Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN 9

HUBUNGAN ARUS DAN TEGANGAN PADA SALURAN TRANSMISI

 Suatu persoalan yang sangat penting dalam perencanaan dan operasi suatu sistem
daya adalah menjaga tegangan dalam batas-batas yang ditentukan pada berbagai titik.
 Biasanya saluran-saluran tiga fasa bekerja dengan beban tiga fasa seimbang.
Meskipun saluran saluran itu tidak berpemisah sejarak dan tidak ditransposisikan,
ketidaksimetrian yang dihasilkan kecil dan fasa-fasanya dianggap seimbang.

Parameter yang berhubungan dengan penyelesaian suatu saluran transmisi tiga fasa dengan
suatu jalur kembali netral dengan impedansi nol, tampak seperti gambar berikut:

Berlakunya perwakilan suatu saluran transmisi dengan memusatkan kapasitansi pada ujung
ujung saluran, atau kadang-kadang dengan sama sekali mengabaikan kapasitansi, tergantung
kepada panjangnya saluran.

Karena resistansi, induktansi dan kapasitansi tersebar secara merata sepanjang saluran,
perhitungan pasti untuk saluran panjang harus mengetahui kenyataan tersebut. Saluran
dengan panjang menengah, setengah kapasitansi simpang dapat dianggap terpusat pada
masing-masing ujung saluran seperti gambar di atas.

Untuk membedakan antara impedansi seri keseluruhan suatu saluran dengan impedansi seri
persatuan panjang, dipakai notasi-notasi sebagai berikut:

z = impedansi seri per satuan panjang per fasa

y = admitansi simpang per satuan panjang per fasa ke netral

l = panjang saluran

Z = zl = impedansi seri keseluruhan per fasa

Y = yl = admitansi simpang keseluruhan per fasa ke netral.


SALURAN TRANSIMISI PENDEK

Rangkaian setara suatu saluran transmisi pendek tampak seperti gambar:

Penerima
Pengirim

IS dan IR merupakan arus ujung pengirim dan arus ujung penerima

VS dan VR = tegangan-tegangan saluran terhadap netral pada ujung pengirim dan penerima

Rangkaian itu dapat diselesaikan seperti halnya arus bolak balik dalam hubungan seri. Karena
tidak terdapat cabang simpang, arus akan sama besarnya pada ujung-ujung pengiriman dan
penerima, dan

IS = I R

Tegangan pada ujung pengiriman adalah:

VS = VR + IRZ

dimana,

Z adalah zl, impedansi seri keseluruhan saluran

Pengaruh perubahan faktor daya terhadap regulasi tegangan pada suatu saluran yang paling
mudah untuk dipahami adalah untuk saluran pendek.

Regulasi tegangan suatu saluran transmisi adalah kenaikan tegangan pada ujung penerima,
dinyatakan dalam persen tegangan beban beban penuh dengan faktor daya tertentu dilepaskan
sedangkan tegangan ujung pengirim dibuat tetap.

Dalam bentuk persamaan:

|V R , NL|−|V R , FL|
= x 100
Persen regulasi V R , FL

dimana
|V |
R ,NL adalah besar tegangan pada ujung penerima dengan beban penuh dengan |
Vs| adalah konstan.
Setelah beban pada suatu saluran transmisi, seperti gambar di atas, dilepaskan, tegangan pada
ujung penerima akan sama dengan tegangan ujung pengerim. Berdasarkan beban terpasang
seperti gambar tersebut,

Tegangan penerima VR, dan |VR| = |VR,FL|...(ini diartikan harga mutlak).

Tegangan pada ujung pengirim adalah VS dan |VS| = |VR,NL|. Diagram fasor adalah seperti
gambar berikut, yang digambar untuk besar tegangan dan arus penerima yang sama dan
membuktikan bahwa suatu nilai tegangan pengirim yang lebih besar diperlukan untuk
mempertahankan suatu tegangan penerima tertentu, jika arus tertinggal (lagging) dari
tegangan daripada arus tersebut sefasa dengan tegangan.

Suatu tegangan pengirim yang lebih kecil diperlukan untuk mempertahankan suatu tegangan
penerima tertentu jika arus penerima mendahului tegangannya (leading). Tegangan jatuh
pada impedansi seri sama untuk semua hal, tetapi karena faktor-faktor daya yang berlainan,
tegangan jatuh ditambahkan ke tegangan ujung penerima dengan sudut sudut yang berbeda
pada setiap keadaan.

Regulasi akan mempunyai nilai terbesar untuk faktor daya yang tertinggal dan paling kecil,
atau bahkan negatif, untuk faktor daya yang mendahului.

Reaktansi induktif suatu saluran transmisi lebih besar daripada resistansinya, dan prinsip
regulasi yang digambarkan pada gambar di atas, adalah benar untuk setiap beban yang dicatu
oleh suatu rangkaian yang bersifat lebih induktif. Besar tegangan jatuh I R.R dan IR.XL untuk
saluran pendek tersebut digambarkan secara berlebihan terhadap VR dalam diagram fasornya
untuk memperjelas persoalan.

Contoh kasus:

Suatu generator tiga fasa 300 MVA 20 KV, mempunyai reaktansi subtransien 20 %.
Generator melayani sejumlah motor sinkron melalui suatu saluran sejauh 64 Km yang
mempunyai transfromator pada ke dua ujung saluran. Seperti Gambar diagram sat ugaris
berikut
Semua motor dengan rate 13,2 KV yang digambarkan dengan 2 motor ekuivalen. Netral
motor 1 (M1) dibumikan melalui reaktansi. Netral motor 2 (M2) tidak dibumikan (suatu
kondisi yang tidak biasa). Nilai input masing-masing motor adalah 200 MVA (M1) dan 100
KVA (M2). Untuk ke dua motor X }d =20¿ . Tranformator dengan nilai 300 MVA 230/20 KV
dengan reaktansi bocor 10%. Transformator T2 terdiri dari trafo satu fasa, masing-masing
dengan nilai 127/13,2 KV, 100 MVA dengan reaktansi bocor 10%. Reaktansi seri saluran
transmisi adalah 0,5 Ohm per Kilometer. Gambarkan diagram reaktansi dan reaktansi
dinyatakan dalam per satuan (per unit). Pilih rating salah satu Generator sebagai dasar pada
rangkaian generator.

Penyelesaian:

Rating trafo 3 Fasa T2 adalah : 3 x 100 = 300 KVA,

127 220
Dan perbandingan tegangan saluran ke saluran adalah: √ 3 x = KV
13,2 13,2

Basis untuk 300 MVA, 20 KV pada rangkaian generator diperlukan suatu basis 300 MVA
pada sebua bagian dari system dan basis tegangan berikut adalah:

Pada saluran transmisi : 230 KVA ( saat T1 dinilai 230/20 KV

13,2
Pada rangkaian motor : 230 =13,8 KV
220

Basis ini ditunjukkan dalam kurung pada diagram satu garis (gambar di atas).

Reaktansi transformator dirobah ke basis yang tepat yaitu:

300
Transformator T1 : X =0,1 x =0,0857 per satuan
350

13,2 2
Transformator T2: X =0,1 ( )
13,8
=0,0915 per satuan

2302
Basis impedansi dari saluran adalah: =176,3Ohm, dan
300

0,5 x 64
Reaktansi dari saluran = =0,1815 per satuan
176,3

300 13,2 2
Reaktansi X d¿ dari motor M1 = 0,2 ( )( )
200 13,8
=0,2745 per satuan

300 13,2 2
Reaktansi X d¿ dari motor M2 = 0,2 ( )( )
100 13,8
=0,5490 per satuan
Jadi dalam bentuk diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

SALURAN TRANSMISI MENENGAH

Admitansi simpang, biasanya berupa kapasitansi murni, disertakan dalam perhitungan untuk
suatu saluran jarak menengah. Jika admitansi simpang saluran keseluruhan dibagi sama
besar, dan diletakkan di ujung pengirim dan ujung penerima itu, rangkaian yang terbentuk
disebut sebagai suatu π nominal.

Sebagai dasar dalam menurunkan persamaan dapat dlihat gambar berikut:

Untuk memperoleh suatu pernyataan untuk VS, perhatikan bahwa arus dalam kapasitansi pada
ujung penerima adalah VR.Y/2, dan arus dalam cabang seri adalah IR + VR.Y/2.

Y
( )
V S = V R + I R Z +V R
2

V S= ( ZY2 +1) V + ZI
R R

Untuk menurunkan IS perhatikan bahwa arus dalam kapasitansi simpang pada ujung pengirim
adalah VSY/2, yang bila ditambahkan ke arus dalam cabang seri memberikan,

Y Y
I S =V S +V R +I R
2 2
Dengan menggantikan VS, seprti pada pada persamaan di atas, diperoleh,

ZY ZY
(
I S =V R Y I +
4)(
+
2 )
+1 I R

Dengan pensubtitusian diperoleh:

Konstanta-konstanta ABCD ini kadang kadang dsebut sebagai konstanta-konstanta rangkaian


umum suatu saluran transmisi. Umumnya konstanta-konstanta itu berupa bilangan kompleks.
A dan D tidak berdimensi dan keduanya sama bila dipandang dari salah satu ujung saluran.

Dimensi-dimensi untuk B dan C adalah Ohm dan Mho. Konstanta- konstanta itu berlaku
untuk jala-jala kutub empat linear, pasif dan bilateral yang mempunyai dua pasang kutub.
Untuk saluran transmisi disebut kutup pengirim untuk kutub-kutub dimana daya memasuki
jala-jala dan kutub penerima dimana daya meninggalkan jala-jala.

Konstanta ABCD untuk berbagai macam jala-jala dapat dilihat dalam daftar berikut.
Tugas dan Latihan:

Jika Motor 1 dan Motor 2 pada contoh kasus di atas mempunyai input masing-masing 120
MW dan 60 MW pada tegangan 13,2 KV, dan kedua duanya bekerja pada factor kerja 1.
Berapa tegangan terminal generator dan tegangan regulasi saluran?

Anda mungkin juga menyukai