Spek Teknis Cluster 2015
Spek Teknis Cluster 2015
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN : PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS
PASAL 1. UMUM
b. Syarat-syarat :
1. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dalam
bidangnya dan pengalaman.
2. Pemeriksaan ; Hasil pengukuran segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas dan diminta persetujuan Konsultan.
a. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan. Apabila hal ini
terjadi, maka pengurugan kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton
tumbuk atas biaya Kontraktor.
b. Jika pada galian ditemukan akar-akar pohon dan atau bagian tanah yang longsor
(tidak padat), maka bagian ini harus segera dikeluarkan seluruhnya dan lubang
yang terjadi diisi dengan pasir urug lapis demi lapis, disiram air sampai jenuh,
sehingga mencapai permukaan yang diinginkan.
c. Bilamana galian harus melalui atau akan mengganggu saluran/kabel bawah
tanah yang telah ada, maka Kontraktor bertanggungjawab untuk melindunginya
dengan membuat saluran sementara atau pekerjaan khusus lainnya.
d. Galian tanah tidak boleh dibiarkan terlalu lama, sehingga setelah galian disetujui
Tim Teknis/Konsultan Pengawas, segera dimulai tahapan pekerjaan berikutnya.
5.1. Lingkup Pekerjaan Pondasi meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan Pondasi, sesuai dengan gambar-gambar denah,
gambar potongan dan gambar detail.
5.2. Bahan yang harus disediakan :
a. Pasir dan kerikil harus bermutu baik, tidak mengandung bahan organik, lumpur
dan sejenisnya menurut PBI-1971. Kerikil yang digunakan mempunyai ukuran
butir yang lebih besar dari 5 mm menurut PBI-1971.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
b. Semen yang dapat digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1994 dan ASTM C.150-84.
Sangat diharapkan semen yang dipergunakan menurut urutan kedatangannya
untuk menghindari pengerasan semen yang lebih awal datangnya.
6.1.2. Penulangan
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan Perhitungan Struktur Beton
Bertulang disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
b. Tulangan besi beton yang digunakan harus bebas dari minyak, kotoran,
cat, karat lepas dan lain-lain yang dapat merusak beton. Baja tulangan
yang digunakan berukuran diamet
2
Mutu baja U-24 (2400 kg/cm ).
c. Kontraktor harus memberikan sertifikat dari pabrik besi beton yang
menyatakan bahwa kekuatan besi-besi tersebut sesuai dengan spesifikasi.
Setiap pengiriman besi beton harus dapat diambil minimal 3 (tiga)
sample untuk dilakukan test tarik dilaboratorium resmi atas perintah
Direksi Lapangan, untuk setiap jenis mutu baja 3 (tiga) sample.
d. Pelaksanaan penyambungan/pemotongan, pembengkokan dan pemasangan
harus sesuai dengan persyaratan dalam Perhitungan Struktur Beton
Bertulang Indonesia disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
e. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
- Beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm
- Beton dengan cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm
- Balok, kolom tidak kontak langsung dengan tanah = 30 mm
- Plat, dinding tidak kontak langsung dengan tanah = 25 mm
- Beton Pracetak, tidak kontak langsung dengan tanah = 15 mm
- Beton Pracetak, kontak langsung dengan tanah = 25 mm
6.1.4. Agregat
a. Agregat Beton
1. Agregat beton berupa batu alam yaitu hasil desintegrasi alam atau
batu pecah yang diperoleh dari mesin pemecah batu (Stone Crusher).
2. Agregat yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi menurut
PBI-1971.
3. Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5
mm menurut PBI (1971).
4. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan
pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan tepas agar agregat tersebut
tidak tercampur dengan tanah.
b. Agregat Kasar
1. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar,
keras, dan tidak berpori dan bersudut. Bila ada butir-butir yang
pipih jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi 20 % dari jumlah
berat seluruhnya.
2. Agregat kasar tidak boleh mengalami penumbukan hingga
melebihi 50 % kehilangan berat menurut test.
c. Agregat Halus
1. Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang
dihasilkan dari mesin pemecah batu.
2. Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan
substansi-substansi yang merusak beton. Pasir tidak boleh
mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5 % (PBI-
1971).
3. Pasir laut tidk boleh digunakan untuk beton.
4. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan kasar.
5. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin
kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan
tepas agar tidak tercampur dengan tanah.
6.1.5. Air
Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak
mengandung minyak, garam, zat-zat kimia yang dapat merusak beton dan
baja (PUBI-1982).
6.1.6. Peraturan-peraturan
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah-istilah teknik serta
syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi suatu kesatuan
dalam bagian dokumen ini.
b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan
beton harus sesuai dengan standar dibawah ini.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
b. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat berkurang
lagi jika Direksi Lapangan menganggap perlu berdasarkan kondisi
tertentu.
c. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan sengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dsb,
harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
d. Alat-alat penuang seperti talang, pipa, chute, dsb harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak
boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 m. Selama
dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang berisi penuh, aduk
dengan pangkalnya yang terbenam dalam adukan yang baru dituang.
e. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
”initial set” atau yang telah mengeras dimana beton akan menjadi plastis
karena getaran.
f. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton menyentuh tanah harus
diberi lantai kerja setebal 5 cm agar menjadi duduknya tulangan dengan
baik dan untuk menghindari penyerapan air semen oleh tanah.
g. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras, dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan
air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu
kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah
pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang melekat pada tulangan
dan cetakan harus dibersihkan.
h. Pemadatan Beton.
- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengangkut dan
menuangkan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat
beton yang padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
- Pelaksanaan penulangan dan penggetaran beton adalah sangat
penting. Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan
beton-beton tidak akan diterima.
- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan
penggetar berfrekwensi tinggi agar dijamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik, tetapi tidak mengenai tulangan.
- Penggetaran beton harus dilakukan oleh tenaga kerja yang mengerti
dan terlatih.
- Suhu.
o
Suhu beton waktu dicor tidak boleh dari 32 C (ACI-1977), bila suhu
o o
dari yang ditaruk berada antara 27 C dan 32 C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung di cor. Bila beton di
cor pada waktu iklim sedemikian sehingga suhu beton melebihi
o
32 C, kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif,
misalnya mendinginkan agregat, mengecor pada waktu malam hari.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
b. Diameter batang, luas tumpu kepala baut dan mur atau penggantinya,
harus lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku yaitu SNI 03-1729-2002, ukuran lainnya boleh berbeda.
6.3.4. Pabrikasi
a. Material.
Semua material harus memenuhi persyaratan-persyaratan standar
material yang sesuai dengan yang disyaratkan SNI 03-1729-2002, begitu
pula cacat-cacat permukaan pada baja harus dihilangkan.
Mutu baja baja harus dapat diidentifikasikan pada semua tahap pabrikasi,
atau bajanya harus dinyatakan sebagai baja yang tidak teridentifikasikan
dan hanya digunakan sesuai dengan SNI 03-1729-2002 butir 5.2.2.
Setiap penandaan baja harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak mutu materialnya.
b. Prosedur.
Semua komponen harus diluruskan atau dibentuk menjadi konfigurasi
yang direncanakan dengan cara-cara yang tidak akan mengurangi mutu
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
material menjadi lebih kecil dari pada nilai-nilai yang digunakan pada
perencanaan.
Baja dapat ditekuk atau dipres menjadi bentuk yang diinginkan baik
dengan proses panas maupun dingin.
Pemanasan setempat atau cara mekanis dapat digunakan untuk
menghasilkan atau memperbaiki lawan lendut, lendutan ke samping, dan
ketidak-lurusan. Suhu pada bagian yang dipanaskan tidak boleh melebihi
o
650 C.
c. Sambungan Tumpu Kontak Penuh.
Sambungan tumpu kontak penuh dapat dihasilkan dengan cara
pemotongan dingin dengan gergaji atau dengan pemesinan.
Permukaan-permukaan dari sambungan tersebut harus sedemikian rupa
sehingga pada saat kedua ujung elemen dipertemukan, alinyemen dari
elemen-elemen tersebut dan celah yang terjadi harus berada dalam batas
toleransi yang disyaratkan pada SNI 03-1729-2002 butir 17.4.3.2.
d. Pemotongan.
Pemotongan dapat dilakukan dengan cara yang dipandang paling sesuai
seperti gergaji, menggunting, cropping, pemesinan, api las atau plasma,
yang dipandang paling sesuai.
Pengguntingan bahan dengan ketebalan melebihi 16 mm tidak boleh
dilakukan bila material tersebut akan digalvanisir dan akan menerima
gaya tarik atau momen lentur, kecuali bila material itu dihilangkan
tegangan sisanya sesudahnya.
Setiap potongan, baik yang dilas maupun tidak dilas harus memiliki
kekasaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebagaimana table
berikut :
Catatan :
a. Nilai kekasaran dapat diperkirakan dengan membandingkan dengan
permukaan replica.
b. Tekinik pemotongan dengan api dilakukan dengan mengacu pada
standar yang berlaku.
c. CLA : Centre Line Average Method.
e. Pelubangan.
Suatu lubang bulat untuk baut harus dibor ukuran penuh, atau dipons 3
mm lebih kecil dan kemudian diperbesar, atau dipons ukuran penuh.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
f. Ukuran Lubang.
Diameter minimal dari suatu lubang yang sudah jadi, harus 1 mm lebih
besar dari diameter nominal baut untuk suatu baut yang diameternya
tidak melebihi 24 mm, dan maksimum 2 mm lebih besar untuk baut
dengan diameter labih besar, kecuali untuk lubang pada pelat kandas.
g. Pembautan.
Semua baut, mur dan cincinnya harus memenuhi standar mutu yang
disyaratkan SNI 03-1729-2002 Butir 5.3.1. Semua material yang berada
diantara jepitan baut harus terbuat dari baja dan material kompresibel
tidak diperkenankan berada diantara jepitan tersebut.
Panjang baut harus sedemikian rupa sehingga paling sedikit satu ulir baut
penuh tampak diatas mur dan paling sedikit satu ulir ditambah dengan
sisa ulir yang bersangkutan tampak penuh dibawah mur sesudah
pengencangan.
Dibawah bagian yang berputar harus dipasang sebuah cincin.
Apabila suatu permukaan bidang kontak dengan kepala baut ataupun mur
mempunyai kemiringan melebihi 1:20 maka harus digunakan cincin baji
untuk mengatasi permukaan bidang miring tadi. Komponen yang tidak
berputar dipasang setelah ring baji tersebut.
Mur-mur yang digunakan pada suatu sambungan yang menerima getaran
harus diperkuat untuk mencegah pengenduran.
h. Sambungan Pen.
Pen dan lubangnya harus diselesaikan sedemikian rupa sehingga gaya-
gaya terdistribusi secara merata pada seluruh lapisan dari sambungan.
7.2.3. Bahan-bahan :
a. semen Portland (PC) Type I atau Semen Portland Pozzolan (PPC) seperti
yang disyaratkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1984
dan ASTM C.150-84.
b. Agregates :
- Pasir seperti yang tercantum dalam Pasal 4 kecuali bahwa pasir harus
dicuci dan kecuali apabila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
- Pasir untuk lapisan terakhir harus bersih dicuci dan jenis silikat putih.
c. Air bersih, bebas dari minyak-minyak, asam alkali dan barang-barang
organik lainnya (PUBI 1982).
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
b. Mencampur plesteran :
1. Ukurlah bahan-bahan dengan tepat dan campuran menurut proporsi
yang sesuai. Cara pengukuran harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
2. Campurlah lebih dahulu bahan-bahan kering sebelum diberi air.
3. Pergunakan alat-alat pencampur mekanis dari type yang disetujui
untuk segala macam campuran plesteran.
4. Campuran plesteran dengan jumlah air yang sesuai sehingga
diperoleh campuran yang baik.
5. Tidak diizinkan untuk memakai kembali adukan yang sudah
mengeras.
c. Proporsi plesteran :
- Standar berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 4 bagian pasir.
- Trassram berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 2 bagian pasir.
Plesteran trassram dilakukan pada daerah 30 cm diatas dan dibawah
permukaan tanah atau pada daerah yang basah. Plesteran trassram
toilet harus setinggi 1,5m.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
d. Penggunaan :
- Permukaan beton ; tebal min. 0,05 cm dan max. 0,8 cm.
- Permukaan Batu Bata / Batako ; tebal min. 1,5 cm dan max. 2 cm.
- Logam pelindung plesteran :
Tempelkan tepat pada pasangan Batu Bata / Batako dengan
menggunakan baut-baut pengikat sedemikian rupa sehingga lurus
dan tidak miring. Logam pelindung harus rata dengan plesteran
sekitarnya.
e. Perawatan :
Jagalah agar permukaan yang baru diplester tetap basah selama 38 jam.
Basahilah secukupnya tiap-tiap plesteran, bila plesteran tersebut mulai
mengeras, untuk mencegah kerusakan. Lindungilah plesteran dari
penguapan yang berlebihan selama udara panas dan kering.
f. Penambalan :
Sesudah pekerjaan selesai dilakukan, penambalan dan pelaburan yang
dibutuhkan, tambalkan sebaik-baiknya agar tambalan tidak tampak.
Pekerjaan yang sudah selesai harus bersih dan tidak ada kerusakan.
g. Perlindungan untuk pekerjaan lain :
Tutuplah pekerjaan lain dengan kantung semen atau yang lain.
Singkirkan sisa-sisa plesteran yang masuk dalam lubang-lubang yang
disiapkan untuk panel listrik.
1. Persyaratan Bahan
a. Bahan waterproofing dipakai pada lantai km/wc, daerah basah. Sistem
waterproofing adalah coating dengan bahan dasar kombinasi acrylic dan
cementitous yang tahan terhadap karbondioksida, klorida dan asam sulfat,
produksi dan merk akan ditentukan kemudian, warna abu-abu atau hitam,
harus menggunakan lapisan primer.
b. Keramik 30 x 30 cm klas KW-II dipakai di dalam bangunan (Kamar Tidur,
Ruang Tamu dan Ruang Keluarga).
c. Keramik 20 x 20 cm klas KW-II dipakai di Kamar Mandi / WC.
2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pekerjaan waterproofing harus sesuai dengan petunjuk produk
yang direkomendasi oleh pabriknya dengan pengawas penuh dari Tim
Teknis/Konsultan Pengawas.
b. Sebelum pekerjaan dimulai, lantai yang akan dilapisi waterproofing harus
benar-benar rata, bebas dari tonjolan dan lekukan, bebas dari debu, pasir
ataupun kotoran lainnya.
c. Lapisan primer dikuaskan pada permukaan lantai asli dengan pemakaian 6 –
2
12 m per liter, kemudian dibiarkan mengering.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
d. Bahan waterproofing dipasang dengan hati-hati dan rapi. Setiap sudut harus
dipasang dulu dengan potongan waterproofing selebar 30 cm, kemudian
baru lapisan berikutnya di atasnya.
e. Finishing akhir waterproofing harus dilindungi terhadap kerusakan akibat
lalulintas diatasnya, yaitu dengan plesteran 1 pc : 3 ps setebal 2 cm kecuali
untuk talang beton sekeliling bangunan.
f. Keramik yang akan dipasang harus direndam dahulu ke dalam air sampai
jenuh.
g. Pmasangan keramik harus lurus dan rata (waterpass), dengan menggunakan
adukan 1 semen : 3 pasir untuk KM/WC, dan 1 semen : 5 pasir untuk ruang
dalam.
1. Persyaratan Bahan.
Bahan plafond terdiri antara lain Multipleks 4mm atau PVC atau Gypsum Board
9mm.
Bahan plafond tersebut harus datar produksi/merk akan ditentukan kemudian,
standar SII, kualitas baik, ukuran sesuai dengan gambar detail, tidak lengkung,
tidak cacat/pecah/retak pada sudutnya dan sisi-sisinya saling tegak lurus.
2. Pelaksanaan
a. Rangka plafond dibuat dari kayu klas awet II atau aluminium dan klos dari
kayu klas awet II atau aluminium sesuai gambar, kualits terbaik dengan
ukuran, cara dan pola pemasangan sesuai dengan gambar detail.
b. Apabila memakai kayu, maka seluruh rangka plafond diserut rata dan lurus
pada bagian bawahnya dan dipasang dengan sistem klos dan paku. Hasil
pemasangan rangka plafond harus datar, lurus sesuai dengan peilnya,
waterpass dan menggantung kuat pada penggantungnya.
c. Apabila diperlukan pemotongan, maka harus dilakukan untuk memperoleh
hasil yang baik, lurus, siku, rata dan ahlus, sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan.
d. Bahan plafond dipasang dengan menggunakan paku yang jumlahnya sesuai
untuk itu. Hasil pemasangan harus rapi, rata, waterpass dan tidak
bergelombang, naad/siar antara masing-masing unit harus membentuk garis
lurus, sama lebar dan berpotongan tegak lurus serta paku yang tidak terlihat
harus dibenamkan pada lembar plafond tetapi tidak menimbulkan cacat/rusak.
e. Semua list profil yang dipakai adalah kayu Klas awet II ukuran 3/5 cm,
dengan tipe dan ukuran sesuai dengan gambar detail.
1. Persyaratan Bahan.
a. Penutup atap adalah berbahan dasar Metal atau Zincalum atau Bitumen,
Penutup Atap harus Berwarna minimum 1 sisi dari Pabrik dan memenuhi
Standar Industri Indonesia (SII), tidak cacat/pecah/rusak, tipe akan ditentukan
kemudian.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
2. Pelaksanaan.
a. Rangka penutup atap dipasang dengan baik, kokoh, stabil, lurus dan rata.
b. Apabila memakai kayu, maka seluruh rangka penutup atap harus diawetkan
dengan ter/residu yang pelaksanaannya tidak sampai menetes kedinding,
plafond atau lantai.
1. Persyaratan Bahan.
a. Plamir Tembok
Plamir tembok harus memenuhi syarat antara lain :
- Keadaan dalam kaleng, sewaktu kaleng dibuka, plamir tidak boleh
mengandung endapan dan atau bahan asing lainnya, serta masih berupa
pasta serba sama.
- Sifat penggunaan, plamur diulaskan pada lempeng semen asbes bebas
debu dan kontaminasi bahan kimia lainnya, setelah kering tidak
terkelupas dan mudah diamplas.
- Plamur dinding dan plafond berasal dari merk yang sama dengan bahan
cat (direkomendasi untuk produksi cat tersebut), jenis alkali resisting
primeir.
2. Peralatan
Alat-alat yang dipakai untuk pengecatan : -
Kuas atau Roller dan Kape.
- Pengaduk terbuat dari Kayu, Amplas Besi no. 0-2.
- Sikat ijuk dan lap.
- Ember plastic yang sudah dibersihkan atau bak datar dari palstic (baki).
- Persiapan semua alat-alat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.
3. Pelaksanaan
a. Pekerjaan pengecatan baru boleh dilaksanakan setelah :
Bidang yang akan dicat betul-betul sudah kering dan tidak berdebu.
Tidak ada bagian yang retak atau pecah.
Seluruh permukaan bidang di plamur dan digosok sampai halus.
Selesai diperiksa dan disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
4. Kegagalan Pengecatan.
Cara pengulangan apabila terjadi kegagalan dalam pengecatan, antara lain :
berdebu.
Penyabunan - Serangan alkali yang kuat - Keroklah seluruh
(Saponifiaction) pada bahan pengikat (binder), lapisan cat, bersihkan
biasanya pada jenis cat dan beri lapisan cat
minyak. yang tahan alkali.
- Kuas diulaskan terus pada - Setelah lapisan cat
saat cat mulai mengering. mengering gosoklah
- Pemakaian cat terlalu kental. dengan amplas,
- Pemakaian kuas yang kotor. bersihkan dan dicat
- Pengadukan kurang baik. dengan cara pengecatan
- Permukaan bahan yang akan yang benar dan dicat
dicat terlampau porous. ulang dengan cat yang
kekentalannya cukup.
- Encerkan cat sesuai
aturan, aduk cat hingga
merata.
- Ulangi pengecatan
sampai cukup rata.
Penumpukan - Larutan garam terbawa - Bersihkan setiap
Kristal Putih permukaan saat air menguap penumpukan kristal
(Efflorescence) dari permukaan bata, yang terjadi dengan
plesteran atau semen baru. kain basah.
- Ulangi sampai tidak lagi
terjadi efflorescense,
setelah itu baru dapat
dicat.
Cat yang tidak - Permukaan yang dicat - Bersihkan permukaan
menempel dengan mengandung lapisan minyak / dengan menggunakan
Rata diatas gemukataubekas-bekas kain yang dicelup ke
permukaan saat polesan silikon yang belum dalam terpentine, white
dilapiskan dibersihkan. spirit, thinner, atau cuci
(Cissing) - Cat dasar yang digunakan dengan air sabun setelah
terlalu banyak mengandung itu dibersihkan.
minyak.
- Cat emulsi dilapiskan diatas
cat dengan dasar minyak.
1. Persyaratan Bahan.
a. Dempul Kayu.
Dempul harus merupakan suatu massa yang serba sama seperti adonan
terigu, cukup tegar, tidak lengket, dan bila dikerjakan pada kayu dengan
pisau dempul/kape harus mudah dan dapat diberi lapisan lain dengan baik.
b. Cat Kayu.
Type cat kayu memakai pengencer organic antara lain cat alkyd, epoxy, cat
minyak, polyurrethan, acrylic.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
c. Plamur Kayu.
Plamur kayu harus memenuhi persyaratan sbb :
- Plamur harus melekat baik pada permukaan yang akan dicat.
- Jika disapukan tipis-tipis harus mengering dalam waktu 2 x 24 jam tanpa
mengerut atau merekah dan harus cukup keras untuk digosok.
- Plamur yang dipakai harus untuk kayu, sedangkan merk ditentukan
kemudian.
2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk pengecatan :
- Kuas dan Kape.
- Pengaduk terbuat dari kayu atau besi. -
Amplas kayu no. 0-2.
- Sikat ijuk atau lap.
- Kaleng kosong yang sudah dibersihkan.
- Persiapan semua alat-alat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.
3. Pelaksanaan
a. Semua kayu yang akan dicat harus diberi dasar cat meni terlebih dahulu,
kemudian di plamur dan digosok dengan amplas sampai halus dan bebas
debu.
b. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan kuas, sampai 3 kali pengecatan
hingga mencapai warna yang dikehendaki.
c. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus rata, utuh, tidak
ada bintik-bintik atau gelombang udara dijaga dari pengotoran-pengotoran.
12.2. Pelaksanaan
1. Jaminan
Kontraktor harus memberikan surat pernyataan dari suplier bahwa bahan
aluminium dan kaca adalah sesuai dengan persyaratan tersebut. Apabila di
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
kemudian hari terbukti tidak sesuai, maka Kontraktor wajib menggantinya atas
biaya sendiri.
2. Ketentuan Khusus
Kontraktor harus membuat shop drawing mengenai detil pemasangan yang
disetujui oleh Tim Teknis/Konsultan Pengawas.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Semua detail pertemuan harus dirncing, halus, rata, dan bersih dari goresan.
b. Sambungan vertikal/horisontal, sambungan sudut/silang dan kombinasi
profil aluminium harus terpasang dengan sempurna dan kuat.
c. Dalam keadaan ditutup atau dibuka, kaca-kaca tidak boleh bergetar dan
harus dijamin tidak ada kebocoran akibat air hujan maupun udara luar.
d. Kusen kayu dan bidang kaca yang telah terpasang harus dijaga dari kotoran
(air, semen, cat, plester) dan benturan.
e. Kusen kayu pintu dipasang rata dinding pada arah bukaan pintu.
f. Setelah kusen terpasang ditempatnya, pemborong wajib melindungi agar
tidak tergores/rusak sampai bangunan diserahkan untuk pertama kalinya.
4. Bouvenlight
a. Rangka bouwenlight adalah kayu atau aluminium ukuran sesuai dengan
gambar rencana.
b. Jalusi bouwenlight terbuat dari kayu atau aluminium dengan kualitas baik
dengan ukuran sesuai gambar.
5. Daun Jendela
a. Daun jendela terbuat dari panel kaca, rapi dan tidak ada celah, ukuran sesuai
gambar. Aluminium yang dipakai harus kualitas baik, lurus dan pabrikasi.
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
Apabila memakai kayu, maka harus digunakan kayu klas awet II, kualitas
baik, kering, lurus. Ketebalan kaca 5 mm.
b. Pengunci dan penggantung.
- Engsel 3 inchi, merk akan ditentukan kemudian.
- Dilengkapi hak angin, pengunci dan tarikan, merk ditentukan kemudian.
13.2. Pelaksanaan
a. Semua pemasangan engsel harus rapi, sehingga secara fungsional dapat ditutup
dan dibuka dengan mudah dan ringan.
b. Pemasangan kunci dan ekspanoleth pintu tanam harus rapi dan mudah
dioperasikan.
c. Sekrup-sekrup engsel, kunci tanam dan lain-lain harus rata dengan permukaan
pintu.
14.2. Pelaksanaan
a. Kosen dipasang dengan baik, kokoh, vertikal dan rata dinding.
b. Permukaan kosen harus dicat dengan cat dasar sebelum dipasang.
c. Apabila menggunakan Kosen aluminium maka harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
- Dibentuk/dibuat di pabrik dengan menggunakan mesin pabrik yang
berkecapatan 2 kosen pintu per menit dengan ukuran (2,1 x 0,8)m.
- Hasil produksi sudah termasuk dengan lubang kunci dan engsel.
- Lebar ”back opening” (bukaan belakang) minimum 100 mm.
- Hasil akhir menggunakan Achitarap, sehingga terlihat bagus dan rapi.
b. Untuk lantai KM/WC dipakai keramik yang permukaannya kasar, siku, kuat,
warna dan ukuran ditentukan kemudian.
c. Untuk Lantai Ruangan dipakai keramik yang permukaannya halus, siku, kuat,
warna dan ukuran ditentukan kemudian.
d. Apabila ditentukan lain, lantai KM/WC dengan rabat beton 1:3:5.
15.2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pemasangan keramik diawali dengan pemasangan spesi 1:5 untuk
ruangan dan 1:3 untuk KM/WC, tebal spesi 1,5 – 2 cm.
b. Pemasangan keramik harus rapi, kuat, permukaan rata dan nat yang terbentuk
pada keramik harus lurus.
c. Permukaan keramik harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari sisa-sisa
semen/spesi dan bahan-bahan lainnya.
d. Finishing dilakukan pada nat dengan menggunakan semen putih.
e. Apabila dengan rabat beton 1:3:6, maka pelaksanaannya sesuai dengan
pelaksanaan coe beton.
2. Ketentuan Khusus
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop
drawings yang disetujui oleh TimTeknis/Konsultan Pengawas.
b. Kontraktor juga harus membuat as built drawings sesuai dengan instalasi
yang telah selesai dikerjakan dan dilaksanakan.
c. Untuk kepentingan kelancaran kerja, harus diadakan koordinasi dari
seluruh pekerjaan.
d. Kontraktor harus meyediakan contoh bahan/material yang akan dipasang
untuk mendapatkan persetujuan dari Tim Teknis/Konsultan Pengawas.
e. Seluruh bahan/material/peralatan harus diamankan dengan memadai,
sebelum dan sesudah pemasangan instalasi dan Konsultan harus
memberikan jaminan (garasi) selama 1 (satu) tahun setelah penyerahan
kedua pekerjaan terhadap instalasi dan bahan/material yang dipakai.
2. Penghantar
a. Kabel penghantar yang dipakai adalah jenis NYA, NYY (untuk instalasi
didalam gedung) dan jenis NYFGBY (untuk intalasi diluar gedung), ukuran
sesuai gambar detail.
b. Kawat arde dari kabel telanjang (Bore Cooper) keras.
c. Pipa kabel dari bahan PVC, kelas AW dan ukuran sesuai dengan gambar.
Persilangan pipa disambung dengan T-dos dari bahan PVC lengkap dengan
tutupnya dan sambungan kabel pada persilangan terbuka ditutup dengan
Las-dop dari bahan keramik dengan sistem sambungan ekor babi.
d. Khusus untuk persediaan penyambungan daya ke panel induk, disediakan
kabel NYFGBY dengan panjang minimal 15 m.
3. Fixture
Stopkontak dan saklar Alpine White, rating arus 10 Ampere, 1 phasa, tegangan
500 volt, 50 Hz, kualitas baik dan tahan panas. Sistem pemasangan tertanam
(inbow).
4. Pengaman Pentanahan
a. Hantaran pentanahan harus terus menerus (continue) dengan elektroda
pentanahan yang dipasang di luar bangunan.
b. Tahanan pentanahan maksimum adalah 3 ohm.
16.4. Pelaksanaan
a. Panel listrik yang dipasang sesuai dengan ketentuan dan peraturan PUIL,
diletakkan pada dinding dengan anker yang kuat dan tinggi panel dari lantai
jadi adalah 190 cm.
b. Semua kabel instalasi harus sesuai dengan jenis dan ukuran dalam gambar dan
dimasukkan dalam pipa kabel PVC dengan ukuran diameter yang sesuai. Pipa
kabel yang menuju ke saklar dan stopkontak harus tertanam dalam dinding dan
tidak diperbolehkan adanya sambungan pipa di dalam dinding, sedang pipa
SPESIFIKASI TEKNIS
PENGADAAN GEDUNG OPERASIONAL KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
WILAYAH II
kabel menuju armateur lampu harus menggunakan pipa fleksibel dari bahan
yang sama.
c. Stopkontak dan saklar dipasang didalam dinding (inbow) dengan menggunakan
roset-roset dari bahan galvanis (tidak berkarat). Jarak dari lantai jadi adalah 150
cm (untuk saklar) dan 30 cm (untuk stopkontak).
d. Armateur lampu dipasang secara outblow (untuk ruang yang tidak memakai
penutup palfond) dan secara inbow (untuk ruang yang memakai penutup
palfond), disesuaikan dengan gambar rencana dan harus mendapat persetujuan
dari Tim Teknis/Konsultan Pengawas.
e. Pada setiap panel listrik harus dipasang pengaman pantanahan dan
frame/penutup metal dari panel tidak boleh dipakai sebagai penghantar.
Apabila ada beberapa panel yang berdekatan, elektroda pentanahannya dapat
digabung jika jarak antar panel kurang dari 5 meter.
f. Pada saat menunggu proses penyambungan listrik dari NEGARA, maka untuk
keperluan penerangan jalan masuk ke proyek Kontraktor harus memakai
genset. Selama masa pembangunan, biaya penerangan jalan masuk ke proyek
menjadi beban Kontraktor.
2. Pelaksanaan
a. Pemasangan instalasi air bersih dilakukan oleh tenaga yang ahli
dibidangnya dan dilaksanakan sampai berfungsi sempurna.
b. Kontraktor harus menyiapkan shop drawings sebelum pekerjaan dimulai
dan membuat as built sesuai dengan apa yang dipasang.
c. Penyambungan pipa dengan lem harus kuat dan tahan terhadap tekanan air.
d. Pemasangan dan penyambungan pompa dan segala perlengkapannya harus
sesuai rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
e. Pipa-pipa air yang sudah terpasang tidak boleh ditimbun/ditutup, sebelum
disetujui oleh Tim Teknis/Konsultan Pengawas dan pemasangan pipa
didalam bangunan bersifat inbow.
f. Semua instalasi air bersih harus dites dengan percobaan tekanan 6 Atm
selama minimal 24 jam terus menerus atau persetujuan lain dari Tim
Teknis/Konsultan Pengawas.
a. Pipa air kotor adalah pipa PVC, Kelas AW, tekanan kerja 8 kg/cm2,
dimensi pipa sesuai dengan gambar rencana. Pipa resapan menggunakan
pipa PVC, Kelas D, dengan dimensi sesuai dengan gambar rencana,
produk/merk akan ditentukan kemudian.
b. Septitank dan resapan terbuat dari Buis Beton, dimensi dan spesifikasi
sesuai dengan gambar rencana.
2. Pelaksanaan
a. Pemasangan pipa instalasi air kotor horisontal harus mempunyai
kemiringan kearah pembuangan minimum 2%.
b. Pipa saluran air kotor dipasang sedemikian rupa, sehingga tidak ada hawa
busuk yang keluar dari pipa tersebut dan tidak ada rongga udara.
c. Pipa saluran air kotor dan sambungan-sambungan harus dibuat dengan rapi,
kuat dan cermat, sehingga menjamin bahwa air kotor/buangan dapat
mengalir dengan lancar.
d. Sebelum semua pekerjaan instalasi air kotor ini diserahkan harus dilakukan
pengetesan terhadap kelancaran dan ada tidaknya kebocoran pada saluran.
1. Persyaratan Bahan
a. Pipa air hujan (talang tegak) menggunakan pipa PVC, dimensi pipa sesuai
dengan gambar rencana.
b. Saluran air hujan didalam menggunakan buia beton, ukuran sesuai dengan
gambar rencana, kualitas baik dan teruji kekuatannya.
2. Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan talang tegak harus dipasang lurus dan betul-betul vertikal,
pada tempat sesuai dengan gambar rencana dengan standar pemasangan
yang baik. Hasil pemasangan harus kuat, kokoh, tidak bergoyang dan rapi.
Untuk itu pada jarak maksimal 2,5 m harus dipasang klem dari plat dengan
ketebalan minimal 4 mm. Sambungan antara talang tegak dan roofdrain
harus dilaksanakan dengan seksama sehingga menjamin tidak ada
kebocoran.
b. Saluran air hujan didalam harus mempunyai kemiringan yang cukup,
sehingga air hujan dapat mengalir dengan lancar menuju tempat yang telah
ditentukan dalam rencana. Kontraktor harus memberitahukan kepada Tim
Teknis/Konsultan Pengawas sebelum mengerjakan galian untuk saluran air
hujan ini, sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat dilakukan
pada tanah yang belum terganggu.
d. Urinoir.
2. Pelaksanaan
a. Sebelum pemasangan perlengkapan sanitair, Kontraktor harus memeriksa
kembali tempat-tempat yang akan dipasang dalam hubungannya dengan
saluran air (air bersih dan air kotor) yang berhubungan dengan itu.
b. Pemasangan perlengkapan sanitair dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
pabrik, sehingga menghasilkan pekerjaan yang rapi, kuat dan kokoh.
PASAL 18. : Apabila dalam Gambar Kerja maupun RKS belum disebutkan suatu detil komponen
bangunan, tetapi dari segi fungsional maupun konstruksional harus ada, maka
menjadi kewajiban Kontraktor untuk melaksanakannya. Untuk itu, tidak diterima
adanya permohonan untuk menambah biaya pekerjaan. Dengan demikian, harus
dianggap bahwa harga penawaran yang diajukan adalah untuk melaksanakan suatu
pekerjaan yang secara teknis maupun fungsi dapat dipertanggung jawabkan.
PASAL 19. : hal-hal yang belum tercantum dalam peraturan dan syarat-syarat RKS ini akan
diatur secara musyawarah sesuai yang lazim dipergunakan sejauh tidak bertentangan
dengan RKS ini.