Materi Audit I Akuntansi
Materi Audit I Akuntansi
PENDAHULUAN
Laporan keuangan perusahaan telah dan akan selalu menjadi salah satu cara berkomunikasi
antara perusahaan dengan para pihak yang berkepentingan (stakeholders). Laporan keuangan
memungkinkan perusahaan untuk memperlihatkan bahwa pilihan pendekatan, metode, teknik maupun
prosedur yang mereka lakukan adalah yang terbaik dalam memenuhi karakteristik informasi yang
berkualitas kepada para pihak yang berkepentingan. Oleh karena peranannya begitu penting untuk
berbagai pengambilan keputusan ekonomi, maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen
entitas diharapkan memiliki jaminan akan pemenuhan semua karakteristik informasi yang berkualitas
dalam kesesuaiannya dengan kriteria-kriteria yang ada. Tugas auditor adalah memberikan jaminan yang
memadai atas kualitas informasi dan mengurangi resiko informasi dalam rangka meningkatkan
keyakinan para pengguna informasi dalam membuat keputusan sesuai kepentingan mereka masing-
masing.
Auditing memiliki peranan yang begitu penting bagi perusahaan dalam memberikan jaminan
yang memadai kepada para pemakai informasi sehubungan dengan kewajaran informasi laporan
keuangan yang dilaporkan. Pada awal perkembangnya, audit hanya digunakan untuk mencari dan
menemukan kecurangan serta kesalahan yang terjadi dalam perusahaan. Namun pada saat ini, auditing
telah berkembang menjadi pemeriksaan laporan keuangan yang sistematis, dimana pada akhirnya
auditor merumuskan suatu kesimpulan dalam bentuk pemberian suatu opini tertentu atas kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan yang menjadi tanggungjawab manajemen perusahaan dan
sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (Stakeholders). Melalui
proses audit, auditor akan meningkatkan kemanfaatan dan nilai dari laporan keuangan entitas pelapor,
sekaligus meningkatkan kredibilitas dari informasi berbagai non audit lainnya yang turut diungkapkan
menyertai informasi laporan keuangan perusahaan.
Definisi
Auditing didefinisikan sebagai:
“Proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif sehubungan
dengan asersi-asersi manajemen tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi dengan tujuan untuk
menetukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Dalam Elder, Beasley & Arens (2009) auditing didefinisikan sebagai berikut:
“Proses mengakumulasi dan mengevaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang ditetapkan”
Dari definisi-definisi di atas, terdapat beberapa kata atau frasa yang penting yang perlu dipahami terkait
auditing:
Informasi yang diaudit harus dalam bentuk yang dapat diferivikasi dan adanya kriteria yang dapat
dipakai auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut. Informasi dapat berupa informasi kuantitatif,
seperti informasi laporan keuangan dan perpajakan, informasi-informasi kualitatif, atau informasi yang
lebih subjektif sifatnya, seperti informasi efektivitas sistem computer atau mengenai efisiensi operasi
perusahaan. Sedangkan kriteria yang digunakan tergantung pada informasi yang diaudit; untuk audit
laporan keuangan maka Standar Akuntansi Keuangan SAK sebagai kriterianya, sedangkan audit
pengendalian interen maka kerangka pengendalian interen yang terintegrasi yang digunakan.
Sementara untuk informasi yang lebih subjektif, maka kriteria yang digunakan umumnya didasarkan
pada kesepakatan awal auditor dan perusahaan yang diaudit. Sebagai contoh evaluasi terhadap aspek
tertentu dari efektivitas operasi computer, maka kriterianya didasarkan pada tingkat kesalahan output
atau input yang diperkenankan.
Bukti dipergunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan dalam
kesesuaiannya dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam audit laporan keuangan, kriteria evaluasi bukti
terkait informasi menyangkut tiga aspek penting, yaitu (1) pengakuan (recognition), (2)
penilaian/pengukuran (measurement/valuation), dan (3) pelaporannya (reporting & disclosure) sudah
sesuai dengan SAK. Sehubungan dengan perolehan dan bukti audit, Standar Audit (SA) 500 Paragraf 1
menyatakan bahwa auditor bertanggungjawab untuk merancang dan melaknakan prosedur audit untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk memungkinkan penarikan kesimpulan memadai
yang menjadi basis opini auditor.
