Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Informan

a. Bidan (Informan Utama)

Laporan ini menggunakan 4 informan utama yaitu Kepala Ruangan

dan Bagian Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) di RSUD K.R.M.T

Wongsonegoro Semarang Tahun 2021. Untuk lebih terperinci mengenai

karakteristik informan utama dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Kepala Ruangan dan


Bagian Diklat RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang Tahun 2021

No Nama Umur Bagian/Ruangan Jabatan


1 - - Diklat -
2 Ny “E” 51 tahun Dewi Ratih Kepala Ruangan dan CI
3 Ny “M” 39 tahun Dewi Kunthi Kepala Ruangan dan CI
4 Ny “L” 36 tahun Poli Obgyn Kepala Ruangan dan CI

Dari tabel diatas diketahui informan utama terdiri dari Ny “E”, Ny

“M”, Ny “L” dengan rentan usia 36 tahun sampai 51 tahun, jabatan adalah

kepala ruangan sekaligus CI dan bagian diklat.

b. Pasien (Informan Tambahan)

Laporan ini menggunakan 1 orang informan pendukung yaitu

pasien yang di rawat di RSUD KRMT Wongsonegoro Tahun 2021. Untuk

lebih terperinci mengenai karakteristik informan pendukung dapat dilihat

pada tabel berikut

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan


1 Ny “R” 22 tahun SMA IRT
Dari tabel di atas diketahui informan pendukung adalah Ny “R”,

berumur 22 tahun, berpendidikan SMA dengan pekerjaan IRT.

4.2 Hasil Wawancara

4.2.1 Informan Utama

A. Persiapan Mahasiswa Praktik Klinik

1. Strategi Kerjasama dengan Lembaga/Institusi Pendidikan

Hasil wawancara dengan informan 1

Tidak dilakukan wawancara

2. Pengaturan Pelaksanaan Pembelajaran Klinik

Hasil wawancara dengan informan 1

“tidak dilakukan wawancara

B. Proses Pembelajaran Mahasiswa Praktik Klinik

1. Jadwal Dinas Mahasiswa Praktik

Pertanyaan : “Bagaimana sistem pembagian jadwal dinas

mahasiswa yang praktik di RS sebelum masa pandemi?”

Hasil wawancara dengan informan 2

Jawaban : “Kalau disini sesuai dengan ruangan ya.. pagi pagi

siang siang malam malam baru turun malam. Kayak sesuai

dengan eeee...libur dalam satu minggu libur sekali. Kalau disini

ya kan eeee... shiftnya apa perpindahan satu minggu satu

minggu ya... Dalam satu minggu liburnya sekali”

Hasil wawancara dengan informan 3


Jawaban : “Pembagian jadwal dinasnya pagi, siang, sore

mengikuti eee jadwal jaga ruangan. Cuma itu”

Hasil wawancara dengan informan 4

Jawaban : “Kalau sebelum masa pandemi disesuaikan dengan

eeee... shift di ruangan ngeh. Pagi siang malam. Tapi

tergantung dengan institusinya juga kalau memang

mahasiswanya eeeee.... dari institusi ini masuk pagi terus ya

udah. Jadi kalo kampus menentukan ini pagi terus ya udah pagi

terust tapi kalo dari kampus membebaskan bisa shift bearti kita

shift pagi siang malam. Kalo di poli pagi terus iya.. kalau

malam nanti jaga ruangan aja. Hhehehe.. kalo poli pagi terus

mengikuti jadwal bukanya rawat jalan”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan praktikan

kepada Kepala Ruangan pada tanggal 18 Februari, 22 Februari

dan 23 Februari 2021 pukul 11.30 WIB, pukul 15.29 WIB dan

pukul 13.00 WIB di masing-masing ruangan wilayah RSUD

K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang. Didapatkan informasi

bahwa dalam pembagian jadwal dinas mahasiswa yang praktik

sebelum pandemi di RS mengikuti jadwal jaga bidan/petugas di

masing-masing setiap ruangan, dimana untuk ruangan rawat

inap (ruang dewi ratih dan dewei kunti) jadwal dinas dibagi 3
shift yaitu pagi, siang dan malam. Dimana setiap selesai 1

minggu dinas/piket akan mendapatkan 1 hari libur setelah turun

dari shift dinas malam. Khusus untuk di ruang Poli obgyn

jadwal dinas hanya pada pagi hari atau disesuaikan dengan

jadwal bukanya rawat jalan. Disamping itu, untuk jadwal dinas

juga bisa disesuaikan dari permintaan dan kesepakatan Rumah

Sakit dengan institusi pendidikan mahasiswa yang praktik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran & BST (Bed Side Teaching)

Pertanyaan : “Bagaimana sistem pembelajaran BST yang

diterapkan di RSUD sebelum pandemi?”

