Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaian dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal.
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak
digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan
tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan
antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa
Konsep-konsep penting teori Sosio Genesis vygotsky tentang perkembangan kognitif yang
sesuai dengan revolusi sosiokultural dalam teori belajar dan pembelajaran adalah adalah
sebagai berikut;
ZPD diartikan sebagai kemampuan atau fungsi yang masih pada proses pematangan.
Ibaratnya sebagai kuncup bunga yang belum menjadi buah. Anak berkembang melalui
interaksinya dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih
kompeten. Untuk menafsirkan ZPD ini menggunakan Scaffolding Interpretation, yaitu
memandang ZPD sebagai perancah, sejenis wilayah penyangga atau batu loncatan untuk
mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi.
Gagasan ZPD ini mendasari perkembangan teori belajar dan menigkatkan kualitas
pembelajaran dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Kuncinya adalah bahwa
perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling terkait, perkembangan
kemampuan seseorang bersifat konteks dependen atau tidak dapat dipisahkan dari
konteks sosial dan sebagai bentuk benda mental dalam belajar adalah partisipasi dalam
kegiatan sosial.
3. Mediasi
Ada 2 (dua) jenis mediasi dalam Teori perkembangan kognitif Vygotsky, yaitu media
Metakognitif dan mediasi Kognitif. Media metakognitif adalah penggunaan alat Semiotic
yang tujuannya untuk melakukan self Regalution (pengaturan diri) yang mencakup; Self-
Planning, Self-Monitoring, Self-Chechikng dan Self-Evaluation. Sedangkan media Kognitif
adalah penggunaan alat-alat kognitif yang tujuannya memecahkan masalah yang
berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga, media kognitif bisa berupa konsep
spontan (yang bisa salah) dan berupa konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Menurut vygotsky, untuk membantu anak mengembangkan pengetahuan yang sungguh-
sungguh, dengan cara memadukan antara kedua mediasi melalui demonstrasi dan praktek.
Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek social dari pembelajaran. Menurut
Vigotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas
–tugas yang belum dipelajari, namun tugas – tugas tersebut masih berada dalam jangkauan
mereka disebut dengan zoneof proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan
sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vigotsky yakin bahwa fungsi
mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
Satu lagi ide penting dari Vigotsky adalah Scaffolding yakni pemberian bantuan kepada
anak selama tahap – tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide –
ide Vigotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas –tugas kompleks, sulit, dan realistiks
dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas –tugas itu.
Belajar menurut Gagne adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui
proses pembelajaran terus menerus, yang bukan saja disebabkan oleh pertumbuhan
saja. Ia mengutarakan teori belajar spesifik (Specific Learning Condition) yang terdiri
dari sembilan peristiwa pembelajaran: (1) memperoleh perhatian, (2)
menginformasikan tujuan pembelajaran, (3) menstimulasi hasrat belajar, (4)
menampilkan isi, (5) menyajikan panduan pembelajaram, (6) menampilkan kinerja,
(7) menyediakan umpan balik, (8) menilai kinerja, dan (9) meningkatkan
a. Teori Konstruktivis
b. Discovery Learning
Teori Konstruktivis Bruner ini telah diadopsi dan dimanfaatkan untuk berbagai
situasi pengajaran. Ada teori lain banyak yang menggunakan aspek epistemologi
konstruktivis ketika merumuskan teori pembelajaran dan pengajaran. Bruner
mengembangkan metode pengajaran yang disebut Belajar Penemuan dengan
memanfaatkan teori Konstruktivisme. Belajar Penemuan adalah salah satu cara bahwa
guru dapat memanfaatkan teori karena teori itu sendiri merupakan penyelidikan.
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisispasi
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk
memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan
mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa
kelebihan:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah
diingat.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dengan
kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada kognitif seseorang dapat
lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas.
4. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif
siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain dan meminta siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi
tidak hanya menerima saja.
5. Membangkitkan keingintahuan siswa, memberikan motivasi untuk bekerja
terus sampai menemukan jawaban
David mengungkapkan bahwa dengan teori belajar bermakna, maka belajar bisa
diklasifikasikan menjadi dua dimensi, diantaranya adalah :
Dimensi yang berkaitan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan
kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan sehingga siswa lebih aktif,
atau
Dimensi yang menyangkut tentang cara siswa untuk mengabaikan informasi
pada beberapa struktur yang ada, khususnya struktur kognitif diantaranya
adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat
siswa.
Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi tersebut pada
pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi proses belajar bermakna.
Pada belajar menemukan, konsep sudah ditemukan oleh siswa, sehingga siswa tidak
menerima materi pelajaran begitu saja.
Selain itu, Ausubel juga berpendapat bahwa terdapat perbedaan mendasar antara
belajar menghapal dengan belajar bermakna.
2. Diferensiasi progresif
Pengembangan kosep berlangsung paling baik jika unsur-unsur yang paling umum,
paling inklusif dari suatu konsep diperkenalkan terlebih dahul, baru kemudian
diberikan hal-hal yang lebih spesifik dan khusus dari konsep tersebut.
3. Belajar superordinat
Selama informasi diterima dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kogniif
(subsumsi), maka konsep tersebut tumbuh dan mengalami diferensiasi.
Di dalam menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, maka perlu digunakan dua
fase, yaitu fase perencanaan dan fase pelaksanaan.
Fase perencanaan terdiri dari menetapkan tujuan pembelajaran, mendiagnosis latar
belakang pengetahuan siswa, membuat struktur materi dan memformulasikan
pengetahuan awal.
Selama di Harvard, ia tertarik pada bagaimana hewan belajar (etologi), dan bekerja sama
dalam penelitian dengan William James. Setelah itu, ia menjadi tertarik pada hewan
'manusia', dan kemudian mengabdikan dirinya demi penelitiannya ini. Tesis Edward
hingga saat ini masih dianggap sebagai dokumen penting dalam ranah ilmu psikologi
komparatif modern. Setelah lulus, Thorndike kembali ke minat awal, psikologi pendidikan.
Pada tahun 1898 ia menyelesaikan PhD-nya di Universitas Columbia di bawah pengawasan
James McKeen Cattell, salah satu pendiri psikometri.
Perubahan tingkah laku siswa merupakan proses akhir dari pembelajaran menurut
teori behavioristik. E. Thorndike mengemukakan bahwa siswa yang telah siap untuk
menerima perubahan prilaku akan menghasilkan kepuasan tersendiri bagi dirinya.
Selain itu, stimulus dan respon ini perlu diulang agar mendapatkan perubahan prilaku
ke arah yang diinginkan. Teori behavioristik adalah salah satu teori yang banyak
digunakan dalam pembelajaran di sekolah, salah satunya dalam pembelajaran
matematika. Siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan teori behavioristik
sama halnya dengan membentuk pola pikir siswa melalui pemberian stimulus respon.
Implikasi dari teori belajar Thordike berindikasi kepada bagaimana seorang guru
dapat menstimulus siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka untuk
menyelesaikan permasalahan kehidupan. Dengan kata lain, guru membentuk pola pikir
siswa sesuai dengan stimulus yang diberikan. Menurut Santrock (2011, hal 233) “one
of the strategies for using applied behavior analysis to change behaviori is focus on
what you want students to do, rather than on what you want them not to do. Hal ini
senada bahwa pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan
siswa yang melibatkan pola berpikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan
belajar yang sengaja diciptakan oleh guru atau yang ingin dibentuk guru dengan
berbagai metode agar program belajar matematika dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.
2. Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupa pembelajaran yang kontinu, hal ini
dimaksudkan agar materi lampau dapat tetap diingat oleh siswa. Dengan kata lain,
materi yang diberikan memiliki hubungan dengan materi sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan Piaget dalam Hanafy (2014) yang mengatakan bahwa belajar adalah proses
terjadinya Assosiations dan Accomodations dalam struktur kognitif anak, yaitu
proses menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru diperoleh dengan
informasi yang telah diketahui sebelumnya dan mengubahnya bila perlu
(assosiasiations) sedangkan proses accommodations, yaitu menyusun dan
membangun kembali atau mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya
sehingga informasi yang baru dapat isesuaikan dengan lebih baik.
