Anda di halaman 1dari 35

SPESIFIKASI TEKNIS

PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


WILAYAH II

SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN : PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS

BANDAR UDARA WILAYAH II


LOKASI : KAB. DELI SERDANG

PASAL 1. UMUM

1.1. Uraian Umum


a. Kontraktor diwajibkan Mempelajari dengan seksama Bill Of Quantity dan
Bestek atau gambar Kerja serta uraian – uraian dalam hal melaksanakan
kegiatan dan persyaratan teknis.
b. Kontraktor melakukan layanan jasa konstruksi yang meliputi dari
memperkerjakan tanaga kerja yang sesuai dengan ketrampilan yang dibutuhkan
dalam pekerjaan, menyediakan material dan perlatan yang dibutuhkan. Untuk
melaksanakan pekerjaan berdasarkan Bill of Quantity, Bestek dan Persyaratan
Teknis.
c. Apabila terjadi kesimpangsiuran informasi atau perbedaan dalam pelaksanaan
pekerjaan kontraktor di haruskan mengadakan pertemuan dengan direksi atau
konsultan pengawas atau perencana untuk mendapatkan penjelasan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 2. PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. Peninjauan Lapangan Dan Pemasangan Patok


a. Kontraktor diwajibkan melakukan peninjauan (survey) lapangan serta membuat
patokan batas pekerjaan diatas tanah/lahan didampingi oleh Pemberi Tugas/Tim
Teknis/Konsultan Pengawas, dimana hasilnya dituangkan dalam Berita Acara.
b. Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tmbuhan di lapangan disingkirkan,
kemudian permukaan tanahnya disesuaikan dengan tinggi duga yang
dikehandaki.

2.2. Pembersihan Lapangan


a. Kontraktor diwajibkan melakukan pembersihan lapangan sesuai dengan hasil
peninjauan lapangan yang telah dilaksanakan.
b. Semua benda-benda tak berguna, tumbuh-tumbuhan, akar, alang-alang dan lain-
lain harus dibersihkan/disingkirkan dari lapangan dan apabila perlu dengan
menggalinya.
c. Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tumbuhan dilapangan disingkirkan,
kemudian permukaan tanahnya disesuaikan dengan tinggi duga yang
dikehendaki.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

2.3. Pengukuran dan Opname


a. Lingkup Pekerjaan :
1. Meliputi Pekerjaan, bahan, peralatan dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan pengukuran sesuai dengan RKS dan
gambar-gambar.
2. Pekerjaan Pengukuran antara lain :
- Penentuan lokasi bangunan, jalan masuk, dan lain-lain.
- Penentuan titik duga.

b. Syarat-syarat :
1. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dalam
bidangnya dan pengalaman.
2. Pemeriksaan ; Hasil pengukuran segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas dan diminta persetujuan Konsultan.

c. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menempati semua ketentuan ukuran


yang ada dan tercantum dalam gambar kerja.
d. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagiannya dan segera memberitahukan kepada Tim Teknis/Konsultan
Pengawas setiap perbedaan yang ditemukan. Kontraktor baru diijinkan
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan
tertulis dari Bidang Perumahan dan Pemukiman BRR.
e. Pengambilan ukuran yang keliru dalam pelaksanaan bagaimanapun tetap
menjadi tanggungjawab Kontraktor
f. Setiap tahap pengukuran dan opname harus disetujui oleh Direksi sebelum
pekerjaan pengukuran berikutnya dilanjutkan, setiap kesalahan/keraguan hasil
pengukuran harus diulang kembali.
g. Dalam hal Direksi tidak dapat hadir pada saat pengukuran, Direksi dapat
menunjuk/menguasakan wakilnya secara tertulis dan mempunyai hak yang sama
dengan Direksi. Pelaksanaan pengukuran dan opname dianggap benar dan
setelah dibuat berita acara serta ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan
disetujui oleh Pihak Pelaksana Kegiatan.
h. Sesudah pekerjaan pemerataan tanah selesai dikerjakan, pemborong diharuskan
melakukan pengukuran situasi tanah lokasi lengkap. Untuk diplotkan tata letak
bangunan sesuai dengan gambar rencana.
i. Perletakan bangunan baru supaya dicocokkan dengan ukuran-ukuran pada
rencana, akan tetapi apabila ada. Selisih/perbedaan maka peletakannya dapat
diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi tanah yang ada berdasarkan
petunjuk-petunjuk serta persetujuan Bouwheer/Direksi.
j. Perubahan mengenai tata letak bangunan maupun ukuran-ukurannya harus
diterapkan pada gambar rencana yang ada lengkap dengan tanda-tandanya serta
harus dilegalisir oleh Direksi dan disetujui oleh Bouwheer/Pemberi Tugas.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

PASAL 3. BANGUNAN SEMENTARA PROYEK

3.1. Kontraktor diwajibkan membangun dan memelihara bangunan sementara serta


melengkapinya dengan perlengkapan yang disyaratkan atas biaya sendiri.
3.2. Bangunan sementara tersebut adalah :
Bangunan Direksi-keet dibuat dengan konstruksi kayu, dinding papan/multipleks
dicat, plafon tripleks/asbes datar, penutup atap seng gelombang, lantai beton tumbuk
diplester, diberi pintu yang dapat dikunci dan ada jendela nako secukupnya untuk
pencahayaan/penghawaan.
3.3. Gudang Penyimpanan Bahan/Material :
Gudang ini bertujuan untuk menyimpan semen dan bahan-bahan lain yang perlu
perlindungan cuaca. Untuk itu perlu dibuat panggung yang kuat lebih kurang 0,3
meter, tinggi dari muka tanah agar semen dan bahan bangunan lainnya tidak
bersinggungan dengan tanah.
3.4. Barak/Tempat Kerja :
Apabila tenaga kerja menginap di lapangan (harus dengan izin Direksi), Kontraktor
harus menyediakan barak dengan fasilitas lengkap tanpa mengganggu fasilitas
Direksi Keet. Tempat kerja harus disiapkan oleh Kontraktor untuk keperluan
pekerjaan besi, pekerjaan kayu, dan sebagainya.
3.5. Kontraktor harus menyediakan petugas keamanan untuk menjaga keselamatan
Kegiatan dari gangguan pencurian, pengerusakan dan lain-lain siang maupun
malam. Pada pintu gerbang lokasi Kegiatan harus disediakan sebuah gardu jaga dan
ditempatkan satu orang petugas sepanjang hari.
3.6. Kontraktor harus menyediakan fasilitas penerangan pada waktu malam hari.
Penerangan tersebut harus terdapat pada setiap bagian bangunan permanen dan
bangunan sementara.

3.7. Setelah proyek selesai, pembongkaran bangunan-bangunan sementara tersebut


menjadi tanggungjawab Kontraktor dan seluruh perlengkapannya tetap menjadi
milik Kontraktor dan harus segera dibawa keluar dari lokasi proyek selambat-
lambatnya 2 x 24 jam.
3.8. Jalanan Sementara dan Jembatan :
Apabila dilokasi Kegiatan belum tersedianya sarana penunjang jalan dan jembatan
maka Kontraktor harus menyediakannya seperti jembatan sementara, saluran-
saluran dan pengerasan jalan yang sifatnya sementara, yang bertujuan untuk lebih
mudah masuknya alat-alat pengangkutan bahan-bahan bangunan, disemua sarana
tersebut harus dipelihara selama berlangsungnya pekerjaan setelah selesai sarana-
sarana yang tidak digunakan supaya dibongkar/dibersihkan, kecuali bagian-bagian
yang dapat digunakan dan tidak dibongkar selanjutnya akan di pergunakan.

PASAL 4. PEKERJAAN TANAH

4.1. Pekerjaan Galian Tanah


Galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasangan dibawah tanah, yaitu :
pasangan pondasi, rolag, sloof, dan pekerjaan lain yang nyata-nyata harus dilakukan
sesuai dengan gambar kerja.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

a. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan. Apabila hal ini
terjadi, maka pengurugan kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton
tumbuk atas biaya Kontraktor.
b. Jika pada galian ditemukan akar-akar pohon dan atau bagian tanah yang longsor
(tidak padat), maka bagian ini harus segera dikeluarkan seluruhnya dan lubang
yang terjadi diisi dengan pasir urug lapis demi lapis, disiram air sampai jenuh,
sehingga mencapai permukaan yang diinginkan.
c. Bilamana galian harus melalui atau akan mengganggu saluran/kabel bawah
tanah yang telah ada, maka Kontraktor bertanggungjawab untuk melindunginya
dengan membuat saluran sementara atau pekerjaan khusus lainnya.
d. Galian tanah tidak boleh dibiarkan terlalu lama, sehingga setelah galian disetujui
Tim Teknis/Konsultan Pengawas, segera dimulai tahapan pekerjaan berikutnya.

4.2. Pekerjaan Urugan Tanah


a. Pekerjaan urugan meliputi urug kembali tanah yang digali dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, membuat ketinggian untuk pembentukan
tanah menurut kebutuhan dan pengurukan pasir di bawah struktur.
b. Pengurugan tanah kembali pekerjaan struktur tidak boleh dilaksanakan sebelum
diperiksa oleh Tim Teknis/Konsultan Pengawas.
c. Tanah urug yang dipakai harus bebas dari tanaman, akar-akar pohon, puing-
puing bangunan dan segala macam kotoran lainnya. Tanah urug tersebut harus
berasal dari jenis tanah berbutir (tanah ladang, sedikit berpasir, dan tidak terlalu
basah).
d. Pengurugan tanah kembali dan penimbunan untuk peninggian tanah dilakukan
lapis demi lapis setebal 20 cm setiap lapisnya, dipadatkan dengan
stemper/manual sampai mencapai kepadatan 95% dan mencapai permukaan
yang diinginkan.
e. Jika tidak ada persetujuan sebelumnya dari Tim Teknis/Konsultan Pengawas,
maka pengurugan dan pemadatan tanah tersebut dilakukan tanpa memakai air.
f. Untuk pekerjaan urugan pasir harus disiram dengan air dan ditumbuk hingga
padat.
g. Pasir laut tidak diperkenankan dipakai untuk pengurugan, namun pasir pasang
jenis kasar (minimum ukuran 3.5 mm) boleh dipakai sebagai pasir urug.
h. Tanah urug yang dipakai untuk pekerjaan ini harus diambil dari luar tapak.

