INTERAKSI (H-A-E) TRIAS EPIDEMIOLOGI YANG MENIMBULKAN
PENYAKIT DEMENSIA ALZHEIMER Mata Kuliah : Dasar Epidemiologi Dosen Pengampu : Zata Ismah, SKM, M.K.M
Disusun Oleh : Uli Syahri Rizki 0801193265
Kelas : IKM 6 SEM 3
FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA T.A 2020/2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses terbentuknya penyakit diakibatkan terdapatnya nteraksi antara “agen” ataupun aspek pemicu penyakit, manusia bagaikan “pejamu” ataupun “host”, serta aspek area/lingkungan “environment” yang menunjang. Kata Demensia menggambarkan serangkaian indikasi, ialah kehabisan memori, kesusahan dalam berpikir serta pemecahan permasalahan. Demensia terjadi kala otak hadapi kehancuran sebab penyakit, semacam Alzheimer ataupun juga serangkaian stroke. Penyakit Alzheimer merupakan pemicu sangat universal penyakit demensia. Sejauh sakit aktif zat kimia serta struktur otak berubah, sehingga menimbulkan ketewasan pada sel- sel otak. Sebutan Demensia Alzheimer menjelaskan serangkaian indikasi yang mencakup pergantian keadaan hati, permasalah komunikasi, serta penalaran. Indikasi ini terjalin kala otak hadapi kehancuran oleh penyakit ataupun keadaan tertentu yang terbilang penyakit Alzheimer. Alzheimer Demensia merupakan penyakit progresif yang diawali dengan kehabisan ingatan ringan yang bisa jadi menimbulkan hilangnya keahlian dalam bercakp- cakap serta merespons area sekitar. Penyakit Alzheimer secara sungguh- sungguh bisa mempengaruhi keahlian seorang dalam melaksanakan kegiatan sehari- hari. Penyakit ini bernagsur-angsur menimbulkan lebih banyak bagian orang yang rusak. 1.2 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui apa itu penyakit Demensia Alzheimer 2. Mengetahui Bagaimana Interaksi Host, Agent, dan Environment Penyakit Demensia Alzheimer BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyakit tidak menular ialah pemicu utama banyaknya orang meninggal serta kecacatan di seluruh dunia. Inisiatif yang memajukan penangkalan serta pengendalian penyakit tidak menular menunjang tujuan kemanan kesehatan global dalam sebagian metode awal, dalam menanggulangi kebutuhan kesehatan yang umumnya memerlukan perawatan jangka panjang, program- program ini bisa berperan dalam platform yang diperlukan untuk kesiapsiagaan darurat di area dengan sumber energi rendah, kedua, dengan tingkatkan kesehatan penduduk, program tersebut bisa jadi menolong pengurangan kerentanan terhadap wabah penyakit menular. Terakhir, dengan tujuan untuk mengurangi beban ekonomi yang terpaut dengan penyakit prematur serta kematian akibat penyakit tidak menular, inisiatif ini berkontribusi pada tujuan pembangunan international, dengan demikian menolong peningkatan kapasitas negara secara totalitas buat paham darurat. 2.2 Sejarah Penyakit Alzheimer Penemu penyakit Alzheimer ialah dokter Alois Alzheimer. Dokter Alois Alzheimer lahir pada tahun 1864 di Markbreit di Batavia, Jerman Selatan. Ia sangat ulung dalam sains di sekolah. Ia belajar kedokteran di Berlin, Aschaffenburg, Tübingen dan Würzburg di mana ia lulus dengan gelar dokter, pada tahun 1887. Pada saat ia bekerja di rumah sakit jiwa mulai tertarik tentang riset mengenai korteks otak manusia. Alzheimer menjadi asisten peneliti Emil Kraepelin di sekolah kedokteran Munich pada tahun 1903. Ia membuat laboratorium baru untuk penelitian otak. Pada tahun 1906 Alzheimer memberikan orasi yang membuat dirinya naik daun. Isi dari orasi tersebut adalah, Alzheimer mengidentifikasi ‘penyakit yang tidak biasa pada korteks serebral” yang menimpa wanita berumur 50 tahun yang bernama Auguste D, yang menyebbakan hilangnya ingatan, disorientasi, halusinasi dan pada akhirnya mengalami kematian pada umur 55 tahun. Post –mortem memperlihatkan berbagai kelainan dari otak korteks serebral lebih tipis dari biasanya serta plak pikun, yang sebelumnya hanya ditemukan pada orang tua, ditemukan di otak bersama dengan kusut neurofibrillary. Alzheimer memiliki akses ke noda baru serta dapat mengidentifikasi kusut saraf yang belum pernah dijelaskan sebelumnya. Kraepelin menamai penyakit itu Alzheimer. 2.2.1 Pengertian Demensia Alzheimer Penyakit Alzheimer adalah tipe Demensia yang menimbulkan permasalahan pada ingatan, pemikiran, bahasa, serta sikap. Diawali dengan kehabisan ingatan ringan, dan indikasi perlahan- lahan dapat memburuk bersamaan waktu. Demensia merupakan sebutan universal kadaan yang menimbulkan hilangnya memori lumayan parah sehingga dapat pengaruhi keahlian seorang buat melaksanakan kegiatan sehari- hari. Terdapat banyak tipe demensia, namun Alzheimer adalah jenis yang sangat universal. Alzheimer merupakan tipe demensia universal walaupun demensia mayoritas melanda orang berusia yang lebih tua, itu tidaklah bagian dari penuaan wajar. Penyakit Alzheimer ini yakni kasus kemerosotan guna tenaga pemikiran seorang orang. Alzheimer, membuat kehancuran pada sel- sel otak serta saraf. Neurokimia adalah bahan yang membawa informasi dalam otak terutamanya penyimpanan informasi. Penyakit Alzheimer ini biasanya sangat sukar buat ditemukan dari dini karena ciri- karakteristik penyakit ini umumnya sukar buat dikenal tentu pada dini awal. 2.3 Faktor Agent Penyakit Demensia Alzheimer Agent adalah organisme hidup yang menyebabkan penyakit. a. Penyebab Kausal (Primer) Faktor yang dapat menyebabkan penyakit: - Biologis : Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing, Jamur, dan Insekta. - Nutrisi : Protein, Lemak, Hidrat, Vitamin, dan Mineral. - Kimiawi : Zat- zat beracun. - Psikis : Gangguan jiwa & gangguan tingkah laku sosial. - Fisika : Irisan, Tikaman, Pukulan, dan Luka bakar. b. Penyebab non- kasual (Sekunder) Unsur pembantu sebab-akibat terjadinya penyakit. - Antigenitisi : Kemampuan agen merangsang mekanisme pertahan tubuh pejamu - Infektifitas : Keahlian buat menimbulkan perdangan didalam host yang rentan - Patogenesis : Kemampuan memunculkan penyakit di dalam host - Virulensi : Aspek keganasan/ derajat kehancuran yang disebabkan benih penyakit 2.4 Penyebab Alzheimer Faktor dini penderita demensia ialah penyakit Alzheimer persentasenya sekitar 50-60% dan pemicu lainnya adalah cerebrovaskuler persentasenya sekitar 20%. Penyakit ini merupakan penyakit turunya fungsi jaringan (degeneratif) otak serta pemicu sangat universal dari demensia. Alzheimer ialah perwujudan dini penyakit semacam demensia yang bertahap bisa merendahkan kondisi tubuh sampai menyebabkan kehilangan nyawa pada penderita. Penyakit ini diprediksi karena terjadinya penumpukan protein beta-amyloid yang menimbulkan tempelan/ plak yang bisa mengakibatkan kendala komposisi kerja saraf pada otak. Tetapi, sebab terjadinya minfolding protein, plak bisa merangsang kematian saraf. Penyebab lainnya dari penyakit alzheimer adalah sebagai berikut : a. Kekurangan vitamin yang menyebabkan malnutrisi, obesitas b. Penggunaan tembakau c. Konsumsi Alkohol d. Kolestrol e. Gaya hidup, lngkungan masyarakat f. Terlalu banyak pikiran, depresi, stress g. Aktivitas, dll
2.5 Faktor HOST Penyakit Alzheimer
Aspek Host ialah manusia ataupun dapat pula makhluk hidup yang lain, contohnya burung serta antropoda yang jadi tempat terbentuknya proses alamiah pertumbuhan penyakit. Jadi host tidak cuma terbatas pada manusia serta hewan saja namun pula yang lain dapat menjadi host. Dibawah ini merupakan aspek yang ada pada diri manusia yang bisa mempengaruhi munculnya penyakit a. Umur & Tipe Kelamin Ada kecenderungan penyakit Alzheimer yang melanda pada umur tertetu, aspek risiko terbanyak terbentuknya pemicu penyakit demensia alzheimer adalah umur. Demensia alzheimer menyerang mayoritas orang pada umur 65-80. Mayoritas orang yang terkena Alzheimer berusia di atas 65 tahun. terdapat pula sebagian orang yang dinyatakan terserang Alzheimer saat sebelum ia berumur 65 tahun, disebut Young Onset Alzheimer’s Disease (YOAD). Umumnya pengidap YOAD ini mulai hadapi keluhan di umur 40-50an. penyakit Demensia Alzheimer pada usia muda sangatlah, hanya dibawah satu persen dari jumlah orang yang hadapi Alzheimer. Pada tahun 2010 ada 35,6 juta orang di dunia yang mengidap demensia, diperkirakan pada tahun 2030 orang yang mengidap demensia bertambah menjadi 65,7 juta serta pada tahun 2050 naik menjadi 115, 4 juta orang yang terkena demensia alzheimer. Prevalensi demensia jenis alzheimer bertambah bersamanan bertambahnya umur. Buat seorang yang berumur 65 tahun pada pria prevalensinya sekitar 0,6 % dan pada wanita 0,8%. Pada umur 90 tahun, prevalensiya menggapai 21%. Kenaikan persentase pada umur 69sebanyak 0,5%, tahun pada umur 70-74 tahun naik menjadi 1% , pada umur 75-79 tahun naik lagi 2% , pada 80-84 tahun naik hingga 3% dan pada umur 85 tahun naik hingga 8%. Wanita menjadi jenis kelamin yang tingkat prevalensinya demensia lebih besar dibanding dengan pria akibat dari hormon estrogen yang dimiliki wanita, serta umur wanita lebih panjang dibanding dengan pria. b. Status Gizi Kekurangan vitamin bisa menimbulkan malnutrisi sebab nutrisi yang kurang, dimana konsumsi santapan yang tidak memenuhi kepentingan gizi yang diperlukan buat menjaga kesehatan. Tingginya kandungan homosistein bisa merusak serta membahayan sel- sel otak, sehingga menimbulkan hilangnya memori kehidupan, nutrisi yakni penentu utama kesehatan, guna pikiran, guna badan, kognitif, vitalitas, mutu hidup, serta umur. Sumber gizi berbentuk makronutrein serta mikronutrein. 1. Makronutrein merupakan zat keperluan tubuh dalam jumlah besar, yang digunakan menjadi sumber tenaga. 2. Mikronutrein merupakan zat keperluan tubuh agar dapat melindungi kesehatan badan dalam jumlah secukupnya. Konsumsi mikronutrein sangat dibutuhkan oleh para lansia. Ada bebebrapa fakta guna khasiat suplementasi vitamin terhadap guna kognitif serta pengobatan suatu ulkus. Suatu riset menampilkan kalau suplmentasi mikronutrein dalam jumlah sedang seperti konsumsi (vitamin, copper, selenium, iodine, zinc) bisa memperbaiki skor uji kognitif. Pemakaian vitamin E didalam santapan makanan juga dapat mengurangi efek penyakit Demensia Alzheimer. Mengkonsumsi ikan dalam waktu 1 kali dalam seminggu bisa mecegah risiko terkena penyakit alzheimer sebanyak 60%, dibanding dengan orang yang tidak mengkonsumsi ikan. c. Sosial Ekonomi & Life Style Biasanya aspek kurang gizi pada orang yang terkena penyakit alzheimer antara lain hidup sendiri, permasalahan ekonomi, serta pola pengurangan berat badan. Seseorang yang hidup sendiri, paling utama kalangan laki- laki, kerap menimbulkan pergantian pola konsumsi makanan tidak baik. Lansia yang hadapi permasalahan ekonomi, seperti orang miskin ataupun orang yang menghasilkan uang di bawah rata-rata, bisa disimpulkan bahwa mereka tidak sanggup untuk memakan-makanan yang bergizi, dikarenakan ketidak mampuan dalam membeli konsumsi 4 sehat 5sempurna. d. Status Perkawinan Studi yang dicoba oleh para pengamat dari University Collage London ini, meninjau kenyataan dari 15 studi, orang- orang yang tidak pernah menikah memiliki dampak 42% terskena Demensia Alzheimer, dibandingkan yang pernah menikah. Mereka yang jadi duda ataupun janda aspek terserang penyakit Demensia sekitar 20%. e. Penyakit Terdahulu Sebagian Penyakit terdahulu yang dapat menyebabkan seseorang terkena Demensia Alzheimer, antara lain adalah : 1. Di umur pertengahan, seseorang yang terkena tekanan darah tinggi, dapat menjadi pemicu penyakit alzheimer. 2. Cedera pada otak juga dapat menyebabkan risiko tinggi terkena alzheimer. Biasanya cedera otak ini dikarenakan sentakan atau pukulan yang pernah mengenai bagian kepala. 3. Penyakit DM (Diabetes Melitus) di umur 40-50 tingkatkan risiko mild cognitive impaiment, seluruh tipe demensia. f. Hereditas Gen orang tua yang mengidap penyakit Alzheimer untuk diturunkan kepada anak tampaknya sangat kecil. Mereka yang mempunyai orang tua ataupun saudara kandung yang terserang demensia lebih bisa jadi meningkatkan demensia sendiri.Young Onset Alzheimer’s Disease (YOAD), ini mulai menghadapi keluhan serta mempunyai aspek risiko genetik yang kuat serta wajib dibuktikan dari cek genetic (Familial Alzheimer’s Disease/FAD). Permasalahan demensia Alzheimer pada orang muda biasanya berkaitan dengan aspek genetik. Alasannya orangtua yang hadapi demensia Alzheimer pula menurunkan penyakitnya itu kepada anaknya. Teatpi persentase permasalahan demensia Alzheimer pada orang muda sangat kecil. g. Imunitas Peranan imun secara alamiah dalam perantara neuroinflamasi pada Demensia Alzheimer, yang dibawa oleh mikroglia serta astrosit, kala ini dipandang sebagai pemegang peranan yang terutama dalam pathogenis penyakit ini. Tidak hanya itu, imunitas adaptif pula memegang peranan penting berarti dalam merespon cedera pada system saraf pusat (SSP), walaupun dampak pada imunitas ini, yang kebanyakan dimediasi oleh sel T dan B, lebih jelas terlihat pada penyakit neuroinflamasi semacam multiple sclerosis (MS). 2.6 ENVIRONMENT (LINGKUNGAN) Merupakan faktor lingkungan dimana host berada dan agent akan menyebar. Environment ini terbagi menjadi 3 bagian, antara lain adalah : 1. Biologis : Flora, Fauna 2. Fisik : Cuaca, Udara, Geografis, Unsur Kimiawi 3. Sosial : Sosial Budaya, Agama, Ekonomi, Politik, Sistem Organisasi, dan Peraturan, Diketahui bahwa penyakit Alzheimer, lebih banyak ditemukan di bagian America- Africa. Di America menampilkan kejadian penyakit Demensia & Alzheimer kira- kira lebih besar dampaknya dikawasan bagian Amerika dan Afrika, kulit gelap serta hispanik (keturunan). Prevalensi Demensia serta Alzheimer lebih rendah di negara Asia. Tidak hanya itu prevalensi Demensia dikawasan orang Jepang lebih rendah daripada kawasan negara Jepang dan Amerika yang tinggal di Hawaii. Riset di Singapore yang mayoritas masyarakatnya etnis Tiongkok prevalensi Demensia sebesar 1,26%, jika dibandingkan etnis Melayu dan Cina, etnis Melayu 2 kali lebih berpotensi terkena penyakit alzheimer daripada etnis Cina. Aspek mutu pembelajaran juga dapat menjadi penyebab Alzheimer Demensia. Dalam kelompok yang terdiri dari lebih 2.400 orang yang ditindaklanjuti sampai 21 tahun, pembelajaran umur dini yang lebih bermutu berhubungan dengan kinerja bahasa serta memori yang lebih baik, serta risiko demensia di umur lanjut lebih rendah. Hasilnya agak berbeda antara laki- laki dan perempuan, serta antara kulit putih dan kulit gelap, pada riset tersebut. Orang yang bersekolah di negeri bagian dengan mutu pembelajaran yang lebih rendah hadapi penyusutan lebih kilat dalam memori serta bahasa bagaikan orang berusia yang lebih tua. Tapi faktor keadaan sekitar yang dapat berperan pada munculnya penyakit Alzheimer masih tetap harus dipelajari. Riset menyebutkan bahwa kekhawatiran paparan aluminium dapat menjadi salah satu penyakit alzheimer, tetapi pada akhirnya pendapat ini diabaikan. Seseorangan dengan keuangan yang lumayan pula bisa terserang demensia alzheimer, disebabkan ketidak perduliannya dalam melindungi kesehatan makanan dan gaya hidup 2.7 Pencegahan Penyakit Alzheimer Beberapa hal yang dapat mencegah penyakit Demensia Alzheimer: 1. Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti (makro-mikro nutrein) dengan porsi yang tepat. mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung vit. B6, B12, serta asam folat bisa mengurangi kendala kognitif serta Demensia sebab dapat mengurangi peningkatan kandungan homosistein plasma, homosistein dikenal bisa menimbulkan pergantian patologi lewat mekanisme vaskuler serta neurotoksik langsung. 2. Rutin melakukan Berolahraga 3. Tidak merokok, dan mengkonsumsi alkohol 4. Jika sudah terkena penyakit terlebih dahulu seperti diabetes dan penyakit kronis lainnya, dipastikan harus tetap rutin mengkonsumsi obat. 5. Jika terkena obesitas, dianjurkan untuk menurunkan berat badan secara aman 2.8 Pengobatan Penyakit Alzheimer Agar penderita dapat menjalani kehidupan sehari- hari dengan baik, berikut beberapa cara yang dilakukan saat seseorang terkena demensia alzheimer : 1. Mengkonsumis obat yang diresepkan oleh dokter 2. Mengkonsumsi makanan, kaya dengan vit. B6,B12, dan vit. E. 3. Psikoterapi juga dapat dilakukan a. Stimulasi kognitif : meningkatkan daya ingat b. Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif : mengurangi kecemasan atau delusi. 2.9 Interaksi TRIAS EPIDEMIOLOGI H-A-E dengan Penyakit Demensia Alzheimer. Periode prepatogenesa: 1. Posisi seimbang HAE : seseorang yang dalam keadaan sehat, tidak ada pengaruh dari lingkungan yang buruk atau benih penyakit. 2. Posisi tidak seimbang pada lingkungan: posisi ketidakselarasan pada lingkungan mengakibatkan mudahnya penyebaran agent 3. Posisi tidak seimbang pada lingkungan : posisi ketidakselarasan pada lingkungan berakibat pada perubahan faktor host 4. Posisi tidak seimbang pada faktor agent: mengakibatkan perubahan virulensi agent, terdapat agent baru dan mutasi agent. 5. Perubahan pada faktor host, menyebabkan banyaknya jumlah orang rentan terhadap agent. Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa, Trias Epidemiologi sangat berkaitan hampir dengan seluruh jenis penyakit. Salah satu penyakitnya adalah Demensia Alzheimer. Demensia alzheimer merupakan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang dapat terjadi dikarekan faktor- faktor tertentu, faktor tersebut adalah Host, Agent, dan Environment. Penjelasan faktor host (penjamu) kita dapat menyimpulkan bahwa faktor- faktor penyakit bisa terjadi dikarenakan umur, pengidap alzheimer biasanya berumur 65 tahunan, yang dimana dia mempunyai status kurang gizi (malnutrisi), sosial & ekonomi yang rendah, status perkwaninan yang dimana jika seseorang yang tidak menikah meningkatkan terserangnya penyakit Alzheimer, peyakit terdahulu juga dapat mengakitbatkan kita terkenda penyakit Alzheimer contohnya adalah cedera otak, hereditas, serta imunistas juga dapat meningkatkan kita mempunyai penyakit Alzheimer. Sedangkan faktor Agent, adalah faktor penyebab penyakit Alzheimer, yang dapat disebabkan oleh Agent kausal (primer), dan Agent non-kausal (sekunder). Penyakit Alzheime juga bisa terjadi dikarenakan environment (lingkungan), dikarenakan perbedaan pada geografis, sosial budaya dan mutu pembelajaran. Jika kita perjelas tentang periode prepatogenesa, berarti jika segitiganya seimbang maka kesehatan akan menjadi baik, tapi jika antara H-A-E mengalami kenaikan dan penuruanan maka akan mengakibatkan penyakit tesebut. BAB III PEMBAHASAN
3.1 Ayat Yang Berkaitan Dengan Penyakit Dan Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Jurnal INDONESIA:
Ayu Dewi Yulianti, Woelan Handadari, Hubungan antara Tingkat Stress dengan Tindak Kekerasan pada Caregiver Lnasia dengan Demnsia. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya.2013 2(1) Armaidi Darmawan, Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak MENULAR, 2016 (4) 2, 195-201 Budi Riyanto Wreksoatmodjo. Beberapa Kondisi Fisik Dan Penyakit Yang Merupakan Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. 2014. 41 (1) 25-27 Boedhi Darmojo, R, Gerontologi Sosial. Dalam : Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Martono. HH Pranarka k. (eds). Balai PenerbitFKUI. Jakarta, 2010, pp.14-34 Hasril Mulya Budiman, Khairun Nisa Berawi, Eka Cania Buatomi, Mekanisme Rokok dalam Meningkatkan Risiko Penyakit Alzheimer’s. 2018 7(3). Hidayatun Nisa1, Rano K. Sinuraya, Biomaker Mirna-146a Sebagai Deteksi Dini Yang Efektif Untuk Alzheimer,15 (2) Leonardo Arwin, Jihan Nur Pratiwi, Peran Neuroprotektor Astaxanthin Dalam Pencegahan Penyakit Alzheimer, 2020 3 (1) Siyoto, S., &Sodik, M.A (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing. Sumber Jurnal Bahasa Inggris: Alzheimer’s Disease International. Journal World Alzheimer Report 2010 Executive summary. London, 2010. Banerjee S, 2010. Living, well with dementia- development of the national dementia strategy for England, Int J Geriatr Pshychiatry. 25:917-922 Branello, RJ, Bharani, K.L,Padmaraju, V., Chopra, N., Lahiri, D.k., Greig, N.H., et all. 2015 Amyloid-beta-proteinclearance and degradation (ABCD) pathways and their role in Alzheimer’s disease. Curr. Alzheimer Res. 12, 32-46 Bittner D, Heinze JHJ, Kaufmann J. 2013, Association of 1H-MR spectroscopy and cerebrospinal fluid biomakers in alzheimer’s disease: diverging behavior at three different brain regions. J Alzheimers Dis. 36:155-163 Bruno Vellas. Most People can stay fit and healty into old age, 2014 92 (9) 621-696 Chang Li, MD, Yu-Hua Chen, MD, PhD and ke Zhnag, MD, PhD (2020) Neuroprotective Properties and Therapeutic Potential of Bone Marrow- Derrived Microglia in Alzheimer’s Disease Vol.35 : 1-7 Igor O. Korolev 2014. Alzheimer’s Disease: A Clinical and Basic Science Review 04: 24-33 Mark Makery, Elizabeth Mary Goulding Simon, Gengler, Josefine Ulrikke Melchiorsen, Mette marie Rosenkilde, and Christian HO ischer (2020). The Dual GLP-1/GIP Receptor Agonist DA4-JC Shows Superior Protective Properties Compared to the GLP- 1 Analogue Liraglutide in the APP/PS1 MouseModel of Alzheimer’s Disease Vol.35 : 1-11 Sodik, M.A, & Nzilibili, S.M.M. (2017). The Role Of Health Promotion Anda Family Support With Attitude Of Couples Childbearing Age In Following Family. Planning Program In Health. Journal of Global Research Publish Health, 2(2). Steven Lehrer, MD (2014) Nasal NSAIDs for Alzheimer’s Disease Vol.29(5): 401-403 Vandey Shivanand 2010, A Review On Alzheimer’s Disease: Its Cause, Symptoms and Treatmen World wide, 1: 121-118 Sumber Artikel/Website: Alzheimer’s Society. Infographic dementia 2013 The hidden voice of loneliness. Alzheimer’s society UK. 2013 Alzheimer's Association International ConferenceAlzheimer's Risk Factors May Be Measurable in Adolescents and Young Adults. 2020 Alzheimer Indonesia. Alzheimer & Demensia. Alzheimer’s Disease International, Alois Alzheimer. Alzheiemer’s Association, Traumatic Brain Injury 2015 Alzheimer’s Association Green-Field Library, 2019 CDC, 2010, Principles Of Epidemiology In Public Health Practice Atlanta CDC. Principles of Epidemiology in Publis Health Practice, Third Edition An Introduction, Applie Epidemiology an Biostatictic. 2012 Kemenkes. Menkes Lansia Yang Sehat, Lansia Yang Jauh dari Demensia. 2006 Kemenkes, Selamatkan Otak, Peduli Gangguan Demensia/Alzheimer (PIKUN). Komisi Nasional Lanjut usia. Prof 1 Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Komnas Lansia, 2010.