Anda di halaman 1dari 4

FASE TURUNNYA AL-QUR’AN

Ada banyak cara Allah memuliakan waktu atau tempat tertentu. Biasanya dengan
peristiwa agung yang terjadi pada waktu atau tempat tersebut. Sebut saja bulan Ramadhan,
salah satu bulan yang Allah muliakan di antara bulan-bulan lainnya. Salah satu yang menjadi
kemuliaan bulan Ramadhan adalah diturunkannya Al-Qur’an, mukjizat terbesar Nabi
Muhammad saw sekaligus kitab umat Islam. Al-Qur’an tidak hanya diturunkan pada malam
lailatul qadar pada Bulan Ramadhan saja, tetapi ada tiga fase kitab suci itu diturunkan.

Fase pertama, untuk fase pertama turunnya Al-Qur’an, kitab suci ini diturunkan ke
Lauhul Mahfudz secara keseluruhan. Dalil fase pertama ini adalah firman Allah swt berikut,

)22( ‫)فِي لَ ۡو ٖح َّم ۡحفُو ِۢظ‬21(  ‫يد‬ٞ ‫ان َّم ِج‬ٞ ‫بَ ۡل هُ َو قُ ۡر َء‬

Artinya, “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh". (QS. Al-Buruj [85]: 21-22)

Para mufassir sepakat, bahwa ayat ini menjelaskan turunnya Al-Qur’an di  Lauhul
Mahfudz.

Fase kedua, ini merupakan lanjutan dari fase sebelumnya. Untuk fase kedua turunnya
Al-Qur’an, kitab suci ini diuturunkan secara utuh dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah pada
bulan Ramadhan, bertepatan dengan malam lailatul qadar.

Dalil yang menjadi landasan untuk fase ini adalah firman Allah swt berikut,

‫ان‬ ٖ َ‫اس َوبَيِّ ٰن‬


ِ ۚ َ‫ت ِّمنَ ۡٱلهُد َٰى َو ۡٱلفُ ۡرق‬ ُ ‫نز َل فِي ِه ۡٱلقُ ۡر َء‬
ِ َّ‫ان هُ ٗدى لِّلن‬ ‫ضانَ ٱلَّ ِذ ٓ ُأ‬
ِ ‫ي‬ َ ‫ َش ۡه ُر َر َم‬ 

Artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-
Baqarah [2]: 185)

Ayat al-Quran di atas juga diperkuat hadits berikut,


،‫ ُّد ْنيَا‬E‫ َما ِء ال‬E‫الس‬
َّ َ‫ َّز ِة ِمن‬E‫ت ال ِع‬ ِ ‫ فَ ُو‬،(‫ اللّوح المحفوظ‬:‫آن ِمنَ ال ِّذ ْك ِر )أي‬
ِ ‫ َع فِي بَ ْي‬E‫ض‬ ُ ْ‫ص َل القُر‬
ِ ُ‫ف‬
‫ عليه السّالم يَ ْن ِز ُل بِ ِه َعلَى النَّبِ ِّي صلّى هللا عليه وسلّم‬  ‫فَ َج َع َل ِجب ِْري ُل‬

Artinya, “Al-Quran dipisahkan dari ad-Dzikr (Lauhul Mahfudz) lalu diletakkan di Baitul
Izzah di langit dunia. Kemudian Jibril menyampaikannya kepada Nabi saw.” (HR. Hakim dalam
al-Mustadrak)

Para mufasir, seperti Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim, Fakhruddin al-Razi
dalam Mafatih al-Ghaib, Abdurrahman as-Sa’di dalam Tafsir as-Sa’di, dan pakar tafsir lalinnya,
sepakat bahwa Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan secara utuh dari Lauhul Mahfudz
ke Baitul ‘Izzah.

Fase ketiga, ini merupakan fase terakhir dari turunnya Al-Qur’an. Pada fase ini, Al-
Qur’an diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Ayat-ayat yang turun
berangsur sesuai dengan konteks peristiwa saat itu.

Dalil yang menjadi dasar fase ketiga ini adalah firman Allah swt berikut,

ۡ ۡ ُ ‫نَزَ َل بِ ِه ٱلرُّ و ُح ٱَأۡل ِم‬


ٖ ِ‫ َربِ ٖ ّي ُّمب‬E‫) بِلِ َسا ٍن َع‬194( َ‫) َعلَ ٰى قَلبِكَ لِتَ ُكونَ ِمنَ ٱل ُمن ِذ ِرين‬193( ‫ين‬
( ‫ين‬
)196

Artinya, “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas." (QS. As-Syu’ara [26]: (193-195)

Sebenarnya, dari Lauhul Mahfudz, Jibril menerima Al-Qur’an dari malaikat penjaga
secara berkala selama dua puluh malam. Lalu Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad saw berangsur selama dua puluh tahun. Ada yang mengatakan lebih dari itu. (Al-
Arjuzah al-Munabihah, hal 86)  