PASAL 5. PEKERJAAN PONDASI

5.1. Lingkup Pekerjaan Pondasi meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan Pondasi, sesuai dengan gambar-gambar denah,
gambar potongan dan gambar detail.
5.2. Bahan yang harus disediakan :
a. Pasir dan kerikil harus bermutu baik, tidak mengandung bahan organik, lumpur
dan sejenisnya menurut PBI-1971. Kerikil yang digunakan mempunyai ukuran
butir yang lebih besar dari 5 mm menurut PBI-1971.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

b. Semen yang dapat digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1994 dan ASTM C.150-84.
Sangat diharapkan semen yang dipergunakan menurut urutan kedatangannya
untuk menghindari pengerasan semen yang lebih awal datangnya.

5.3. Tata Laksana Kerja :


a. Tempat yang akan dipasang harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti
(ketebalan dasar dan puncak, tinggi serta panjang) bersih dari segala macam
kotoran (bekas tumbuh-tumbuhan dan akar-akar), bersih dari lumpur dan
sebagainya. Sebelum memulai pemasangan Kontraktor harus memberitahukan
dahulu kepada Pengawas Lapangan.
b. Untuk pemasangan pondasi batu gunung atau batu kali dipakai pasangan batu
gunung dengan spesi 1 Pc : 4 Ps.
c. Untuk pemasangan pondasi dari beton pracetak, permukaan tanah harus
dilevelling rata dulu sebelum dilaksanakan pemasangan.
d. Batu gunung/kali yang dipergunakan berkualitas baik dari jenis yang keras dan
tidak terdapat tanah dengan ukuran tidak boleh lebih dari 25 cm.
e. Dalam pemasangan tidak dibenarkan batu gunung bertumpuan atau beradu satu
dengan yang lain tanpa spesi.

PASAL 6. PEKERJAAN STRUKTUR

6.1. Syarat-syarat Umum dan Bahan

6.1.1. Bekisting (Cetak Beton)


a. Rencana (design) seluruh cetakan menjadi tanggungjawab kontraktor
sepenuhnya.
b. Bahan bekisting yang dipakai keyu kelas II yang cukup kering dan keras
serta untuk penggunaannya harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
c. Catakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang dari hasil
beton yang diinginkan oleh pihak perencana.
d. Cetakan bekisting sedemikian rupa harus rapi, cukup kuat dan kaku
untuk menghasilkan muka beton yang rata dan tahan terhadap getaran
dan kejutan gaya yang diterima tanpa berubah bentuk. Khusus untuk
bekisting plat lantai harus dilapis dengan triplek pada bagian bawah.
Kerapian dan ketelitian pemasangan bekisting harus diperhatikan agar
setelah bekisting di bongkar memberikan bidang-bidang yang rata.
e. Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu pengecoran air
tidak merembes keluar. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting
harus bersih dari kotoran dan sebaiknya dilapis dengan terpal plastik.
f. Permukaan setakan diberi minyak yang biasa diperdagangkan (form oil)
untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
2
g. Gunakan Beton Tahu dengan K=125 Kg/cm yang diletakkan pada besi
dan sebelum dipasang bekisting dengan ketebalan sesuai dengan selimut
beton.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

h. Pelaksanaannya harus berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi


yang dapat mengurangi daya lekat besi pada beton.
i. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya penyerapan air beton oleh permukaan cetakan
yang dapat menyebabkan menurunnya daya lekat besi dengan beton
tersebut.
j. Cetakan beton dapat digunakan kayu kelas II, Multipleks atau plat baja.

6.1.2. Penulangan
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan Perhitungan Struktur Beton
Bertulang disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
b. Tulangan besi beton yang digunakan harus bebas dari minyak, kotoran,
cat, karat lepas dan lain-lain yang dapat merusak beton. Baja tulangan
yang digunakan berukuran diamet
2
Mutu baja U-24 (2400 kg/cm ).
c. Kontraktor harus memberikan sertifikat dari pabrik besi beton yang
menyatakan bahwa kekuatan besi-besi tersebut sesuai dengan spesifikasi.
Setiap pengiriman besi beton harus dapat diambil minimal 3 (tiga)
sample untuk dilakukan test tarik dilaboratorium resmi atas perintah
Direksi Lapangan, untuk setiap jenis mutu baja 3 (tiga) sample.
d. Pelaksanaan penyambungan/pemotongan, pembengkokan dan pemasangan
harus sesuai dengan persyaratan dalam Perhitungan Struktur Beton
Bertulang Indonesia disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
e. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
- Beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm
- Beton dengan cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm
- Balok, kolom tidak kontak langsung dengan tanah = 30 mm
- Plat, dinding tidak kontak langsung dengan tanah = 25 mm
- Beton Pracetak, tidak kontak langsung dengan tanah = 15 mm
- Beton Pracetak, kontak langsung dengan tanah = 25 mm

6.1.3. Semen Portland


a. Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan semen
portland atau portland pozzolan dengan persyaratan Standar Nasional
Indonesia (SNI) No. 15-2049-1994 dan ASTM C150-84.
b. Semen yang sudah membatu dan kantong semen yang robek/rusak
jahitannya sama sekali tidak diperkenankan dipakai.
c. Semen harus diterima diproyek dalam kondisi baik dan dalam kantong
asli dari pabrik yang tertutup rapat.
d. Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik
dan diatas lantai setinggi 30 cm. Semen tidak boleh ditumpuk melebihi
15 lapis dan setiap pengiriman harus selalu dipisahkan (dengan diberi
tanda) untuk memudahkan urutan pemakaiannya.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

6.1.4. Agregat

a. Agregat Beton
1. Agregat beton berupa batu alam yaitu hasil desintegrasi alam atau
batu pecah yang diperoleh dari mesin pemecah batu (Stone Crusher).
2. Agregat yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi menurut
PBI-1971.
3. Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5
mm menurut PBI (1971).
4. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan
pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan tepas agar agregat tersebut
tidak tercampur dengan tanah.

b. Agregat Kasar
1. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar,
keras, dan tidak berpori dan bersudut. Bila ada butir-butir yang
pipih jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi 20 % dari jumlah
berat seluruhnya.
2. Agregat kasar tidak boleh mengalami penumbukan hingga
melebihi 50 % kehilangan berat menurut test.

c. Agregat Halus
1. Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang
dihasilkan dari mesin pemecah batu.
2. Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan
substansi-substansi yang merusak beton. Pasir tidak boleh
mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5 % (PBI-
1971).
3. Pasir laut tidk boleh digunakan untuk beton.
4. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan kasar.
5. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin
kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan
tepas agar tidak tercampur dengan tanah.

6.1.5. Air
Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak
mengandung minyak, garam, zat-zat kimia yang dapat merusak beton dan
baja (PUBI-1982).

6.1.6. Peraturan-peraturan
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah-istilah teknik serta
syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi suatu kesatuan
dalam bagian dokumen ini.
b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan
beton harus sesuai dengan standar dibawah ini.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

- Tata Cara Penghitungan Struktur untuk Bangunan Gedung SKSNI T-


15-1991-03.
- Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan.
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971).
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982).

6.2. Syarat-syarat Pelaksanaan

6.2.1. Persiapan Pengecoran


a. Beton
Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air dalam suatu
perbandingan yang tepat sehingga didapat kekuatan tekan karakteristik
2 2
K=225 kg/cm dan K=350 kg/cm untuk Beton Pracetak.
b. Perlengkapan Mengaduk
1. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi
jumlah dari masing-masing bahan pembentuk beton. Perlengkapan-
perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan.
2. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diadukkan dalam
mesin pengaduk beton, yaitu ”Batch Mixer” atau Portable Continious
Mixer selama sedikitnya 1,5 menit sesudah semuanya bahan ada
dalam mixer (air dicampur sekaligus). Mesin pengaduk tidak boleh
dibebani melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.
3. Setiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis untuk
mengukur waktu dan menghitung jumlah adukan. Waktu pengadukan
ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3.
Direksi Lapangan berwenang untuk menambah waktu pengadukan
jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk
mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna
yang merata seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan
konsistensi dari adukan ke adukan. Pengadukan yang berlebihan
(lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan
konsistensi beton yang dikehendaki tidak dibenarkan.
4. Pengangkutan Adukan:
Pengangkutan adukan dengan truck pengaduk (truck mixer) dari
tempat pengadukan (Batching Plant) ke tempat pengecoran harus
diatur sedemikian rupa sehingga waktu antara pengadukan dan
pengecoran tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dengan
yang akan dicor.

6.2.2. Pengecoran Beton


a. Memberi tahu Direksi Lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum
suatu pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi Lapangan
untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

dan pemasangan besi serta bukti bahwa kontraktor dapat melaksanakan


pengecoran tanpa gangguan.

b. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat berkurang
lagi jika Direksi Lapangan menganggap perlu berdasarkan kondisi
tertentu.
c. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan sengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dsb,
harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
d. Alat-alat penuang seperti talang, pipa, chute, dsb harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak
boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 m. Selama
dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang berisi penuh, aduk
dengan pangkalnya yang terbenam dalam adukan yang baru dituang.
e. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
”initial set” atau yang telah mengeras dimana beton akan menjadi plastis
karena getaran.
f. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton menyentuh tanah harus
diberi lantai kerja setebal 5 cm agar menjadi duduknya tulangan dengan
baik dan untuk menghindari penyerapan air semen oleh tanah.
g. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras, dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan
air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu
kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah
pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang melekat pada tulangan
dan cetakan harus dibersihkan.
h. Pemadatan Beton.
- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengangkut dan
menuangkan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat
beton yang padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
- Pelaksanaan penulangan dan penggetaran beton adalah sangat
penting. Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan
beton-beton tidak akan diterima.
- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan
penggetar berfrekwensi tinggi agar dijamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik, tetapi tidak mengenai tulangan.
- Penggetaran beton harus dilakukan oleh tenaga kerja yang mengerti
dan terlatih.
- Suhu.
o
Suhu beton waktu dicor tidak boleh dari 32 C (ACI-1977), bila suhu
o o
dari yang ditaruk berada antara 27 C dan 32 C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung di cor. Bila beton di
cor pada waktu iklim sedemikian sehingga suhu beton melebihi
o
32 C, kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif,
misalnya mendinginkan agregat, mengecor pada waktu malam hari.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

6.2.3. Sambungan Beton (Construction Joint)


a. Rencana atau Schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk
menyelesaikan suatu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule itu
Direksi Lapangan akan memberikan persetujuan dimana letak
construction joint tersebut.
b. Permukaan Construction Joint harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang
padat dengan menyemprot air pada permukaan beton, sesudah 2 jam
tetapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.
c. Bila cara tersebut tidak berhasil, maka dapat digunakan cara lain yang
disetujui Direksi Lapangan seperti diapahat. Harus dibasahi dan diberi
lapisan grout segera sebelum beton dituang. Grout terdiri dari 1 bagian
semen dan 2 bagian pasir.
d. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan
diberi lapisan grout segera sebelum beton dituang. Grout terdiri dari 1
bagian semen dan 2 bagian pasir.
e. Construction Joint harus diusahakan semaksimal mungkin berbentuk
garis tegak atau horizontal. Bila Construction Joint tegak diperlukan,
tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu
struktur yang monolit. Sedapat mungkin dihindarkan pada Construction
Joint yang horizontal, walaupun ada prosudernya harus disetujui oleh
Direksi Lapangan.
f. Sambungan antara komponen struktur pracetak dengan komponen
struktur pracetak mempergunakan material anti susut (non shrink) dan
2
mempunyai mutu kuat tekan kerekteristik minimal K=350 kg/cm atau
biasa disebut grouting.