Tokoh Classical Conditioning dan bapak teori belajar modern Ivan Petrovich Pavlov
dilahirkan di Rayzan Rusia desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang
pendeta pada 18 September tahun 1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27
Februari 1936. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke seminari teologi, ayahnya
seorang pendeta, dan awalnya Pavlov sendiri berencana menjadi pendeta. Namun, ia
berubah pikiran dan memutuskan untuk menekuni fisiologis. Dia sebenarnya bukanlah
sarja psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena dia adalah sarjana ilmu
faal yang fanatik. Tahun 1870, ia memasuki Universitas Petersburg untuk mempelajari
sejaran alam di fakultas fisika dan matematika.
Berikut ini beberapa tips yang ditaawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam
menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
belajar, misalnya:
1) Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok daripada
individu, banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara negatif
terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan digeneraalissikan
dengan pelajaran-pelajaran yang lain;
2) Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakaan
ruang membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan
lain sebagainya.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi- situasi yang
mencemaskan atau menekan, misalnya:
Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep
berikut.
1. Reciprocal determinism
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal bali
secara terus menerus, antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan.
2. Beyond reinforcement
Bandura memandang bahwa jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus
diplah-pilah untuk dibangun kembali satu per satu, maka bisa jadi orang tersebut
malah tidak belajar apa pun.
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian
mengulang apa yang dilihatnya,
3. Self regulation
Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan
seseorang dalam menjelaskan proses kognitif.
Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri
sendiri (self regulation), memengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif, dan mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya
sendiri.
Prinsip Dasar Belajar Sosial (Social Learning) menurut Teori Belajar Bandura
Berikut ini beberapa prinsip dasar belajar sosial menurut teori belajar Bandura.
1. Sebagian besar dari yang dipelajari oleh manusia terjadi melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
2. Seorang peserta didik akan mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara
orang atau sekelompok orang yang mereaksi (merespon) sebuah stimulus tertentu.
3. Peserta didik dapat mempelajari respon-respon baru dengan cara pengamatan
terhadap perilaku contoh dar orang lain, misalnya guru atau orangtuanya.
4. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral
peserta didik ditekankan pada perlunya pembiasaan merespon (conditioningi) dan
peniruan (imitation).
1. Atensi (perhatian)
Syarat utama untuk meniru suatu perilaku adalah: perilaku itu harus menarik
perhatian. Kita mengobservasi banyak perilaku, tapi tidak semua layak kita
perhatikan.
Bila ingin meniru sebuah perilaku, perhatian sangat penting.
2. Retensi (ingatan)
3. Reproduksi (pengulangan)
4. Motivasi
Seseorang cenderung akan melakukan pengulangan ketika ada sesuatu yang
memotivasinya.
Pengulangan akan terjadi apabila:
1) memberi manfaat bagi si peniru,
2) peniru merasakan hal positif setelah meniru,
3) ada imbalan eksternal.
Jika imbalan yang didapat lebih banyak daripada usaha yang dilakukan, maka
perilaku akan ditiru oleh individu.
Tapi, jika imbalan yang didapat nggak seimbang sama usahanya, maka perilaku
nggak ditiru.
Terdapat banyak implikasi teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura untuk
pembelajaran di kelas, antara lain sebagai berikut:
1. Peserta didik sering belajar hanya dengan mengamati tingkah laku oran lain, yaitu
guru.
2. Menggambarkan konsekuensi perilaku yang secara efektif dapat meningkatkan
perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan dan menurunkan perilaku yang tidak
pantas.
3. Peniruan (modeling) menyediakan alternatif untuk membentuk perilaku baru untuk
belajar. Di dalam mempromosikan model yang efektif, seorang guru harus
memastikan bahwa empat kondisi esensial harus ada, yaitu perhatian, retensi, motor
reproduksi, dan motivasi.
4. Guru dan orangtua harus menjadi mode perilaku yang sesuai dan berhati-hati agar
peserta didik tidak meniru perilaku yang tidak pantas.
5. Peserta didik harus percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas
sekolah, sehingga guru dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dengan
memperlihatkan pengalaman orang lain yang sudah sukses atau menceritakan
pengalaman kesuksesan guru itu sendiri.
6. Guru harus membantu peserta didik dalam menetapkan harapan yang realistis
untuk prestasi akademiknya. Guru juga harus memastikan bahwa target prestasi
peserta didik tidak lebih rendah dari potensi peserta didik yang bersangkutan.
Seperti yang disebutkan di bagian dua, peniruan suatu perilaku harus melalui empat
proses.
Yaitu atensi, retensi, reproduksi, dan motivasi.
Maka, agar suatu perilaku (dalam hal ini, pelajaran) bisa diingat, seorang guru bisa:
a. Memberikan materi dengan cara yang menarik perhatian.
b. Menciptakan jembatan keledai biar pelajaran mudah diingat.
c. Memberikan latihan agar siswa dapat mengulangi.
d. Mengingatkan manfaat pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Tentu saja guru juga bisa tuh memberikan feedback positif pada siswa, bila ia
memperlihatkan progres peniruan dengan baik.
Maslow lahir di New York pada 1908, ia dikenal dengan jasanya membidani lahirnya
pandangan pengaktualisasian diri. Ia wafat pada 1970 di California, Amerika. Maslow
adalah lelaki yang cerdas, semasa kecil ia menjalin hubungan yang kurang baik dengan
ibundanya yang keras dan kerap melakukan tingkah laku yang tidak ganjil. Ia menceritakan
dirinya di waktu anak-anak sebagai pemalu namun gemar membaca buku. Namun maslow
hanya sementara tidak menyukai dirinya pribadi. Ia sadar akan potensi yang dimilikinya,
serta menjadi bapak psikologi humanistic populer yang mendorong adanya perubahan
social yang positif.
Sesudah kebutuhan fisiologis tercukupi, maka timbul kebutuhan akan rasa aman.
Manusia yang beranggapan tidak berada dalam keamanan membutuhkan
keseimbangan dan aturan yang baik serta berupaya menjauhi hal-hal yang tidak
dikenal dan tidak diinginkan. Kebutuhan rasa aman menggambarkan kemauan
mendapatkan keamanan akan upah-upah yang ia peroleh dan guna menjauhkan
dirinya dari ancaman, kecelakaan, kebangkrutan, sakit serta marabahaya. Pada
pengorganisasian kebutuhan semacam ini Nampak pada minat akan profesi dan
kepastian profesi, budaya senioritas, persatuan pekerja atau karyawan, keamanan
lingkungan kerja, bonus upah, dana pensiun, investasi dan sebagainya.
Sesudah kebutuhan fisiologikal dan rasa aman tercukupi, maka fokus individu
mengarah pada kemauan akan mempunyai teman, rasa cinta dan rasa diterima.
Sebagai makhluk social, seseorang bahagia bila mereka disukai serta berupaya
mencukupi kebutuhan bersosialisasi saat di lingkungan kerja, dengan cara
meringankan beban kelompok formal atau kelompok non formal, dan mereka
bergotong royong bersama teman setu tim mereka di tempat kerja serta mereka
berpartisipasi dalam aktifitas yang dilaksanakan oleh perusahaan dimana mereka
bekerja.
Dalam konteks pembelajaran, kehadiran teori Maslow tentang motivasi dapat menjadi
satu rujukan ilmiah dalam membangun motivasi sumber daya Manusia (SDM) dalam
dunia pendidikan. Motivasi dalam pembelajaran akan mendorong siswa agar
mengembangkan potensinya secara maksimal. Sehingga untuk membangun motivasi
dalam konteks ini membutuhkan kerangka teori yang membahas kebutuhan manusia
secara menyeluruh
Adapun implikasi positif teori ini ke dalam pembelajaran PAI adalah sebagai berikut: