Anda di halaman 1dari 9

Nama : Astrid Shabrina Kesumareswari

NIM : 190342621228
Offering: G 2019

1. Dalam menyusun karya lmiah, digunakan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa ilmiah
bersifat logis, lugas, jelas, hemat, formal, dan berorientasi gagasan. Memilih kata ketika
menyusun karya ilmiah hendaknya dilakukan dengan cermat yang akan berdampak pada
nuansa makna, kata yang baku, pemberian imbuhan dan penulisan yang cermat, dan
bersifat ilmiah teknis (bidang keilmuan). Selain itu, kalimat juga harus sesuai dengan
ketatabahasaan (subjek, predikat, objek, dan keterangan) yang benar dan lengkap,
menghindari kalimat yang menjadikan pembaca seperti mitra yang diajak bicara,
pembahasan mengarah pada objek yang diteliti, menghindari kalimat rancu, dan
menghindari kalimat yang tidak memiliki fungsi.
Pengembangan paragraf juga harus diperhatikan ketika menyusun karya ilmiah, seperti:
setiap paragraf hanya berisi satu ide pokok yang dikemukakan di awal paragraf, ide
pokok paragraf merupakan ide penulis yang didukung penjelas, paragraf terdiri atas
kalimat yang saling berkaitan, dan terdiri atas ide pokok dan ide penjelas. Dalam paragraf
dan kalimatnya, penulis juga harus memperhatikan penulisan kata, istilah, dan singkatan.
Kata harus berpedoman pada KBBI, ditulis terpisah dengan kata lain (kecuali kata yang
hanya dipakai dalam kombinasi), diberi imbuhan yang sesuai dan benar, dan kata akronim
yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan angka, satuan, besaran, dan lambang juga perlu diperhatikan. Bilangan yang
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, desimal ditulis dengan
tanda koma, dan Angka Romawi digunakan untuk menuliskan tingkatan/jenjang. Selain
itu, lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik, angka dan satuan diberi jarak satu spasi, dan mata uang ditulis tanpa
spasi.
Penggunaan huruf juga harus diperhatikan ketika menulis karya ilmiah, seperti:
 Digunakan untuk menulis judul buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
 Digunakan huruf, kata, atau kelompok kata yang dipentingkan, dikhususkan, atau
ditegaskan.
 digunakan untuk menulis kata yang bukan kata bahasa Indonesia.
Penggunaaan huruf kapital juga harus diperhatikan sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, bahasa, tahun, bulan, hari, nama diri geografi, nama jabatan, dan nama lembaga
yang merujuk pada bentuk lengkapnya. Selain itu, penggunaan tanda baca juga harus
mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, seperti:
 Tanda titik, koma, titik dua, tanda tanya, dan tanda persen diketik rapat dengan huruf
yang mendahuluinya.
 Tanda kutip dan tanda kurung diketik rapat dengan huruf dari kata atau frasa yang
diapit.
 Tanda hubung, tanda pisah, dan garis miring diketik rapat dengan huruf atau angka
yang mendahului dan mengikutinya.
 Tanda perhitungan diketik dengan jarak satu ketukan dengan angka atau huruf
sebelum dan sesudahnya.
 Tanda titik dua yang dipakai untuk memisahkan tahun penerbitan dengan nomor
halaman pada rujukan diketik rapat dengan angka yang mendahului dan
mengikutinya.

2. Penulis karya ilmiah harus memperhatikan etika penulisan karya ilmiah. Dalam hal ini,
penulis harus menyebutkan sumber yang digunakan untuk rujukan sebagai bentuk
menghindari plagiasi. Penulis karya ilmiah juga wajib mencantumkan pernyataan bahwa
karyanya bukan plagiasi atas tulisan atau pemikiran orang lain. Dalam menggunakan
bahan dari suatu sumber, penulis wajib meminta izin apabila bahan tersebut belum
menjadi milik publik. Masalah plagiasi telah dicegah dan ditanggulangi lebih jelas oleh
Permendiknas No. 17/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi.
Nama sumber data atau informan yang dapat dirugikan tidak boleh dicantumkan dalam
karya. Oleh karena itu, narasumber data atau informan dapat dinyatakan dalam bentuk
kode atau nama samaran. Selain itu, tidak diperbolehkan adanya manipulasi dan
mencantumkan nama orang lain yang tidak terlibat dalam penulisan karya ilmiah.