6.2.4. Benda-benda Yang Tertanam dalam Beton


a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa, dan sebagainya yang
diperlukan tertanam dalam beton harus terikat dengan baik pada cetakan
sebelum beton di cor.
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari karat dan
kotoran lain pada waktu beton di cor.
c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan diikat pada
tempatnya dengan menggunakan template.

6.2.5. Pengeringan Beton


a. Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan baik cara yang disetujui
oleh Direksi Lapangan. Segera setelah beton dicor dan difinis, maka
permukaan-permukaan yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga
kehilangan kelembabannya dengan menjaga agar tetap basah secara terus
menerus selama 7 (tujuh) hari.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

b. Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya sedang masa


perawatan beton belum dilampaui harus dirawat dan dilindungi serta
permukaan-permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan untuk
menghindari terjadinya retak rambat (internal crack).

c. Cetakan beton yang dilindungi terhadap penguapan dan tidak dibongkar


selama masa perawatan. Beton harus selalu dibasahi dengan air untuk
mengurangi retak, terjadinya celah-celah pada sambungannya.
d. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak tersebut di atas
harus dirawat dengan air atau ditutupi dengan membran yang basah.
e. Melapisi permukaan beton dengan bahan khusus perawat beton (curring
compound) hanya diperbolehkan pada bagian-bagian beton yang tidak
ditonjolkan secara estetika. Kecuali dapat dibuktikan pada Direksi
Lapangan bahwa bahan-bahan tersebut tidak memberi pengaruh buruk
pada permukaan beton.

6.2.6. Pembukaan Bekisting


a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
- Bagian sisi balok 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 hari
- Pelat lantai/atap 21 hari
- Beton Pracetak umur pelepasan cetakan 16 jam
- Sambungan antar beton pracetak (grouting) minimum mutu K350
saat bongkar cetakan.

Dengan persetujuan direksi lapangan cetakan beton dapat dibongkar


lebih awal asal benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton
yang sebenarnya telah mencapai kekuatan 75% dari kekuatan umur 28
hari. Segala izin yang diberikan oleh Direksi Lapangan sekali-kali tidak
boleh menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab
kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton harus
dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut
yang tajam dan tidak pecah.
b. Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang terpendam
dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan
pengurugan tanah kembali.
c. Bekisting bagian konstruksi yang memikul beban pelaksanaan lantai
diatasnya tidak boleh dibongkar sebelum beton lantai di atasnya tersebut
mencapai 75% dari kekuatan umur 28 hari dan lantai itu sendiri sudah
mencapai kekuatan 75% dari kekuatan umur 28 hari.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

d. Semua beton yang tampak dalam pandangan, pertemuan dua bidang


harus tajam dan halus di bidang-bidangnya. Segera setelah cetakan
dibuka dan beton masih relatif segar semua bidang-bidangnya harus
dipahat sedangkan lekukan serta lubang-lubang harus diisi dengan
adukan satu semen dan satu pasir. Sebelum pelaksanaan pekerjaan
tersebut di atas harus dibasahi secara menyeluruh. Semua bagian-bagian
atau permukaan yang kasar harus digosok dengan batu karburandum
dengan air dan ditinggalkan dalam warna yang merata. Penggosokan
hanya diperlukan pada permukaan yang kasar akibat cetakan atau tetesan
air semen.
e. Permukaan lantai beton harus mempunyai permukaan bentuk fisik yang
rata dan halus. Menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan
maksud menyerap kelebihan air tidak dibenarkan sama sekali.

6.3. Struktur Baja dan Baja Ringan


Apabila menggunakan Struktur Baja/Baja Ringan, maka harus memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut :
Struktur kolom menggunakan profil H atau Kanal Double C atau kombinasi
keduanya. Ketebalan minimum Profil H atau Kanal C sebesar 0,8 s/d 1,20 mm
(untuk Baja Ringan) dan 2,00 s/d 3,00 mm (untuk Baja).
Balok dan Ringbalk menggunakan Kanal C, dengan tebal 0,8 s/d 1,20 mm
(untuk Baja Ringan) dan 2,00 s/d 3,00 mm (untuk Baja).
Mempunyai perkuatan horizontal untuk menahan beban vertical, jadi berfungsi
sebagai besi sengkang untuk menjamin kekuatan struktur.
Lapisan anti karat pada seluruh permukaan baja menggunakan Galvanise dengan
2
kekentalan minimum 100 gr/m sesuai standar JIS (Japanese Industrial
Standart).
Mempunyai Perhitungan Tanah Gempa hingga minimal 6 SR dan Perhitungan
Struktur Konstruksi Baja sesuai persyaratan tersebut di atas.
Mempunyai Informasi Cara Pemasangan (Manual) sehingga mempermudah
pengguna jasa dalam perakitan konstruksi.

6.3.1. Material Baja


a. Sifat Mekanis Baja :
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa (Baja Ringan),
E = 206.000 MPa (Baja).
Modulus Geser : G = 80.000 MPa
Nisbah poisson :  = 0,3
-6 o
Koefisien pemuaian :  = 12 x 10 / C
Minimum tinggi Kanal C = 100mm
Kuat Tarik Baja minimum = 300 MPa (Baja Ringan),
= 235 MPa (Baja).
Ultimate Tensile Strength = 300 MPa (Baja Ringan),
= 375 MPa (Baja).
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

b. Syarat Penerimaan Baja :


Laporan uji material baja di pabrik yang disyahkan oleh lembaga yang
berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi ini.

6.3.2. Alat Sambung Mutu Tinggi


Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi sebagai berikut :
a. Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku yaitu SNI 03-1729-2002.

b. Diameter batang, luas tumpu kepala baut dan mur atau penggantinya,
harus lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku yaitu SNI 03-1729-2002, ukuran lainnya boleh berbeda.

6.3.3. Sistem Struktur

Uraian di bawah ini menunjukkan klasifikasi system struktur dan system


pemikul beban gempa :
a. Sistem Dinding Penumpu :
Sistem dinding penumpu adalah Sistem struktur yang tidak memiliki
rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu
atau system bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban
lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing.
Adapun uraian Sistem Pemikul dan Beban Gempa adalah sebagai
berikut:
1. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan bresing baja tarik.
2. Rangka bresing, dimana bresing memikul beban gravitasi

b. Sistem Rangka Bangunan :


Sistem rangka bangunan adalah Sistem struktur yang pada dasarnya
memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban
lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing.

Adapun uraian Sistem Pemikul dan Beban Gempa adalah sebagai


berikut:
1. Sistem rangka bresing eksentris (SRBE).
2. Sistem rangka bresing konsentrik biasa (SRBKB).
3. Sistem rangka bresing konsentrik khusus (SRBKK).

c. Sistem Rangka Pemikul Momen :


Sistem rangka pemikul momen adalah Sistem struktur yang pada
dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap.
Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui
mekanisme lentur.
Adapun uraian Sistem Pemikul dan Beban Gempa adalah sebagai
berikut:
1. Sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK).
2. Sistem rangka pemikul momen terbatas (SRPMT).
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

3. Sistem rangka pemikul momen biasa (SRPMB).


4. Sistem rangka batang pemikul momen khusus (SRBPMK).

d. Sistem Ganda, terdiri dari :


- Rangka ruang yang memikul seluruh beban.
- Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan
rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan
secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari
seluruh beban lateral.
- Kedua system harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama
seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi system ganda.

Adapun uraian Sistem Pemikul dan Beban Gempa adalah sebagai


berikut:
1. Dinding geser beton dengan SRPMB baja.
2. SRBE Baja :
a. dengan SRPMK baja
b. dengan SRPMB baja
3. SRBKB Baja :
a. dengan SRPMK baja
b. dengan SRPMB baja
4. SRBKK Baja :
a. dengan SRPMK baja
b. dengan SRPMB baja

e. Sistem Bangunan Kolom Kantilever.


Sistem bangunan kolom kantilever adalah Sistem struktur yang
memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral. Adapun
komponennya adalah struktur kolom kantilever.

6.3.4. Pabrikasi
a. Material.
Semua material harus memenuhi persyaratan-persyaratan standar
material yang sesuai dengan yang disyaratkan SNI 03-1729-2002, begitu
pula cacat-cacat permukaan pada baja harus dihilangkan.
Mutu baja baja harus dapat diidentifikasikan pada semua tahap pabrikasi,
atau bajanya harus dinyatakan sebagai baja yang tidak teridentifikasikan
dan hanya digunakan sesuai dengan SNI 03-1729-2002 butir 5.2.2.
Setiap penandaan baja harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak mutu materialnya.

b. Prosedur.
Semua komponen harus diluruskan atau dibentuk menjadi konfigurasi
yang direncanakan dengan cara-cara yang tidak akan mengurangi mutu
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

material menjadi lebih kecil dari pada nilai-nilai yang digunakan pada
perencanaan.
Baja dapat ditekuk atau dipres menjadi bentuk yang diinginkan baik
dengan proses panas maupun dingin.
Pemanasan setempat atau cara mekanis dapat digunakan untuk
menghasilkan atau memperbaiki lawan lendut, lendutan ke samping, dan
ketidak-lurusan. Suhu pada bagian yang dipanaskan tidak boleh melebihi
o
650 C.
c. Sambungan Tumpu Kontak Penuh.
Sambungan tumpu kontak penuh dapat dihasilkan dengan cara
pemotongan dingin dengan gergaji atau dengan pemesinan.
Permukaan-permukaan dari sambungan tersebut harus sedemikian rupa
sehingga pada saat kedua ujung elemen dipertemukan, alinyemen dari
elemen-elemen tersebut dan celah yang terjadi harus berada dalam batas
toleransi yang disyaratkan pada SNI 03-1729-2002 butir 17.4.3.2.

d. Pemotongan.
Pemotongan dapat dilakukan dengan cara yang dipandang paling sesuai
seperti gergaji, menggunting, cropping, pemesinan, api las atau plasma,
yang dipandang paling sesuai.
Pengguntingan bahan dengan ketebalan melebihi 16 mm tidak boleh
dilakukan bila material tersebut akan digalvanisir dan akan menerima
gaya tarik atau momen lentur, kecuali bila material itu dihilangkan
tegangan sisanya sesudahnya.
Setiap potongan, baik yang dilas maupun tidak dilas harus memiliki
kekasaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebagaimana table
berikut :

Penggunaan Kekasaran Max. (CLA)


mikron meter
Penggunaan normal, yaitu dimana 25
permukaan dan tepi tetap seperti saat
dipotong atau dengan sedikit
penghalusan
Daerah pelelehan komponen struktur 12

Catatan :
a. Nilai kekasaran dapat diperkirakan dengan membandingkan dengan
permukaan replica.
b. Tekinik pemotongan dengan api dilakukan dengan mengacu pada
standar yang berlaku.
c. CLA : Centre Line Average Method.

e. Pelubangan.
Suatu lubang bulat untuk baut harus dibor ukuran penuh, atau dipons 3
mm lebih kecil dan kemudian diperbesar, atau dipons ukuran penuh.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

Pemotongan lubang baut dengan api menggunakan tangan tidak


diperkenankan kecuali sebagai perbaikan dilapangan untuk lubang-
lubang pada pelat landas kolom.
Suatu lubang yang dipons hanya diijinkan pada material dengan
tegangan leleh (fy) tidak melebihi 360 MPa dan ketebalannya tidak
melebihi (5.600/ fy) mm.

f. Ukuran Lubang.
Diameter minimal dari suatu lubang yang sudah jadi, harus 1 mm lebih
besar dari diameter nominal baut untuk suatu baut yang diameternya
tidak melebihi 24 mm, dan maksimum 2 mm lebih besar untuk baut
dengan diameter labih besar, kecuali untuk lubang pada pelat kandas.

g. Pembautan.
Semua baut, mur dan cincinnya harus memenuhi standar mutu yang
disyaratkan SNI 03-1729-2002 Butir 5.3.1. Semua material yang berada
diantara jepitan baut harus terbuat dari baja dan material kompresibel
tidak diperkenankan berada diantara jepitan tersebut.
Panjang baut harus sedemikian rupa sehingga paling sedikit satu ulir baut
penuh tampak diatas mur dan paling sedikit satu ulir ditambah dengan
sisa ulir yang bersangkutan tampak penuh dibawah mur sesudah
pengencangan.
Dibawah bagian yang berputar harus dipasang sebuah cincin.
Apabila suatu permukaan bidang kontak dengan kepala baut ataupun mur
mempunyai kemiringan melebihi 1:20 maka harus digunakan cincin baji
untuk mengatasi permukaan bidang miring tadi. Komponen yang tidak
berputar dipasang setelah ring baji tersebut.
Mur-mur yang digunakan pada suatu sambungan yang menerima getaran
harus diperkuat untuk mencegah pengenduran.

h. Sambungan Pen.
Pen dan lubangnya harus diselesaikan sedemikian rupa sehingga gaya-
gaya terdistribusi secara merata pada seluruh lapisan dari sambungan.

6.4. Struktur Beton Pracetak


6.4.1 Metode Kerja :
Metode Kerja untuk Struktur Beton Pracetak antara lain sebagai berikut :
1. Pembersihan lokasi, bertujuan membebaskan lokasi dari benda/sesuatu
yang nanti akan mengganggu proses pelaksanaan pembangunan
perumahan.
2. Pengukuran dan Bowplank, bertujuan menentukan posisi, arah dan
elevasi rumah terhadap benchmark.
3. Galian Tanah, bertujuan menyeragamkan elevasi rumah, memposisikan
elevasi komponen struktur rumah sesuai gambar kerja.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

4. Install Struktur Pondasi, Sloof dan Kolom bertujuan menempatkan


pondasi, sloof dan kolom sesuai gambar kerja, dimana komponen
tersebut berupa beton pracetak.
5. Grouting Sambungan bertujuan menyatukan komponen beton pracetak
(pondasi, kolom & sloof) agar menjadi satu kesatuan yang monolith.
Bahan yang dipergunakan untuk pelaksanaan grouting sambungann
antara lain material grouting non shrink (joint kolom – pondasi) dan
beton nons (joint sloof – sloof).
Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
6. Pasang Dinding dan Kusen Pintu/Jendela bertujuan membuat sekat/batas
dan jalan mobilisasi antar ruang.
Bahan yang dipergunakan antara lain Bonding Adhesif, Skim Coat,
Kusen, Bata Foam.
7. Pasang Ring Balk, bertujuan membuat ikatan sekeliling bata foam yang
telah dirangkai agar menjadi satu kesatuan dinding.
Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
8. Pasang Dinding Geuvel & Acian Dinding, bertujuan membuat sekat
ruangan di antara plafond dan atap dengan bagian diluar rumah.
Bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini antara lain Bonding Adhesif,
Skim Coat, Bata Foam.
9. Pasang Ring Balk Geuvel, bertujuan membuat ikatan sekeliling bata
foam yang telah dirangkai di daerah geuvel bangunan agar menjadi satu
kesatuan dinding
10. Install Atap : Kuda-kuda, Gording, Atap, Nok, Jurai, Listplank, bertujuan
membuat struktur bangunan agar mampu melindungi penghuni rumah
dari cuaca, panas, hujan, benda-benda dari langit dan mampu
mengalirkan air hujan dari bangunan ke tanah tanpa mengganggu fungsi
bangunan tersebut.

6.4.2 Toleransi Produk dan Pelaksanaan

Dibawah ini adalah toleransi prosuk pracetak dan pelaksanaannya :

NO URAIAN KRITERIA TOLERANSI


1 Mutu Beton :
- Cor Setempat :
a. Lantai Kerja K-125 Min K-125
- Grouting :
a. Kepala/Kaki Kolom K-350 Min K-350
b. Beton Non Shrink K-350 Min K-350
- Pracetak :
a. Tie Beam/Sloof K-350 Min K-350
b. Kolom K-350 Min K-350
c. Ring Balk/Sopi-sopi K-350 Min K-350
2 Mutu Tulangan :
- Baja Tulangan Polos :
U24/fy=2400 kg/cm2 Tidak ada
- Baja Tulangan Ulir :
D10, .... U40/fy=4000 kg/cm2 Tidak ada
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

3 Dimensi Produk Pracetak :


- Tie Beam/Sloof & Ring Balok :
a. Panjang Sesuai gambar kerja 19.05 mm
b. Lebar Sesuai gambar kerja 6.35 mm
c. Tinggi Sesuai gambar kerja 6.35 mm
- Kolom :
a. Panjang Sesuai gambar kerja 12.70 mm
b. Lebar Sesuai gambar kerja 6.35 mm
c. Tinggi Sesuai gambar kerja 6.35 mm

PASAL 7. PEKERJAAN PASANGAN

7.1. Pasangan Dinding.

7.1.1. Lingkup Pekerjaan.


Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan pasangan seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan
gambar.
7.1.2. Syarat-syarat :
Standar umum pekerjaan ini harus mengikuti persyaratan pekerjaan beton.
7.1.3. Bahan / Material :
a. Semen Portland Type I.
b. Agregat halus seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
c. Agregat kasar seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
d. Air seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
e. Apabila menggunakan Batu Bata biasa harus dari tanah liat yang dibakar
dengan ukuran jadi minimal 20 x 11 x 5 cm dan harus kuat. Tidak
mudah patah, dibakar dengan baik, mempunyai ukuran yang tepat,
bentuk yang teratur tidak mempunyai cacat dan mempunyai kekuatan
2
tekan minimum 30 kg/cm .
f. Apabila menggunakan Bata Pres, harus bata pres buatan pabrik dengan
ukuran minimal 20 x 10 x 5 cm dan harus kuat. Tidak mudah patah,
mempunyai ukuran yang tepat, bentuk yang teratur tidak mempunyai
2
cacat dan mempunyai kekuatan tekan minimum 30 kg/cm .
g. Apabila menggunakan Batako maka harus dengan mutu Batako minimal
K.40, dengan ukuran (39 x 10 x 20) cm, dan mutu Batako B1 atau B2.
h. Apabila menggunakan Beton Ringan maka harus memenuhi mutu
minimal K.40, dengan ukuran 60 x 30 x 8 cm.

