Anda di halaman 1dari 4

DENDAM

1. Pengertian Dendam
Dendam adalah keinginan keras untuk membalas kejahatan seseorang. Kita
diperintahkan untuk menjadi orang yang pemaaf atas segala tindak kejahatan
yang menimpa kita. Allah berfirman:

Artinya :
“….dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu
tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur, 24:22)

Sifat suka memaafkan kesalahan orang lain juga salah satu ciri takwa. Allah
berfirman:

“….(surga itu) disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-


orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali
Imran, 3 : 133-134)

Allah memerintahkan kita untuk menjadi pemaaf. Firman-Nya:

Artinya :
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf
serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Al-A’raf, 7:199)

Rasulullah telah memberikan banyak contoh perilaku pemaaf, bukan


dendam. Beberapa diantaranya :
1. Saat di Mekah, Rasulullah mengalami berbagai cobaan, tantangan,
pengusiran, siksaan bahkan cobaan pembunuhan. Puncak dari perbuatan jahat
orang-orang kafir itu mendorong Rasulullah dan para pengikutnya hijrah ke
Madinah.
Beberapa tahun di Madinah Islam menjadi kuat dan mampu membebaskan
kembali kota Mekah. Pada saat itulah sebenarnya waktu yang tepat bagi Rasul
dan pengikutnya untuk membalas siksaan dan perlakuan jahat orang-orang
kafir Quraisy dahulu. Tetapi, apakah pembalasan itu dilakukan oleh Rasul dan
pengikutnya? Ternyata tidak, bahkan Rasul memasuki kota Mekah dengan
tenang dan tidak ada tetesan darah sedikitpun.
Ini artinya Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak dendam, apapun yang
telah dilakukan para musuh. Dengan demikian, kita harus menjadi orang yang
pemaaf.

2. Ketika orang-orang Taif tidak menerima kehadiran Rasul dan para


pengikutnya, bahkan rombongan Rasul disambut dengan lemparan batu,
Malaikat Jibril menawari Rasulullah untuk menghancurkan kaum itu. Namun
Rasulullah mencegah, bahkan mendoakan orang Taif itu sebagai berikut :

Artinya :
“Ya Allah, berikanlah petunjuk atas kaumku, karena sesungguhnya mereka
itu belum mengetahui.”

3. Setiap kali Rasulullah SAW melewati sebuah gang kecil dekat masjid, beliau
selalu disambut dengan ludahan seorang laki-laki kafir. Anehnya Rasulullah
menyambut ludahan itu tidak dengan marah, tetapi dengan senyum.
Pada suatu ketika, rasul melewati gang kecil itu, tetapi tidak ditemukan laki-
laki yang suka meludahinya. Rasul kemudian bertanya kepada tetangga rumah
dekat gang itu. Beliau mendapat jawaban bahwa laki-laki peludah itu sedang
sakit. Rasul pun bertanya letak rumahnya. Setelah mendapatkan jawaban
lengkap, Rasul pulang.
Sesampainya di rumah, Rasul meminta kepada istrinya untuk
membungkuskan makanan yang bisa dibawa. Rasul pun menuju ke rumah
laki-laki peludah itu. Di rumahnya laki-laki itu sedang merintih kesakitan,
tanpa ada yang menemani.
Di rumah laki-laki itu, Rasululla minta izin untuk masuk. Beliau menyerahkan
bingkisan dan menanyakan sakitnya. Setelah mendapat jawaban dari laki-laki
itu, Rasulullah mendoakan kesembuhan penyakitnya.
Laki-laki yang sedang sakit itu, merasa heran karena orang yang selama ini
selalu diludahinya ternyata paling dulu menengoknya ketika ia sakit.
Sementara Abu Jahal yang selalu dibelanya, malah tidak peduli terhadapnya
dan membiarkan ia sakit.
Karena kebaikan Rasul, ia begitu tersentuh hatinya. Pada saat itu pula, ia
membaca dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah dan sah menjadi
muslim.
Betapa mulia akhlak Rasulullah, sehingga walaupun banyak kesempatan,
Rasulullah tidak membalas dendam kepada yang telah menyakitinya.
Karena itu, Rasulullah SAW berpesan agar kita mampu menahan diri dari
amarah. Karena manusia seperti itulah sesungguhnya orang yang kuat, seperti
tercantum dalam hadis Nabi:

Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Bukan
orang yang kuat orang yang menang (hebat) pukulannya. Sesungguhnya
orang yang kuat adalah orang yang mampu mengekang nafsunya ketika
marah (dengan tidak punya dendam).’” (HR. Al-Bukhari-Muslim)

2. Dampak Negatif dari Sifat Dendam


Banyak dampak negatif yang timbul sehubungan dengan sifat dendam.
Beberapa di antaranya adalah :
a) Hilangnya ketenangan jiwa. Orang yang mempunyai sifat dendam dalam
jiwanya, maka hidupnya tidak akan merasa tenang. Dalam jiwanya selalu
bergemuruh perasaan yang tidak nyaman, selama dendamnya belum
terlampiaskan. Pertanyaan dalam dirinya selalu bergolak, kapan aku akan
melampiaskan dendamku? Kapan dendamku akan terbayar? Dan sebagainya.
Perasaan semacam itu lama-kelamaan dapat membuat dirinya stress.
b) Berusaha menghindar bila bertemu dengan orang yang dibenci. Kalau
kebetulan orang itu adalah tetangga atau orang yang mengharuskan kita sering
bertemu, hal itu akan semakin membuat kita kesusahan sendiri.
c) Selalu marah ketika orang lain menceritakan kebaikan orang yang kita
dendami itu. Perasaan marah juga akan menyebabkan datangnya banyak
penyakit pada diri kita.
d) Membatasi pergaulan. Pergaulan sangat penting bagi kita, karena dengan
pergaulan itu, hidup kita menjadi penuh arti.
e) Menyesal di kemudian hari. Orang yang melakukan balas dendam sebenarnya
hanya mengikuti nafsu. Nafsu selalu mengajak kita untuk berbuat kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai