Anda di halaman 1dari 2

Asal Mula Pertempuran di Ethiopia (kristi)

Sudah lebih dari satu pekan pasukan pemerintah Ethiopia bertempur melawan
pemerintahan daerah yang berkuasa dan kuat di utara negara itu. Banyak laporan yang
menyebutkan pertempuran itu sudah menewaskan ratusan orang.

Pemenang Nobel Perdamaian Perdana Menteri Abiy Ahmed mengerahkan pasukan pemerintah
usai menuduh People's Liberation Front yang berkuasa di Tigray menyerang pangkalan
militer pekan lalu. Pertempuran ini memaksa ribuan orang mengungsi.

Media Amerika Serikat (AS) NPR melaporkan pesawat pemerintah menjatuhkan bom ke
wilayah Tigray. Kedua belah pihak melontarkan retorika yang lebih keras, memicu
kekhawatiran bentrokan ini mendorong perang sipil skala besar dan mengguncang
stabilisasi kawasan.

Skenario terburuk konflik ini dapat menarik negara tetangga Ethiopia. Seperti Sudan
yang sedang melalui masa transisi rumit dan Somalia yang masih berperang melawan
pemberontak.

Asal mula konflik ini bermula ketika Abiy mulai berkuasa tahun 2018 lalu. Ia
menggelar reformasi demokrasi dan negosiasi untuk mengakhiri konflik dengan
Eritrea. Tetapi ia membubarkan Ethiopian People's Revolutionary Democratic Front
(EPRDF) yang sudah berkuasa selama hampir 30 tahun.

EPRDF koalisi partai berdasarkan etnis. Tigray People's Liberation Front (TPLF)
mendominasi koalisi tersebut dan mengumpulkan kekuatan sebagai etnis minoritas.
Masyarakat Tigraya hanya 6 persen dari total populasi di Ethiopia.

Setelah Abiy mendorong mereka mundur, para pemimpin TPLF mundur ke kampung halaman
mereka di utara Ethiopia. Sejak itu Abiy menuduh mereka mencoba menganggu
stabilisasi negara. Dalam dokumen rapat yang dikirimkan ke jurnalis Kamis (12/11)
lalu kantor perdana menteri menuduh TPLF sebagai dalang kekerasa di seluruh negeri.

"Tangan tersembunyi TPLF ada dalam pembunuhan warga sipil di banyak bagian di
negara," tulis dokumen tersebut.

Dokumen tersebut mengutip data intelijen tapi tidak memberikan buktinya. TPLF sudah
membantah tuduhan semacam itu di masa lalu.

Namun organisasi pengungsi Internal Displacement Monitoring Centre mengungkapkan


dalam dua tahun terakhir kekerasan memaksa 3 juta orang Ethiopia mengungsi. Tetapi
semakin memburuk ketika Covid-19 menerap negara terpadat kedua di benua Afrika itu.

Abiy harusnya memandu Ethiopia untuk menjalankan pemilihan demokratis pertama


mereka pada musim panas lalu. Tapi dengan alasan pandemi ia menunda rencana
tersebut.

TPLF mengatakan langkah pemerintah federal memperpanjang kekuasaannya sendiri tidak


konstitusional. Maka mereka mengabaikan perintah Abiy dan membentuk komisi
pemilihan mereka sendiri dan menggelar pemilihan daerah sendiri.

Pemerintah federal menyatakan pemilihan daerah Tigray tidak konstitusional. Kedua


belah pihak saling menyerang legitimasi masing-masing.

Pada pekan lalu Abiy mengatakan TPLF telah melewati batasa ketika menggelar
serangan ke Pangkalan Militer Bagian Utara. "Pengkhianatan tidak akan pernah
dilupakan," kata Abiy.
TPFL membantah melakukan serangan tersebut. Usai bentrokan pecah, di stasiun
televisi, presiden wilayah Tigray Debretsion Gebremichael menyerukan dialog.

Dalam suratnya ke Uni Afrika ia menuduh pemerintah merebut kekuasaan. Ia mengatakan


Abiy memenjarakan lawan-lawannya dan mencoba mengubah sistem federasi etnik
sehingga perdana menteri mengusai semua wilayah.

"Rezim kediktatoran Dr. Abiy Ahmed mulai membongkar institusi negara yang didirikan
secara konstitusional, ia juga membahayakan persatuan negara ini," tulis
Gebremichael dalam suratnya tersebut. n Lintar Satria

Anda mungkin juga menyukai