Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

INTERAKSI (H-A-E) TRIAS EPIDEMIOLOGI YANG MENIMBULKAN


PENYAKIT DEMENSIA ALZHEIMER
Mata Kuliah : Dasar Epidemiologi
Dosen Pengampu : Zata Ismah, SKM, M.K.M

Disusun Oleh :
Uli Syahri Rizki 0801193265

Kelas : IKM 6 SEM 3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses terbentuknya penyakit diakibatkan terdapatnya nteraksi antara “agen”
ataupun aspek pemicu penyakit, manusia bagaikan “pejamu” ataupun “host”, serta
aspek area/lingkungan “environment” yang menunjang.
Kata Demensia menggambarkan serangkaian indikasi, ialah kehabisan memori,
kesusahan dalam berpikir serta pemecahan permasalahan. Demensia terjadi kala
otak hadapi kehancuran sebab penyakit, semacam Alzheimer ataupun juga
serangkaian stroke. Penyakit Alzheimer merupakan pemicu sangat universal
penyakit demensia.
Sejauh sakit aktif zat kimia serta struktur otak berubah, sehingga menimbulkan
ketewasan pada sel- sel otak. Sebutan Demensia Alzheimer menjelaskan
serangkaian indikasi yang mencakup pergantian keadaan hati, permasalah
komunikasi, serta penalaran. Indikasi ini terjalin kala otak hadapi kehancuran oleh
penyakit ataupun keadaan tertentu yang terbilang penyakit Alzheimer.
Alzheimer Demensia merupakan penyakit progresif yang diawali dengan
kehabisan ingatan ringan yang bisa jadi menimbulkan hilangnya keahlian dalam
bercakp- cakap serta merespons area sekitar. Penyakit Alzheimer secara sungguh-
sungguh bisa mempengaruhi keahlian seorang dalam melaksanakan kegiatan sehari-
hari. Penyakit ini bernagsur-angsur menimbulkan lebih banyak bagian orang yang
rusak.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu penyakit Demensia Alzheimer
2. Mengetahui Bagaimana Interaksi Host, Agent, dan Environment Penyakit
Demensia Alzheimer
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penyakit tidak menular ialah pemicu utama banyaknya orang meninggal serta
kecacatan di seluruh dunia. Inisiatif yang memajukan penangkalan serta pengendalian
penyakit tidak menular menunjang tujuan kemanan kesehatan global dalam sebagian
metode awal, dalam menanggulangi kebutuhan kesehatan yang umumnya memerlukan
perawatan jangka panjang, program- program ini bisa berperan dalam platform yang
diperlukan untuk kesiapsiagaan darurat di area dengan sumber energi rendah, kedua,
dengan tingkatkan kesehatan penduduk, program tersebut bisa jadi menolong
pengurangan kerentanan terhadap wabah penyakit menular. Terakhir, dengan tujuan
untuk mengurangi beban ekonomi yang terpaut dengan penyakit prematur serta
kematian akibat penyakit tidak menular, inisiatif ini berkontribusi pada tujuan
pembangunan international, dengan demikian menolong peningkatan kapasitas negara
secara totalitas buat paham darurat.
2.2 Sejarah Penyakit Alzheimer
Penemu penyakit Alzheimer ialah dokter Alois Alzheimer. Dokter Alois
Alzheimer lahir pada tahun 1864 di Markbreit di Batavia, Jerman Selatan. Ia sangat
ulung dalam sains di sekolah. Ia belajar kedokteran di Berlin, Aschaffenburg, Tübingen
dan Würzburg di mana ia lulus dengan gelar dokter, pada tahun 1887. Pada saat ia
bekerja di rumah sakit jiwa mulai tertarik tentang riset mengenai korteks otak manusia.
Alzheimer menjadi asisten peneliti Emil Kraepelin di sekolah kedokteran Munich
pada tahun 1903. Ia membuat laboratorium baru untuk penelitian otak. Pada tahun 1906
Alzheimer memberikan orasi yang membuat dirinya naik daun. Isi dari orasi tersebut
adalah, Alzheimer mengidentifikasi ‘penyakit yang tidak biasa pada korteks serebral”
yang menimpa wanita berumur 50 tahun yang bernama Auguste D, yang menyebbakan
hilangnya ingatan, disorientasi, halusinasi dan pada akhirnya mengalami kematian pada
umur 55 tahun. Post –mortem memperlihatkan berbagai kelainan dari otak korteks
serebral lebih tipis dari biasanya serta plak pikun, yang sebelumnya hanya ditemukan
pada orang tua, ditemukan di otak bersama dengan kusut neurofibrillary. Alzheimer
memiliki akses ke noda baru serta dapat mengidentifikasi kusut saraf yang belum
pernah dijelaskan sebelumnya. Kraepelin menamai penyakit itu Alzheimer.