Dalam kaitannya dengan bukti audit, terdapat hal penting yang perlu dipahami sebagaimana dinyatakan
dalam SA 500 Paragraf 5 berikut ini:
Asersi manajemen
Asersi atau pernyataan manajemen adalah klaim yang dibuat oleh jajaran manajemen mengenai aspek
bisnis tertentu. Konsep ini terutama digunakan sehubungan dengan audit laporan keuangan
perusahaan, di mana auditor dalam kegiatan audit mengandalkan berbagai pernyataan ini. Auditor
menguji validitas asersi ini dengan melakukan sejumlah pengujian audit. Pernyataan atau asersi
manajemen dibagi dalam tiga klasifikasi, yaitu:
Lima item berikut diklasifikasikan sebagai pernyataan yang berkaitan dengan penyajian
informasi dalam laporan keuangan, serta pengungkapan berikut ini:
a. Ketepatan / Accuracy
Penegasan manajemen bahwa semua informasi yang diungkapkan adalah dalam jumlah
yang benar, dan yang mencerminkan nilai sebenarnya mereka.
b. Kelengkapan / Completeness
Penegasan manajemen bahwa semua transaksi yang harus diungkapkan telah diungkapkan.
c. Keterjadian / Occurance
Penegasan manajemen bahwa transaksi yang diungkapkan memang terjadi.
d. Hak dan kewajiban / Rights and Obligations
Penegasan manajemen bahwa hak dan kewajiban yang diungkapkan benar-benar
berhubungan dengan entitas pelapor.
e. Dapat dimengerti / Understandability
Penegasan manajemen bahwa informasi yang termasuk dalam laporan keuangan telah
disajikan dengan tepat dan dapat dimengerti dengan jelas.
Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria-kriteria yang digunakan (SAK, UU dan
peraturan lainnya) dan harus memiliki kompetensi untuk menentukan bentuk atau jumlah bukti yang
harus diakumulasikan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah mengevaluasi bukti. Kompetensi
dan independensi seorang auditor sepenuhnya telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik,
khususnya standar umum (baca: Standar Profesional Akuntan Publik / SPAP).
Pelaporan
Tahap terakhir dalam proses audit adalah dirumuskannya suatu kesimpulan oleh auditor dalam bentuk
suatu opini tertentu dalam suatu laporan audit (audit report), dan mengkomunikasikannya kepada para
pemakai. Pilihan atas bentuk opini tertentu oleh auditor didasarkan pada pertimbangan kewajaran
informasi laporan keuangan secara keseluruhan, dan terpenihunya beberapa kriteria lain sehubungan
dengan pelaksanaan audit itu sendiri oleh auditor. Laporan audit dapat saja berbeda bentuknya, namun
semuanya harus menginformasikan kepada para pembacanya mengenai tingkat kesesuaian antara
informasi yang diaudit dengan kriteria yang digunakan. (baca: bentuk laporan audit / opini)
Sedangkan berdasarkan tahapan dalam proses pelaksanaannya, keduanya memiliki pola arah yang
terbalik satu terhadap lainnya:
BENTUK-BENTUK AUDIT
Para akuntan publik yang beregister (CPA) umumnya memberikan tiga bentuk jasa audit kepada publik,
yaitu:
Audit ini dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur,
aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit
ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, tidak untuk dipublikasikan kepada pengguna
luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan
terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagia besar pekerjaan
jenis ini sering kali dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi itu.
walaupun auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan
menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok untuk organisasi
tersebut. dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan
apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang vital atau salah saji lainnya.
Audit terkait keuangan mencakup penentuan apakah:
a. Informasi keuangan disajikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan atau yang ditetapkan;
b. Entitas telah mematuhi persyaratan kepatuhan keuangan tertentu; atau
c. Struktur pengendalian internal entitas atas pelaporan keuangan dan atau pengamanan
aset (safeguard of asset) telah dirancang dan diimplementasikan dengan tepat untuk
mencapai tujuan pengendalian.
Dalam konteks tata kelolah keuangan negara, berdasarkan UU no. 15 tahun 2004 dan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), terdapat tiga jenis audit keuangan Negara, yaitu:
1) Audit Keuangan
Adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Audit Kinerja
Adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti
untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas
publik. Audit kinerja juga memperhatikan biaya serta manfaatnya, yang berarti suatu kegiatan
tidak hanya diharapkan dengan biaya murah tetapi juga diperhatikan manfaatnya bagi
masyarakat. Jika biaya murah tetapi tidak bermanfaat maka kegiatan atau program dianggap
berkinerja tidak baik.
