MALAPRAKTIK
Disusun Oleh :
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan
makalah Etika Hukum Kesehatan yang Berjudul “ MALAPRAKTIK” tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti
halnya pepatah “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu kai mengharapkan kritik
dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
selanjutnya. Apabila ada kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan ataupun dalam
ejaan kami mohon maaf. Semoga malah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malpraktek (malapraktek) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan
praktik atau praktek. Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk.
Praktik (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Purwadarminta, 1976) atau
praktik (Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka kementrian Pendidikan
Malaysia, 1971) berarti menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori
atau menjalankan pekerjaan (profesi). Jadi, malpraktik berarti menjalankan
pekerjaan yang buruk kualitasnya, tidak lege artis, tidak tepat. Malpraktik
tidak hanya terdapat dalam bidang kedokteran, tetapi juga dalam profesi lain
seperti perbankan, pengacara, akuntan publik, dan wartawan. Dengan
demikian, malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian atau kegagalan
seorang dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam
mengobati pasien atau orang cedera menurut ukuran di lingkungan yang
sama.
Perkembangan pendidikan kebidanan berjalan seiring dan selalu
berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Dalam
perkembangannya, selalu mengikuti tuntutan atau kebutuhan masyarakat di
satu sisi, di sisi lain pun mengikuti sistem manajemen modern serta
pelayanan yang semakin modern pula. Bidan merupakan suatu profesi
dinamis yang harus mengikuti perkembangan era ini. Oleh karena itu bidan
harus berpartisipasi mengembangkan diri mengikuti permainan global.
Partisipasi ini dalam bentuk peran aktif bidan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan, pendidikan dan organisasi profesi.3 Defenisi bidan menurut
Internasional Confederation Of Midwives (ICM) ke 27, bulan Juli 2005,
yang diakui oleh Who dan Federation of Internasional Gynecologist
obstetrition (FIGO), “ Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program
pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau
memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan , asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup
upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi kepada
ibu dan anak , dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawatan daruratan. Bidan mempunyai tugas
penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi. Bidan dapat praktik di berbagai tatanan pelayanan, termasuk di
rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. IBI
menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus
dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di
wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan.
Mengingat besarnya tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam
melayani masyarakat, pemerintah bersama dengan IBI telah mengupayakan
pendidikan bagi bidan agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu
memberikan pelayanan yang berkualitas dan dapat berperan sebagai tenaga
kesehatan professional. Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah semakin
banyaknya bidan memiliki izin untuk melakukan kegiatan medis dengan
begitu mudahnya, sehingga memungkinkannya muncul bidan-bidan yang
tidak berkompeten dan dalam skripsi ini dibahas mengenai malpraktik yang
terjadi akibat dari bidan-bidan yang tidak berkompeten tersebut. Penulis
tertarik untuk membahas dari segi malpraktik dan hukum terhadap rumusan-
rumusan masalah yang akan dibahas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu malpraktik?
2. Apa saja jenis – jenis malpraktik
3. Apa saja kasus-kasus malpraktik
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang malapraktik dan jenis jenisnya
2. Mengetahui apa saja kasus – kasus dalam malpraktik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Malpraktik
Pengertian malpraktik medik di dalam Black’s Law Dictionary ; Malpraktik
adalah sikap – sikap tindakan yang salah, kekurangan keterampilan dalam
ukuran tingkat yang tidak wajar. Iatilah ini umumnya dipergunakan terhadap
sikap tindak dari dokter, pengacara, dan akuntan. Pengertian malpraktek ada
berbagai macam pendapat dari para sarjana mengenai malpraktik. Masing –
masing pendapat itu diantaranya adalah sebagai berikut :
3.
4. Danny Wiradharma memandang malpraktik dari sudut tanggung jawab
dokter yang berada daalm suatu perkaitan dengan pasien, yaitu
doktertersebut melakukan praktik buruk.
5. Kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga menyebutkan istilah malpraktik
dengan malpraktik yang diartikan dengan “praktik kedokteran yang salah,
tidak tepat, menyalahi undang – undang atau kode etik.
Pasal 11 UU 6 / 1963 tentang kesehatan menyatakan dengan tidak
mengurangi ketentuan dalam KUHP dan UU lain terhadap tenaga kesehatan
dapat dilakukan tindakan administrative dalam hal sebagai berikut :
a. Melalaikan kewajiban
b. Melakukan suatu hal yang tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga
kerja kesehatan mengingat sumpah jabatan maupun mengingat
sumpah sebagai kesehatan.
c. Melanggar ketentuan undang – undang ini.
Mala praktik secara umum, seperti disebutkan diatas, teori tentang kelalaian
melibatkan lima elemen:
1. Tugas yang mestinya dikerjakan.
2. Tugas yang dilalaikan.
3. Kerugian yang ditimbulkan.
4. Penyebab.
5. Antisipasi yang dilakukan
B. Unsur Malpraktik
Terdiri dari empat (4) unsur yang harus diterapkan untuk membuktikan bahwa
malpraktik atau kelalaian telah terjadi (Vetsal.1995):
1. Kewajiban (duty).
Saat terjadinya cedera terkait dengan kewajibannya yaitu kewajiban
mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau
setidak – tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan
standar profesi.
Contoh:
Perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk:
a. Pengkajian yang aktual bagi pasien yang ditugaskan untuk memberikan
asuhan keperawatan.
b. Mengingat tanggung jawab asuhan keperawatan profesional untuk
mengubah kondisi klien.
c. Kompeten melaksanakan cara – cara yang aman untuk klien.
2. Breach oh the duty (tidak melaksanakan kewajiban).
Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang
dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standart profesinya.
Contoh :
a. Gagal mencatat atau melaporkan apa yang dikaji dari pasien. Seperti
tingkat kesadaran pada saat masuk.
b. Kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan
sebagai kebijakan rumah sakit.
c. Gagal melaksanakan dan mendokumentasikan cara – cara pengamanan
yang tepat (pengamanan tempat tidur, restrain, dan lainnya.)
3. Proximate caused
Sebab akibat : Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait
dengan cedera yang di alami klien.
Contoh :
Cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran
terhadap kewajiban perawat terhadap pasien atau gagal menggunakan cara
pengaman yang tepat yang menyebabkan klien jatuh dan mengakibatkan
fraktur.
4. Injury (Cedera)
Seorang mengalami cedera atau kerusakan yang dapat dituntut secara
hukum.
Contoh :
Fraktur panggul, nyeri, waktu rawat inap lama memerlukan rehabilitasi.
Dokter atau petugas kesehatan dikatakan melakukan malpraktik jika :
1. Kurang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yangn
sudah berlaku umum di kalangan profesi kesehatan.
2. Melakukan pelayanan kesehatan dibawah standar profesi.
3. Melakukan kelalaian berat atau memberikan pelayanan dengan ketidak
hati – hatian.
4. Melakikan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.
2. Malpraktik Etik
Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga kesehatan
melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai
tenaga kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan etik kedokteran ini
mempunyai dua sisi dimana satu sisi saling terkait dan saling pengaruh
mempengaruhi, yaitu etik jabatan atau medical ethics, yang menyangkut
maalah yang berhubungan dengan sikap para dokter terhadap sejawatnya,
sikap dokter terhadap pembantunya dan sikap dokter terhadap masyarakat.
sedangkan etik asuhan atau ethics of the medical care, yaitu merupakan etik
kedokteran dalam kehidupan sehari-hari mengenai sikap dan tindakan
seorang dokter terhadap penderita yang menjadi tanggung jawabnya.
Pelanggaran terhadap terhadap ketentuan Kode Etik Kedokteran ada yang
merupakan pelanggaran etik semata-mata, tetapi ada juga merupakan
pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum yang dikenal dengan
istilah pelanggaran etikologal.Lebih lanjut bentuk-bentuk pelanggaran etik
kedokteran adalah sebagai berikut :
2. Malpraktik Pidana.
Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau
mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau
kurang cermat dalam melakukan upaya perawatan terhadap pasien
yang meninggal dunia atau cacat tersebut. Pelanggaran dokter dapat
diklasifikasikan sebagai perbuatan yang memenuhi aspek hukum
pidana apabila memenuhi syaratsyarat tertentu dalam tiga aspek,
yaitu (Bambang Tri Bawono, 2011: 3):
Syarat dalam sikap batin dokter.
Sikap batin adalah sesuatu yang ada dalam batin sebelum
seseorang berbuat. Sesuatu yang ada dalam alam batin ini
dapat berupa kehendak, pengetahuan, pikiran, perasaan dabn
apapun yang melukiskan keadaan batin seseorang sebelum
berbuat.
Syarat dalam perlakuan medis.