Hasil wawancara dengan informan 2

Jawaban : “Eeee... ikutnya sesuai dengan buku panduan aja”

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “iya, sebelum pandemi kan? Iya..bed side teaching

iya...”

Hasil wawancara dengan informan 4

Jawaban : “bisa.. bisa.. karena kan kita tanya dulu ya

mahasiswa kalo memang saya rasa sudah kompeten boleh


langsung ke pasien. Jadi gak langsung ke pasien gitu gak. Kira-

kira kompeten baru Oke”

Pertanyaan : “Apakah untuk pembelajaran BST difasilitasi oleh

diklat atau dilimpahkan ke bagian masing-masing ruangan?”

Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : ”semua diserahkan ke bangsal masing-masing”

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “kalau sudah lolos dari kampus biasanya sebelum

praktek kan mereka ada lab skill itu biasanya langsung... kita

langsung... bisa langsung apa? membimbing, langsung didepan

pasien”

Hasil wawancara dengan informan 4

Jawaban : “gak seh ke bagian masing-masing”

Pertanyaan : “Bagaimana tahapan melaksanakan BST?”

Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : “Yang kayak emergency itu. Langsung.. langsung

terjun. Karena kita kan belajarnya langsung ke sesama temen

terus kan mahasiswa ikut”


Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “iya sebetulnya kalau mau dibagi-bagi gitu ada...

istilahnya kita gini... awalnya kita pandang dulu ya... ya... lihat

dulu bagaimana eee... kami melakukan nah setelah itu eee...

melakukan dengan bimbingan kita evaluasi, masih kurang, kita

coba lagi sampe bener-bener bisa nah setelah bener-bener

kita... CI nya menganggap ini bisa oh berarti bisa kita berikan...

apa? Kita lepaslah istilahnya, kita berikan kesempatan untuk

melakukan tindakan ke pasien”.

Hasil wawancara dengan informan 4

Jawaban : “kalo itu disesuaikan masing-masing ruangan e

mbak. Kalo sama saya dengan saya responsi dulu kalo memang

eee dirasa compatible dengan bed site teaching dengan pasien.

Saya gak pretest seh Cuma tanya jawab aja, responsif sejauh

mana pengetahuan mahasiswa karena kan gak mungkin kita

lepas mahasiswa yang gak tau apa-apa tiba-tiba yok ganti balut

kan nanti kasian kalo gak bisa di depan pasien kan malu

mahasiswanya kan seperti itu pasti kan kita tanya dulu

umpanya mau ganti balut sudah pernah belom, gimana

langkah-langkahnya, kalo memang sesuai ok ya udah ada

pasien yok kita belajar kan seperti itu”


Pertanyaan : Bagaimana peran nakes saat memperkenalkan

mahasiswa ke pasien dan meyakinkan pasien bahwa mereka

akan membantu bidan dalam memberikan asuhan?

Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : -

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “tidak hanya mahasiswa sih, kalau melakukan

tindakan semua harus memperkenalkan dulu... pegawai pun gitu

ya... jadi tetap harus... “

Hasil wawancara dengan informan 4

Jawaban : “he ehmm jadi kan tahap pertama pasti kita tanya

jawab sama mahasiswa kalo memang mampu kita bawa ke

pasie. Kita bawa ke pasien diperkenalkan bahwa ini adalah

praktikan yang nanti akan membantu tentu saja dengan

pengawasan kami kan seperti itu biar pasiennya gak merasa

aku dibuat praktek ya gitu. Jadi tetap kita perkenalkan kita

dampingi tapi tetap berada di samping mahsiswa, karena itu

kan tanggung jawab kita ya. Yang tanggung jawab kan kami”

Pertanyaan : Apakah ada kesepakatan kode kalau mahasiswa

salah melaksanakan tindakan/asuhan kepada pasien?


Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : “Yaaa kita panggil ya kita beri tahu, besok jangan.”