Dalam konteks audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah, tujuan
utama audit kinerja adalah untuk menilai aspek ekonomis, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
tugas pemerintahan. Aspek ekonomis adalah aspek kinerja yang berkaitan dengan sumber daya
(input), baik dari sisi pengadaannya maupun pemanfaatannya. Aspek efisiensi adalah aspek
kinerja yang berkaitan dengan hasil yang diperoleh (output). Aspek efisiensi berkaitan dengan
aspek ekonomis karena untuk menilai kinerja aspek efisiensi tidak cukup jika melihat output-nya
saja, tetapi harus dikaitkan dengan sumber daya (input) yang digunakan untuk menghasilkan
output tersebut. Efektifitas adalah aspek kinerja yang berkaitan dengan tingkat pemanfaatan
output dalam mencapai tujuan/sasaran yang ditetapkan. Instansi pemerintah dinilai efektif
apabila output yang dihasilkannya dapat memenuhi tujuan/sasaran yang ditetapkan. Dengan
kata lain, menilai aspek efektifitas pada audit kinerja berarti menilai outcome dari output dalam
pencapaian tujuan/sasaran yang ditetapkan.
Untuk dapat melaksanakan audit kinerja, Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
perlu memahami proses atau tahapan audit kinerja yaitu:
a) Perencanaan strategis audit kinerja
b) Perencanaan audit kinerja individual
c) Pelaksanaan audit kinerja (field work)
d) Pelaporan audit kinerja
e) Pemantauan tindak lanjut rekomendasi audit kinerja.
APIP adalah Instansi Pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan
pengawasan, dan terdiri atas:
(a) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab
kepada Presiden
(b) Inspektorat Jenderal (Itjen)/Inspektorat Utama (Ittama)/Inspektorat yang bertanggung
jawab kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
(c) Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur, dan
(d) Inspektorat Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota.
Ditinjau dari luasnya pemeriksanaan yang dilakukan, audit dapat dibedakan menjadi:
Sementara ditinjau dari bidang pemeriksaan, maka audit dapat dikelompokan atas:
Adalah jenis pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, meliputi kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional manajemen yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk
mengevaluasi apakah kegiatan operasi telah berjalan secara efektif dan efisien dan ekonomis.
c. Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Tujuanya untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati berbagai peraturan dan
kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang di tetapkan pihak intern maupun pihak ekstern
entitas/perusahaan.
d. Audit Sistem Informasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang
melakukan pemrosesan data akuntansi, umumnya menggunakan system Elektronik Data
Processing (EDP). Hal yang menjadi perhatian auditor, seperti:
(1) Perlengkapan keamanan melindungi perlengkapan computer baik program, komunikasi,
atau data dari akses yang tidak sah, modifikasi bahkan penghancuran.
(2) Pengembangan program yang dilakukan atas otorisasi khusus dan umum dari pihak
manajemen perusahaan.
(3) Pemrosesan transaksi, file, laporan dan catatan computer dengan akurat dan lengkap.
(4) Data file laporan yang tersimpan di computer sangat dijaga kerahasiaanya.
e. Audit Forensik
Tujuan dilakukan audit ini adalah sebagai upaya pencegahan kemungkinan terjadinya
kecurangan (fraud). Audit ini mngkin diperlukan ketika berhadapan dengan kasus-kasus berikut,
seperti:
(1) Penyelidikan penipuan melibatkan penyalahgunaan dana, pencucian uang, penghindaran
pajak dan perdagangan orang
(2) Kuantifikasi kerugian dalam hal adanya klaim asuransi
(3) Penentuan pembagian keuntungan mitra bisnis jika terjadi perselisihan
(4) Penentuan klaim kelalaian profesional berkaitan dengan pelaksanaan profesi akuntansi
(5) Temuan audit forensik dapat digunakan di pengadilan sebagai pendapat ahli mengenai
masalah keuangan
f. Audit Investigasi
Audit ini mencakup serangkaian kegiatan mengenali (recorganized), menidentifikasi (identify)
dan menguji (examine) fakta-fakta dan informasi yang ada guna mengungkap kejadian yang
sebenarnya dalam rangka pembuktian demi mendukung proses hukum atas dugaan
penyimpangan yang dapat merugikan keuangan suatu entitas.
g. Audit Lingkungan
Menurut (Kep. Men. LH 42/1994) audit lingkungan adalah proses manajemen yang meliputi
evaluasi secara sistematik, tercatat (terkumentasi), serta obyektif tentang bagaimana suatu
kinerja manajemen organisasi yang bertujuan memfasilitasi kendali manajemen terhadap upaya
pengendalian dampak lingkungan dan pemanfaatan kebijakan usaha terhadap perundang-
undangan tentang pengelolaan lingkungan.
Sementara ditinjau dari sisi kelompok pelaksana audit, audit dapat dikelompokan atas:
Djedoma Gonzaga Aloysius,SE., MSi., Ak., CPA 9
AUDITING I JASA ASURANS, ATESTASI DAN AUDIT
1. Auditor Internal
Audit internal biasanya berpusat pada beberapa kegiatan utama yang meliputi:
2. Auditor Ekstern
Bekerja pada seuatu lembaga (BPK) / KAP yang statusnya di luar struktur organisasi perusahaan yang
mereka audit dan bekerja secara independen dan objektif. Umumnya hasil kegiatannya auditor ekstern
adalah dihasilkannya suatu laporan audit (audit report).
3. Auditor Pajak
Mempunyai tugas melakukan evaluasi ketaatan wajib pajak berbasis pada undang-undang perpajakan
yang berlaku. Di Indonesia dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang berada dibawah
naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
4. Auditor Pemerintah
Lembaga yang mempunyai tugas menilai kewajaran informasi laporan keuangan instansi pemerintah
(Kementerian dan Lembaga, PEMDA, Pemerintah Pusat dan lain sebagainya) atas pelaksanaan program
dan penggunaan aset milik emerintah. Audit instansi pemerintah umumnya dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Audit merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen. Sedangkan tujuan audit
secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kelengkapan (Completeness). Untuk menyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat atau
ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
2. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah dicatat
berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan dicatat dengan
tepat.
3. Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang tercatat
memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi tercatat tersebut harus
benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.
4. Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
telah diterapkan dengan benar.
5. Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan dalam jurnal
diklasifikasikan secara tepat. Jika terkait dengan saldo maka angka-angka yang dimasukkan
didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.
6. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada tanggal yang
benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. Serta penjumlahan
saldo sudah dilakukan dengan tepat.
7. Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal neraca
dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang
dicatat mendekati akhir suatu periode akuntansi.
Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberikan banyak manfaat bagi dunia bisnis yang
kegiatannya semakin lama semakin kompleks, terutama oleh pelaku ekonomi yang menggunakan
laporan audit sebagai dasar pengambilan keputusan. Tanpa menggunakan jasa auditor independen,
manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan
yang disusun manajemen dapat dipercaya.
Manfaat audit
“Jasa professional yang independen yang bertujuan meningkatkan kualitas informasi bagi para
pengambil keputusan”.
Pengguna jasa ini berkepentingan dengan keterandalan dan relevansi informasi yang dijamin jasa ini
untuk kepentingan pembuatan keputusan. Jasa ini tidak hanya monopoli pada akuntan, tetapi juga oleh
berbagai profesional lainnya. Sebagai contoh, YLKI yang melakukan pengujian atas produk-produk yang
digunakan konsumen dan membuat laporan mengenai kualitas produk-produk tersebut di media-media
infromasi yang ada. Informasi ini dibutuhkan konsumen sebagai masukan dalam memutuskan produk
apa yang dijamin kualitasnya untuk dikonsumsi. Akuntan juga memberikan jasa asurans, misalnya
sehubungan dengan pelaksanaan kontes kecantikan atau loterei untuk memastikan bahwa proses
penentuan pemenang konte atau loterei sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Jasa Atestasi
Salah satu jasa asurans yang diberikan oleh akuntan adalah ajasa atestasi. Jasa atestasi adalah:
“bentuk jasa asurans dimana KAP menerbitkan suatu laporan tentang keandalah dari suatu
asersi yang dibuat oleh pihak lain”
Hampir sama dengan audit atas laporan keuangan, hanya saja berbeda dalam hal luasnya
pemeriksaan dan jaminan keakuratan yang diberikan. Banyak perusahaan nonpublik yang tidak
bersedia membiayai audit atas Laporan Keuangan tersebut, sehingga dalam kondisi seperti ini
akuntan publik dapat membantu menyediakan jasa review.
d) Jasa atestasi atas teknologi informasi
Dalam hal ini KAP menerbitkan laporan mengenai tingkat keandalan dan keamanan teknologi
informasi. AICPA dan CICA (Kanada) telah mengembangkan lima prinsip terkait privacy,
keamanan, integritas pemrosesan, ketersediaan dan kerahasiaan yang digunakan dalam
memberikan berbagai jasa terkait teknologi informasi.
e) Jasa atestasi lainnya
KAP dewasa ini telah mengembangkan jasa-jasa baru perluasan dari jasa audit atas laporan
keuangan; misalnya atestasi atas laporan keuangan prospektif (prakiraan dan proyeksi), data
statistik atas hasil-hasil investasi untuk organisasi seperti reksa dana, atau karakteristik
perangkat lunak computer dan sebagainya. Dalam hal ini KAP harus tetap independen dan
memberikan jaminan atas informasi yang digunakan oleh para pembuat keputusan. Berbeda
dengan jasa atestasi lainnya, KAP tidak diharuskan menerbitkan suatu laporan, namun hanya
fokus pada peningkatan kualitas informasi, seperti asurans yang diberikan KAP terkait
penggunaan data personal para pelanggan oleh perusahaan.