Perlakuan medis, yakni wujud dan prosedur serta alat yang
digunakan dalam pemeriksaan untuk memnperioleh data-data
medis, menggunakan data-data medis dalam mendiagnosis,
cara atau prosedur dan wujud serta alat terapi, bahkan
termasuk pula perbuatan-perbuatan dalam perlakukan pasca
terapi. Syarat lain dalam aspek ini adalah kepada siapa
perlakuan medis itu diberikan dokter.
Syarat mengenai hal akibat.
Akibat yang boleh masuk pada lapangan malpraktik
kedokteran harus akibat yang merugikan pihak yang ada
hubungan hukum dengan dokter. Sifat akibat dan letak hukum
pengaturannya menentukan kategori malpraktek kedokteran
antara malpraktek pidana at au perdat a. Dari sudut hukum
pidana akibat yang merugikan masuk dalam lapangan pidana
apabila jenis kerugian disebut dalam rumusan kejahatan
menjadi unsur tindak pidana akibat kematian atau luka
merupakan unsur dalam ketentuan Pasal 359 dan Pasal 360
KUHPidana dan masuk kategori malpraktek pidana.
2. Operasi testis yang salah. Seorang Veteran Air Force Benjamin Houghton
mengalami gangguan salah satu testisnya. Dia mengeluh sakit dan
mengalami penurunan mentalitas dan testis sebelah kiri. Oleh sebab itu
dokter memutuskan untuk menjadwalkan operasi, untuk membuang salah
satu testisnya karena takut ada kanker. Namun apa yang terjadi? apa yang
dibuang oleh dokter keliru. Dia justru membuang testis yang sehat, yakni
sebelah kanan. Benjamin Houghton dan istrinya kemudian mengajukan ganti
rugi sebesar USD 200 ribu karena kesalahan fatal tersebut.
5. Bedah jantung salah. Dua bulan setelah dua kali operasi bypass jantung
untuk menyelamatkan hidupnya, pelawak dan mantan pembawa acara
Saturday night live cast, dana cervey mendapat berita bahwa ahli bedah
jantung yang telah mengoperasi salah artery. Butuh waktu lagi untuk
mengoperasi, dan memperbaiki kesalahan yang mengancam membunuh pria
45 tahun itu. Dia kemudian menuntut rumah sakit USD 7,5 juta. Carvey
kemudian membawa perkara ke pengadilan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian malpraktik medik di dalam Black’s Law Dictionary ;
Malpraktik adalah sikap – sikap tindakan yang salah, kekurangan keterampilan
dalam ukuran tingkat yang tidak wajar. Iatilah ini umumnya dipergunakan
terhadap sikap tindak dari dokter, pengacara, dan akuntan.
B. SARAN
Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum,
untuk meningkatkan dan memberi landasan hukum serta menata kembali
berbagai perangkat hukum yang mengatur pengelenggaraan praktik, agar dapat
berjalan sesuai dengan perkembangan ilmu, dan tidak menimbulkan mapraktik
lainnya yang dapat merugian klien / pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Adami Chazawi. 2007. Malpraktik Kedokteran Tinjauan Norma Dan Doktrin Hukum,
Malang: Bayu MediaPublishing.
Ade Benih, 2014, Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika. Ahmad Busro, 2012,
Hukum Perikatan Berdasar Buku III KUH Perdata, Cetakan ke-2, Yogyakarta: Pohon
Cahaya.
A’an Efendi dan Freddy Poernomo, 2017, Hukum Administrasi, Jakarta: Sinar Grafika.
Anny Isfandyarie. 2005. Malpraktek Dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Bambang Hartono, 2010, Promosi Kesehatan di Puskesmas dan di Rumah Sakit,
Jakarta: Rineka Cipta.
Bahder Johan Nasution, 2013, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter,
Cetakan ke-2, Jakarta: Rineka Cipta.
Cecep Triwibowo, 2014, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika.
Eisenberg. 1976. Private Ordering Trough Negotation : Dispute Settlement and Rule
making , 89 Harv.L. Fifth UN Congres, Report,1976,hal 4.Lihat dalam Nyoman Serikat
Putra Jaya, 2008, Beberapa Pemikiran ke Arah Pengembangan Hukum Pidana,
Bandung:Citra Aditya Bakti.
Fred Ameln, 1991, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Jakarta: Grafikatama Jaya.
Hasmi, 2016, Metode Penelitian Kesehatan, Bogor: In Media.
Hendrik, 2010, Etika & Hukum Kesehatan, Jakarta: EGC.
Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Kedokteran (Studi tentang hubungan hukum
dalam mana dokter sebagai salah satu pihak), Bandung: Citra Aditya Bakti.