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “iya... tapi gini ya... seharusnya ya... ada ini ya...

istilahnya kita jangan menjatuhkan di depan pasien cuman

kadang kalau sudah kondisi darurat atau kondisi kita wes buru-

buru biasanya keceplosan. He... He... He... Harusnya ndak,

harusnya ndak boleh menjatuhkan didepan pasien karena kan

kita profesional ye... kalau kesepakatan belum ada mbak,

biasanya hanya....kalau saya ya... saya ginikan terus saya tarik

dulu saya kasih tau gini gini gini... gitu... kalau kesepakatan

atau yang sudah terbakukan itu disini memang belum sih... saya

belum punya secara bakunya”

Hasil wawancara dengan informan 4

Jawaban :”ya pasti di nganu dengan kode ya. Kalo ditegur

langsung kan pasti malu.ditegur dengan kode nanti kalo udah

selesai baru kita kasih tau yang berul seperti apa gitu”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan praktikan

kepada Kepala Ruangan pada tanggal 18 Februari, 22 Februari

dan 23 Februari 2021 pukul 11.30 WIB, pukul 15.29 WIB dan

pukul 13.00 WIB di masing-masing ruangan wilayah RSUD

K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang. Didapatkan informasi

bahwa dalam sistem pembelajaran praktikan menggunakan BST

yaitu mengikuti buku panduan dari institusi terkait dan melihat

kompetensi yang dimiliki praktikan untuk dapat memberikan

tindakan kepada pasien.

Pembelajaran BST dilakukan pada ruangan masing –

masing sesuai dengan kompetesensi yang akan dicapai. Dimana

masing – masing CI secara bertahap melihat kemampuan

praktikan dengan memperlihatkan tindakan, kemudian apabila

setelah yakin untuk melakukan tidakan sendiri maka akan di

berikan dengan bimbingan oleh CI.

Apabila dalam melakukan tindakan praktikan melakukan

kesalahan, makan akan dilakukan evaluasi oleh CI. Setiap

melakukan tindakan kepada pasien, tenaga kesehatan atau

mahasiswa memperkenalkan diri terlebih dahulu.

3. Pelaksanaan Bimbingan Lahan

Pertanyaan : Apakah ada syarat yang harus dipenuhi oleh nakes

di RSUD untuk bisa menjadi pembimbing lahan?

Hasil wawancara dengan infroman 2


Jawaban : “Ya harus punya itu sertifikat CI. Sertifikat dengan

sekaligus SK nya. Sementara ada 3 CI nya. Dulu 4 tapi yang

satu pindah”

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “kalau dulu sebelum pandemi kita memang diklatnya

masih ini ya... proses perbaikan-perbaikan ya... belum ada sih,

jadi kalau mau latihan dulu ya... di sini di masing-masing

ruangan... misalnya mereka mau... saya pengen tindakan ini

buk... nah biasanya masing-masing CI mencoba dites dulu tapi

ya itu per orang aja nggak... nggak semua diuji dulu... toh

mereka kan sudah lab skill toh di kampusnya kan.”

Hasil wawancara dengan informan 4

Jawaban : “oh gak, jadi kami ditunjuk sama diklat terus kami

diberikan SK, lah yang punya SK itu yang bisa ngebimbing

mahasiswa yaing disebut CI itu”

Pertanyaan : Bagaimana manajemen yang dilakukan RS untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada sebelum masa

pandemi?

Hasil wawancara dengan infroman 2


Jawaban : “Yo diadakannya apa itu pelatihan in house training

sebelum y. Kalau kita ikut pelatihan kan harus bayar sendri toh

terus kalau ada yang diadakan rumah sakit, kita cari pembicara

dari rumah sakit diadakan in house training kan bisa banyak

orang sedangkan kalau kita ngirim keluarkan paling satu atau

dua orang sedangkan kalau diadakan in house training disini

kan bisa sampai 20 bisa ikut. Kalau seminar sih mungkin bisa

ya karena bayarnya kan murah tapi kan kalau pelatihan kan

mahal. Terus susah juga apa tidak semua pelatihan bisa diikuti

karena mungkin jarak jauh atau mungkin eeee apa kuotanya

yang penuh iya toh.”

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “ ya klo mahasiswa dibimbing sama CI dan dibantu

oleeh bidan – bidan yang lain”

Hasil wawancara informan 4

Jawaban : “kualitas pembelajaran buat mahasiswa. Buat

mahasiswa ya eee... dibimbing sama CI yang kompeten pasti

kemudian selain CI petugas di ruangan juga membantu, jadi

kalaupun shift siang malam mahasiswa tetap terbantu itu aja

sih”
Pertanyaan : Bagaimana cara mengevaluasi keterampilan klinik

mahasiswa bidan semester awal dan akhir?

Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : “Kalau bidan itu gak ada ujian sebabnya y itu y. Tapi

kalau perawat itu ada. Dia ada ini see X. Tapi kalau bidan itu

yang dari D3 maupun eeee... D4 sih ada... tapi tergantung pada

institusi juga. Kalu poltekkes ada tapi kalau yang dari.. kalau

dulu ada juga eee bukan sebagai clinical tapi sebagai pendidik

dulu ada tapi sekarang kebetulan di poltekkes sekarang ada

mbak satya yang pegang. Tapi kalau D3 ndak ada ini see X ya

adanya seminar doang, tapi kalau perawat ada .”

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “ini sulit ya kalo... karena kalo bidan itu D3, D4, S1,

S2 itu ya... basic nya ya sama bidan... jadi keterampilannya ya

tetap dipakai gitu loh... cuman kalo yang sudah agak tinggi

levelnya itu memang kita kadang agak sulit karena eee...

mungkin mindsetnya udah beda, mindsetnya kan saya manejer

atau manajemen atau istilahnya sudah hanya meneliti atau

hanya mengobservasi seperti itu... misalnya seperti ini saya

juga sulit juga menilai keterampilannya karena setelah saya

tanya-tanya hanya mengobservasi ya? Kasus individunya?


Naah... Jadi saya juga susah kalau ditanya seperti itu, tapi

kalau yang D3 malah lebih mudah karena ada... ada format

penilaiannya untuk tindakan, itu ada check list nya itu malah

lebih mudah saya... jadi pakai check list itu”

Hasil wawancara informan 4

Jawaban : “kita sesuaikan sama targetnya mbak jadi target apa

yang diminta sama kampus, kan targetnya yang dikehendaki

apa kemudian yang kita berikan disesuaikan dengan targetnya

setelah itu kalau sudah ya saya evaluasi sesuai dengan yang di

buku pedoman masing-masing jenengan bawa itu”

Pertanyaan : Bagaimana peran bidan lain (selain CI) untuk

mendukung ketercapaian kompetensi praktikan?

Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : “Kalau diruang jam kerja y, kalau di dalam jam kerja

ya eeee bidan jaga ya itu dia yang megang tanggung jawab

mengajari mahasiswa mahasiswa di luar jam eee.. kita kita

yang tadi itu. Kalau gak gitu seiapa yang ngejari, kan harus

mejisit kan kecuali dia masuk pagi terus ya kalu pagi terus ya
gak di pegang tidak di pegang CI Kadang-kadang kan eeeee

apa ya teman-teman yang di bawah CI ya. Mungkin mejisit nya

bagaimana anak ini jaga malam gimana.”

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “memang kami mendelegasikan ke perawat jaga

biasanya saya mengoperkan... nanti ada praktekan dari sini...

dari Institusi A... eee... dia kompentensinya yang mau dicapai

ini ini ini seperti itu, jadi tetap kita pantau lewat pelaksana”.

Hasil wawancara informan 4

Jawaban : “maksudnya kalo selain shift kami mereka yang bantu

mahasiswa sih apa yang menjadi kebutuhan mahasiswa eee

selain CI itu yang bantu kalo siang malam”

Pertanyaan : Apakah setiap praktikan harus ujian di lahan?

Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : “Kalau bidan D3 ndak. Kalau D4 ini gak tau mbak

sarjani, keliatannya ada kalau D4. Kalau yang poltekkes ini

ada. Kebetulan yang masuk disini ini poltekkes. Memang ada

ketentuannya dari institusi nya memang ada jadwal nya untuk

ujian.”
Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “tergantung dari permintaan kampusnya

mb,eee,,,,klo kampus meminta ujian di lahan biasanya akan kita

uji di masing – masing ruangan, tergantung juga target

pencapaiannya”

Hasil wawancara informan 4

Jawaban : “enggak sih tergantung mbak tergantung permintaan

kampusnya kalo disini. Jadi kalo kampus memang ee butuh

untuk ini di lahan biasanya ada dosen pendamping kemudian

dari lahan juga ada pembimbingnya yang ditentukan siapa

butuhnya diruangan mana seperti itu tergantung kebutuhan.

Kita ngikutin buku panduannya jadi kalo setiap mahasiswa

masuk kan pasti ada buku panduannya, di buku panduan itu

kalo memang ada target keterampilan, ada target ujian dengan

CI ya kita lakukan tapi kalo mahasiswa Cuma butuh, mbak saya

Cuma butuh pengayaan disini kemarin sudah dapat target

tempat lain jadi disini gak butuh ujian ya udah bearti kita ajari

apa yang jenengan butuh aja seperti itu”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan praktikan

kepada Kepala Ruangan pada tanggal 18 Februari, 22 Februari

dan 23 Februari 2021 pukul 11.30 WIB, pukul 15.29 WIB dan
pukul 13.00 WIB di masing-masing ruangan wilayah RSUD

K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang. Didapatkan informasi

bahwa untuk dapat menjadi pembimbing dilahan tenaga

kesehatan harus memiliki settifikat CI sehingga dalam

melakukan bimbingan CI akan memberikan pembelajaran yang

berkualitas kepada praktikan.

