Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

OLEH :
Mirna, S.Kep (113120005)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2020
A. DEFINISI
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena
kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi
bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Ani, 2016). Menurut Nursalam (2010),
anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar
hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia.
Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia
yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik dan
penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya
adalah anemia defisiensi zat besi (Ani, 2016).

Menurut Soekirman (2012), anemia gizi besi adalah suatu keadaan


penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun
di bawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dahulu dengan
keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun
tetapi belum parah dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang
dikatakan mengalami kurang gizi beis saja (tidak disertai anemia gizi besi).
Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan
anemia gizi besi, tubuh tidak akan lagi mempunyai cukup zat besi untuk
membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru (Arisman,
2014).

Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah
merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia
adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya.
Kondisi ini mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi.
Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang
(Sugeng Jitowiyono, 2018).

B. ETIOLOGI

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia


timbul karena dua hal berikut ini:

1. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat


dibawa oleh darah ke jaringan.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

Menurut Ani (2016), anemia gizi besi dapat terjadi karena:


1. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi
kebutuhan.
2. Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang
berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam).
3. Makanan nabti (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya: sayuran hijau tua, yang
walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap baik
oleh usus.

Menurut ( Sugeng Jitowiyono, 2018 ), Pada dasarnya hanya tiga penyebab


anemia yang ada:

1. kehilangan darah
2. peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolisis)
3. penurunan produksi sel darah merah. Masing – masing penyebab ini
mencakup sejumlah kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat.
Etiologi genetik meliputi:
1. Hemoglobinopati
2. Thalasemia
3. Kelainan enzim pada jalur glikolitik
4. Cacat sitoskeleton sel darah merah
5. Anemia persalinan kongenital
6. Penyakit Rh null
C. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala yang
berhubungan dengan anemia. Faktor tersebut antara lain kecepatan anemia,
Perdarahan masif Depresi sumsum tulang kongenital atau akibat obat - obatan
Defisiensi besi, B12, asam folat Eritrosit prematur Pembentukan sel hemopoetik
terhenti atau berkurang Kekurangan bahan baku pembuat sel darah merah Umur
eritrosit pendek akibat penghancuran sel darah merah Kehilangan banyak darah
Transfusi darah Resti infeksi Ansietas Hb menurun (< 10 g/dL ), trombosit/
trombositopenia, pansitopenia Gastrointestinal kardiovaskuler Pengurangan aliran
darah dan kompenen nya ke organ tubuh yang kurang vital (anggota gerak),
penambahan aliran darah ke otak dan jantung Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan Gangguan absorbsi nutrient yang diperukan untuk pembentukan sel
darah merah Pengiriman oksigen dan nutrien sel berkurang Intoleransi aktivitas
Pengiriman oksigen dan nutrient ke sel berkurang Penurunan BB, kelemahan
Perubahan perfusi jaringan Takikardi, TD menurun, pengisian kapiler lambat,
ekstremitas dingi, palpitasi kronisital anemia, kebutuhan metabolik pasien,
gangguan fisik (misalnya penyakit jantung atau paru), serta gambaran umum dari
kondisi yang menyebabkan anemia.
Secara umum, semakin cepat anemia berkembang, semakin parah gejalan
nya. Orang yang biasanya sangat aktif atau memiliki tuntutan signifikan terhadap
kehidupan mereka cenderung memiliki gejala yang lebih tinggi daripada orang
yang lebih banyak duduk. Beberapa anemia oleh sebagai kelainan lain yang tidak
diakibatkan oleh anemia namun secara inheren dikaitkan dengan penyakit tertentu
(Sugeng Jitowiyono, 2018).
D. PATOFISIOLOGI
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan
sum – sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya.
Kegagalan sum – sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat
terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau
kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik pada sklera.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g/dL)
2. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%)
3. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastik).
F. PHATWAYS

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat
dilakukan pada pasien Anemia adalah sebagai berikut:
1. Transplantasi sel darah merah
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
6. Diet kaya besi yag mengandung daging dan sayuran hijau
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis
3. Resiko jatuh

I. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru (Marrelli. 2008). Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008)
meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/
takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru
atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan
aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
d. Eleminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).
f. Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin Tanda: peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental: tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubanglubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8) Pernapasan Gejala :
riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda :
takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9)
h. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
i. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
(DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan
dinding vagina pucat.
J. INTERVENSI