2.2.1 Pengertian Demensia Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah tipe Demensia yang menimbulkan permasalahan
pada ingatan, pemikiran, bahasa, serta sikap. Diawali dengan kehabisan ingatan
ringan, dan indikasi perlahan- lahan dapat memburuk bersamaan waktu.
Demensia merupakan sebutan universal kadaan yang menimbulkan
hilangnya memori lumayan parah sehingga dapat pengaruhi keahlian seorang buat
melaksanakan kegiatan sehari- hari. Terdapat banyak tipe demensia, namun
Alzheimer adalah jenis yang sangat universal. Alzheimer merupakan tipe demensia
universal walaupun demensia mayoritas melanda orang berusia yang lebih tua, itu
tidaklah bagian dari penuaan wajar.
Penyakit Alzheimer ini yakni kasus kemerosotan guna tenaga pemikiran seorang
orang. Alzheimer, membuat kehancuran pada sel- sel otak serta saraf. Neurokimia
adalah bahan yang membawa informasi dalam otak terutamanya penyimpanan
informasi. Penyakit Alzheimer ini biasanya sangat sukar buat ditemukan dari dini
karena ciri- karakteristik penyakit ini umumnya sukar buat dikenal tentu pada dini
awal.
2.3 Faktor Agent Penyakit Demensia Alzheimer
Agent adalah organisme hidup yang menyebabkan penyakit.
a. Penyebab Kausal (Primer)
Faktor yang dapat menyebabkan penyakit:
- Biologis : Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing, Jamur, dan Insekta.
- Nutrisi : Protein, Lemak, Hidrat, Vitamin, dan Mineral.
- Kimiawi : Zat- zat beracun.
- Psikis : Gangguan jiwa & gangguan tingkah laku sosial.
- Fisika : Irisan, Tikaman, Pukulan, dan Luka bakar.
b. Penyebab non- kasual (Sekunder)
Unsur pembantu sebab-akibat terjadinya penyakit.
- Antigenitisi : Kemampuan agen merangsang mekanisme pertahan
tubuh pejamu
- Infektifitas : Keahlian buat menimbulkan perdangan didalam
host yang rentan
- Patogenesis : Kemampuan memunculkan penyakit di dalam
host
- Virulensi : Aspek keganasan/ derajat kehancuran yang disebabkan
benih penyakit
2.4 Penyebab Alzheimer
Faktor dini penderita demensia ialah penyakit Alzheimer persentasenya sekitar
50-60% dan pemicu lainnya adalah cerebrovaskuler persentasenya sekitar 20%.
Penyakit ini merupakan penyakit turunya fungsi jaringan (degeneratif) otak serta
pemicu sangat universal dari demensia.
Alzheimer ialah perwujudan dini penyakit semacam demensia yang bertahap
bisa merendahkan kondisi tubuh sampai menyebabkan kehilangan nyawa pada
penderita. Penyakit ini diprediksi karena terjadinya penumpukan protein beta-amyloid
yang menimbulkan tempelan/ plak yang bisa mengakibatkan kendala komposisi kerja
saraf pada otak. Tetapi, sebab terjadinya minfolding protein, plak bisa merangsang
kematian saraf. Penyebab lainnya dari penyakit alzheimer adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan vitamin yang menyebabkan malnutrisi, obesitas
b. Penggunaan tembakau
c. Konsumsi Alkohol
d. Kolestrol
e. Gaya hidup, lngkungan masyarakat
f. Terlalu banyak pikiran, depresi, stress
g. Aktivitas, dll

2.5 Faktor HOST Penyakit Alzheimer


Aspek Host ialah manusia ataupun dapat pula makhluk hidup yang lain,
contohnya burung serta antropoda yang jadi tempat terbentuknya proses alamiah
pertumbuhan penyakit. Jadi host tidak cuma terbatas pada manusia serta hewan saja
namun pula yang lain dapat menjadi host. Dibawah ini merupakan aspek yang ada pada
diri manusia yang bisa mempengaruhi munculnya penyakit
a. Umur & Tipe Kelamin
Ada kecenderungan penyakit Alzheimer yang melanda pada umur
tertetu, aspek risiko terbanyak terbentuknya pemicu penyakit demensia
alzheimer adalah umur. Demensia alzheimer menyerang mayoritas orang pada
umur 65-80. Mayoritas orang yang terkena Alzheimer berusia di atas 65 tahun.
terdapat pula sebagian orang yang dinyatakan terserang Alzheimer saat sebelum
ia berumur 65 tahun, disebut Young Onset Alzheimer’s Disease (YOAD).
