut (tindak kelompok - kelompok data hasil
lanjut) amatan ulang yang berasal dari satu
Pelaksanaan tindak lanjut variabel bebas atau dari dua variabel
(tindak lanjut) dilaksanakan dua bebas. Analisis ini termasuk analisis
pekan setelah pelaksanaan parametrik sehingga, perlu dilakukan
pascates dilakukan. Pelaksanaan uji normalitas untuk mengetahui
dilakukan dengan memberikan apakah data berdistribusi normal atau
skala motivasi belajar menghafal tidak. Perhitungan selengkapnya
Al-Qur‟an, selain itu dilakukan menggunakan program JASP 0.8.4.0
juga wawancara tentang sejauh
mana pelatihan goal setting
diterapkan.

123
Deskripsi Data Dari 15 subjek pelatihan, ada 12
Subjek yang dapat diambil subjek yang mengalami peningkatan
datanya yaitu berjumlah 30 orang. motivasi berprestasi menghafal Al-
Peserta yang mengikuti pelatihan Qur‟an setelah diberikan pelatihan
dari awal sampai akhir pelatihan (pascates). Sedangkan 3 subjek
berjumlah 15 orang sebagai mengalami peningkatan skor namun
kelompok eksperimen, dan 15 orang tetap dalam kategori yang sama yaitu
sebagai kelompok kontrol. sedang. Satu bulan, setelah pelatihan
Data ini disusun berdasarkan (tindak lanjut), 3 subjek mengalami
pengisian Skala Motivasi Berprestasi penurunan (kategori tinggi ke
Menghafal Al-Qur‟an sebelum kategori sedang) walaupun tidak
pelatihan, setelah pelatihan dan sampai dalam kondisi semula.
setelah satu bulan pelatihan (Tindak Adapun hasil perbandingan skor
lanjut). Dari data ini dapatlah motivasi berprestasi menghafal Al-
diketahui tingkat motivasi belajar Qur‟an siswa dapat dilihat pada
menghafal Al-Qur‟an secara individu grafik di bawah ini :
sebelum pelatihan, sesudah pelatihan
dan dua pekan setelah pelatihan.

200

150
Prates
100
Pascates
50 Tindak lanjut

0
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15

Grafik 1. Perbandingan skor skala motivasi berprestasi Menghafal Al-Qur’an


sebelum pelatihan, setelah pelatihan dan dua pekan setelah pelatihan.

124
Hasil Analisis Data (p > 0.05). Skor pascates pada kedua
Analisis hasil dilakukan secara kelompok, diketahui nilai levene
keseluruhan menggunakan analisis statistic = 2.364 dan nilai p = 0.135
statistik uji analisis varian (p > 0.05). Skor tindak lanjut pada
pengukuran ulang. Hasil analisis data kedua kelompok, diketahui nilai
adalah sebagai berikut: levene statistic = 1.853 dan nilai p =
0.184 (p > 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa populasi
kelompok subjek pada data
a. Uji Normalitas penelitian ini memiliki tingkat
Tabel 1. Rangkuman Uji Normalitas homogenitas dalam ragam yang
PRAT PASCA TINDAKLA sama.
ES TES NJUT
Kolmogorov- .814 .535 .812
Smirnov Z
Levene’s Test of Equality of Error Variancesa
Asymp. Sig. (2- .522 .937 .525 F df1 df2 Sig.
tailed)
.135 .119 1 28 .733
Berdasarkan tabel di atas, dapat .184 2.364 1 28
dijelaskan bahwa sebaran skor pada Tindak
1.853 1 28
Lanjut
data prates, pascates, dan tindak Tabel 2. Rangkuman Uji
lanjut skala motivasi berprestasi Homogenitas
Menghafal Al-Qur‟an kedua c. Uji Hipotesis
kelompok menunjukkan sebaran data Hipotesis yang diajukan dalam
normal (p > 0.05). penelitian ini adalah ada pengaruh
b. Uji Homogenitas pemberian pelatihan goal setting
Uji homogenitas dimaksudkan terhadap peningkatan motivasi
untuk memperlihatkan bahwa berprestasi Menghafal Al-Qur‟an, di
kelompok data sampel berasal dari mana motivasi belajar menghafal Al-
populasi yang memiliki variansi Qur‟an pada kelompok eksperimen
yang sama. Berdasarkan hasil akan lebih meningkat setelah
analisis skor prates pada kedua mendapat perlakuan dibanding
kelompok diketahui nilai levene kelompok kontrol. Analisis data
statistic = 0.119 dan nilai p = 0.733 untuk menguji hipotesis dalam

125
penelitian ini dilakukan Tabel 3. Rangkuman Uji
menggunakan uji statistik anava Hipotesis test of within – subjects
pengukuran ulang dengan melihat effects pada motivasi berprestasi
tabel test of within - subjects effects. Menghafal Al-Qur‟an

Source Type III Df Mean F Sig


Sum Of Square
Square
Pengukuran 4154.689 1.278 3249.702 45.974 0.000
Pengukuran*Kelompok 4472.956 1.278 3498.643 49.496 0.000
Error (Pengukuran) 2530.356 35.798 70.685

Pada tabel di atas, baris adanya peningkatan skor yang


pengukuran*kelompok diketahui berbeda secara signifikan dari prates,
bahwa F = 49.496 dan p = 0.000 (p < pascates, dan tindak lanjut antara
0.05). Hal ini menunjukkan adanya kedua kelompok (eksperimen dan
interaksi antara pengukuran (prates, kontrol). Interaksi antara kelompok
pascates, dan tindak lanjut) dan eksperimen dan kelompok kontrol
kelompok (eksperimen dan kontrol). dapat dilihat dari gambar berikut ini.
Interaksi menunjukkan bahwa

Berdasarkan data di atas perubahan skor motivasi berprestasi


terdapat interaksi prates dan pascates Menghafal Al-Qur‟an pada
serta tindak lanjut, antara kelompok kelompok eksperimen dan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. kontrol. Kelompok eksperimen
Hal ini menunjukkan adanya mengalami perubahan skor yang

126
lebih besar setelah mendapatkan dan pascates diperoleh skor F =
pelatihan goal setting dibandingkan 49.496 dan p = 0.000 (p < 0.05).
kelompok kontrol yang tidak Hasil ini menunjukkan adanya
mendapatkan pelatihan goal setting. peningkatan skor yang berbeda
Dengan demikian dapat secara signifikan dari prates ke
disimpulkan bahwa ada pengaruh pascates ke tindak lanjut antara
pemberian pelatihan goal setting kedua kelompok (eksperimen dan
terhadap peningkatan motivasi kontrol). Hal ini juga menunjukkan
berprestasi Menghafal Al-Qur‟an. adanya interaksi antara pengukuran
kelompok eskperimen, yaitu siswa (prates, pascates, dan tindak lanjut)
yang diberikan pelatihan goal setting dan kelompok (eksperimen dan
mengalami peningkatan motivasi kontrol). Interaksi menunjukkan
berprestasi Menghafal Al-Qur‟an bahwa adanya peningkatan skor yang
dibandingkan kelompok kontrol, berbeda secara signifikan dari prates,
yaitu siswa yang tidak mendapatkan pascates, dan tindak lanjut antara
pelatihan goal setting. kedua kelompok (eksperimen dan
kontrol).
PEMBAHASAN Peningkatan tersebut dapat
Pelatihan goal setting yang dilihat dari rerata skor pascates
diberikan dalam penelitian ini kelompok eksperimen (104.923)
bertujuan untuk mengetahui yang lebih tinggi dari skor rerata
pengaruh pelatihan goal setting kelompok kontrol (98.583). Dengan
dalam meningkatkan motivasi demikian, hipotesis dalam penelitian
berprestasi menghafal Al-Qur‟an ini diterima yaitu ada pengaruh
siswa SMPIT Nurul „Ilmi yang pemberian pelatihan goal setting
terbagi dalam kelompok eksperimen terhadap peningkatan motivasi
dan kelompok kontrol. Berdasarkan berprestasi menghafal Al-Qur‟an.
analisis data yang telah dilakukan Setelah diberikan pelatihan goal
secara kuantitatif, menunjukkan pada setting skor motivasi berprestasi
kelompok eksperimen dan kelompok menghafal Al-Qur‟an siswa pada
kontrol pada saat pelaksanaan prates kelompok eksperimen mengalami

127
peningkatan yang lebih besar dihadapinya (goal untuk
dibandingkan pada siswa yang tidak menyelesaikan tugas akan membuat
diberikan pelatihan goal setting individu untuk selalu mengarah
(kelompok kontrol). perhatian kembali terhadap tugas
Diterimanya hipotesis yang tersebut). Goal menggerakkan usaha
diajukan dalam penelitian ini sesuai (makin terasa sulit untuk mencapai
dengan penelitian yang dilakukan goal, maka kecenderungan akan
Morisano dkk (2010). Seseorang semakin besar usaha yang akan
yang mempunyai tujuan yang jelas dilakukan). Goal meningkatkan
tampak lebih mampu untuk ketahanan kerja (bila seseorang
mengarahkan perhatian secara memiliki goal yang jelas, maka
langsung, berusaha untuk melakukan kecenderungan akan lebih sedikit
aktivitas yang relevan dengan tujuan terganggu atau menyerah sebelum
dan menjauhi usaha yang tidak mencapainya). Goal meningkatkan
relevan dengan pencapaian tugas, perkembangan strategi baru (bila
serta menampilkan kapasitas regulasi strategi yang telah dilakukan tidak
diri yang besar. Penetapan tujuan berhasil, seseorang cenderung akan
yang jelas juga akan menampakkan mencoba strategi lainnya untuk
adanya peningkatan antusiame, dan mencapai goal tersebut).
dengan adanya tujuan yang penting Upaya pengenalan goal setting
bagi seseorang akan pada santri dilakukan dengan
mengantarkannya pada produksi pendekatan pelatihan. Pendekatan
energi yang besar dari pada tujuan pelatihan dipilih karena pelatihan
yang tidak terlalu penting merupakan suatu metode
Locke dan Latham (Sukadji, pembelajaran yang bertujuan untuk
2001) mengemukakan empat alasan mengubah aspek kognitif, afektif
mengapa goal setting dapat serta hasil keterampilan (Kikpatrick
meningkatkan motivasi belajar dan dalam Salas dkk, 2001). Johnson
memperbaiki performance (Unjuk dan Johnson (2001) menyatakan
kerja): Goal mengarahkan perhatian bahwa metode pelatihan berdasarkan
seseorang terhadap tugas yang prinsip experiental learning, yaitu

128
bahwa perilaku manusia terbentuk tujuannya dapat tercapai, memiliki
berdasarkan hasil pengalaman yang batas waktu, umpan balik, dan
terlebih dahulu dimodifikasi untuk komeitmen terhadap tujuannya.
menambah efektivitas dan semakin Setelah melakukan
lama perilaku menjadi suatu permainan peserta melakukan diskusi
kebiasaan dan berjalan dengan hal ini berarti peserta sudah masuk
otomatis serta individu semakin pada tahapan publishing. Orang yang
berusaha memodifikasi perilaku yang telah membagikan aktivitas akan
sesuai dengan situasi. membagikan pengalamannya, apa
Pelatihan goal setting yang mereka rasakan selama
didasarkan pada prinsip melakukan kegiatan. Pada pelatihan
pembelajaran experiential learning. ini peserta melakukan diskusi
Experiential learning sendiri ada mengenai pelajaran apa saja yang
lima tahapan, yaitu experiencing, dapat mereka ambil dari simulasi
publishing, processing, generalizing permainan yang sudah dilakukan.
dan applying (Aryani dan Misalnya pada permainan lempar
Supriyanto, 2003). Pada pelatihan bola, peserta menceritakan strategi
goal setting untuk meningkatkan untuk dapat memasukkan bola dalm
motivasi belajar menghafal Al- keranjang, maupun memberikan
Qur‟an siswa, tahapan pertama masukan dan semangat kepada
experiencing yaitu di mana indvidu teman-temannya. Setelah itu akan
atau kelompok melakukan aktivitas. masuk pada tahapan processing di
Pada pelatihan goal setting ini mana peserta saling memberikan
peserta melakukan beberapa simulasi masukan antar sesama pesera dari
permainan yang terkait dengan hasil diskusi sebelumnya. Akhirnya
motivasi. Pada setiap permainan ada peserta menyadari bahwa mereka
target perilaku yang diharapkan dapat melakukan perbaikan pada diri
dicapai oleh peserta, yaitu memiliki dan memiliki semangat untuk
tujuan yang spesifik dalam merubah diri.
Menghafal Al-Qur‟an, mempunyai Tahapan selanjutnya yaitu
langkah-langkah atau strategi agar generalizing di mana peserta melihat

129
pengalaman mereka, dan bagaimana tersebut dan pada saat ia melakukan
hal itu dapat digunakan. Peserta di langkah-langkah dengan baik. Selain
sini mengkaitkan simulasi permainan itu umpan balik deberikan untuk
dengan kegiatan mereka di sekolah, mengeksplorasi pengaruh psikologis
bagaimana belajar mereka di melalui permainan peran dan
sekolah. Peserta mulai memberi dorongan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya mencoba perilaku baru yang
mengenai permasalahannya yang ada didapatkan selama perlakuan pada
di sekolah. Semua peserta diberi situasi kehidupan nyata.
kesempatan untuk berbicara dan Tahapan akhir adalah
saling memberi tanggapan dan applying. Pelatih membantu peserta
masukan kepada peserta lain. Disini menerapkan apa yang sudah
peserta mendapatkan umpan balik digeneralisasi pada tahap
yang positif dari peserta yang lain. sebelumnya ke dalam keadaan nyata.
Rose (Musyafik, 2005) menjelaskan Pada tahap ini trainer mulai
bahwa umpan balik adalah proses mengkerucutkan pendapat-pendapat
memberikan kesempatan pada peserta dan membuatnya menjadi
individu untuk memberikan satu harapan kecil yang ingin dicapai
informasi, observasi dan kesan bersama untuk memajukan
tentang penampilan seseorang atau madrasah. Di sini peserta mulai
sikap umum dalam kehidupan membuat komitmen pada diri mereka
senyatanya atau dalam suatu kemudian menuliskan dan
permainan peran. Peserta diharapkan membacakannya. Peserta melakukan
menyadari perilakunya dan komitmen dan perilaku mereka yang
memperbaiki ke arah yang lebih baru saat sudah berada di sekolah,
baik. Goldstein (Musyafik, 2005) sehingga setelah dua minggu
menyebutkan bahwa umpan balik pelatihan dilakukan pengukuran
bertujuan agar klien atau subjek kembali.
mengetahui bagaimana ia mengikuti Di sini peserta diberi
langkah-langkah yang diajarkan, kesempatan untuk belajar membuat
pada saat dia keluar dari langkah tujuan yang spesifik, measurable,