3. Penataan isi dalam bentuk bab berlaku untuk tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan
laporan penelitian. Dalam penataan bab, terdiri beberapa subbab yang dapat terdiri atas
beberapa sub-subbab. Terdapat beberapa aturan sebagai berikut:
 Judul bab ditulis dengan huruf kapital semua, bold, dan diletakkan di tengah.
 Judul subbab ditulis dengan huruf kapital semua, bold, dan diletakkan di tepi kiri.
 Judul sub-subbab ditulis dengan huruf kapital setiap awal kata, bold, dan diletakkan
di tepi kiri.
 Judul bagian dari sub-subbab ditulis dengan huruf kapital setiap awal kata, bold,
dicetak miring, dan diletakkan di tepi kiri.
Berbeda dengan tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian, karya ilmiah
artikel dan makalah tidak ditata dalam bentuk bab, hanya tata cara penyajian isi, penataan
tabel, dan gambar. Isi artikel dan makalah harus disusun secara hierarkis. Tata cara
penataan isinya adalah sebagai berikut:
 Peringkat 1 ditulis dengan huruf kapital semua, bold, dan diletakkan di tengah (judul
artikel).
 Peringkat 2 ditulis dengan huruf kapital semua, bold, dan diletakkan di tepi kiri.
 Peringkat 3 ditulis dengan huruf kapital kecil, bold, dan diletakkan di tepi kiri.
 Peringkat 4 ditulis dengan huruf kapital kecil cetak miring, bold, dan diletakkan di
tepi kiri.
Penataan tabel juga harus diperhatikan dalam menulis karya ilmiah. Tata cara penataan
tabel adalah sebagai berikut:
 Tabel yang ukurannya lebih dari setengah halaman harus ditempatkan pada halaman
tersendiri. Tabel yang ukurannya kurang dari setengah halaman diintegrasikan
dengan teks.
 Tabel harus memiliki nomor dan judul tabel yang ditempatkan di atas tabel.
 Apabila ukuran tabel melebihi satu halaman, bagian kepala tabel (termasuk teksnya)
harus diulang pada halaman selanjutnya. Kemudian dituliskan Lanjutan Tabel… pada
tepi kiri, tiga spasi dari garis horizontal teratas tabel.
 Terdapat kata “Tabel” di pinggir kiri diikuti oleh judul tabel. Judul tabel ditulis
dengan huruf besar di huruf pertama tanpa diakhiri titik.
 Jika judul tabel lebih dari satu baris, semua baris selanjutnya ditulis sejajar dengan
huruf awal judul dengan jarak satu spasi.
 Terdapat jarak 3 spasi antara teks sebelum dan sesudah tabel.
 Penulisan nomor tabel tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian
ditulis dengan angka Arab.
 Garis paling atas dari tabel diletakkan satu setengah atau dua spasi di bawah nama
tabel.
 Heading dan deskripsi tentang ukuran atau unit data harus dicantumkan.
 Apabila terdapat istilah dalam bentuk singkatan/lambang dalam data ditulis dengan
menggunakan spasi tunggal.
 Garis vertikal di bagian kiri, tengah, dan kanan tabel tidak diperlukan.
 Ukuran huruf dalam tabel satu poin lebih kecil dibandingkan teks.
 Tabel yang dikutip dari sumber lain harus diberi keterangan mengenai nama akhir
penulis, tahun publikasi, dan nomor halaman tabel asli di bawah tabel dengan jarak
satu setengah atau dua spasi dari garis horisontal terbawah.
 Catatan penjelasan butir-butir tertentu yang terdapat di dalam tabel ditulis dalam
bentuk superskrip.
 Catatan kaki untuk tabel ditempatkan di bawah tabel, dua spasi di bawah sumber.
Penataan gambar juga harus diperhatikan dalam menulis karya ilmiah. Tata cara penataan
gambar adalah sebagai berikut:
 Judul gambar ditempatkan di bawah gambar. Cara penulisan sama seperti judul tabel.
 Penyebutan adanya gambar diletakkan pada teks sebelum gambar.
 Penomoran menggunakan angka Arab.
 Bila gambar dikutip dari sumber tertentu, maka harus disebutkan sumber rujukan di
bawah judul.
 Ukuran dan jenis huruf harus konsisten di setiap gambar.
 Keterangan dalam gambar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan teks.
 Ukuran huruf pada keterangan gambar satu poin lebih kecil dibandingkan ukuran
huruf pada teks.

4. Berikut adalah contoh artikel yang di dalamnya mencantumkan tabel. Artikel ini berjudul
“Uji Antibakteri Ekstrak Jahe Merah Zingiber officinale var. Rubrum Terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli” yang ditulis Prasetyo Handrianto (2018).

Penempatan tabel kurang sesuai berdasarkan PPKI UM, yaitu: jarak spasi antara teks
sebelum tabel dan teks sesudah tabel yang tidak diberi jarak 3 spasi, judul tabel, serta
ukuran huruf. Berikut penyempurnaannya berdasarkan PPKI UM:

Tabel 1 Besar Daya Hambat Ekstrak Jahe Merah Terhadap Bakteri S. aureus dan
E. coli

Konsentrasi (%)
Jenis Bakteri
0 20 40 80 100
S. aureus 0 5,10 mm 7,36 mm 10,09 mm 16,90 mm
E. coli 0 3,87 mm 6,65 mm 9,67 mm 14,22 mm

5. Berikut adalah contoh jurnal yang di dalamnya mencantumkan gambar. Jurnal ini
berjudul “Identifikasi Morfologi dan Anatomi Tipe Stomata Famili Piperaceae di Kota
Langsa” oleh Tri Mustika Sarjani, Mawardi, Ekariana S. Pandia, dan Devi Wulandari
tahun 2017.
Penataan gambar tersebut kurang sesuai dengan PPKI UM, seperti: penulisan judul
gambar yang tidak bold, penempatan judul gambar, dan ukuran keterangan gambar yang
tidak satu poin lebih kecil dibandingkan dengan ukuran huruf pada teks. Berikut
penyempurnaannya berdasarkan PPKI UM:

Gambar 5 Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida)


Praktek sitasi 10 artikel jurnal menggunakan refence manager Mendeley dengan tipe IEEE:
1. Secara morfologi tumbuhan famili piperaceae merupakan tumbuhan kormus yaitu

tumbuhan yang telah dapat dibedakan organ utamanya sperti akar, batang, dan daun.
Famili Piperaceae adalah jenis tanaman yang sering dijumpai dilingkungan kita dan
banyak jenisnya digolongkan kedalam tanaman dikotil [1].
2. Jagung varietas Momala Gorontalo bisa dikenali dengan warna khas dari bijinya yaitu

warna ungu, namun jagung ini belum tersebar dikalangan masyarakat Gorontalo, hal ini
karena petani lebih tertarik pada jagung hibrida yang dibagikan gratis oleh pemerintah,
sehingga pemanfaatan jagung potensi lokal ini menjadi berkurang bahkan hampir punah
[2].
3. Minyak atsiri selasih diperoleh dari hasil penyulingan terna yang telah dilayukan. Di

Indonesia, selasih belum banyak dibudidayakan secara luas. Namun di beberapa daerah
Jawa Barat, selasih ditanam dan disuling untuk mendapatkan minyak atsiri dan digunakan
sebagai pengendali lalat buah, sehingga selasih dengan kandungan utama methyl eugenol
tinggi diperlukan [3].
4. Biji R. patma tidak semua memiliki level kematangan yang sama walaupun berasal dari

satu buah. Hal ini berarti bahwa seleksi terhadap biji perlu dilakukan jika akan dipakai
untuk sebuah percobaan. Umumnya biji-biji tumbuhan yang memiliki cangkang keras
memerlukan proses skarifikasi (perusakan kulit biji) untuk percobaan perkecambahan
atau uji viabilitas biji [4].
5. Kelompok lalat (Diptera) paling banyak mengunjungi bunga R. patma karena

ketertarikannya kepada aroma bunga tersebut. Strategi mengeluarkan bau busuk seperti
bangkai menyebabkan lalat tertarik pada bunga ini [5]
6. Karena variasi geografis yang luas, demografi pasien kanker kolorektal berbeda dari

negara maju dan berkembang. Hal ini terjadi karena perubahan dalam pola diet dan gaya
hidup sebagai akibat globalisasi dan peningkatan status ekonomi, serta ketersediaan
program skrining yang dapat menentukan risiko kanker kolorektal [6].
7. Perubahan pola pikir konsumen yang dinamis menyebabkan perkembangan usaha yang

semakin bersaing. Oleh karena hal tersebut kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
setiap organisasi atau usaha yang berbentuk laba atau nirlaba harus dapat memenuhi
kebutuhan pola pikir konsumen yang dinamis ke arah tercapainya tujuan organisasi atau
usaha yang dijalankan [7].
8. Rendahnya kadar pati modifikasi disebabkan karena adanya degradasi yang terjadi pada

proses modifikasi. Kadar amilosa yang dihasilkan mempunyai nilai rata- rata 4,41%.
Rendahnya kadar amilosa disebabkan karena kadar pati yang rendah. Sehingga secara
tidak langsung berpengaruh pada kadar amilosa [8].
9. Perangkap GABT hanya dapat menangkap serangga famili Scolitidae dan famili

Nitidulidae yang memiliki ukuran sangat kecil (<4 mm). Hal tersebut dikarenakan
perangkap GABT memiliki bentuk yang kecil dalam menampung serangga dan tidak
efektif dalam menangkap serangga lain yang ukurannya lebih besar [9].
10. Produksi padi varietas Sasak jalan di Loa Duri lebih rendah dibandingkan gedagai putih,

tetapi varietas ini mengeluarkan aroma wangi (padi aromatik) yang menambah cita rasa
dari beras yang dihasilkannya. Kedua varietas padi tersebut hanya ditanam sekali setahun,
yaitu pada bulan Oktober hingga Maret [10].

DAFTAR PUSTAKA
[1] T. M. Sarjani, E. S. Pandia, and D. Wulandari, “FAMILI Piperaceae DI KOTA
LANGSA,” IPA dan pembelajaran IPA, vol. 1, no. 2, pp. 182–191, 2017.
[2] R. Suleman, N. Y. Kandownagko, and A. Abdul, “Karakterisasi morfologi dan analisis
proksimat jagung (,” Jombura Edu Biosf. Journla, vol. 1, no. 2, pp. 72–81, 2019.
[3] ENDANG HADIPOENTYANTI dan SRI WAHYUNI, “Keragaman selasih (,” vol.
14, no. 4, pp. 141–149, 2008.
[4] S. Mursidawati, “Morfologi buah dan biji Rafflesia patma dan R. arnoldii,” Bul.
Kebun Raya, vol. 15, no. 1, pp. 21–30, 2012.
[5] S. Kahono and S. Mursidawati, “Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma
Blume ( Rafflesiaceae ) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor
Provinsi Jawa Barat Indonesia,” vol. 6, no. 3, pp. 429–442, 2010.
[6] M. Masrul, “Pengaruh Konsumsi Serat Dengan Pengurangan Risiko Kanker Kolon Di
Negara Barat: Studi Meta Analisis,” J. Kesehat. Masy. Andalas, vol. 12, no. 2, p. 97,
2018, doi: 10.24893/jkma.v12i2.473.
[7] A. Latief, “Analisis Pengaruh Produk, Harga, Lokasi dan Promosi terhadap Minat Beli
Konsumen pada Warung Wedang Jahe (Studi Kasus Warung Sido Mampir di Kota
Langsa),” J. Manaj. dan Keuang., vol. 7, no. 1, pp. 90–99, 2018, doi:
10.33059/jmk.v7i1.756.
[8] Rahmawati, “KARAKTERISASI PATI TALAS (Colocasia Esculenta (L.) Schott)
(Colocasia Esculenta (L.) Schott) SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PATI
INDUSTRI DI INDONESIA Wida,” J. Teknol. Kim. Dan Ind., vol. 1, no. 1, p. 348,
2012, [Online]. Available: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki.
[9] W. Priawandiputra and A. D. Permana, “Efektifitas Empat Perangkap Serangga
dengan Tiga Jenis Atraktan di Perkebunan Pala (Myristica fragrans Houtt),” J.
Sumberd. Hayati, vol. 1, no. 2, pp. 54–59, 2015, doi: 10.29244/jsdh.1.2.%p.
[10] Nurmianti, N. Hariani, and Budiman, “Diversitas Serangga Permukaan Tanah Pada
Lokasi Budidaya Padi Sasak Jalan Di Loa Duri Kabupaten Kutai Kartanegara,”
Biopospek, vol. 10, no. 2, pp. 37–42, 2015, [Online]. Available:
http://jurnal.fmipa.unmul.ac.id/index.php/bioprospek/article/download/135/83.

Anda mungkin juga menyukai