Umumnya pengidap YOAD ini mulai hadapi keluhan di umur 40-50an.
penyakit Demensia Alzheimer pada usia muda sangatlah, hanya dibawah satu
persen dari jumlah orang yang hadapi Alzheimer. Pada tahun 2010 ada 35,6 juta
orang di dunia yang mengidap demensia, diperkirakan pada tahun 2030 orang
yang mengidap demensia bertambah menjadi 65,7 juta serta pada tahun 2050
naik menjadi 115, 4 juta orang yang terkena demensia alzheimer.
Prevalensi demensia jenis alzheimer bertambah bersamanan
bertambahnya umur. Buat seorang yang berumur 65 tahun pada pria
prevalensinya sekitar 0,6 % dan pada wanita 0,8%. Pada umur 90 tahun,
prevalensiya menggapai 21%. Kenaikan persentase pada umur 69sebanyak
0,5%, tahun pada umur 70-74 tahun naik menjadi 1% , pada umur 75-79 tahun
naik lagi 2% , pada 80-84 tahun naik hingga 3% dan pada umur 85 tahun naik
hingga 8%. Wanita menjadi jenis kelamin yang tingkat prevalensinya demensia
lebih besar dibanding dengan pria akibat dari hormon estrogen yang dimiliki
wanita, serta umur wanita lebih panjang dibanding dengan pria.
b. Status Gizi
Kekurangan vitamin bisa menimbulkan malnutrisi sebab nutrisi yang
kurang, dimana konsumsi santapan yang tidak memenuhi kepentingan gizi yang
diperlukan buat menjaga kesehatan. Tingginya kandungan homosistein bisa
merusak serta membahayan sel- sel otak, sehingga menimbulkan hilangnya
memori kehidupan, nutrisi yakni penentu utama kesehatan, guna pikiran, guna
badan, kognitif, vitalitas, mutu hidup, serta umur. Sumber gizi berbentuk
makronutrein serta mikronutrein.
1. Makronutrein merupakan zat keperluan tubuh dalam jumlah besar, yang
digunakan menjadi sumber tenaga.
2. Mikronutrein merupakan zat keperluan tubuh agar dapat melindungi
kesehatan badan dalam jumlah secukupnya. Konsumsi mikronutrein
sangat dibutuhkan oleh para lansia.
Ada bebebrapa fakta guna khasiat suplementasi vitamin terhadap
guna kognitif serta pengobatan suatu ulkus. Suatu riset menampilkan
kalau suplmentasi mikronutrein dalam jumlah sedang seperti konsumsi
(vitamin, copper, selenium, iodine, zinc) bisa memperbaiki skor uji
kognitif. Pemakaian vitamin E didalam santapan makanan juga dapat
mengurangi efek penyakit Demensia Alzheimer.
Mengkonsumsi ikan dalam waktu 1 kali dalam seminggu bisa
mecegah risiko terkena penyakit alzheimer sebanyak 60%, dibanding
dengan orang yang tidak mengkonsumsi ikan.
c. Sosial Ekonomi & Life Style
Biasanya aspek kurang gizi pada orang yang terkena penyakit alzheimer
antara lain hidup sendiri, permasalahan ekonomi, serta pola pengurangan berat
badan. Seseorang yang hidup sendiri, paling utama kalangan laki- laki, kerap
menimbulkan pergantian pola konsumsi makanan tidak baik. Lansia yang
hadapi permasalahan ekonomi, seperti orang miskin ataupun orang yang
menghasilkan uang di bawah rata-rata, bisa disimpulkan bahwa mereka tidak
sanggup untuk memakan-makanan yang bergizi, dikarenakan ketidak mampuan
dalam membeli konsumsi 4 sehat 5sempurna.
d. Status Perkawinan
Studi yang dicoba oleh para pengamat dari University Collage London
ini, meninjau kenyataan dari 15 studi, orang- orang yang tidak pernah menikah
memiliki dampak 42% terskena Demensia Alzheimer, dibandingkan yang
pernah menikah. Mereka yang jadi duda ataupun janda aspek terserang penyakit
Demensia sekitar 20%.
e. Penyakit Terdahulu
Sebagian Penyakit terdahulu yang dapat menyebabkan seseorang terkena
Demensia Alzheimer, antara lain adalah :
1. Di umur pertengahan, seseorang yang terkena tekanan darah tinggi,
dapat menjadi pemicu penyakit alzheimer.
2. Cedera pada otak juga dapat menyebabkan risiko tinggi terkena
alzheimer. Biasanya cedera otak ini dikarenakan sentakan atau
pukulan yang pernah mengenai bagian kepala.
3. Penyakit DM (Diabetes Melitus) di umur 40-50 tingkatkan risiko
mild cognitive impaiment, seluruh tipe demensia.
f. Hereditas
Gen orang tua yang mengidap penyakit Alzheimer untuk diturunkan kepada
anak tampaknya sangat kecil. Mereka yang mempunyai orang tua ataupun saudara
kandung yang terserang demensia lebih bisa jadi meningkatkan demensia
sendiri.Young Onset Alzheimer’s Disease (YOAD), ini mulai menghadapi keluhan
serta mempunyai aspek risiko genetik yang kuat serta wajib dibuktikan dari cek
genetic (Familial Alzheimer’s Disease/FAD).
Permasalahan demensia Alzheimer pada orang muda biasanya berkaitan
dengan aspek genetik. Alasannya orangtua yang hadapi demensia Alzheimer pula
menurunkan penyakitnya itu kepada anaknya. Teatpi persentase permasalahan
demensia Alzheimer pada orang muda sangat kecil.
g. Imunitas
Peranan imun secara alamiah dalam perantara neuroinflamasi pada
Demensia Alzheimer, yang dibawa oleh mikroglia serta astrosit, kala ini dipandang
sebagai pemegang peranan yang terutama dalam pathogenis penyakit ini. Tidak
hanya itu, imunitas adaptif pula memegang peranan penting berarti dalam merespon
cedera pada system saraf pusat (SSP), walaupun dampak pada imunitas ini, yang
kebanyakan dimediasi oleh sel T dan B, lebih jelas terlihat pada penyakit
neuroinflamasi semacam multiple sclerosis (MS).
2.6 ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)
Merupakan faktor lingkungan dimana host berada dan agent akan menyebar.
Environment ini terbagi menjadi 3 bagian, antara lain adalah :
1. Biologis : Flora, Fauna
2. Fisik : Cuaca, Udara, Geografis, Unsur Kimiawi
3. Sosial : Sosial Budaya, Agama, Ekonomi, Politik, Sistem Organisasi,
dan Peraturan,
Diketahui bahwa penyakit Alzheimer, lebih banyak ditemukan di bagian
America- Africa. Di America menampilkan kejadian penyakit Demensia &
Alzheimer kira- kira lebih besar dampaknya dikawasan bagian Amerika dan
Afrika, kulit gelap serta hispanik (keturunan). Prevalensi Demensia serta
Alzheimer lebih rendah di negara Asia. Tidak hanya itu prevalensi Demensia
dikawasan orang Jepang lebih rendah daripada kawasan negara Jepang dan
Amerika yang tinggal di Hawaii. Riset di Singapore yang mayoritas
masyarakatnya etnis Tiongkok prevalensi Demensia sebesar 1,26%, jika
dibandingkan etnis Melayu dan Cina, etnis Melayu 2 kali lebih berpotensi
terkena penyakit alzheimer daripada etnis Cina.
Aspek mutu pembelajaran juga dapat menjadi penyebab Alzheimer
Demensia. Dalam kelompok yang terdiri dari lebih 2.400 orang yang
ditindaklanjuti sampai 21 tahun, pembelajaran umur dini yang lebih bermutu
berhubungan dengan kinerja bahasa serta memori yang lebih baik, serta risiko
demensia di umur lanjut lebih rendah. Hasilnya agak berbeda antara laki- laki
dan perempuan, serta antara kulit putih dan kulit gelap, pada riset tersebut.
Orang yang bersekolah di negeri bagian dengan mutu pembelajaran yang lebih
rendah hadapi penyusutan lebih kilat dalam memori serta bahasa bagaikan orang
berusia yang lebih tua.
Tapi faktor keadaan sekitar yang dapat berperan pada munculnya
penyakit Alzheimer masih tetap harus dipelajari. Riset menyebutkan bahwa
kekhawatiran paparan aluminium dapat menjadi salah satu penyakit alzheimer,
tetapi pada akhirnya pendapat ini diabaikan. Seseorangan dengan keuangan yang
lumayan pula bisa terserang demensia alzheimer, disebabkan ketidak
perduliannya dalam melindungi kesehatan makanan dan gaya hidup
2.7 Pencegahan Penyakit Alzheimer
Beberapa hal yang dapat mencegah penyakit Demensia Alzheimer:
1. Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti (makro-mikro nutrein) dengan
porsi yang tepat. mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung vit. B6,
B12, serta asam folat bisa mengurangi kendala kognitif serta Demensia sebab
dapat mengurangi peningkatan kandungan homosistein plasma, homosistein
dikenal bisa menimbulkan pergantian patologi lewat mekanisme vaskuler serta
neurotoksik langsung.
2. Rutin melakukan Berolahraga
3. Tidak merokok, dan mengkonsumsi alkohol
4. Jika sudah terkena penyakit terlebih dahulu seperti diabetes dan penyakit kronis
lainnya, dipastikan harus tetap rutin mengkonsumsi obat.
5. Jika terkena obesitas, dianjurkan untuk menurunkan berat badan secara aman
2.8 Pengobatan Penyakit Alzheimer
Agar penderita dapat menjalani kehidupan sehari- hari dengan baik, berikut
beberapa cara yang dilakukan saat seseorang terkena demensia alzheimer :
1. Mengkonsumis obat yang diresepkan oleh dokter
2. Mengkonsumsi makanan, kaya dengan vit. B6,B12, dan vit. E.
3. Psikoterapi juga dapat dilakukan
a. Stimulasi kognitif : meningkatkan daya ingat
b. Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif : mengurangi kecemasan atau
delusi.
2.9 Interaksi TRIAS EPIDEMIOLOGI H-A-E dengan Penyakit Demensia
Alzheimer.
Periode prepatogenesa:
1. Posisi seimbang HAE : seseorang yang dalam keadaan sehat, tidak ada pengaruh
dari lingkungan yang buruk atau benih penyakit.
2. Posisi tidak seimbang pada lingkungan: posisi ketidakselarasan pada
lingkungan mengakibatkan mudahnya penyebaran agent
3. Posisi tidak seimbang pada lingkungan : posisi ketidakselarasan pada
lingkungan berakibat pada perubahan faktor host
4. Posisi tidak seimbang pada faktor agent: mengakibatkan perubahan virulensi
agent, terdapat agent baru dan mutasi agent.
5. Perubahan pada faktor host, menyebabkan banyaknya jumlah orang rentan
terhadap agent.
Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa, Trias Epidemiologi sangat
berkaitan hampir dengan seluruh jenis penyakit. Salah satu penyakitnya adalah
Demensia Alzheimer. Demensia alzheimer merupakan penyakit tidak menular. Penyakit
tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang dapat terjadi dikarekan faktor- faktor
tertentu, faktor tersebut adalah Host, Agent, dan Environment.
Penjelasan faktor host (penjamu) kita dapat menyimpulkan bahwa faktor- faktor
penyakit bisa terjadi dikarenakan umur, pengidap alzheimer biasanya berumur 65
tahunan, yang dimana dia mempunyai status kurang gizi (malnutrisi), sosial & ekonomi
yang rendah, status perkwaninan yang dimana jika seseorang yang tidak menikah
meningkatkan terserangnya penyakit Alzheimer, peyakit terdahulu juga dapat
mengakitbatkan kita terkenda penyakit Alzheimer contohnya adalah cedera otak,
hereditas, serta imunistas juga dapat meningkatkan kita mempunyai penyakit
Alzheimer. Sedangkan faktor Agent, adalah faktor penyebab penyakit Alzheimer, yang
dapat disebabkan oleh Agent kausal (primer), dan Agent non-kausal (sekunder).
Penyakit Alzheime juga bisa terjadi dikarenakan environment (lingkungan),
dikarenakan perbedaan pada geografis, sosial budaya dan mutu pembelajaran.
Jika kita perjelas tentang periode prepatogenesa, berarti jika segitiganya seimbang
maka kesehatan akan menjadi baik, tapi jika antara H-A-E mengalami kenaikan dan
penuruanan maka akan mengakibatkan penyakit tesebut.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ayat Yang Berkaitan Dengan Penyakit Dan Kesehatan


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Jurnal INDONESIA:


Ayu Dewi Yulianti, Woelan Handadari, Hubungan antara Tingkat Stress dengan
Tindak Kekerasan pada Caregiver Lnasia dengan Demnsia. Jurnal Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya.2013 2(1)
Armaidi Darmawan, Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak MENULAR,
2016 (4) 2, 195-201
Budi Riyanto Wreksoatmodjo. Beberapa Kondisi Fisik Dan Penyakit Yang Merupakan
Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. 2014. 41 (1) 25-27
Boedhi Darmojo, R, Gerontologi Sosial. Dalam : Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Martono. HH Pranarka k. (eds). Balai PenerbitFKUI. Jakarta, 2010, pp.14-34
Hasril Mulya Budiman, Khairun Nisa Berawi, Eka Cania Buatomi, Mekanisme Rokok
dalam Meningkatkan Risiko Penyakit Alzheimer’s. 2018 7(3).
Hidayatun Nisa1, Rano K. Sinuraya, Biomaker Mirna-146a Sebagai Deteksi Dini Yang
Efektif Untuk Alzheimer,15 (2)
Leonardo Arwin, Jihan Nur Pratiwi, Peran Neuroprotektor Astaxanthin Dalam
Pencegahan Penyakit Alzheimer, 2020 3 (1)
Siyoto, S., &Sodik, M.A (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media
Publishing.
Sumber Jurnal Bahasa Inggris:
Alzheimer’s Disease International. Journal World Alzheimer Report 2010 Executive
summary. London, 2010.
Banerjee S, 2010. Living, well with dementia- development of the national dementia
strategy for England, Int J Geriatr Pshychiatry. 25:917-922
Branello, RJ, Bharani, K.L,Padmaraju, V., Chopra, N., Lahiri, D.k., Greig, N.H., et all.
2015 Amyloid-beta-proteinclearance and degradation (ABCD) pathways and their role
in Alzheimer’s disease. Curr. Alzheimer Res. 12, 32-46
Bittner D, Heinze JHJ, Kaufmann J. 2013, Association of 1H-MR spectroscopy and
cerebrospinal fluid biomakers in alzheimer’s disease: diverging behavior at three
different brain regions. J Alzheimers Dis. 36:155-163
Bruno Vellas. Most People can stay fit and healty into old age, 2014 92 (9) 621-696
Chang Li, MD, Yu-Hua Chen, MD, PhD and ke Zhnag, MD, PhD (2020)
Neuroprotective Properties and Therapeutic Potential of Bone Marrow- Derrived
Microglia in Alzheimer’s Disease Vol.35 : 1-7
Igor O. Korolev 2014. Alzheimer’s Disease: A Clinical and Basic Science Review 04:
24-33
Mark Makery, Elizabeth Mary Goulding Simon, Gengler, Josefine Ulrikke Melchiorsen,
Mette marie Rosenkilde, and Christian HO ischer (2020). The Dual GLP-1/GIP
Receptor Agonist DA4-JC Shows Superior Protective Properties Compared to the GLP-
1 Analogue Liraglutide in the APP/PS1 MouseModel of Alzheimer’s Disease Vol.35 :
1-11
Sodik, M.A, & Nzilibili, S.M.M. (2017). The Role Of Health Promotion Anda Family
Support With Attitude Of Couples Childbearing Age In Following Family. Planning
Program In Health. Journal of Global Research Publish Health, 2(2).
Steven Lehrer, MD (2014) Nasal NSAIDs for Alzheimer’s Disease Vol.29(5): 401-403
Vandey Shivanand 2010, A Review On Alzheimer’s Disease: Its Cause, Symptoms and
Treatmen World wide, 1: 121-118
Sumber Artikel/Website:
Alzheimer’s Society. Infographic dementia 2013 The hidden voice of loneliness.
Alzheimer’s society UK. 2013
Alzheimer's Association International ConferenceAlzheimer's Risk Factors May Be
Measurable in Adolescents and Young Adults. 2020
Alzheimer Indonesia. Alzheimer & Demensia.
Alzheimer’s Disease International, Alois Alzheimer.
Alzheiemer’s Association, Traumatic Brain Injury 2015
Alzheimer’s Association Green-Field Library, 2019
CDC, 2010, Principles Of Epidemiology In Public Health Practice Atlanta
CDC. Principles of Epidemiology in Publis Health Practice, Third Edition An
Introduction, Applie Epidemiology an Biostatictic. 2012
Kemenkes. Menkes Lansia Yang Sehat, Lansia Yang Jauh dari Demensia. 2006
Kemenkes, Selamatkan Otak, Peduli Gangguan Demensia/Alzheimer (PIKUN).
Komisi Nasional Lanjut usia. Prof 1 Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Komnas
Lansia, 2010.

Anda mungkin juga menyukai