NUZULUL QUR’AN
Dalam mempelajari ilmu Al-Quran, ada beberapa hal yang penting untuk
dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana Al-Quran diturunkan dan bagaimana Al-
Quran itu dibukukan pada masa khulafaur Rasyidin. Karena dengan mengetahui
bagaimana proses pengumpulan Al-Qur’an kita dapat mengerti bagaimana usaha-usaha
para sahabat untuk tetap memelihara Al-Quran. Al-Qur’an adalah kitab suci kaum
muslim dan menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama yang harus diimani
dan diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan didunia dan di akhirat.
Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslim tidak hanya mempelajari
isi dan pesan-pesannya, tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga
autentisitasnya. Upaya itu telah dilaksanakan sejak nabu Muhammad SAW masih
berada di makah dan belum berhijrah ke madinah hingga saat ini. Dengan kata lain
upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak Al-Qur’an diturunkan hingga saat ini.
Jika hakikat Al-Qur’an sudah terjawab maka akan muncul pertanyaan lain,
bagaimana Al-Qur’an diturunkan dan bagaimana pula pendapat ulama menyikapi hal
tersebut. Munculnya pertanyaan-pertanyaan serupa itu wajar saja karena ada dua macam
ayat yang membicarakan tentang turunnya Al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam
surat Al-Qadar ayat 1, dan surat Ad-Dhukan ayat 3. Masing-maisng ayat tersebut
berbunyi: Artinya: “Sungguh talah kami turunkan Al-Qur’an di malam Lailatul
Qodar”( Q.S. Al-Qadr : 1 ) Artinya: sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan ( Ad-
Dukhan : 3 )
Ayat yang pertama sering diperingati oleh umat islam pada tanggal 17 Ramadhan.
Ayat kedua diyakini oleh mayoritas umat islam adalah malam-malam ganjil pada
sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. Jika demikian halnya, kelihatannya ayat
yang kedua diatas adalah ayat penengah, artinya bahwa kedua ayat tersebut tidak ada
permasalahan. Yang jelas bahwa Al-Qur’an duturunkan pada bulan yang penuh berkah,
yaitu bulan Ramadhan. Sedangkan, proses turunnya Al-Qur’an disebut Nuzulul Qur’an.
Sedangkan menurut Syekh Abd Al-Wahhab Abd Al-Majid Ghazlan yang dimaksud
dengan nuzul adalah turunnya sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah dan sesuatu itu tidak lain adalah Al-Qur’an. Kemudian Syekh Ghazlan
berkomentar, “oleh karena yang turun itu bukan bentuk fisik, maka pengertian nuzul
disini bisa mengandung pengertian kiasan, dan apabila yang dimaksud turun adalah
lafaz, maka nuzul berarti Al-Ishal (penyampaian) dan Al-I’lam (penginformasian).
Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara etimologi berarti bacaan kerena makna tersebut
diambil dari ﻗﺮﺃﺓ atau ﻗﺮﺁﻥ. Secara teminologi Al-Qur’an sudah banyak diberikan
pengertian oleh para mufassir. Antara lain, Ali Ash-Shobani menyatakan bahwa Al-
Qur’an adalah firman Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui
malaikat Jibril yang ditulis dalam Mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi
ibadah bagi yang membacanya, diawali dari Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan
Surah An-Naas.
Secara kronologis, cara Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tahapan Pertama
َ َب ۡل ه
٢٢ فِي لَ ۡو ٖح َّم ۡحُفو ۢ ِظ٢١ دٞ ن َّم ِجيٞ ُو ُق ۡرَءا
Artinya: Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. ( Q.S. Al-Buruj:21-22)
Tahapan Kedua
ۚ ۡ َ َإنَّٓا أ
٣ ين ِ نز ل َٰنُه فِي لَ ۡيلَ ٖة ُّم َٰب َر َك ٍةإِنَّا ُكنَّا ُمنذ
َ ِر ِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Ad-dukhaan:3)
Tahapan Ketiga
Artinya : “_Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-amin (Jibril), kedalam hatimu
(Muhammad)agar kamu menjadi salah seorang diantara orang yang memberi
peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas ” (Q.S. Asy-Syu’ara’: 193-195)
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril, tidak
secara sekaligus, melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, sering wahyu
turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yabg dilontarkan kepada Nabi atau
untuk membenarkan tindakan Nabi saw. disamping itu, banyak pula ayat atau surat yang
diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu[5]
ى د
َ **ه
ُ ۡ ان ُه ٗدى لِّلنَّاس َو َبيِّ َٰن ٖت ِّم َن
ل
ٱ ُ ء رۡ نز َل فِي ِه ٱ ُۡقلُان ٱلَّ ِذ ي أ َ ض َ َش ۡهُر َر َم
ٰ ِ َ ِ ٓ
ى َيض*ا أَ ۡو َعل
ً *ان َم ِر َ *َ ص* ۡم ُۖه َو َمن
ك ُ ي
َ لۡ ٱلش* ۡهَر َف
َّ َوٱ ۡلُف ۡرَقا ِۚن َف َمن َش ِه َد مِن ُك ُم
ٰ
سر(( َواَل يُ ِري** ُد ِب ُك ُم ٱ ۡلُع ۡسَر
َ ۡ ُام أُ َخ َۗر يُ ِري** ُد ٱهَّللُ ِب ُك ُم ٱ ۡلي ٞ َّ َس** َف ٖر َفع
ٍ َِّ**د ة ِّم ۡن أي
َ
ۚ ۡ َ َإنَّٓا أ
٣ ين ِ نز ل َٰنُه فِي لَ ۡيلَ ٖة ُّم َٰب َر َك ٍةإِنَّا ُكنَّا ُمنذ
َ ِر ِ
Artinya: sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (Q.S. Ad-dukhaan:3)
c. Pada malam Al-Qadar.
Menurut tiga ayat diatas, Al-Qur’an turun sekaligus pada bulan Ramadan dimana
terdapat malam Al-qadar, suatu malam yang penuh berkah. Akan tetapi, bila ketiga ayat
tersebut ditakwil dengan mengatakan bahwa yang dimaksud ketiga ayat tersebut adalah
permulaan turunnya wahyu Al-Qur’an, maka takwil semacam iu mengandung
kelemahan, karena yang dimaksud ketiga ayat tersebut menyangkut turunnya al-Qur’an
secara keseluruhan. Ayat-ayat tersebut bukan menbicarakan tentang permulaan
turunnya Al-Qur’an secara kesluruhan. Jumhur ulama sepakat bahwa pengertian yang
dimaksud ketiga ayat tersebut menyangkut turunnya Al-Qur’an sekaligus dari lauh al-
mahfuizh, kesuatu tempat yang disebut sama’ al-daunya. Dari sama’ al-daunya itulah
kemudian Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsur-
angsur.
Masa turunnya Al-Qur’an selama 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode,
yaitu.
a. Periode pertama adalah periode Mekah. Yaitu periode dimana Nabi saw. masih
tinggal di Mekah. Menurut ahli peneliti, masa Nabi tinggal di Mekah adalah selama
12 tahun 5 bulan 13 hari. Terhitung mulai turun pertama pada tanggal 17 Ramadan
tahun ke 41 dari kelahiran Nabi Muhammad saw., bertepatan dengan 6 Agustus 610
M. sampai dengan Rabi’ul Awal tahun ke 54 kelahiran Nabi saw. Julmah surat yang
diturunkan pada periode pertama adalah berjumlah 86 surah.
b. Periode kedua adalah periode Madinah. Yaitu periode dimana Nabi Muhammad saw.
telah berhijrah ke Yatsrib kota Madinah sekarang. Rasulullah hidup di Madinah
selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, terhitung sejak awal Rabi’ul Awal tahun 54 kelahiran
Nabi saw. yang bertepatan dengan 27 Oktober 632 M. Julmah surat yang diturunkan
pada periode pertama adalah berjumlah 28 surah.
Perbedaan antara kedua periode ini ditandai dengan perjalanan akwah Islam oleh
rasulullah, yaitu yang terdiri dari sebelum hijrah yang disebut dengan periode Mekkah
dan ayat-aayatnya disebut dengan ayat-ayat Makkiyah. Dan setelah hijrah yang disebut
dengan periode Madinah dan ayat-ayatnya disebut dengan ayat-ayat Madaniyah.
ٍ **ان لَِب َش* ٍر أَن يُ َكلِّ َم* ُه ٱهَّللُ إِاَّل َو ۡحًي*ا أَ ۡومِن َو َرٓا ِٕي ِح َج
اب أَ ۡو يُۡر ِس* َل َ ۞ َو َما َك
٥١مٞ ِي َحكِي ٌّ وح َي ِبإِ ِۡنذِهۦ َما َي َشٓا ُۚء إِنَّ ُهۥ َعل
ِ َر ُسو ٗلا َف ُي
Artinya:”Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya
apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”(Asy-
Syura : 51)
Dari tiga penyampaian misi ilahiah itu, dua diantaranya langsung dari Allah kepada
Nadi dan satu lainnya melalui perantara malaikat. Adapun yang langsung dari Allah
kepada para nabi adalah melalui wahyu dan pembicaraan dibalik tabir.
Cara lainnya adalah melalui perantara malaikat. Hal ini meliputi empat cara, yaitu:
١٤ى ه
َ َ ِعن َد ِس ۡدَر ِة ٱ ۡل ُمن١٣ َولَ َق ۡد َر َءا ُه َن ۡلَز ًة أُ ۡخ َر ى
ت
ٰ ٰ
Artinya: “Dan sesungguhnya, Muhammad (juga) telah melihat Jibril itu (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha”(Q.S. An-Najm:
13-14).
PERINTAH TUGAS