Praktekan akan di evaluasi sesuai dengan target pencapaian

kompetensi dari masing – masing praktekan sesuai dengan

tingkannya.selama dalam masa praktik, Ciakan dibantu oleh

tenaga kesehatan lainnya yang melakukan dinas pada saat itu

untuk memantau segala tindakan yang dilakkan oleh praktikan.

Dan ujian lahan akan dilaksanakan tergantung dari permintaan

masing – masing institusi jika diperlukan.

4. Pelaksanaan Seminar Kasus Mahasiswa Praktik Klinik

Pertanyaan : “Bagaimana prosedur yang diterapkan RSUD

dalam pelaksanaan seminar kasus mahasiswa?”

Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : “Eeee.... Seminar kasus biasanya kita kesepakatan

dengan institusi bersamaan dengan persamaan persepsi ya.

Kadang ada yang dilakukan seminar. Nanti ada yang

seminarnya di kampus, ada yang seminarnya disini. Biasanya di

minggu terakhir.”
Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “untuk diklat kami belum pernah membuat SPO

tentang misalnya cara seminar, misalnya cara masuk...

membagi kelompok praktik itu memang belum. Mungkin nanti

ditanyakan ke diklat aja kalau SPO-SPO seperti itu.

Hasil wawancara dengan informan 4

Jawaban : “kalau kita ngikutin jadwal dari kampus mbak,

misalnya kampus mengehendaki mahasiswa itu di minggu-

minggu terakhir ya tergantung kebutuhan mahasiswa jadi kalo

dari kampus memang menargetkan seminar di akhir

pembelajaran dengan dosen bearti di Diklat tapi kalo enggak ya

berati di amsing-masing bangsal kita menyesuaikan sama

kebutuhan mahasiswa dari kampus aja sih mbak”

Pertanyaan : Apakah ada persyaratan untuk mahasiswa praktik

agar bisa melaksanakan seminar kasus selama melaksanakan

praktik?

Hasil wawancara dengan infroman 2

Jawaban : “ya kan harus dikonsulkan dulu ya dilahan sama di

institusi baru diseminarkan, kan sama juga kan. Cuma kadang


kan dari institusi tidak dilakukan seminar tapi diadakannya di

kampus masing-masing”

Hasil wawancara dengan infroman 3

Jawaban : “Biasanya satu kelompok kami kasih kasus eee... satu

kasus, nah nanti mereka membuat eee... laporan asuhan

kebidanannya kasus itu, nah kita harus ngecek ini kasusnya

sesuai apa ndak, terus eee... asuhannya, intervensinya,

evaluasinya seusai apa ndak, lewat konsultasi, nah, setelah itu

baru diseminarkan”.

Hasil wawancara informan 4

Jawaban : “eeee....gak ada sih. Oh iya kalo memang dari

kampus eee menghendaki ada seminar otomatis kan mahasiswa

bikin kasus nanti dikonsulkan dulu sama kami dikonsulkan

dengan dosen pembimbing, kalo udah acc dari sini dan dari

institusi bearti bisa diseminarkan”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan praktikan

kepada Kepala Ruangan pada tanggal 18 Februari, 22 Februari

dan 23 Februari 2021 pukul 11.30 WIB, pukul 15.29 WIB dan

pukul 13.00 WIB di masing-masing ruangan wilayah RSUD

K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang. Didapatkan informasi


bahwa SPO untuk dilaksanakannya seminar belum ada di rumah

sakit, namun seminar kasus dilaksanakan sesuai dengan

kesepakan Rumah Sakit dan Institusi dimana biasanya di

laksanakan di akhir praktik dan tempat pelaksanaannya dapat

dilakukan di diklat ataupun di bangsal masing – masing.

Masing – masing dari setiap kelompok praktikan membuat

laporan 1 kasus kebidanan sesuai dengan panduan yang dimiliki

yang dikonsultasikan dengan CI untuk mempersiapkan diri

melakukan seminar.

4.2.2 Informan Tambahan

A. Pasien

Hasil wawancara dengan informan 1

Pertanyaan :“Bagaimana pendapat ibu tentang perawatan /

pelayanan yang diberikan oleh mahasiswa yang sedang praktek

disini?”

Jawaban :“mahasiswa ya,,,Mahasiswanya sudah baik, maksimal

ya, pada tanya, eeee,,apanya, care, terus kayak tensi, masalah

semua ditanyain, kayak ASI ditanyain sudah keluar belum,terus

apa ya,, misal kita minta apa langsung dikasi,cepat tanggap,

mahasiswa ini lho, S2 lho,,,hehehe,,yang S2 aja sih, yang lainnya

biasa aja,hehe,,yang lain itu yang kayak kemarin itu kesini liatin

infus terus pergi, aku yo bingung, gak diganti Cuma liat pas aku
tanya kan, kenapa bu, gak apa –apa, udah gitu tok, piye to, aku

jadi bingung to, yowes terserah..eee..kayak kemarin aku waktu itu

tanya kan soal kapan aff infus, ooo..iya nanti siang padahal udah

sore, oo,,iya nanti tak tanyakan dulu, tapi terus g kesini lagi, gak

bilang mau dilepas kapan, yowes setelah itu.kalo s2 itu

komunikatif semua.”

Pertanyaan :“Bagaimana pendapat ibu tentang perawat yang

memberikan pelayanan disini? Mohon dijelaskan dari segi

komunikasi, keramahan, kesopanan, keterampilan dan

ketanggapannya?.”

Jawaban :“kalo bidannya ada yang care,ada yang sedikit galak,

hehe...iya ada yang senga’, ada yang omongannya nyelekit, tapi

ya,,kurang lebihnya sudah baiklah, sudah oke”

Pertanyaan :” Menurut anda apakah perawat jaga memperkenalkan

terlebih dahulu mahasiswa yang akan memberikan pelayanan

kepada anda?”

Jawaban :“gak, selama aku disini lho gak ada, cuman yang tadi

to,hehe..”
Pertanyaan :“Menurut anda apakah mahasiswa praktik sudah

memberikan pelayanan yang terbaik terhadap masalah/ keluhan

yang dirasakan?”

Jawaban :“sudah, kalo aku lebih nyaman sama praktekannya,

hehe..perawaatan BB sudah maksimal “

Pertanyaan :“apakah ibu merasa nyaman ketika perawatan

dilakukan oleh mahasiswa praktik? Mohon berikan alasannya?”

Jawaban :“ he’ee,, tadi kan sudah bilang”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan praktikan

kepada pasien yang dirawat diruang nifas pada tanggal 23 Februari

2021 pukul 11.30 WIB, di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro,

Semarang. Didapatkan informasi bahwa dalam pelayanan yang

diberikan tenaga kesehatan dan praktikan sudah baik dan

memuaskan pasien, praktikan tanggap dalam memberikan

pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.

4.3 Pembahasan

A. Persiapan Mahasiswa Praktik Klinik

1. Strategi Kerjasama dengan Lembaga/Institusi Pendidikan

Sehubungan tidak adanya kesempatan untuk bisa melakukan

wawancara dengan bagian pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) RSUD

terkait dengan kesibukan dan lain hal. Kami mengambil kesimpulan


berdasarkan hasil obervasi yang praktikan lakukan yaitu untuk bisa

melaksanakan praktik klinik di RSUD di awali dengan pembuatan

Draft MOU (Memorandum Of Understanding) yang dibuat oleh Pihak

Institusi dan RS. Setelah hasil draft MOU yang isinya sudah disetujui

oleh kedua belah pihak dalam hal ini pihak institusi dan pihak lahan

praktik (RS) dan dilakukan penandatangan MOU tersebut sebagi

bentuk kerjasama yang dilakukan.

Berdasarkan..... persiapan pembelajaran praktik dapat berupa

perjanjian kerjasama (MoU). Dimana sebelum program pembelajaran

praktik dilaksanakan Poltekkes/Akademi kebidanan harus membuat

surat perjanjian kerjasama (MoU) dengan unit pelayanan kesehatan

yang akan digunakan sebagai lahan praktik. Surat perjanjian kerjasama

disesuaikan dengan situasi dan tujuan yang akan dicapai sesuai

program pendidikan.

Penggunaan MoU dalam suatu kegiatan yang berskala besar

sangat penting fungsinya, MoU dapat dijadikan sarana komunikasi

dans ebagai sarana yang mengatur keinginan kedua belah pihak yang

mengadakan kerjasama sampai di capai kata sepakat. Dalam MoU

terdapat tujuan kerjasama, aturan yang mengikat yang mengantisipasi

terjadinya pelanggaran terhadap perjanjian yang sudah disepakati.

Dalam praktiknya MoU bersifat fleksibel yang artinya dapat dilakukan

perbaikan atau pembaharuan isi jika isi sudah disepakati sudah tidak

lagi mengikuti perkembangan. Bentuk kelemahan yang lain adalah


MoU dapat berubah seiring dengan pergantian pengelola, maka

diperlukan adanya aturan yang baku tentang penyusunan MoU.

2. Pengaturan Pelaksanaan Pembelajaran Klinik

Sehubungan tidak adanya kesempatan untuk bisa melakukan

wawancara dengan bagian pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) RSUD

terkait dengan kesibukan dan lain hal. Kami mengambil kesimpulan

berdasarkan hasil obervasi bahwa pengaturan pelaksanaan

pembelajaran klinik diawali dengan persamaan persepsi antara institsui

dan lahan praktik lalu dilakukan pembekalan praktik klinik atau

orientasi yang dilakukan pihak RS sebelum mahasiswa di bagi ke

ruangan masing-masing. Orientasi berisi tentang tata tertib

pelaksanaan praktik, penjelasan kompetensi yang harus di capai dan

tugas yang harus dilaksanakan di lahan praktik sekaligus serah terima

mahasiswa dari institusi kepada lahan praktik (RS).

Pengaturan pelaksanaan pembelajaran menurut ..... termasuk

dalam manajemen pembelajaran praktik klinik yang dimana

manajemen dalam hal ini meliputi (perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan penilaian).

Selama pelaksanaan praktik klinik praktikan masih

menemukan kurangnya pemahaman pembimbing lahan tentang

kompetensi yang dicapai oleh praktikan. Hal ini diharapkan untuk

dapat dilakukan penjelasan secara terperinci tentang kompetensi


mahasiswa sehingga mahasiswa dan pembimbing lahan dapat

melaksanakan kompetensi sesuai yang diharapkan.

B. Proses Pembelajaran Mahasiswa Praktik Klinik

1. Jadwal Dinas Mahasiswa Praktik

Berdasarkan dari hasil wawancara yang didapatkan praktikan

bahwa dalam pembagian jadwal dinas di RSUD RSMT Wongsonegoro

dikembalikan ke ruangan masng-masing tempat praktikan dan jam

dinas disesuaikan dengan shift jaga di ruangan. Dimana untuk

ruangan/instalasi rawat inap terbagi menjadi 3 shift yaitu pagi, siang

dan malam, dalam 1 minggu terdapat libur 1 kali.

Menurut .....

2. Pelaksanaan Pembelajaran & BST (Bed Side Teaching)

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi yang

dilakukan praktikan didapatkan bahwa untuk sistem pembelajaran bed

side teaching (BST) pernah dilakukan di ruangan tetapi untuk

beberapa waktu terakhir ini tidak lagi dilakukan lagi.

Menurut .... bedside teaching (BST) merupakan salah satu

metode pembelajaran klinik yang penting dalam pendidikan medis.

Bedside teaching adalah metode pembelajaran aktif yang dilaksanakan

menggunakan pasien sebagai media pembelajaran langsung di ruangan

pasien di rumah sakit.

Pasien di rumah sakit tidak semua menerima kehadiran

mahasiswa untuk menanganinya. Menurut penelitian yang dilakukan


oleh Marwan (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar pasien

menerima kehadiran mahasiswa ketika tidak ada kontak dengan pasien

dibandingkan dengan situasi lain seperti melakukan pemeriksaan fisik

atau suatu prosedur medis yang lain. Sebagian besar kasus, pasien

tidak mau dilakukan tindakan medis oleh mahasiswa tanpa

pengawasan dokter.

Disisi lain, peserta didik harus mempersiapkan diri sebelum

pelaksanaan BST. Persiapan tersebut meliputi penguasaan

pengetahuan dan keterampilan sebelum berhadapan langsung dengan

pasien. Persiapan yang matang dari peserta didik mampu membuat

pembelajaran metode BST menjadi efektif dan mampu meningkatkan

kompetensi mahasiswa (Rahmawati & Satino, 2012). Sebelum

mahasiswa langsung terjun ke pasien, ada bebarapa CI yang

melakukan responsif untuk melihat kemampuan mahasiswa, jika

dianggap memiliki kompetensi mahasiswa bisa dilepas langsung

kepada pasien. Tetapi untuk BST hal ini belum dapat dipenuhi

dikarenakan jarang ada pasien yang mau/bisa digunakan untuk

melakukan BST .

3. Pelaksanaan Bimbingan Lahan

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

praktikan didapatkan bahwa bimbingan lahan di RSUD KRMT

Wongsonegoro sudah baik karena setiap ruangan instalasi memiliki

Clinical Instructure (CI), dimana CI yang akan membimbing


mahasiswa yang praktik dilahan/ruangan. CI ruangan juga sudah

memahami tentang peran dan tugasnya. Dalam membimbing

mahasiswa CI juga berdasarkan panduan yang diberikan dan

kompetensi yang harus dicapai.

Standar pembelajaran praktik terdapat mahasiswa dan

pembimbing. Pembimbing dari lahan praktik memiliki prasyarat

diantara lain DIV kebidanan (minimal pengalaman kerja 2 tahun) dan

DIII Kebidanan (minimal pengalaman kerja 2 tahun).