No Dx keperawatan SLKI SIKI RASIONAL


1 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hypovolemia 1. untuk mengidentifikasi adanya
kehilangan cairan aktif masalah Hipovolemia dapat berkurang Observasi: tanda gejala hipovolemi
 Periksa tanda dan gejala 2. untuk menghitung balance
Luaran: status cairan hipovolemi cairan pada pasien
Ekspektasi: membaik  Monitor intake dan output cairan 3. untuk mengurangi dehidrasi
Kriteria hasil: Edukasi: 4. untuk menghidrasi tubuh dan
1. Turgor kulit (5)  Anjurkan perbanyak asupan mengurangi masalah hipovolemi
2. Perasaan lemah (5) cairan per oral 5. meningkatkan nilai Hb
3. Membrane mukosa (5) Kolaborasi:
4. Kadar hb (5)  Kolaborasi pembetian cairan IV
5. Intake cairan (5) ( nacl, RL)
6. Suhu tubuh (5)  Kolaborasi pemberian produk
darah

2 Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri 1. Mengetahui kondisi pasien saat
cedera fisiologis masalah Nyeri akut dapat berkurang Observasi: akan dilakukan perawatan
 Identifikasi lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahui tindakan
Luaran: tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas, yang akan di berikan pada
Ekspektasi: membaik intensitas nyeri. pasien
Kriteria hasil:  Identifikasi skala nyeri 3. Mengetahui seberapa nyeri yang
1. Mengeluh nyeri (5)  Identifikasi respon nyeri non dirasakan pasien
2. Meringis (5) verbal 4. Mempercepat pemulihan pada
3. Gelisah (5) Terapeutik: pasien
4. Anoreksia (5)  Fasilitasi istirahat dan tidur 5. Melatih pengurangan tingkat
5. Kesulitan tidur (5) Edukasi: nyeri secara mandiri

 Ajarkan teknik non farmakologis 6. Mengurangi skala nyeri

untuk mengurangi nyeri


Kolaborasi:
 Pemberian obat analgetik. Jika
perlu.
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan jatuh 1. Mengetahui bahwa pasien
masalah Resiko jatuh dapat berkurang. Observasi: mempunyai resiko jatuh
 Identifikasi faktor resiko jatuh 2. Untuk mencegah pasien
Luaran: tingkat jatuh Terapeutik: terjatuh dari tempat tidur
Ekspektasi: membaik  Pastikan roda tempat tidur selalu 3. Memastikan bahwa pasien
Kriteria hasil: dalam kondisi terkunci dalam kondisi yang aman
 Pasang handrail tempat tidur
1. Jatuh dari tempat tidur (5)  Atur tempat tidur dalam posisi
2. Jatuh saat berdiri (5) rendah
3. Jatuh saat duduk (5) Edukasi:
4. Jatuh saat berjalan (5)  Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah
DAFTAR PUSTAKA

Adamson & Longo, 2010. Anemia and Polychythemia.In Harrison’s Hematology


and Oncology. China: The McGraw-Hill Companies. 10-21
Ahmed F, Maududur K, Mohammed A, Rezaul K, Gail W, Cadi PB. 2012. Effect
of Long-Term Intermittent Supplentation with multiple micronutrients
compared with iron-and-folic acid Supplementation on Hb and
Micronutrient Status of Non-anemic Adolescent Schoolgirls in Rural
Bangladesh. British Journal of Nutrition. 1484-149
Harrison CR, 2002. Hemolytic Anemia: Intracorpuscular Defects IV Thalassemia.
In (Harmening DM). Clinical Hematology and Fundamentals of
Hemostasis. Fourth Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company. 186-200
Hinderaker SG, Olsen BE & Lie RT, 2002. Anemia in pregnancy in rural
Tanzania. Associations with micronutrients status and infections, Volume
56, pp. 192- 199.
Hoffbrand, A., 2012. Megaloblastic anemia. In: Harrison's principles of internal
medicine. New York: McGraw-Hill.
Rahmadewi & Wahyuni,2011.,Ilmu bedah , Edisi Ketiga.Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Ramakrishnan,2001, Price & wilso , 2006.,WHO.,2008.,Keperawatan Medikal
Bedah.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai