Peran African Union Dalam Resolusi Konflik Antara Ethiopia Dan Tigray People's Liberation Front (TPLF)
Peran African Union Dalam Resolusi Konflik Antara Ethiopia Dan Tigray People's Liberation Front (TPLF)
Disusun Oleh :
menarik perhatian internasional. Konflik yang meningkat telah menyebabkan kematian dan
pemindahan ribuan warga sipil, meningkatkan ketegangan etnis di Ethiopia, dan menyebabkan
krisis pangan yang dapat menyebabkan kelaparan yang meluas (Aidi, 2021). Konflik ini dimulai
saat Pemilihan Perdana Menteri Abiy Ahmed pada awal 2018 oleh parlemen Ethiopia yang
menandai awal transisi politik di negara Afrika Timur. Abiy, terpilih sebagai pemimpin baru
Ethiopian People’s Revolutionary Democratic Front (EPRDF) sebagai tanggapan atas protes dan
kerusuhan rakyat, menjanjikan transisi ke demokrasi multipartai (Blanchard, 2021). Pada saat itu
Abiy berusaha menggabungkan koalisi EPRDF menjadi Partai Kemakmuran baru atau Prosperity
Party, namun Tigray People's Liberation Front (TPLF) menentang pembentukan partai tersebut,
melihatnya sebagai bagian dari agenda untuk mengubah Ethiopia dari negara federal menjadi
negara kesatuan. Sehingga, konflik meletus pada November 2020, setelah tentara Ethiopia
menyerang pasukan Tigrayan, yang telah menguasai markas militer di Mekelle, ibu kota wilayah
Uni Afrika sebagai organisasi regional di kawasan Afrika memiliki tujuan untuk
berbagai masalah sosial, ekonomi, dan politik negara-negara anggotanya (The African Union
Commission, n.d.). Di tengah laporan media tentang kekejaman, kelaparan yang menjulang, dan
berbagai permasalahan lainnya, peran Uni Afrika dalam konflik di Tigray ini menjadi sebuah
pertanyaan. Sebagai Organisasi Internasional kawasan, bagaimana Uni Afrika dapat memberikan
solusi-solusi untuk menyelesaikan konflik atas respon terhadap konflik antara Tigray-Ethiopia.
II. Pembahasan
2.1 Awal mula dan penyebab konflik Ethiopia-Tigray
Setelah 30 tahun berlalu, konflik Ethiopia antara pemerintahan pusat di bawah PM
Abiy Ahmed terhadap Tigrayan’s People Liberation Front (TPLF) kembali meruak sejak 4
November 2020 lalu. (BBC, n.d.) Terjadinya kembali konflik ini tidak jauh dari sejarah sosial
politik Ethiopia dalam relasi dengan etnisnya, terutama sejak Ethiopian People’s
Revolutionary Democratic Front (EPRDF) menjadi satu-satunya kekuatan politik di era 1990
an. EPRDF menduduki kursi pemerintahan, terhitung pada titik ini, EPRDF hampir 30 tahun
berkuasa di Ethiopia. Pada rezimnya ini, EPRDF memperkenalkan sebuah sistem otonomi
etnis federal, didefinisikan sebagai kewenangan penguasan terhadap wilayah kepada etnis
apapun yang dilihat paling dominan di wilayah tersebut. Dengan adanya hal ini maka membuat
etnis tertentu lebih dominan untuk memerintah dan potensi kekerasan structural, menindas
Dengan terjalinnya hubungan yang erat antara EPRDF dengan TPLF, membuat etnis
Tigray mendapatkan keuntungan lebih dalam sektor politik serta sektor militer. Namun Setelah
meninggalnya Zenewi (elit politik TPLF). (The Guardian, n.d.) Menimbulkan keretakan pada
internal EPRDF dan meningkatnya protes massa untuk segera mereformasi pemerintahan.
Maka dari itu Abiy Ahmed berhasil menduduki kursi pemerintahan pada tahun 2018. Namun
setelah itu Ethiopia dihadapkan situasi sulit karena Covid-19 dan akhirnya konflik kembali
terjadi, pada konflik ini terdapat dua keinginan yang sama tetapi bertentangan. Pada satu sisi,
pemerintah ingin menengakan keadilan bagi seluruh etnis, dengan menghukum kejahatan
pemerintahan (oleh etnis) Tigray dalam sejarah dengan segala korupsi dan ketidakadilan di
masa lalu. Sedangkan TPLF menginginkan keadilan etnisnya di mata pemerintah, di mana
dalam pemerintahan Abiy, TPLF dijadikan scapegoat dalam setiap kasus persengketaan
korupsi dan menjadi biang permasalahan domestik yang terjadi di Ethiopia. (Jaya, n.d.) Pada
masa pemerintahannya, Abiy membubarkan EPRDF dan mengajak TPLF serta partai lainnya
yang berbasis etnis utama di Ethiopia untuk bergabung dengan partai baru bernama
‘’Prosperity Party’’ tetapi hal itu mendapatkan penolakan dari pihak TPLF, lalu pada 4
November 2020 terjadi sebuah serangan terhadap pos Ethiopian National Defence Force-
ENDF sehingga di ibukota Tigray terjadi konflik berkelanjutan. Sebagai respon dari serangan
tersebut. Pemerintah pusat membangun pasukan gabungan dengan tentara Amhara dan Eritrea.
Pasukan ini menjadi Langkah yang strategis untuk mempersempit pergerakan TPLF Tigray.
Aliansi ini di klaim telah berhasil menetralkan ketegangan TPLF. Namun realitanya, pasukan
gabungan masih melakukan invasi yang ofensif di wilayah Tigray. Masyarakat di Tigray
mengalami dampak yaitu diantaranya, masyarakat Tigray mengalami pemadaman listrik yang
berkelanjutan, kelaparan, gizi buruk, kacaunya media terutama pada situasi pandemi sejak
Agustus 2020. Lalu juga terjadi peningkatan kasus pemerkosaan dari 36 kasus hingga 136
anggota yang berada di satu wilayah, selain memajukan dalam aspek kerjasama ekonomi,
organisasi regional memiliki peran untuk menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan juga
sebagai wadah untuk menyelesaikan sengketa di antara anggota-anggota nya. Konflik diantara
Ethiopia dan Tigray ini dalam penyelesaian konfliknya menggunakan metode Mediasi, namun
ada kegagalan dalam metode tersebut karena penolakan dari Abiy yang sepenuhnya menolak
gagal melalui utusan khusus lainnya, mantan Presiden Nigeria, Olesegun Obasanjo. Beliau
mengatakan bahwa tidak ada solusi militer untuk sebuah konflik dan akan mengacaukan
stabilitas politik di Ethiopia. Uni Afrika sebagai organisasi regional telah lamban dalam
kaitannya dengan perang ketika gagal meredam kekerasan. Tidak pernah menuntut Eritrea
menarik pasukan dari perang Tigray. Sangat hati-hati menyebut posisi Obasanjo sebagai
"perwakilan tinggi" dan bukan "mediator". Juga arahannya adalah konflik Tanduk dan bukan
konflik Ethiopia-Tigray, anggukan yang jelas pada preferensi Abiy untuk tidak terlihat
Kegagalan dalam metode diplomasi juga merupakan kelalaian dari tindakan Uni
Afrika, ketua Uni Afrika telah mengecewakan Afrika dan norma, prinsip serta institusi. Uni
Afrika perlu menggunakan metode mediasi yang lebih kredibel dan kuat dengan mediator yang
dapat diterima kedua belah pihak. Begitupun dengan dewan perdamaian dan keamanan Uni
Afrika dinilai harus lebih aktif untuk menahan ketua serta memperkuat prinsip yang terikat
agar menjadikan kawasan Uni Afrika ini menjadi kawasan yang dapat kredibel khususnya
menyelesaikan konflik antara Ethiopia – TPLF, akhirnya pihak Uni Afrika mengambil langkah
yang lebih jauh dalam mendamaikan konflik yang ada. Sebelumnya Uni Afrika telah beberapa
kali diminta untuk ikut campur sebagai upaya mendamaikan konflik sejak November 2020
(Wanjohi, 2020). Namun, langkah yang lebih jelas baru dilakukan pada 5 Oktober 2022 ketika
Uni Afrika mengundang Pemerintah Ethiopia dan pemimpin pasukan TPLF untuk melakukan
‘’Peace Talks’’ di Pretoria, Afrika Selatan. Meskipun pada awalnya terdapat kendala dalam
melakukan pertemuan mediasi tersebut, pada 25 Oktober 2022 kedua belah pihak resmi
bertemu. Dalam pertemuan tersebut selain dihadiri oleh pemimpin kedua pihak yang
berkonflik, juga turut dihadiri oleh perwakilan Uni Afrika yaitu Olusegon Obasanjo serta
Pada 2 November 2022, Pemerintah Ethiopia dan Pihak TPLF secara resmi
Penandatanganan perjanjian damai tersebut juga diikuti oleh Deklasari Nairobi pada 12
November yang berisikan komitmen lanjutan atas perjanjian perdamaian yang telah di capai.
Perjanjian perdamaian yang telah di capai tersebut disambut baik oleh berbagai pihak seperti
Upaya mediasi yang dilakukan oleh Uni Afrika pada akhirnya membuahkan hasil.
Perjanjian perdamaian tersebut dianggap Uni Afrika sebagai babak baru bagi perdamaian di
Ethiopia. Sudah sepatutnya Uni Afrika sebagai organisasi regional berusaha untuk
Konflik di wilayah Tigray Ethiopia yang terjadi antara Ethiopia dan TPLF telah memicu krisis
kemanusiaan berskala besar dan menarik perhatian internasional. Konflik yang meningkat
telah menyebabkan kematian dan pemindahan ribuan warga sipil, meningkatkan ketegangan
etnis di Ethiopia, dan menyebabkan krisis pangan yang menyebabkan kelaparan yang meluas.
Berbagai cara telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam upaya mendamaikan konflik, namun
selalu menemui jalan buntu. Uni Afrika sebagai organisasi regional di kawasan Afrika pun
dinilai lamban dalam menyelesaikan konflik yang ada. Namun pada akhirnya sebuah upaya
membuahkan hasil, yaitu ketika Uni Afrika mengupayakan mediasi dengan menemukan kedua
belah pihak dalam ‘’Peace Talk’’ yang terjadi pada bulan Oktober 2022. Hasil dari mediasi
tersebut ialah ditandatanganinya perjanjian damai pada 2 November 2022. Hal tersebut
Daftar Pustaka
DW.com. (2022). Kesepakatan Damai Tercapai dalam Konflik Tigray di Etiopia. Retrieved
from DW.com: https://www.dw.com/id/kesepakatan-damai-tercapai-dalam-konflik-
tigray-etiopia/a-63633292
Pichon, E. (2022). Ethiopia: War in Tigray Background and State Of Play. European
Parliamentary Research Service.
Wanjohi, C. (2022). TPLF asks AU to intervene in Ethiopia’s military offensive launched by
government. Retrieved from sabcnews.com:
https://www.sabcnews.com/sabcnews/tplf-asks-au-to-intervene-in-ethiopias-military-
offensive-launched-by-government/
BBC. n.d. “Ethiopia Tigray Crisis: Fear of Mass Starvation.”
Berhe, Mulugeta G. (2022). “Tigray War: Two Years on, the AU Has Failed to Broker Peace
and Silence the Guns.” The Conversation. 2022. https://theconversation.com/tigray-
war-two-years-on-the-au-has-failed-to-broker-peace-and-silence-the-guns-192420.
Jaya, Aditya Iswara. n.d. “Perang Ethiopia-Tigray: Kronologi, Penyebab Konflik.”
Luna. 2022. “How the African Union Failed Tigray.” Omna Tigray. 2022. omnatigray.org/the-
african-union-failed-tigray/.
The Guardian. n.d. “Ethiopia’s Meles Zenawi Dies of Undisclosed Illness.”
Aidi, H. (2021). The Tigray War and the African Union Policy Brief. Policy Center for the
New South, 32(August), 1–5. www.policycenter.ma
Blanchard, L. P. (2021). Ethiopia’s Transition and the Tigray Conflict. Crs.
https://crsreports.congress.gov.
Pichon, E. (2022). Ethiopia : War in Tigray Background and state of play (Issue December).
The African Union Commission. (n.d.). African Union. https://au.int/en