7.1.4. Pemasangan / Tata Kerja.


a. adukan semen harus diaduk dengan mesin pengaduk seperti yang
dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
b. Semua pemasangan harus diletakkan tegak lurus, datar dalam satu garis
lurus dan berjarak sama. Sebelum dipasang Batu Bata /Batako harus
dibasahi dengan air. Tebal spesies adalah 1 cm – 2 cm.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

c. Hubungan kolom dengan dinding harus dipasang besi angker (steek)


setiap jarak 75 cm, sesuai dengan gambar bestek.
d. Untuk dinding-dinding biasa yang diatas tanah pasangan kedap air
dengan erbandingan 1 semen : 2 pasir (1pc : 2ps) dimulai dari sloof
sampai 30 cm di atas lantai dan 20 cm dibawah lantai.
e. Pasangan biasa dengan adukan 1 semen : 4 pasir (1pc : 4ps) berada
diatas pasangan kedap air tersebut.
f. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan
Semua tulangan harus pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah
dan bergeser pada waktu adukan digetarkan. Penyetelan besi tulangan
harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap ukuran yang
ditentukan.
g. Benda-benda yang tertanam, pasangan semua penulangan, baut-baut,
angker dan barang-barang lain yang diperlukan untuk pekerjaan lain
ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan.
h. Perawatan :
Sebelum diplester pasangan bata harus dibasahi terlebih dahulu dengan
air.
i. Contoh :
Kontraktor harus memberikan contoh dari batu bata yang digunakan
untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
j. Untuk dinding Batako, prinsipnya sama dengan dinding Batu Bata, dan
untuk dinding Beton Ringan maka cara pemasangan dan finishingnya
harus sesuai dengan petunjuk pabrik.

7.2. Pekerjaan Plesteran.


7.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan Plesteran seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan
gambar.
7.2.2. Syarat-syarat :
a. Semua permukaan pasangan Batu Bata / Batako, kecuali bagian-bagian
yang tidak perlu diplester seperti yang tercantum dalam gambar.
b. Semua kolom, balok, dinding dan langit-langit dari beton.

7.2.3. Bahan-bahan :
a. semen Portland (PC) Type I atau Semen Portland Pozzolan (PPC) seperti
yang disyaratkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1984
dan ASTM C.150-84.
b. Agregates :
- Pasir seperti yang tercantum dalam Pasal 4 kecuali bahwa pasir harus
dicuci dan kecuali apabila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
- Pasir untuk lapisan terakhir harus bersih dicuci dan jenis silikat putih.
c. Air bersih, bebas dari minyak-minyak, asam alkali dan barang-barang
organik lainnya (PUBI 1982).
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

7.2.4. Penyerahan dan Penyimpanan :


a. Bahan-bahan jadi harus dalam bungkus dan ikatan asli yang masih ada
nama dan merek dari pabrik.
b. Simpanlah bahan-bahan untuk plesteran, sehingga tidak terkena tanah,
jauh dari tembok basah dan harus ditutup rapat sehingga tidak kena air.

7.2.5. Tata Kerja.


a. Pemeriksaan permukaan yang akan diplester :
1. Periksa semua permukaan yang akan diplester dan pekerjaan yang
berhubungan sebelum melakukan pekerjaan plesteran. Berikan
laporan kepada Konsultan Pengawas semua kondisi yang tidak
memungkinkan terlaksananya pekerjaan tersebut dengan baik.

2. Bila Pemborong mulai mengerjakan pekerjaan ini tanpa berhubungan


/melaporkan adanya hal-hal yang tidak memenuhi syarat kepada
Konsultan Pengawas Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya
akan hasil pekerjaan tersebut. Setiap perbaikan yang diperlukan
untuk penyempurnaan pekerjaan buruk sebelumnya, harus dikerjakan
oleh Pemborong tanpa adanya biaya tambahan.

3. Persiapan dinding yang akan di plester


- Semua siar permukaan dinding batu bata hendaknya dikerok
sedalam 10 mm.
- Permukaan dinding beton yang diplesteran harus diketrik (dibuat
kasar) agar bahan plesterannya dapat merekat.
- Semua pekerjaan yang akan diplesteran harus disikat sampai
bersih dan disiram air sebelum bahan plesterannya ditempelkan
(permukaan dindingnya harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu semenjak penempelan plesterannya.

b. Mencampur plesteran :
1. Ukurlah bahan-bahan dengan tepat dan campuran menurut proporsi
yang sesuai. Cara pengukuran harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
2. Campurlah lebih dahulu bahan-bahan kering sebelum diberi air.
3. Pergunakan alat-alat pencampur mekanis dari type yang disetujui
untuk segala macam campuran plesteran.
4. Campuran plesteran dengan jumlah air yang sesuai sehingga
diperoleh campuran yang baik.
5. Tidak diizinkan untuk memakai kembali adukan yang sudah
mengeras.

c. Proporsi plesteran :
- Standar berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 4 bagian pasir.
- Trassram berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 2 bagian pasir.
Plesteran trassram dilakukan pada daerah 30 cm diatas dan dibawah
permukaan tanah atau pada daerah yang basah. Plesteran trassram
toilet harus setinggi 1,5m.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

d. Penggunaan :
- Permukaan beton ; tebal min. 0,05 cm dan max. 0,8 cm.
- Permukaan Batu Bata / Batako ; tebal min. 1,5 cm dan max. 2 cm.
- Logam pelindung plesteran :
Tempelkan tepat pada pasangan Batu Bata / Batako dengan
menggunakan baut-baut pengikat sedemikian rupa sehingga lurus
dan tidak miring. Logam pelindung harus rata dengan plesteran
sekitarnya.

e. Perawatan :
Jagalah agar permukaan yang baru diplester tetap basah selama 38 jam.
Basahilah secukupnya tiap-tiap plesteran, bila plesteran tersebut mulai
mengeras, untuk mencegah kerusakan. Lindungilah plesteran dari
penguapan yang berlebihan selama udara panas dan kering.
f. Penambalan :
Sesudah pekerjaan selesai dilakukan, penambalan dan pelaburan yang
dibutuhkan, tambalkan sebaik-baiknya agar tambalan tidak tampak.
Pekerjaan yang sudah selesai harus bersih dan tidak ada kerusakan.
g. Perlindungan untuk pekerjaan lain :
Tutuplah pekerjaan lain dengan kantung semen atau yang lain.
Singkirkan sisa-sisa plesteran yang masuk dalam lubang-lubang yang
disiapkan untuk panel listrik.

PASAL 8. PEKERJAAN FINISHING LANTAI DAN DINDING

8.1. Lantai/Tembok Waterproofing

1. Persyaratan Bahan
a. Bahan waterproofing dipakai pada lantai km/wc, daerah basah. Sistem
waterproofing adalah coating dengan bahan dasar kombinasi acrylic dan
cementitous yang tahan terhadap karbondioksida, klorida dan asam sulfat,
produksi dan merk akan ditentukan kemudian, warna abu-abu atau hitam,
harus menggunakan lapisan primer.
b. Keramik 30 x 30 cm klas KW-II dipakai di dalam bangunan (Kamar Tidur,
Ruang Tamu dan Ruang Keluarga).
c. Keramik 20 x 20 cm klas KW-II dipakai di Kamar Mandi / WC.

2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pekerjaan waterproofing harus sesuai dengan petunjuk produk
yang direkomendasi oleh pabriknya dengan pengawas penuh dari Tim
Teknis/Konsultan Pengawas.
b. Sebelum pekerjaan dimulai, lantai yang akan dilapisi waterproofing harus
benar-benar rata, bebas dari tonjolan dan lekukan, bebas dari debu, pasir
ataupun kotoran lainnya.
c. Lapisan primer dikuaskan pada permukaan lantai asli dengan pemakaian 6 –
2
12 m per liter, kemudian dibiarkan mengering.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

d. Bahan waterproofing dipasang dengan hati-hati dan rapi. Setiap sudut harus
dipasang dulu dengan potongan waterproofing selebar 30 cm, kemudian
baru lapisan berikutnya di atasnya.
e. Finishing akhir waterproofing harus dilindungi terhadap kerusakan akibat
lalulintas diatasnya, yaitu dengan plesteran 1 pc : 3 ps setebal 2 cm kecuali
untuk talang beton sekeliling bangunan.
f. Keramik yang akan dipasang harus direndam dahulu ke dalam air sampai
jenuh.
g. Pmasangan keramik harus lurus dan rata (waterpass), dengan menggunakan
adukan 1 semen : 3 pasir untuk KM/WC, dan 1 semen : 5 pasir untuk ruang
dalam.

PASAL 9. PEKERJAAN FINISHING PLAFOND

1. Persyaratan Bahan.
Bahan plafond terdiri antara lain Multipleks 4mm atau PVC atau Gypsum Board
9mm.
Bahan plafond tersebut harus datar produksi/merk akan ditentukan kemudian,
standar SII, kualitas baik, ukuran sesuai dengan gambar detail, tidak lengkung,
tidak cacat/pecah/retak pada sudutnya dan sisi-sisinya saling tegak lurus.
2. Pelaksanaan
a. Rangka plafond dibuat dari kayu klas awet II atau aluminium dan klos dari
kayu klas awet II atau aluminium sesuai gambar, kualits terbaik dengan
ukuran, cara dan pola pemasangan sesuai dengan gambar detail.
b. Apabila memakai kayu, maka seluruh rangka plafond diserut rata dan lurus
pada bagian bawahnya dan dipasang dengan sistem klos dan paku. Hasil
pemasangan rangka plafond harus datar, lurus sesuai dengan peilnya,
waterpass dan menggantung kuat pada penggantungnya.
c. Apabila diperlukan pemotongan, maka harus dilakukan untuk memperoleh
hasil yang baik, lurus, siku, rata dan ahlus, sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan.
d. Bahan plafond dipasang dengan menggunakan paku yang jumlahnya sesuai
untuk itu. Hasil pemasangan harus rapi, rata, waterpass dan tidak
bergelombang, naad/siar antara masing-masing unit harus membentuk garis
lurus, sama lebar dan berpotongan tegak lurus serta paku yang tidak terlihat
harus dibenamkan pada lembar plafond tetapi tidak menimbulkan cacat/rusak.
e. Semua list profil yang dipakai adalah kayu Klas awet II ukuran 3/5 cm,
dengan tipe dan ukuran sesuai dengan gambar detail.

PASAL 10. PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Persyaratan Bahan.
a. Penutup atap adalah berbahan dasar Metal atau Zincalum atau Bitumen,
Penutup Atap harus Berwarna minimum 1 sisi dari Pabrik dan memenuhi
Standar Industri Indonesia (SII), tidak cacat/pecah/rusak, tipe akan ditentukan
kemudian.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

b. Penutup atap harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


- Tebal Total Penutup Atap (TCT = Total Coated Ticknes) 0,30 mm.
- Ketabalan rabung/bubungan dan listplank disesuaikan dengan penutup
atap.
- Permukaan atap dilapisi dengan lapisan anti karat Galvanise atau
2
Galvalume dengan kekentalan 100 gr/m , dan warnanya telah dibentuk
melalui proses pengecatan yang solid sehingga terbentuk lapisan cat yang
menyatu, halus, tahan lama dan tahan cuaca.
- Kuat tarik baja minimum 300 MPa (untuk penutup atap berbahan dasar
metal atau zincalum).
- Sebagai insulasi suara (meredam suara) hingga 27%.
- Sebagai insulasi panas (meredam panas), tidak korosi, tidak berlumut,
mudah dipotong dan dibentuk.
- Garansi warna dan waterproofing selama 10 th.
- Mampu menahan terpaan angin hingga 120 km/jam.

c. Rangka penutup atap :



Kuda-kuda Kayu :
- Kayu yang boleh digunakan untuk kuda-kuda adalah kayu 6/12 klas
awet II yang mempunyai kering udara (MC) max. 20%.
- Ukuran penampang adalah 60 mm x 120 mm untuk batang tunggal
dan 30 mm x 120 mm untuk batang ganda.
- Paku yang digunakan sebagai alat sambung adalah paku biasa, dengan
panjang 70 mm dan berdiameter 3,4 mm dan dipasang tidak kurang
dari 4 batang paku pada setiap sisi dari sambungan antara dua batang
rangka disuatu titik buhul.
- Batang pengikat diagonal (ikatan angin) dari kayu 5/7 klas awet II,
dipasang diantara dua kuda-kuda, agar kuda-kuda berdiri kokoh dan
stabil.
- Apabila memakai Aluminium dan/atau Baja Ringan, maka ukuran
yang dipakai adalah 5/8.

 Gording (Rangka Atap) Kayu :


- Kayu yang boleh digunakan untuk gording adalah kayu yang
mempunyai kering udara (MC) max. 20%.
- Ukuran penampang adalah 50 mm x 100 mm.
- Paku yang digunakan sebagai alat sambung adalah paku biasa.

 Kuda-kuda dan Gording Baja Ringan :


- Profil struktur kuda-kuda menggunakan kanal C, dengan tebal
minimum 0,75 mm.
- Minimum tinggi kanal C = 74 mm, minimum lebar sayap 30 mm.
- Gording menggunakan profil Hat dengan tebal minimum 0,6 mm,
tinggi minimum 35 mm, lebar sayap minimum 15 mm dan lebar
kepala minimum 20 mm.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

- Jarak antara kuda-kuda 1,2 s/d 2,0 m.


- Kanal C harus bisa dibox dengan baik dan rapi antara satu sama
lainnya (secara penampilan dapat dilihat dari perbedaan lebar sayap
kanal C).
- Kuat Tarik Baja (Ultimate Tensile Strength) minimum 300 MPa,
untuk Canal C dan Gording.
- Screw menggunakan 10-16x16 Hexagonal.
- Lapisan anti karat pada seluruh permukaan baja menggunakan hot
Dipped Galvanise atau Galvalume dengan kekentalan minimum 100
2
gr/m .
- Memiliki gambar kerja kuda-kuda baja ringan yang telah dihitung
secara struktural oleh independent engineer.
- Memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. AS 1170.1 Part 1 Dead and Live Loads Combination
b. AS 1170.2 Part 2 Wind Loads
c. AS 1397:2001 Steel Sheet and strip-hot-dip zinc-
coated or aluminium/zinc-coated
d. AS 3568 Screw-self drilling-for the building
and construction industries
e. AS 4600-1996 Cold formed code for structural steel
f. JIS G3302:1987 Hot-dip zinc cozted steel sheets and
coils
g. Indonesian Standard SKBI 1.3.53.1987

2. Pelaksanaan.
a. Rangka penutup atap dipasang dengan baik, kokoh, stabil, lurus dan rata.

b. Apabila memakai kayu, maka seluruh rangka penutup atap harus diawetkan
dengan ter/residu yang pelaksanaannya tidak sampai menetes kedinding,
plafond atau lantai.

c. Pemasangan penutup atap harus memenuhi persyaratan dari pabrik


pembuatnya dalam hal ini
 Cara pemotongan.
 Penentuan jarak gording.
 Cara pemasangan pada bubungan, ujung bubungan dan jurai.
 Pemakaian dan pemasangan aksesoris, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kekuatan dan kerapiannya.
d. Apabila menggunakan penutup atap zincalum maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
 Overlap vertical 17 cm.
 Overlap horizontal 9,50 cm.
 Jarak antar gording max. 61 cm.
 Jumlah paku untuk rangka kayu sebanyak 19 buah.
 Jumlah sekrup untuk rangka baja ringan sebanyak 11 buah.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

PASAL 11. PEKERJAAN PENGECATAN

11.1. Cat Dinding (luar/dalam) dan Cat Plafond

1. Persyaratan Bahan.
a. Plamir Tembok
Plamir tembok harus memenuhi syarat antara lain :
- Keadaan dalam kaleng, sewaktu kaleng dibuka, plamir tidak boleh
mengandung endapan dan atau bahan asing lainnya, serta masih berupa
pasta serba sama.
- Sifat penggunaan, plamur diulaskan pada lempeng semen asbes bebas
debu dan kontaminasi bahan kimia lainnya, setelah kering tidak
terkelupas dan mudah diamplas.
- Plamur dinding dan plafond berasal dari merk yang sama dengan bahan
cat (direkomendasi untuk produksi cat tersebut), jenis alkali resisting
primeir.

b. Cat dinding dan cat plafond emulsi.


Tipe cat tembok/plafond emulsi memakai pengencer air (acrylic).
Cat tembok/plafond emulsi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Berada dalam kaleng yang masih bersegel dan tidak pecah/bocor,
sewaktu kaleng dibuka tidak boleh mengandung banyak endapan,
menggumpal, mengeras, mengulit, berbau busuk, adanya pemisahan
warna dan bahan asing lainnya, serta mudah diaduk menjadi campuran
serba sama. Warna akan ditentukan kemudian, berkualitas vinyl acrylic
emulsion (untuk cat dinding dalam dan plafond) serta kualitas wheater
shield emulsion (untuk cat dinding luar), produksi/merk akan ditentukan
kemudian.
o o
- Waktu mengering (suhu 28 -30 C) dapat kering keras max. 1 jam.
- Sifat pengulasan dan sifat lapisan kering cat siap pakai, harus mudah
diulaskan dengan kuas pada lempeng semen asbes. Lapisan cat kering
harus halus, rata, tidak berkerut dan tidak turun.

2. Peralatan
Alat-alat yang dipakai untuk pengecatan : -
Kuas atau Roller dan Kape.
- Pengaduk terbuat dari Kayu, Amplas Besi no. 0-2.
- Sikat ijuk dan lap.
- Ember plastic yang sudah dibersihkan atau bak datar dari palstic (baki).
- Persiapan semua alat-alat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.

3. Pelaksanaan
a. Pekerjaan pengecatan baru boleh dilaksanakan setelah :
 
Bidang yang akan dicat betul-betul sudah kering dan tidak berdebu.
Tidak ada bagian yang retak atau pecah.

Seluruh permukaan bidang di plamur dan digosok sampai halus.

Selesai diperiksa dan disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

b. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan roller atau kuas, setidaknya


sampai 3 kali pengecatan hingga mencapai warna yang dikehendaki.
c. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus rata, utuh, tidak
ada bagian yang belang dan dijaga dari pengotoran-pengotoran.

4. Kegagalan Pengecatan.
Cara pengulangan apabila terjadi kegagalan dalam pengecatan, antara lain :

Jenis Kegagalan Penyebab Cara Pengulangan


Menggelembung - Pengecatan pada permukaan - keroklah lapisan cat
(Blistering) yang belum kering. yang menggelembung
- Pengecatan terkena terik dan haluskan
matahari langsung. permukaannya dengan
- Pengecatan atas permukaan amplas.
yang lama sudah terjadi - Beri lapisan cat baru
pengapuran. hingga seluruh
- Pengecatan atas permukaan permukaan tertutup rata.
yang kotor dan berminyak.
- Bahan yang dicat menyusut/
memuai, ini terjadi apabila
permukaan yang dicat
mengandung air atau
menyerap air.
Berbintik - Debu atau kotoran dari udara - Tunggu lapisan cat
(Bittines) atau kuas/alat penyemprot. sampai kering
- Adanya bagian-bagian cairan sempurna.
yang sudah mengering ikut - Gosok permukaan yang
tercampur/teraduk. akan dicat dengan
- Umumnya terjadi pada amplas halus dan
lapisan cat yang sudah tua bersihkan.
karena elastisitas berkurang. - Beri lapisan cat baru
- Pengecatan pada lapisan cat (yang sudah disaring)
pertama yang belum cukup sampai permukaan
kering. cukup rata.
- Cat terlampau tebal.
- Pengeringan lapisan cat tidak
merata.
Perubahan Warna - Pigmen yang dipakai tidak - Pilihlah jenis cat lain.
(Discoloration) tahan terhadap cuaca dan - Lakukan kembali
terik matahari persiapan permukaan
- Adanya bahan pengikat dan lapisi dengan cat
(binder) bereaksi dengan dasar tahan alkali.
garam-garam alkali.
Sukar Mengeing - Pengecatan dilakukan pada - Keroklah seluruh
(Drying Troubles) cuaca yang tidak baik / lapisan cat, bersihkan
kurangnya sinar matahari, dan biarkan permukaan
mis. Udara lembab. mengering dan baru
- Pengecatan pada permukaan dicat ulang, dalam
yang mengandung wax polish keadaan cuaca baik.
(lemak), minyak atau
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

berdebu.
Penyabunan - Serangan alkali yang kuat - Keroklah seluruh
(Saponifiaction) pada bahan pengikat (binder), lapisan cat, bersihkan
biasanya pada jenis cat dan beri lapisan cat
minyak. yang tahan alkali.
- Kuas diulaskan terus pada - Setelah lapisan cat
saat cat mulai mengering. mengering gosoklah
- Pemakaian cat terlalu kental. dengan amplas,
- Pemakaian kuas yang kotor. bersihkan dan dicat
- Pengadukan kurang baik. dengan cara pengecatan
- Permukaan bahan yang akan yang benar dan dicat
dicat terlampau porous. ulang dengan cat yang
kekentalannya cukup.
- Encerkan cat sesuai
aturan, aduk cat hingga
merata.
- Ulangi pengecatan
sampai cukup rata.
Penumpukan - Larutan garam terbawa - Bersihkan setiap
Kristal Putih permukaan saat air menguap penumpukan kristal
(Efflorescence) dari permukaan bata, yang terjadi dengan
plesteran atau semen baru. kain basah.
- Ulangi sampai tidak lagi
terjadi efflorescense,
setelah itu baru dapat
dicat.
Cat yang tidak - Permukaan yang dicat - Bersihkan permukaan
menempel dengan mengandung lapisan minyak / dengan menggunakan
Rata diatas gemukataubekas-bekas kain yang dicelup ke
permukaan saat polesan silikon yang belum dalam terpentine, white
dilapiskan dibersihkan. spirit, thinner, atau cuci
(Cissing) - Cat dasar yang digunakan dengan air sabun setelah
terlalu banyak mengandung itu dibersihkan.
minyak.
- Cat emulsi dilapiskan diatas
cat dengan dasar minyak.

11.2. Cat Kayu

1. Persyaratan Bahan.
a. Dempul Kayu.
Dempul harus merupakan suatu massa yang serba sama seperti adonan
terigu, cukup tegar, tidak lengket, dan bila dikerjakan pada kayu dengan
pisau dempul/kape harus mudah dan dapat diberi lapisan lain dengan baik.
b. Cat Kayu.
Type cat kayu memakai pengencer organic antara lain cat alkyd, epoxy, cat
minyak, polyurrethan, acrylic.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

Cat kayu harus memenuhi persyaratan sbb:


- Gel tidak boleh ada.
- Endapan keras kering tidak boleh ada.
- Waktu pengeringan (kering permukaan) maksimum 4 jam.
- Berada dalam kaleng yang masih bersegel dan tidak pecah/bocor,
kualitas kilap sempurna.

c. Plamur Kayu.
Plamur kayu harus memenuhi persyaratan sbb :
- Plamur harus melekat baik pada permukaan yang akan dicat.
- Jika disapukan tipis-tipis harus mengering dalam waktu 2 x 24 jam tanpa
mengerut atau merekah dan harus cukup keras untuk digosok.
- Plamur yang dipakai harus untuk kayu, sedangkan merk ditentukan
kemudian.

2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk pengecatan :
- Kuas dan Kape.
- Pengaduk terbuat dari kayu atau besi. -
Amplas kayu no. 0-2.
- Sikat ijuk atau lap.
- Kaleng kosong yang sudah dibersihkan.
- Persiapan semua alat-alat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.

3. Pelaksanaan
a. Semua kayu yang akan dicat harus diberi dasar cat meni terlebih dahulu,
kemudian di plamur dan digosok dengan amplas sampai halus dan bebas
debu.
b. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan kuas, sampai 3 kali pengecatan
hingga mencapai warna yang dikehendaki.
c. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus rata, utuh, tidak
ada bintik-bintik atau gelombang udara dijaga dari pengotoran-pengotoran.

PASAL 12. PEKERJAAN KACA

12.1. Persyaratan Bahan


Kaca.
Kaca pintu/jendela ketebalan 5 mm, tidak cacat serta tidak bergelombang.

12.2. Pelaksanaan
1. Jaminan
Kontraktor harus memberikan surat pernyataan dari suplier bahwa bahan
aluminium dan kaca adalah sesuai dengan persyaratan tersebut. Apabila di
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

kemudian hari terbukti tidak sesuai, maka Kontraktor wajib menggantinya atas
biaya sendiri.
2. Ketentuan Khusus
Kontraktor harus membuat shop drawing mengenai detil pemasangan yang
disetujui oleh Tim Teknis/Konsultan Pengawas.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Semua detail pertemuan harus dirncing, halus, rata, dan bersih dari goresan.
b. Sambungan vertikal/horisontal, sambungan sudut/silang dan kombinasi
profil aluminium harus terpasang dengan sempurna dan kuat.
c. Dalam keadaan ditutup atau dibuka, kaca-kaca tidak boleh bergetar dan
harus dijamin tidak ada kebocoran akibat air hujan maupun udara luar.
d. Kusen kayu dan bidang kaca yang telah terpasang harus dijaga dari kotoran
(air, semen, cat, plester) dan benturan.
e. Kusen kayu pintu dipasang rata dinding pada arah bukaan pintu.
f. Setelah kusen terpasang ditempatnya, pemborong wajib melindungi agar
tidak tergores/rusak sampai bangunan diserahkan untuk pertama kalinya.

PASAL 13. PEKERJAAN PENGUNCI, PINTU DAN JENDELA

13.1. Persyaratan Bahan


1. Pintu Panil Kayu
a. Pintu panil kayu (kecuali ditentukan lain dalam detail gambar) terbuat dari
kayu klas awet II, kualitas baik, tua, kering, tidak ada celah dan telah melalui
proses pengawetan, dibuat secara manual/sesuai gambar.
b. Pengunci dan penggantung :
- Engsel 4 inchi, merk akan ditentukan kemudian.
- Kunci tanam double slag, merk akan ditentukan kemudian.

2. Pintu Panil Aluminium


Pintu panil aluminium terbuat dari aluminium kualitas baik, lurus dan pabrikasi.

3. Pintu Kamar Mandi/WC


a. Bahan dasar Pintu adalah PVC, standar SII, kualitas baik. Ukuran sesuai
dengan detail gambar.
b. Engsel dan kunci pintu ini termasuk dalam satu paket dengan daun pintunya.

4. Bouvenlight
a. Rangka bouwenlight adalah kayu atau aluminium ukuran sesuai dengan
gambar rencana.
b. Jalusi bouwenlight terbuat dari kayu atau aluminium dengan kualitas baik
dengan ukuran sesuai gambar.

5. Daun Jendela
a. Daun jendela terbuat dari panel kaca, rapi dan tidak ada celah, ukuran sesuai
gambar. Aluminium yang dipakai harus kualitas baik, lurus dan pabrikasi.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

Apabila memakai kayu, maka harus digunakan kayu klas awet II, kualitas
baik, kering, lurus. Ketebalan kaca 5 mm.
b. Pengunci dan penggantung.
- Engsel 3 inchi, merk akan ditentukan kemudian.
- Dilengkapi hak angin, pengunci dan tarikan, merk ditentukan kemudian.

13.2. Pelaksanaan
a. Semua pemasangan engsel harus rapi, sehingga secara fungsional dapat ditutup
dan dibuka dengan mudah dan ringan.
b. Pemasangan kunci dan ekspanoleth pintu tanam harus rapi dan mudah
dioperasikan.
c. Sekrup-sekrup engsel, kunci tanam dan lain-lain harus rata dengan permukaan
pintu.

PASAL 14. PEKERJAAN KOSEN

14.1. Persyaratan Bahan


a. Kosen kayu menggunakan kayu klas awet II sesuai dengan Peraturan Kayu
Indonesia, kering (MC max. 20 %), ukuran kosen 5/13 cm, lurus/tidak cacat.
b. Persyaratan untuk Kosen Aluminium antara lain sebagai berikut :
- Profil struktur menggunakan baja mutu tinggi, dengan tebal minimum 0.7
mm.
- Kuat Tarik Baja minimum 550 MPa.
- Lapisan anti karat pada seluruh permukaan baja menggunakan Galvanise
2
dengan kekentalan 220 gr/m .
- Ultimate Tensile Strength 550 MPa.
- Modulus of Elasticity 200.000 MPa.
- Shear Modulus 80.000 MPa.

14.2. Pelaksanaan
a. Kosen dipasang dengan baik, kokoh, vertikal dan rata dinding.
b. Permukaan kosen harus dicat dengan cat dasar sebelum dipasang.
c. Apabila menggunakan Kosen aluminium maka harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
- Dibentuk/dibuat di pabrik dengan menggunakan mesin pabrik yang
berkecapatan 2 kosen pintu per menit dengan ukuran (2,1 x 0,8)m.
- Hasil produksi sudah termasuk dengan lubang kunci dan engsel.
- Lebar ”back opening” (bukaan belakang) minimum 100 mm.
- Hasil akhir menggunakan Achitarap, sehingga terlihat bagus dan rapi.

PASAL 15. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK


15.1. Persyaratan Bahan
a. Keramik dipasang untuk lantai dalam ruangan, lantai KM/WC, kualitas KW-II.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

b. Untuk lantai KM/WC dipakai keramik yang permukaannya kasar, siku, kuat,
warna dan ukuran ditentukan kemudian.
c. Untuk Lantai Ruangan dipakai keramik yang permukaannya halus, siku, kuat,
warna dan ukuran ditentukan kemudian.
d. Apabila ditentukan lain, lantai KM/WC dengan rabat beton 1:3:5.

15.2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pemasangan keramik diawali dengan pemasangan spesi 1:5 untuk
ruangan dan 1:3 untuk KM/WC, tebal spesi 1,5 – 2 cm.
b. Pemasangan keramik harus rapi, kuat, permukaan rata dan nat yang terbentuk
pada keramik harus lurus.
c. Permukaan keramik harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari sisa-sisa
semen/spesi dan bahan-bahan lainnya.
d. Finishing dilakukan pada nat dengan menggunakan semen putih.
e. Apabila dengan rabat beton 1:3:6, maka pelaksanaannya sesuai dengan
pelaksanaan coe beton.

PASAL 16. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


16.1. Ketentuan
1. Ketentuan Umum
a. Seluruh pekerjaan instalasi listrik harus dikerjakan oleh Kontraktor yang
mempunyai reputasi baik, mempunyai tenaga pekerja, yang cakap dan
berpengalaman.
b. Pekerjaan instalasi listrik dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku
(PUIL, peraturan setempat, jawatan keselamatan kerja), memenuhi
persyaratan teknis dan dilaksanakan sampai selesai dengan sempurna.

2. Ketentuan Khusus
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop
drawings yang disetujui oleh TimTeknis/Konsultan Pengawas.
b. Kontraktor juga harus membuat as built drawings sesuai dengan instalasi
yang telah selesai dikerjakan dan dilaksanakan.
c. Untuk kepentingan kelancaran kerja, harus diadakan koordinasi dari
seluruh pekerjaan.
d. Kontraktor harus meyediakan contoh bahan/material yang akan dipasang
untuk mendapatkan persetujuan dari Tim Teknis/Konsultan Pengawas.
e. Seluruh bahan/material/peralatan harus diamankan dengan memadai,
sebelum dan sesudah pemasangan instalasi dan Konsultan harus
memberikan jaminan (garasi) selama 1 (satu) tahun setelah penyerahan
kedua pekerjaan terhadap instalasi dan bahan/material yang dipakai.

16.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan Instalasi listrik meliputi pemasangan sistem distribusi listrik
yang nyata-nyata dinyatakan dalam gambar dan RKS ini, yaitu :
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

a. Pemasangan panel distribusi tegangan mengah (LVMD) dan panel penerangan


(LP) serta panel daya (PP).
b. Pemasangan seluruh instalasi penerangan, baik diluar maupun didalam gedung,
termasuk armateur dan sistem pengaman pentanahan.
c. Pemasangan instalasi daya listrik untuk keperluan pompa air, termasuk
pangaman motor dan hal-hal yang berhubungan dengan itu.

16.3. Persyaratan Bahan


1. Panel
a. Panel Box untuk LVMD, LP maupun PP adalah buatan pabrik panel,
dimensi sesuai dengan ketentuan PUIL, rangka dari besi profil dengan cover
dari plat baja dengan finishing cat bakar yang anti karat serta dilengkapi
dengan lampu indikator.
b. Komponen yang terdapat pada panel adalah NT atau NH Fuse, switch,
MCB, analog Ampere meter 10 – 30 Amp, digital Volt meter 0 – 600 V dan
selector switch.

2. Penghantar
a. Kabel penghantar yang dipakai adalah jenis NYA, NYY (untuk instalasi
didalam gedung) dan jenis NYFGBY (untuk intalasi diluar gedung), ukuran
sesuai gambar detail.
b. Kawat arde dari kabel telanjang (Bore Cooper) keras.
c. Pipa kabel dari bahan PVC, kelas AW dan ukuran sesuai dengan gambar.
Persilangan pipa disambung dengan T-dos dari bahan PVC lengkap dengan
tutupnya dan sambungan kabel pada persilangan terbuka ditutup dengan
Las-dop dari bahan keramik dengan sistem sambungan ekor babi.
d. Khusus untuk persediaan penyambungan daya ke panel induk, disediakan
kabel NYFGBY dengan panjang minimal 15 m.

3. Fixture
Stopkontak dan saklar Alpine White, rating arus 10 Ampere, 1 phasa, tegangan
500 volt, 50 Hz, kualitas baik dan tahan panas. Sistem pemasangan tertanam
(inbow).

4. Pengaman Pentanahan
a. Hantaran pentanahan harus terus menerus (continue) dengan elektroda
pentanahan yang dipasang di luar bangunan.
b. Tahanan pentanahan maksimum adalah 3 ohm.

16.4. Pelaksanaan
a. Panel listrik yang dipasang sesuai dengan ketentuan dan peraturan PUIL,
diletakkan pada dinding dengan anker yang kuat dan tinggi panel dari lantai
jadi adalah 190 cm.
b. Semua kabel instalasi harus sesuai dengan jenis dan ukuran dalam gambar dan
dimasukkan dalam pipa kabel PVC dengan ukuran diameter yang sesuai. Pipa
kabel yang menuju ke saklar dan stopkontak harus tertanam dalam dinding dan
tidak diperbolehkan adanya sambungan pipa di dalam dinding, sedang pipa
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

kabel menuju armateur lampu harus menggunakan pipa fleksibel dari bahan
yang sama.
c. Stopkontak dan saklar dipasang didalam dinding (inbow) dengan menggunakan
roset-roset dari bahan galvanis (tidak berkarat). Jarak dari lantai jadi adalah 150
cm (untuk saklar) dan 30 cm (untuk stopkontak).
d. Armateur lampu dipasang secara outblow (untuk ruang yang tidak memakai
penutup palfond) dan secara inbow (untuk ruang yang memakai penutup
palfond), disesuaikan dengan gambar rencana dan harus mendapat persetujuan
dari Tim Teknis/Konsultan Pengawas.
e. Pada setiap panel listrik harus dipasang pengaman pantanahan dan
frame/penutup metal dari panel tidak boleh dipakai sebagai penghantar.
Apabila ada beberapa panel yang berdekatan, elektroda pentanahannya dapat
digabung jika jarak antar panel kurang dari 5 meter.
f. Pada saat menunggu proses penyambungan listrik dari NEGARA, maka untuk
keperluan penerangan jalan masuk ke proyek Kontraktor harus memakai
genset. Selama masa pembangunan, biaya penerangan jalan masuk ke proyek
menjadi beban Kontraktor.

PASAL 17. PEKERJAAN INSTALASI PLUMBING

17.1. Pekerjaan Instalasi Air Bersih


1. Persyaratan Bahan
2
a. Pipa air bersih adalah PVC dengan testing pressure 15 kg/cm ,
produk/merk akan ditentukan kemudian, dimensi pipa sesuai dengan
gambar rencana.
b. Fitting harus dari pabrik yang sama (direkomendasikan untuk itu).
c. Perlengkapan lainnya (stopkran, valve, clean out dan sebagainya)
disesuaikan dengan kebutuhan, produk/merk akan ditentukan kemudian.

2. Pelaksanaan
a. Pemasangan instalasi air bersih dilakukan oleh tenaga yang ahli
dibidangnya dan dilaksanakan sampai berfungsi sempurna.
b. Kontraktor harus menyiapkan shop drawings sebelum pekerjaan dimulai
dan membuat as built sesuai dengan apa yang dipasang.
c. Penyambungan pipa dengan lem harus kuat dan tahan terhadap tekanan air.
d. Pemasangan dan penyambungan pompa dan segala perlengkapannya harus
sesuai rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
e. Pipa-pipa air yang sudah terpasang tidak boleh ditimbun/ditutup, sebelum
disetujui oleh Tim Teknis/Konsultan Pengawas dan pemasangan pipa
didalam bangunan bersifat inbow.
f. Semua instalasi air bersih harus dites dengan percobaan tekanan 6 Atm
selama minimal 24 jam terus menerus atau persetujuan lain dari Tim
Teknis/Konsultan Pengawas.

17.2. Pekerjaan Instalasi Air Kotor


1. Persyaratan Bahan
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

a. Pipa air kotor adalah pipa PVC, Kelas AW, tekanan kerja 8 kg/cm2,
dimensi pipa sesuai dengan gambar rencana. Pipa resapan menggunakan
pipa PVC, Kelas D, dengan dimensi sesuai dengan gambar rencana,
produk/merk akan ditentukan kemudian.
b. Septitank dan resapan terbuat dari Buis Beton, dimensi dan spesifikasi
sesuai dengan gambar rencana.

2. Pelaksanaan
a. Pemasangan pipa instalasi air kotor horisontal harus mempunyai
kemiringan kearah pembuangan minimum 2%.
b. Pipa saluran air kotor dipasang sedemikian rupa, sehingga tidak ada hawa
busuk yang keluar dari pipa tersebut dan tidak ada rongga udara.
c. Pipa saluran air kotor dan sambungan-sambungan harus dibuat dengan rapi,
kuat dan cermat, sehingga menjamin bahwa air kotor/buangan dapat
mengalir dengan lancar.
d. Sebelum semua pekerjaan instalasi air kotor ini diserahkan harus dilakukan
pengetesan terhadap kelancaran dan ada tidaknya kebocoran pada saluran.

17.3. Pekerjaan Instalasi Air Hujan

1. Persyaratan Bahan
a. Pipa air hujan (talang tegak) menggunakan pipa PVC, dimensi pipa sesuai
dengan gambar rencana.
b. Saluran air hujan didalam menggunakan buia beton, ukuran sesuai dengan
gambar rencana, kualitas baik dan teruji kekuatannya.

2. Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan talang tegak harus dipasang lurus dan betul-betul vertikal,
pada tempat sesuai dengan gambar rencana dengan standar pemasangan
yang baik. Hasil pemasangan harus kuat, kokoh, tidak bergoyang dan rapi.
Untuk itu pada jarak maksimal 2,5 m harus dipasang klem dari plat dengan
ketebalan minimal 4 mm. Sambungan antara talang tegak dan roofdrain
harus dilaksanakan dengan seksama sehingga menjamin tidak ada
kebocoran.
b. Saluran air hujan didalam harus mempunyai kemiringan yang cukup,
sehingga air hujan dapat mengalir dengan lancar menuju tempat yang telah
ditentukan dalam rencana. Kontraktor harus memberitahukan kepada Tim
Teknis/Konsultan Pengawas sebelum mengerjakan galian untuk saluran air
hujan ini, sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat dilakukan
pada tanah yang belum terganggu.

17.4. Pekerjaan Sanitair


1. Persyaratan Bahan
a. Closet jongkok/duduk.
b. Kran.
c. Bak mandi, sesuai dengan spesifikasi dalam RKS ini.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II

d. Urinoir.

2. Pelaksanaan
a. Sebelum pemasangan perlengkapan sanitair, Kontraktor harus memeriksa
kembali tempat-tempat yang akan dipasang dalam hubungannya dengan
saluran air (air bersih dan air kotor) yang berhubungan dengan itu.
b. Pemasangan perlengkapan sanitair dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
pabrik, sehingga menghasilkan pekerjaan yang rapi, kuat dan kokoh.

PASAL 18. : Apabila dalam Gambar Kerja maupun RKS belum disebutkan suatu detil komponen
bangunan, tetapi dari segi fungsional maupun konstruksional harus ada, maka
menjadi kewajiban Kontraktor untuk melaksanakannya. Untuk itu, tidak diterima
adanya permohonan untuk menambah biaya pekerjaan. Dengan demikian, harus
dianggap bahwa harga penawaran yang diajukan adalah untuk melaksanakan suatu
pekerjaan yang secara teknis maupun fungsi dapat dipertanggung jawabkan.

PASAL 19. : hal-hal yang belum tercantum dalam peraturan dan syarat-syarat RKS ini akan
diatur secara musyawarah sesuai yang lazim dipergunakan sejauh tidak bertentangan
dengan RKS ini.

Anda mungkin juga menyukai