Anda di halaman 1dari 18

MK.

KMB II

MAKALAH KELOMPOK

“KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN CA TESTIS”

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Sandra M.Kep.,Sp.Kep.MB

NAMA KELOMPOK :

Ayna Alfatina 19031001


Eva Nurul Dianti 19031010
Pipit Yuliani 19031011
Mellisa AridnaPputri 19031014
Hartina 19031021
Muhammad Farid 19031023
Widya Aprilia Ningsih 19031035
Rice Pertiwi Fitri 19031036
Indah Maika Yuandri 19031038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait “Konsep penyakit
dan asuhan keperawatan Ca Testtis” ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, kami juga
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita semua.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Semoga apa yang dituangkan dalam makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami dan umumnya teman-teman yang membaca. Dengan ini, kami
memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata, kalimat maupun bahasa yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 20 April 2021

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................3

1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................5

1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................6

2.1 Defenisi....................................................................................................................6

2.2 Etiologi....................................................................................................................6

2.3 Klasifikasi...............................................................................................................7

2.4 Patofiologis ............................................................................................................8

2.5 Manifestasi klinis ..................................................................................................9

2.6 Komplikasi..............................................................................................................10

2.7 Penatalaksanaan....................................................................................................11

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Asuhan Keperawatan Ca Testis...........................................................................12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.............................................................................................................20

4.2 Saran.......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kanker testis meskipun kasus kasus yang relatif jarang, merupakan keganasan
tersering pada pria usia 15 35 tahun. Setiap tahun kira-kira ditemukan 2-3 kasus baru
dari 100.000 pria di Amerika Serikat. Perkembangan yang pesat dalam hal diagnosis,
perkembangan pemeriksaan penanda tumor, pengobatan dengan prosedur kemoterapi
dan modifikasi tehnik operasi, berakibat pada penurunan angka kematian penderita
kanker testis dari 50% pada tahun 1970 menjadi kurang dari 5% pada tahun 1997.
Dengan mulai berkembangnya pengobatan yang efektif bahkan untuk pasien-pasien
dengan keadaan lanjut, perhatian pada kanker testis telah berubah pada penurunan
morbiditas dengan mengatur protokol pengobatan selektif pada setiap pasien.
Perubahan pada filosofi penatalaksanaan kanker testis ini didasarkan pada
penegetahuan mengenai perlunya membuat metoda terapi lapis kedua setelah metode
terapi pilihan pertama gagal.
Testis merupakan organ yang berperan dalam proses prosa dan hormonal.
Fungsi utama testis adalah memproduksi sperma dan hormon androgen terutama
testosteron. Sperma berbentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2 jenis
yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantara tubulus seminiferus inilah terdapat
jaringan stroma tempat dimana sel leydig berada. Testis normal berukuran rata-rata
4x3x2,5 cm.
Insiden kanker testis berdasarkan data geografis didapatkan angka tertinggi
pada Erppa bagian utara yakni 9.9 kasus Lcr 100.000 penduduk di Norwegia dan 9.4
per 100.000 penduduk di Denmark, hriangkan insiden terendah sebanyak 0.5-1.3
kasiis per 100.000 penduduk di rusa dan 0.3 per 100.000 penduduk di Afrika.1
Berdasarkan ras, insiden tertinggi ras Kaukasian, scbaliknya insiden terendah pada ras
kulit gelap.3 Sembilan puluh delapan persen (98%) dari kanker testis merupakan
tumor sel germinal (TGCT), sisanya 2% merupakan tumor stroma, dimana keganasan
sel fcfdig merupakan keganasan terbanyak yang ditemukan pada keganasan tumor
stoma.2 Insiden keganasan testis mengalami peningkatan di negara-negara Hhstri
seperti Eropa, Amerika, dan Oceania. Namun terdapat perbedaan besar di hn Eropa.
Peningkatan kecepatan kejadian juga bervariasi, telah diobservasi fcii _i n in tercepat
pada negara Republik Ceko, Denmark, Jerman, Norwegia, Slovakia. Peningkatan ini
dikaitkan dengan peningkatan polutan dari Hpongan yang bersifat menyerupai
hormon yang disebut sebagai endocrine chemical (EDC).