130
action related, time-based, umpan Siswa yang memiliki tujuan
balik dan komitmen. Dari hal ini belajar yang spesifik akan membuat
peserta dapat meningkatkan motivasi sasaran belajar yang lebih jelas, hal
berprestasi Menghafal Al-Qur‟an ini santri dapat meningkatkan
mereka karena peserta dapat belajar motivasi santri dalam menyelesaikan
langsung dari simulasi-simulasi yang tugas-tugasnya. Measurable
sudah dilakukan kemudian dikaitkan (terukur), ketika siswa mengetahui
dengan kehidupan sehari-hari dan peningkatan belajar atau sasaran
akhirnya peserta mendapatkan yang diperoleh maka akan semakin
insight dari pemaknaan permainan. meningkatkan motivasi untuk
Hal ini juga sesuai dengan yang mencapai sasaran belajarnya.
diungkapkan Ancok (2002) bahwa Membuat langkah-langkah untuk
metode belajar dari pengalaman mencapai sasaran (action-related)
merupakan siklus belajar yang sesuai kemampuan, santri akan lebih
efektif, di mana ada pembentukan mudah untuk mencapai sasaran,
pengalaman, perenungan sehingga santri lebih termotivasi
pengalaman, pembentukan konsep, untuk mencapainya, dengan
dan pengujian konsep. membuat break down dalam jadwal
Berangkat dari rendahnya belajar, membuat siswa lebih mudah
motivasi berprestasi menghafal Al- untuk melakukannya. Menetapkan
Qur‟an, diperlukan adanya intervensi sasaran yang realistik, maka siswa
untuk memperbaiki motivasi belajar akan lebih mudah untuk
menghafal Al-Qur‟an siswa. mencapainya. Memiliki batas waktu
Intervensi yang diberikan untuk (time-besed) yang ditentukan
meningkatkan motivasi belajar biasanya akan membuat siswa lebih
menghafal Al-Qur‟an adalah terpacu untuk menyelesaikan target
pelatihan goal setting. Setelah diberi yang dibuat. Komitmen pada tujuan
pelatihan goal setting, motivasi yang sudah dibuat, adalah hal yang
berprestasi menghafal Al-Qur‟an yang penting untuk terus berusaha
siswa meningkat. dalam melaksanakan tujuan yang
telah dibuat sehingga dapat mencapai

131
tujuan, disini siswa menuliskan mengoreksi kekurangan-kekurang
komitmen berupa kalimat yang yang sudah dilakukan, dan
membuat dirinya tetap melaksanakan mendapatkan masukan dari orang
apa yang sudah dibuatnya. Dengan lain untuk memperbaiki strategi atau
Umpan balik, siswa dapat

cara belajarnya agar lebih depan yang akan dilakukan memang


efektif. Oleh sebab itu setelah mempengaruhi motivasi belajar
melakukan proses tersebut, yang siswa. Selanjutnya, tujuan masa
diberikan dengan metode depan dikaitkan dengan kedua
eksperiantal learning, siswa mampu penguasaan dan tujuan kinerja.
mengaplikasikannya dalam Penelitian lain (Harackiewicz,
kehidupan sehari-hari sehingga 1985), menyebutkan bahwa goal
motivasi berprestasi menghafal Al- setting belajar siswa mempengaruhi
Qur‟an siswa dapat meningkat. motivasi instrinsik siswa. Jika siswa
Diterimanya hipotesis pada memiliki goal setting berprestasi
penelitian ini sesuai dengan yang baik maka siswa memiliki
penelitian-penelitian sebelumnya motivasi berprestasi instrinsik yang
seperti Penelitian yang dilakukan tinggi juga, begitu sebaliknya jika
oleh Salim (2016) yang hasilnya siswa memiliki tujuan belajar yang
adanya peningkatan motivasi prestasi rendah maka siswa memiliki
atlet bulutangkis setelah motivasi instrinsik yang rendah.
mendapatkan pelatihan goal setting. Penelitian mengenai goal
Penelitian yang dilakukan setting di antaranya pernah dilakukan
oleh Mansfield (2010) menyatakan oleh Morisano, dkk (2010) pada 85
bahwa pencapaian tujuan, tujuan siswa yang mengalami kesulitan
sosial, tujuan masa depan siswa akademis menemukan bahwa setelah
sangat mempengaruhi motivasi diberikan intervensi goal setting,
belajar. Terutama terkait alasan masa maka siswa menunjukkan
depan untuk mencapai dan perkembangan yang signifikan dalam
menunjukkan bahwa aspirasi masa

132
peningkatan prestasi akademis dan minggu, sehingga menghambat
motivasi belajar. siswa yang akan pulang ke kampung
Penelitian yang dilakukan halaman. Ketiga, pelatih sudah
oleh Clarke, dkk (2009) menemukan cukup baik dalam menyampaikan
bahwa pelatihan goal setting dapat materi, namun akan lebih baik jika
meningkatkan usaha pencapaian pelatih adalah seorang hafidz yang
tujuan dalam menyelesaikan sudah menyelesaikan hafalan 30 juz
pekerjaan atau tugas belajar. Al-Qur‟an. Keempat, Beberapa
Penelitian mengenai pelatihan goal peserta masih belum dapat
setting juga dilakukan oleh Haslam, mengkondisikan dirinya dengan baik
dkk (2009). Penelitian ini pada saat pelatihan, terkadang
menemukan bahwa siswa yang suasana pelatihan menjadi gaduh
mengikuti pelatihan goal setting karena beberapa peserta tampak
lebih dapat mengaktualisasikan diri mengobrol. Kelima, Modul belum
dan mengembangkan diri dalam maksimal dalam mewakili sebuah
mencapai tujuan belajar. pelatihan untuk meningkatkan
Keterbatasan Penelitian motivasi belajar menghafal Al-
Hasil dari penelitian ini Qur‟an, sehingga beberapa ice
menunjukkan bahwa pelatihan goal breaking masih menggunakan
setting dapat meningkatkan motivasi inisiatif dari asisten pelatih yang
berprestasi Menghafal Al-Qur‟an belum sesuai dengan topik pelatihan.
santri. Namun demikian dari apa
yang dilakukan mulai dari awal SIMPULAN DAN SARAN
hingga akhir penelitian terdapat Simpulan
keterbatasan, yaitu: pertama, waktu Berdasarkan analisis data dan
pelatihan dilakukan pada siang hari, pembahasan yang dilakukan maka
sehingga subjek dikhawatirkan dapat disimpulkan bahwa pelatihan
dapat merasa kelelahan sehingga goal setting dalam penelitian ini
kurang maksimal dalam mengikuti dapat meningkatkan motivasi
proses pelatihan. Kedua waktu berprestasi Menghafal Al-Qur‟an
pelatihan pada hari sabtu dan siswa SMPIT Nuru „Ilmi

133
Tenggarong. Hal ini dapat dilihat yang mengalami masalah motivasi
dari adanya peningkatan motivasi berprestasi menghafal Al-Qur‟an.
berprestasi Menghafal Al-Qur‟an Disarankan kepada pihak sekolah
santri di sekolah pada aspek agar para ustadz dan ustadzah
keinginan atau inisiatif sendiri untuk mengikuti pelatihan goal setting
berprestasi, keterlibatan secara (training of trainer) agar dapat
sungguh-sungguh dalam proses memberikan pelatihan goal setting
belajar dan tugas yang diberikan, pada siswa. Disarankan kepada
komitmen untuk terus berprestasi pendidik sebelum memulai pelajaran
sehingga bertahan dalam prestasinya. dapat memberikan motivasi dengan
Hal ini menunjukkan bahwa menceritakan tokoh orang sukses,
pelatihan goal setting memberikan sehingga santri di harapkan
pengaruh bagi perubahan motivasi termotivasi untuk seperti orang
berprestasi Menghafal Al-Qur‟an tersebut dan akan belajar dengan
siswa. sungguh-sungguh karena memiliki
Saran keinginan untuk sukses.
Beberapa hal yang perlu Kedua, rekomendasi kepada
disempurnakan agar pelatihan goal penelitian selanjutnya. Penelitian
setting pada penelitian selanjutnya selanjutnya harus memperhatikan
dan pihak sekolah, agar dapat dapat kurikulum dan jenjang pendidikan,
memberikan hasil yang lebih sehingga dapat merancang tujuan
optimal, antara lain sebagai berikut. yang sangat spesifik. Peneliti
Pertama, rekomendasi kepada pihak selanjutnya juga dapat melakukan
sekolah. Hasil penelitian ini penelitian ulang (replikasi penelitian)
menunjukkan bahwa motivasi atau dengan subjek yang berbeda.
berprestasi menghafal Al-Qur‟an Penelitian selanjutnya juga perlu
pada santri dapat ditingkatkan salah mempertimbangkan pemilihan waktu
satu caranya adalah dengan dan sebaiknya tidak dilakukan siang
memberikan pelatihan goal setting. hari atau sore hari sepulang sekolah
Oleh karena itu, pelatihan goal karena siswa sudah lelah seharian
setting perlu diberikan pada siswa belajar.

134
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf, Abdul Aziz. 2011. Kiat sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah,
Bandung:PT. Syamil Cipta Media

Ancok, D, 2002. Outbound Management Training: Aplikasi Ilmu Perilaku Dalam


Pengembangan Sumber Daya Manusia, MI Press: Yogyakarta.

Ariyani, D., Supriyanto, S. 2003. Peningkatan Efektivitas Tim Kerja Asuhan


Keperawatan Melalui Metode Arung Alam. Jurnal Administrasi, kebijakan,
kesehatan Vol. 1, No. 3 hal 140-145. Surabaya: Universitas Airlangga.

Azwar, S. 2014. Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta:Pustaka


Pelajar.

Clarke, S.P., Crowe,T.P., Oades,L.G., & Deane,F.P. 2009. Do Goal-setting


intervention improve the quality of goal in mental healt services.Psychiatric
rehabilitation journal,32 (4), 292-299

Harackiewicz, J. M., Sansone, C., & Manderlink, G. 1985. Competence,


achievement orientation, and intrinsic motivation: A process analysis.
Journal of personality and sosial psychology, 48 (2), 493-508

Haslam, S. A., Wegge, J., & Pastmes, T. 2009. Are we on a lerning curve or a
treadmill? The benefits of participative group goal setting become apparent
as tasks become increasingly challenging over time. Europian journal of
social psychology. 39, 430-446.

Johnson, D.W & Johnson, F.P. 2007. Joining Together: Group Theory and Group
Skills. Boston: Allyn & Bacon.

Locke, E. A., & Latham, G. P. 2013. New Developments of Goal Setting and Task
Performance. New York: Routledge.

McClelland, D.C. 1987. The Achievement Motive. New York: Appleton Century
Crof.

Morisano, D., Hirsh, J. B., Peterson, J., R. O.,& Shore, B.M. 2010. Srtting,
elaborating, and reflecting on personal goal improves academic
performance. Journal of applied psychology, 95 (2), 255-264.

135
Musyafik, M. 2005. Peningkatan Efikasi Diri Melalui Outbond Pada Mahasiswa
Tingkat Awal. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM.

Mansfield, C. 2010. Motivating adolescents: Goals for Australian students in


secondary schools. Australian Journal of Educational & Developmental
Psychology. 10 (10), 44-55.

Pintrich, Paul R & Dale H. Schunk. 1996. Motivation in Education, Theory,


Research, and Application. Ohio : Prentice Hall.

Ramadhan, Y. 2015. Pelatihan Goal Setting untuk Meningkatkan Motivasi


Belajar Menghafal Al-Qur‟an Pada Santri di Rumah Tahfidz “X” . Tesis.
Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Robbin, S.P. (2009). Organizational Behavior:Concept, Controversies, and


Aplication. 11th Edition.Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Salim, A. 2016. Efektivitas Pelatihan Motivasional Goal Setting Untuk


Meningkatkan Motivasi Berprestasi. Jurnal Student Psikologi Vol. 2016.
No.3. Padang: Universitas Negeri Padang

Santrock, J.W. 2013. Psikologi Pendidikan, Edisi kedua. Jakarta: Kencana


Seniati, L., Yulianto, A., Setiadi,B.N. 2005. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT
Tunas Jaya Lestari.

Sukadji, S. 2001. Sukses di Perguruan Tinggi. Depok : Tidak di terbitkan.

Winarsunu, T. 2007. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.


Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

136

Anda mungkin juga menyukai