Sebenarnya bukan Al-Qur’an saja yang diturunkan pada bulan Ramadhan. Tetapi juga
kitab-kitab umat terdahulu diturunkan pada bulan suci ini. Rasulullah saw bersabda,
‫ُأ‬ َ ‫ه ِْر َر َم‬E‫ ٍة ِم ْن َش‬Eَ‫ َرا ِهي َم َأ َّو َل لَ ْيل‬E‫ُف ِإ ْب‬ ْ َ‫ُأ ْن ِزل‬
‫ ْينَ ِم ْن‬E‫ض‬ َ ‫ت َم‬ ٍّ E‫ت التَّوْ َراةُ لِ ِس‬ ِ E‫ َو ْن‬، َ‫ان‬E‫ض‬
ِ َ‫زل‬E ُ ‫صح‬
ُ ‫ت‬
‫ت ِم ْن‬ْ َ‫ َوُأ ْن ِز َل ال َّزبُو ُر لِثَ َمانَ َع ْش َرةَ َخل‬، َ‫ضان‬ َ ‫ت ِم ْن َر َم‬ ْ ‫ض‬َ ‫الث َع ْش َرةَ َم‬َ َ‫ لِث‬  ‫ضانَ َوُأ ْن ِز َل اِإل ْن ِجي ُل‬ َ ‫َر َم‬
َ‫ضان‬َ ‫ت ِم ْن َر َم‬ ْ َ‫ َخل‬  َ‫آن َألرْ بَ ٍع َو ِع ْش ِرين‬ ُ ْ‫ َوُأ ْن ِز َل ْالقُر‬، َ‫ضان‬ َ ‫ َر َم‬.  

Artinya, “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan. Taurat


diturunkan pada hari keenam Ramadhan. Injil diturunkan pada tanggal tiga belas Ramadhan.
Zabur diturunkan pada tanggal delapan belas Ramadhan. Dan Al Qur'an diturunkan pada
tanggal dua puluh empat Ramadhan.”

Ibnu Katsir juga menjelaskan, “Allah swt mengistimewakan bulan puasa dari bulan-bulan
lainnya, dengan  memilihnya sebagai bulan diturunkannya al-Quran. Pada bulan ini, Allah juga
menurunkan kitab-kitab yang lain pada para nabi-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, hal 215)
Melalui hadits di atas dan diperkuat pernyataan Ibnu Katsir, kita bisa mengambil poin penting.
Allah memuliakan bulan Ramadhan bukan saja dengan diturunkannya Al-Qur’an, tetapi juga
semua kitab-kitab umat terdahulu.

Hanya saja, jika kitab-kitab yang lain diturunkan sekaligus kepada para nabi, Al-Qur’an
tidak demikian. Tetapi melalui berbagai tahap dan juga berangsur sesuai konteks tertentu.
Mengenai diturunkannya Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, Allah swt berfirman,

‫ان‬ ٖ َ‫اس َوبَيِّ ٰن‬


ِ ۚ َ‫ت ِّمنَ ۡٱلهُد َٰى َو ۡٱلفُ ۡرق‬ ُ ‫نز َل فِي ِه ۡٱلقُ ۡر َء‬
ِ َّ‫ان هُ ٗدى لِّلن‬ ‫ضانَ ٱلَّ ِذ ٓ ُأ‬
ِ ‫ي‬ َ ‫ َش ۡه ُر َر َم‬ 

Artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-
Baqarah [2]: 185)

Terkait ayat di atas, para mufassir (ulama pakar tafsir) sepakat bahwa bulan Ramadhan
merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an, tepatnya pada malam lailatul qadar. Pada malam
itu, al-Quran diturunkan secara utuh (30 juz) dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah. Lauhul
Mahfudz merupakan kitab tempat Allah mencatat segala peristiwa yang terjadi di alam
semesta. Dari peristiwa terkecil sampai terbesar, yang akan dan telah terjadi, semuanya
tercatat di kitab catatan itu. Termasuk setiap daun yang jatuh di bumi ini, tidak pernah terlewat
dari sistem input kitab catatan itu. (Tafsir at-Thabari, juz 5, hal. 211)

Sementara Baitul ‘Izzah sendiri merupakan rumah yang berada di langit dunia. Syekh
Az-Zarqani (w. 1948 M) dalam kitab Manahil al-‘Irfan menjelaskan, bahwa Baitul ‘Izzah
merupakan berita ghaib (di luar logika), yang hanya bisa diketahui melalui Nabi Muhammad
saw sebagai orang yang ma’shum (terjaga dari perbuatan maksiat). (Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum
al-Quran, juz 1, hal. 45)

Mengenai wujudnya seperti apa, Ibnu Abbas menjelaskan, bahwa Lauhul Mahfudz
terbuat dari mutiara putih, panjangnya seukuran jarak antara langit dan bumi, lebarnya sama
dengan jarak antara Timur dan Barat, sedangkan kedua sisinya terbuat dari mutiara dan yaqut,
sampulnya dari yaqut merah, penanya dari cahaya, dan kalam-Nya telah tertulis di ‘Arsy yang
pangkalnya berada di pangkuan seorang malaikat (Irsyad as-Sari Syarah Sahih Bukhari, juz 7,
hal. 114) Terakhir, penulis tutup dengan dua bait syair berikut,

‫ حسابها زاد‬# ‫ لبث في انزاله سنينا‬    ‫في مدة حتى انقضى التنزيل‬#  ‫نجمه عليه جبرائيل‬
‫على العشرينا‬

“Jibril berangsur menurunkan Al-Qur’an padanya (Nabi Muhammad saw) selama waktu
tertentu, sampai selesai Al-Qur’an diturunkan” “Turunnya selama beberapa tahun, lebih dari 20
tahun lamanya.”  (Al-Arjuzah al-Munabihah, hal. 86-87)

Muhammad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, alumnus Pondok Pesantren KHAS
Kempek, Cirebon

Sumber: https://islam.nu.or.id/ramadhan/tiga-fase-turunnya-kitab-suci-al-qur-an-KebpV

Anda mungkin juga menyukai