1.2 Tujuan umum


1.2.1 Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Keperawatan Medikal Bedah II yaitu “konsep penyakit dan asuhan
keperawatan dengan Ca Testis” untuk memberi pengetahuan kepada
mahasiswa mengenai bagaimana tindakan yang diberikan untuk pasien dengan
masalah tersebut
1.2.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi Ca Testis
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etiologi Ca Testis
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manifestasi Ca Testis
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologi Ca Testis
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Ca
Testis

1.3 Manfaat
Makalah ini sekiranya dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan mengenai konsep
penyakit dan asuhan keperawatan dengan Ca Testis serta dapat menambah wawasan
mahasiswa/i keperawatan secara lebih dalam mengenai konsep penyakit dan asuhan
keperawatan dengan Ca Testis.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI

Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum
(kantung zakar). Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam
kematian akibat kanker diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun,
adalah kanker yang paling umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun
dan merupakan malignansi yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun
hingga 39 tahun. Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau
nongerminal. Tumor germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma,
terakokarsinomadan karsinoma embrional); tumor germinal timbul dari epithelium)

Risiko kanker testikuler adalah 35 kali lebih tinggi pada pria dengan segala tipe testis
yang tidak turun ke dalam skrotum dibanding dengan populasi umum. Tumor testis
biasanya malignan dan cenderung untuk bermetastasis lebih dini, menyebar dari testis
ke dalam nodus limfe dalam retroperineum dan ke paru-paru.

2.2 Etiologi

Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang
pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker
testis:

1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)

2. Perkembangan testis yang abnormal

3. SindromaKlinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan


rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia) dan
testis yang kecil).

Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi masih
dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh HIV.
Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat. 1%
dari semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan
kanker yang paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun. Kanker testis
dikelompokkan menjadi:

1. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria
berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis.
2. Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis.
Dibagi menjadi subkategori:
1. Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30 tahun
dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru dan hati.
2. Tumor yolk sac: sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki.
3. Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada anak
lakilaki. – Koriokarsinoma.
4. Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel
granulosa. Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor bisa
menghasilkan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala kanker
testis, yaitu ginekomastia.

2.3 PATOFISIOLOGI
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis,
funikulusspermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunikaalbugenia merupakan
barrier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga
kerusakan tunikaalbugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk
menyebar keluar testis. Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui
pembuluh limfe menuju ke kelenjar limferetroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun
pertama, kemudian menuju ke kelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan
kariokarsinoma menyebar secara hematogen ke paru, hepar, dan otak.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Gejala berupa :
1. Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
2. Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
3. Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah – Ginekomastia
4. Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.
Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan
sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat
mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit
pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan
berat badan, dan kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran
testis tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang signifikan. Satu-satunya metode
deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis mandiri. Suatu bagian penting dari
promosi kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan mandiri. Pengajaran
tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting untuk deteksi dini penyakit ini.

2.5 PENATALAKSANAAN
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker
ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya,
selanjutnya ditentukan stadiumnya:
1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke
hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
1. Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar getah
bening (limfadenektomi).
2. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi
lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma. Juga
digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
3. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid)
untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan
hidup penderita tumor non-seminoma.
4. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan
kerusakan pada sumsum tulang penderita.
Tumor seminoma
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan
kemoterapi dengan sisplastin
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi
perut
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan
diikuti dengan kemoterapi
3. Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan
kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan.
Pemilihan pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis
diangkat dengan orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi
kordaspermatikus. Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi
testis yang hilang. Setelah orkhioektomi unilateral untuk kanker testis, sebagian besar
pasien tidak mengalami fungsi endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami
penurunan kadar hormonal, yang menandakan bahwa testis yang sehat tidak berfungsi
pada tingkat yang normal. Diseksi nodus limferetroperineal (RPLND) untuk
mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin dilakukan setelah
orkhioektomi.
Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan setelah RPLND,
pasien mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan akibat infertilitas.
Menyimpan sperma di bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi pertimbangan.
Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka digunakan
untuk mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja. Testis
lainnya dilindungi dari radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga digunakan
untuk pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau bagi mereka
yang tidak direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan nodus limfe. Karsinoma
testis sangat responsive terhadap terapi medikasi. Kemoterapi multiple dengan
sisplantin dan preparat lainnya seperti vinblastin, bleomisin, daktinomisin, dan
siklofosfamid memberikan persentase remisi yang tinggi. Hasil yang baik dapat
dicapai dengan mengkombinasi tipe pengobatan yang berbeda, termasuk pembedahan,
terapi radiasi, dan kemoterapi. Bahkan kanker testikulerdiseminata sekalipun,
prognosisnya masih baik, dan penyakit kemungkinan dapat disembuhkan karena
kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Adapun yang harus dikaji pada plasien CA TESTIS adalah :

Aktivitas/istirahat Gejala. Kelemahan dan krletihan.


Perubahan pada pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam
hari; adanya faktor-faktor yang
memengaruhi tidur., misalnya
nyeri, ansietas, berkeringat malam,
keterbatasan partisipasi dalam
jobby, latihan , pekerjaan atau
ptofesi dengan pemajanan karsiogrn
lingkungan tingkat ansietas tinggi
Sirkuasi Gejala: palpitasi, nyeri pada dada
pengerahan kerja .
Kebiasaan : perubahan pada trkanan
darah
Integritas ego Gejala : faktor stress ( keuangan,
pekerjaan, perubahan, peran) dan
cara mengatasi stress ( misalkan
merokok, minum alkohol,
menunda mencari pengobatan,
keyakinan r3ligius/spiritual),
masalah tentang perubahan dalam
penampilan, misalnya alopesia,
leso, caat, pembedahan.
Mengangkat diagnosis, perasaan
tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan control
depresi,
Tanda. Menyangkal, menarik diri
Eiminasi Gejala, perubahnan pada pola
defekasi, misalkan darah pada
fases, nyeri pada defekasi, perubhan
elimunasi urinarius, misalkan nyeri
atau rasa terbakar saat berkemih,
hematuri,l sering berkrmih.
Tanda : perubahan pada bising
usus, distendi abdomen.
Makanan/cairan Kebiasaan diet buruk ( misanya
rendah serat, tinggi emak,adiktif,
bahan pengawet), anoreksia, mua
muntah, intoleransi makanan,
perubahan pada berat badan:
penurunan berat badan, kakeksia,
berkurangnya masa otot, tanda :
perubahan pada keembapan?
Turgor kuit: edema,
Neurosensori Gejaa: pusing; sinklope
Nyeri/kenyamanan Gejala: tidak ada nyeri, atau derajat
bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat ( dihubungkan dengan
seorang proses penyakit )
Pernapasan Gejala: merokok( tembakau,
mariyuana, hidup dengan seseorang
yang merokok) pemajanan asbes
keamanan Gejala, pemajanan pada kimia
toksit, karsinogen, pemajanan
matahari llama/ berebihan. Tanda:
demam,ruam kulit, ulserasi
seksualitas Gejaa; masaah seksualitas,
misalnya dampak pada hubungan ,
perubahan pada tingkat kepuasan ,
multigravida, pasangan seks
mutigravida, pasangan seks
multiple, aktivitas seksua dini,
herpes genital
Interaksi sosial Gejala:
ketidakadekuatan/kelemahan sistem
pendukung, riwayat perkawinan
(berkenan dengan kepuasan di
rumah dukungan, atau bantuan).
Masalah rentang fungsi tanggung
jawab peran.
Penyuluhan/pembeajaran Gejala: Riwayat kanker pada keluarga,
misalnya ibu atau bibi dengan kanker
payudara. Sisi primer: penyakit primer
dalam rumah tangga ditemukan /
didiagnosis. Penyakit metastatik: sisi
tambahan yang terlibat; Bila tidak ada,
riwayat alamiah dari primer akan
memberikan informasi penting untuk
mencari metastatik.

2.Diagnosa yang mungkin muncul

1. Nyeri hubungan akut dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (kanker) yang


berkaitan dengan keluhan nyeri tumpul pada area testis, depresi, kelelalahan,
gangguan aktifitas, perubahan pola tidur
2. Disfungsi seksual atau perubahan struktur tubuh td perubahan dalam kepuasan sosial
3. Defisiensi pengetahuan dasar dari informasi tentang penyakitnya td klien bertanya-
tanya tentang penyakitnya, klien tampak bingung
4. Pola napas tidak efektif dan metastase kanker paru klien keluhan sesak, peningkatan
RR
5. Gangguan rasa nyaman ( terasa sesak pada daerah skrotum atau inguinal) masalah
dengan ansietas, klien menagis, klien berkata tidak nyaman, terganggunya pola tidur,
iritabilitas
6. Ansietas bd perubahan status keschatan ketakutan dengan klien keluhan
7. Gangguan citra tubuh bd penyakit td klien mengeluh malu terhadap sakit di testis,
klien menunjukkan respon non verbal perubahan perilaku
3. Intervensi