Sementara jasa non asurans yang diberikan oleh akuntan kepada pihak lain adalah:
a) Jasa akuntansi dan pembukuan (bookkeeping & accounting services)
b) Jasa perpajakan (tax services)
c) Jasa konsultasi manajemen (management consulting / advisory services)
Standar umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor. (Keahlian dan Pelatihan Teknis yang Memadai).
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor. (Independensi dalam Sikap Mental).
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. (Kemahiran Profesional dengan Cermat dan
Seksama).
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervisi
dengan semestinya. (Perencanaan dan supervisi yang cukup).
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. (Pemahaman yang memadai
atas struktur pengendalian intern).
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit. (Bahan bukti audit yang kompeten).
Standar pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. (Pernyataan apakah laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum).
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. (Pernyataan mengenai
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum).
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor. (Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan).
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur mutu jasa
yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.
1. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan
beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.
Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing
(PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum
di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted
Djedoma Gonzaga Aloysius,SE., MSi., Ak., CPA 14
AUDITING I JASA ASURANS, ATESTASI DAN AUDIT
Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA).
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum di dalam standar
auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik
dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat
wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk didalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng
(IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan
atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan
perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh
anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
2. Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan oleh
seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu entitas
telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh
satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan
keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur berdasarkan standar
auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif, diatur
berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum dalam standar atestasi. Standar atestasi
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan
audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan audit adalah
untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan, sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk
menyatakan pendapat akuntan.
Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang menyediakan jasa
konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultansi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi
ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi
dilaksanakan untuk kepentingan klien.
(a) Konsultasi (consultation) – memberikan konsultasi atau saran profesional (profesional advise)
berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah review dan
komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
(b) Jasa pemberian saran profesional (advisory services) - mengembangkan temuan, kesimpulan,
dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah
pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik
(c) Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya dan
personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan
implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa
pendukung yang berkaitan.
(d) Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien
yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.
(e) Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf yang memadai (dalam hal
kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang
ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan
mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah menajemen fasilitas pemrosesan data
(f) Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas
instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah
penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat
lunak komputer
Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi kantor akuntan
publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan
mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut
Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan
oleh IAPI.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jenis jasa audit,
atestasi dan konsultansi meliputi:
(1) independensi – meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus
mempertahankan independensi
(2) penugasan personel – meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional
yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud
(3) konsultasi – meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang
dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan
(judgement), dan wewenang memadai
(4) supervisi – meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang
ditetapkan oleh KAP
(5) pemekerjaan (hiring) – meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki
karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara
kompeten
(6) pengembangan profesional – meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan
memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan
profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan
pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk
kemajuan karier mereka di KAP
(7) promosi (advancement) – meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi
memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
(8) penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien – menentukan apakah perikatan dari
klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya
hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada
prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence)
(9) inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain
pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif
Dengan demikian, perbedaan antara SPAP Baru dan SPAP lama diiktisarkan sebagai berikut:
LAPORAN AUDIT
Pada akhir pelaksanaan kegiatan audit setelah bukti-bukti dievaluasi dalam kesesuaiannya dengan PSAK,
auditor menerbitkan laporan yang berisikan opini akuntan tentang kewajaran Laporan keuangan yang
telah dibuat dan merupakan tanggung jawab manajemen.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29), terdiri dari 5 jenis yaitu:
Indonesia). Dalam laporannya auditor harus memberi penjelasan tentang pembatasan ruang
lingkup oleh klien yang mengakibatkan auditor tidak memberikan pendapat.
Adapun yang menjadi unsur-unsur pokok dalam laporan audit auditor independen antara lain sebagai
berikut:
Berikut terlampir beberapa laporan jasa atestasi yang diberikan auditor independen:
Lampiran 2: Opini Wajar dengan Pengecualian (SA 705 - Modifikasi Terhadap Opini)
Lampiran 3: Opini Tidak Menyatakan Pendapat (SA 705 – Modifikasi Terhadap Opini)