Menurut ...... Klinis instrustor merupakan seseorang yang

melaksanakan bimbingan pembelajaran klinik untuk memberi

pengalaman nyata dan membantu peserta didik agar mampu mencapai

kompetensi sesuai yang ditetapkan. CI memiliki peran penting, antara

lain sebagai motivator, fasilitator, wewenang model, advokat ataupun

evaluator.

Syarat menjadi CI menurut....... adalah memahami konsep dasar

peran CI di tatanan klinik, memahami peran dalam setiap tahapan

proses pembelajaran klinik, memahami fungsi dan tugas sebagi

pembimbing klinik, mampu melaksanakan bimbingan klinik pada

mahasiswa dan bidan pelaksana, mampu melaksanakan evaluasi

mencakup sikap dan keterampilan, berijazah formal minimal DIII

Kebidanan, SPK minimal pengalaman kerja selama 5 tahun, mampu

mengembangkan keilmuannya, mampu mengadakan perubahan dan

berminat dalam pengembangan kebidanan.


4. Pelaksanaan Seminar Kasus Mahasiswa Praktik Klinik

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

praktikan didapatkan bahwa untuk pelaksanaan seminar dilakukan

sesuai dengan permintaan dari institusi dan laporan yang akan

diseminarkan sesuai dengan kasus pada target kompentensi yang di

butuhkan melalui proses konsultasi dari CI.

Menurut .... studi kasus adalah metode penelitian yang bertujuan

untuk menyajikan laporan kepada pembaca mengenai bagaimana

rasanya terlibat dalam suatu kejadian dan menjadi bagian di dalamnya

dengan hasil analsis yang rinci dana mendalam mengenai suatu kasus

atau kejadian yang diteliti.

Seminar menurut..... dapat diartikan sebuah pertemuan yang

sengaja dilaksanakan dengan tujuan sebagai pembelajaran terhadap

sebuah topik tertentu dengan jalan pemecahan masalah yang dilakukan

melalui interaksi tanya jawab antar peserta yang dipimpin oleh seorang

moderator.

4.4 Analisa SWOT RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang

Kekuatan Weakness (Kelemahan)

1. Letak RS yang strategis dan 1. Pelaksanaan kegiatan

mudah dijangkau pembelajaran praktik klinik

2. Tenaga kesehatan dan pengelola menjadi kurang maksimal di

yang profesional di bidangnya waktu-waktu tertentu yang

3. Telah terjalinnya kerjasama disebabkan banyaknya


dengan berbagai instuti mahasiswa yang praktik

pendidikan dan lembaga lainnya bersamaan pada saat sebelum

4. Tersedianya sarana dan pandemi

prasarana yang memadai 2. Masih lemahnya komunikasi

sehingga menunjang dalam dengan bahasa daerah

memberikan pelayanan yang (Praktikan)

optimal 3. Kurangnya kooperatif beberapa

pegawai dalam memberikan

informasi yang dibutuhkan

praktikan

4. Kurangnya dokumen /pedoman

khusus pembelajaran praktik

mahasiswa di RS
Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)

1. Menjadi RS pendidikan dan 1. Adanya persaingan antar RS

penelitian terbaik di Kota dalam menjalin kerjasama

Semarang dengan pihak luar

2. Banyak bekerja sama dengan 2. Banyaknya RS yang memiliki

berbagai institusi pendidikan fasilitas terbaik dan SDM yang

kesehatan dan lembaga lainnya kompeten

3. Tuntutan akan standar

profesionalisme yang lebih baik

4.5 Rekomendasi Tindak Lanjut


Dari hasil praktikan melaksanakan wawancara dan observasi,

praktikan mendapatkan beberapa permasalahan diantara lain:

1. tidak didapatkannya alur/SOP tentang alur kerjasama antara institusi dan

RS

2. tidak didapatkannya buku panduan baku tentang aturan perjanjian

kerjasama (MoU)

3. tidak ditemukan panduan baku untuk mahasiswa praktik yang diberikan

ke ruangan/instalasi

4. Perbandingan jumlah mahasiswa yang praktek mlebih banyak

dibandingkan dengan jumlah CI

Dari permasalahan yang ditemukan oleh praktikan, maka praktikan

memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan kepada praktikan untuk bisa mengetahui

alur/SOP tentang manajemen kerjasama antara institusi dan RS

2. Menetapkan buku panduan baku terkait tentang aturan perjanjian

kerjasama (MoU)

3. Menetapkan buku panduan baku terkait untuk mahasiswa praktik yang

diberikan ke ruangan/instalasi

4. Membatasi/mengontrol jumlah mahasiswa yang akan melaksanakan

praktik di RS

Anda mungkin juga menyukai