1. Nyeri kronis kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis


(kanker) yang berkaitan dengan keluhan nyeri tumpul pada area tes, depresi,
kelelalahan, gangguan aktifitas, perubahan pola tidur

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan: seteah di berikan asuhan Nic label>> pain menegement
keperawatan selama.. diharapkan 1. Observasi respon verbal dan
nyeri terkontrol dengan kriteria non verbal pasien terhadap nyeri
hasil: 2. Monitor kepuasan pasien
1. Tidak ada mood depresi terhadap manajemen nyeri
2. Ketertarikan terhadap 3. Tingkatkan istirahat dan
aktivitas meningkta tidur yang adekuat
3. Tidak ada gangguan 4. Krola anagetik
konsentrasi 5. Jeaskan pada pasien
4. Tidak ada keetihan penyebab nyeri
5. Tidak ada gangguan tidur 6. Ajarkan terknik
nonfarmakoogis ( rellaksas, masase
Noc label >> pain control punggung)
1. Pasien meaporkan nyeri
terkontro Label NIC >> Administrasi
2. Pasien menydari onset nyeri Analgetik
3. Pasien mampu menentukan  Tentukan lokasi, kriteria,
factor penyebab nyeri kualitas, dan derajat nyeri sebelum
Noc label >> pain level mempersembahkan obat
1. Tidak ada ekspresi menahan  Cek persyaratan dokter
nyeri dan ungkapan secara verbal tentang jenis obat, dosis dan
2. Tidak ada tegangn otot frekuensi
3. Pasien tidak mengerang dan  Cek riwayat alergi
menangis  Pilih analgetik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgetik ketika mempersembahkan
lebih dari Satu
 Tentukan pilihan analgetik
tergantung nyeri dan beratnya
 Tentukan analgetik pilihan,
rute pemberian dan dosis optimal
 Pilih rute diberikan secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Pantau tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian anlgetik
pertama kali Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
 Mengvaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan hebat gejala
(efek samping)

NIC Label >> Vital Sign


 Monitoring Monitor tekanan
darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan
status pernapasan yang sesuai
 Monitor tekanan darah
pasien setelah minum obat
 Pantau dan laporkan tanda
dan gejala dari hipothermia dan
hiperthermia Monitor kualitas
denyut nadi
 Monitor irama dan denyut
jantung Monitor irama pernapasan
 Monitor warna kulit, suhu
tubuh, dan grup

Mengidentifikasi kemungkinan
penyebab dari perubahan tanda-
tanda vital

2. Difungsi social b.d perubahan struktur tubuh t.d perubahan daam mencapai kepuasan
sosia, keetihan b.d manutrisi t.d kien mengeuh kekurangan energy, etargi, kelehan.
TUJUAN INTIERVENSI
Setelah dilkukan asuhan NIC LABEL: Sexual Counseling
keperawatan selama… x 1. Menentukan jumlah rasa seksual yang
24 jam, diharapkan berhubungan dengan persepsi pasien tentang
disfungsiseksual klien faktor-faktor penyebab penyakit
dapat diatasi dengan 2. Merujuk ke ahli seks pasien
criteria hasil: 3. Membahas obat yang berpengaruh pada
seksualitas
NOC LABEL: Seksual 4. Membahas pengetahuan pasien tentang
functioning seksualitas secara umum
 Klien yang mampu 5. Membahas modifikasi yang diperlukan
mencapai gairah seksual dalam kegiatan seksual
(Skala 5). 6. Menggunakan humor dan mendorong
 Klien mampu pasien untuk menggunakan humor untuk
ereksi (Skala 5). meredakan atau rasa malu
 Klien mampu 7. Menyertak pasangan / partner sek sual
mencapai gairah untuk dalam konseling sebisa mungkin.
orgasme (Skala 5).
 Klien mampu NIC LABEL: Teaching Sexuality
mengungkapkan minat i. Menjelaskan anatomi dan fisiologi
seksual (skala 5) manusia dari wanita dan pria.
 Klien mampu ii. Menjelaskan anatomi fisiologi dan
mengungkapkan anatomi populasi manusia.
kenyamanan seksual. iii. Orang tua mendukung peran sebagai
(skala 5). pendidik sexulity utama anak- anak mereka

NOC LABEL: Body Nic label : reproductive technologi


Image management
 Klien merasakan 1. membantu pasien untuk focus pada
kepuasan pada dirinya bidang kehidupan keberhasilan berhubungan
(Skala 5) dengan status kesuburan
 Klien mampu 2. membantu dengan prosedur fertilisai
menyesuaikan diri 3. menjadwalkan tindak lanjut tes
terhadap perubahan fungsi
tubuh. (skala 5)
 Klien mampu
menyesuaikan diri
terhadap perubahan status
kesehtan ( skala 5)

3. defisiensi pengetahuan b.d kurang nya pajanan informasi tentang penyakitanya t.d
klien bertanya-tanya tentang penyakitanya, klien tampak bingung
TUJUAN INTERVENSI
Setelah diberikan asuhan Label NIC: health education
keperawatan selama ..x 24 jam  Kaji tingkat pengetahuan
diharapkan keluarga .... pasien pasien dan keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang  Jelaskan patofisiologi dari
proses penyakit dan terapi dengan penyakit dan bagaimana hal ini
kriteria hasil: berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat.
Label NOC: knowledge: disease Gambarkan proses penyakit,
process dengan cara yang tepat Identifikasi
 Mampu melihat proses kemungkinan penyebab, dengan
penyakit secara spesifik dengan nilai cara yang tepat
menengah (skala 3)  Sediakan infomasi pada
 Mengetahui efek dari pasien tentang kondisi, dengan cara
penyakit anak klien (skala 5) yang tepat
 Pengobatan - pengobatan  Sediakan bagi keluarga
untuk mencegah komplikasi dari infomasi tentang kemajuan pasien
penyakit (skala 5) dengan cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi
Label NOC: knowledge: health atau penanganan
 Pengetahuan untuk  Eksplorasi kemungkinan
mencegah komplikasi dari penyakit ( sumber atau dukungan, dengan
skala 5) cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi
Promotion : dan penanganan
Pengetahuan tentang pencegahan  Eksplorasi kemungkinan
dan mengontrol infeksi sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker testis adalah penyakit keganasan yang berasal dari sel-sel testis. Dibandingkan
dengan jenis kanker lain, kanker testis merupakan jenis kanker yang jarang terjadi.
Kanker testis merupakan kanker yang sering ditemukan pada pria usia 15–35 tahun.
Testis merupakan organ seks pria yang berfungsi untuk produksi sperma dan hormon
testosteron yang berpengaruh pada pertumbuhan dan fungsi organ genital pria. Tanda
dan gejala kanker testis meliputi:Benjolan atau pembesaran disalah satu
testis,Perasaan berat pada skrotum,Nyeri tumpul pada perut bagian bawah atau
pangkal paha,Skrotum membesar karena terisi cairan,Sakit punggung.
Belum diketahui pasti penyebab dari kanker testis. Kanker testis terjadi ketika sel-sel
sehat dalam testis berubah, tumbuh, dan membelah secara teratur. Sel-sel tersebut
terakumulasi membentuk massa dalam testis, sehingga dapat terlihat testis yang
membesar. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu untuk
menegakkan diagnosis adalah Laboratorium darah,USG Skrotum dapat melihat
kondisi anatomi testis yang mengalami perubahan bentuk karena kanker testis,Biopsi.
Pemeriksaan biopsi dengan cara mengambil sampel jaringan dari sel testis yang
diduga kanker untuk diperiksa dengan mikroskop. Biasanya biopsi testis dilakukan
saat sedang operasi pengangkatan testis atau orkidektomi,Pemeriksaan Lainnya.
Pemeriksaan lain termasuk CT Scan, MRI, dan foto rontgen dapat dilakukan untuk
mencari adanya kemungkinan penyebaran sel kanker di jaringan atau organ lain atau
disebut metastasis.

4.2 Saran

Saran dari kami penulis makalah yaitu tetap semangat bagi penderita Ca testis.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer& Bare. 2014. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa :
Agung waluyo. Jakarta. EGC. Priharjo, R. (2014). Perawatan nyeri. Jakarta.
EGC.Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Klasifikasi Intervensi Keperawatan
(NIC) Edisi Keempat. St. Louis, Missouri: MosbyElsevier
Moorhead, Sue. 2008. Klasifikasi Hasil Keperawatan (NOC) Edisi Keempat. St.
Louis, Missouri: MosbyElsevier
NANDA Internasional 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta: Harga EGC,
Price,Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol
2; edisi 6. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah
Brunner&Suddarth. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai