Anda di halaman 1dari 12

Tips Mengurangi Kecemasan Ibu Hamil

Dimasa Pandemi New Normal

Tim Penyusun

1) Musdalifah (19710011)
2) Andi Khaeratul Janna (19710002)
3) Mustika LNM Min Dala (19710014)
4) Mutia Sari Lubis (19710017)
5) Nur Intan (19710020)
6) Valliana Ruwanty Maries (19710031)

Program Studi Kebidanan Program Magister


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta
2021

i
Daftar Isi

Cover..........................................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Mengenal Covid 19.........................................................................................................3

B. Kecemasan Di Tengah Pandemi Corona.........................................................................4

C. Mengatasi Kecemasan ditengah Pandemi Covid 19.......................................................6

D. Menerapkan Protokol Kesehatan....................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Awal tahun 2020, seluruh dunia digemparkan dengan muncul suatu virus baru
yaitu coronavirus dengan jenis baru yang disebut dengan SARS-CoV-2 dan penyakit
yang sebabkan oleh virus ini disebut dengan Coronavirus disease 2019 (COVID-19) di
mana angka tersebut menunjukan tahun pertama penemuan virus ini ditemukan di Kota
Wuhan, Tiongkok pada bulan Desember 2019. Pada 11 Maret 2020, WHO menetapkan
wabah ini menjadi wabah pandemic karena menyebar begitu cepat ke berbagai negara
(Yuliana, 2020).
Berdasarkan data WHO pada tanggal 9 September 2020, tercatat dari 216 negara
terdapat 27.236.916 kasus terkomfirmasi, dan 831.031 angka kematian. (WHO, 2020).
Sementara untuk data di Indonesia sendiri pada tanggal yang sama tercatat 200.035 kasus
terkomfirmasi, 8.230 angka kematian, dan 142.958 angka kesembuhan. (Kemenkes,
2020). COVID-19 disebabkan oleh coronavirus yang merupakan virus positive-sense dan
single-stranded RNA. Virus ini memiliki genom terbesar di antara virus RNA lainnya.
Coronavirus juga memiliki nucleocapsid helix dan amplop yang berasal dari membran
interseluler. Pada mikroskop elektron tampak bentukan paku yang mencuat dari
permukaannya karena adanya glikoprotein yang besar, inilah yang mengarah pada
sebutan namanya (korona = mahkota) (Elshafeey et al., 2020).
Penelitian yang telah dilakukan melaporkan bahwa SARS-CoV-2 ini
kemungkinan besar berasal dari hewan kelelawar karena memiliki kemiripan dalam
urutan genetiknya dengan Coronavirus lainnya. Sementara inang hewan perantara atau
resevoirnya sehingga dapat menginfeksi manusia dari kelalawar masih belum diketahui
dengan pasti. Berdasarkan analisis filogenetik, SARS‐CoV‐2 ini termasuk dalam
subgenus Sarbecovirus yang berasal dari genus Betacoronavirus dan berbeda dari SARS‐
CoV (SARS). Protein envelope spike (Protein S) penting dalam mediasi ikatan dengan
reseptor oleh domain S1 dan fusi membran sel oleh domain S2. Seperti halnya dengan
SARS‐CoV, SARS‐CoV‐2 juga menggunakan enzim ACE2 yang berperan sebagai
reseptor untuk masuk ke dalam sel pengekspresi ACE2 sehingga kedua virus ini dapat
berbagi dalam siklus yang sama (He, Deng & Li, 2020).
COVID-19 dapat menimbulkan beragam manifestasi klinis mulai dari tanda dan
gejala ringan, seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, mialgia, dan malaise, hingga
tanda dan gejala berat, seperti pneumonia dengan atau tanpa sindrom gangguan

1
pernapasan akut (ARDS), gagal ginjal, dan disfungsi multiorgan yang mungkin
dibutukannya dukungan perawatan kritis lanjutan dengan segera (Liu, et al., 2020).
Masa kehamilan, persalinan, dan postpartum merupakan masa yang rentang
dengan adanya gangguan psikologi pada ibu, baik saat pandemi maupun tidak. Selain
faktor kerentanan terhadap penularan virus, kondisi kesehatan mental ini dapat
diperburuk oleh kurangnya dukungan keluarga secara langsung dan dukungan sosial
selama kehamilan, persalinan, dan periode postpartum. Walaupun keadaan pandemi dan
pemberlakuan skrining kepada ibu hamil diketahui dapat mempengaruhi kondisi mental
ibu, namun belum banyak laporan atau literasi yang melaporkan hubungannya secara
rinci (Bender et al., 2020).

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Mengenal Covid 19

Para ahli maupun WHO memberi nama virus baru ini dengan sebutan Covid-19
atau COVID-19 yang merupakan akronim dari coronavirus disease 2019. Coronavirus
adalah keluarga virus yang beberapa di antaranya menyebabkan penyakit pada manusia,
ada pula yang tidak. Virus korona tipe baru yang tengah menjadi pandemic saat ini
bernama SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome-coronavirus-2). Virus inilah
yang menyebabkan Covid-19 yang menyerang sistem pernapasan dan pada akhirnya
mengerogoti paru paru sehingga membuat penderita tidak dapat bernapas lagi. Begitu
mengerikannya virus ini hingga mampu memusnahkan jutaan manusia bagaikan silent
killer abad 21 yang membuat seluruh penduduk bumi merasa cemas terkungkung dalam
ketakutan.
Covid 19 mewabah dengan cepat keseluruh penjuru dunia karena keunikan model
penyebarannya, yaitu lewat interaksi antar penderita yang terinfeksi dengan orang
lainnya. Sehingga pergerakan dan penyebaran virus terus terjadi secara
berkesinambungan sejalan dengan pergerakan penderita yang terinfeksi. Penyebaran
corona virus terjadi baik lewat droplets atau molekul ludah saat percakapan, batuk, atau
bersin maupun lewat tangan yang terkena virus lalu masuk lewat mulut, hidung ataupun
mata.

3
B. Kecemasan Di Tengah Pandemi Corona

Memiliki keturunan adalah cita-cita luhur hampir semua pasangan. Untuk


mencapainya ada satu tahap penting yang harus dilewati, yaitu kehamilan. Kehamilan
bagi seorang wanita merupakan hal yang membahagiakan sekaligus menggelisahkan.
Membahagiakan karena akan memperoleh keturunan yang menjadi pelengkap dan
penyempurna hidup sebagai wanita, namun juga menggelisahkan karena penuh dengan
perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal buruk yang dapat menimpa dirinya terutama
pada saat proses persalinan. Menghadapi persalinan merupakan salah satu faktor yang
dapat menimbulkan kecemasan.
Kecemasan dan stres saat masa pandemi hampir dialami oleh sebagian besar
kalangan, termasuk diantaranya adalah ibu hamil dan menyusui. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kekhawatiran pada ibu hamil mengalami peningkatan lebih dari
50,67%, yang diantaranya terkait dengan kekhawatiran akan kehamilan dan perawatan
bayi mereka setelah proses persalinan (Corbett, et al., 2020). Kecemasan dan depresi saat
masa prenatal dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, berat badan
bayi lahir yang rendah, dan menurunkan skor Apgar saat lahir (Phoswa & Khalia, 2020).
Kecemasan dan stres yang dirasakan oleh ibu perlu dikenali sejak dini sehingga tidak
mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental ibu dan bayi yang dikandungnya.
Kecemasan adalah kekhawatiran atau ketegangan yang tidak jelas, perasaan
tidak berdaya dan tidak pasti serta tidak memiliki objek yang spesifik, yang dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kesehatan ibu hamil pada era
pandemi Covid-19 ini harus jadi skala prioritas bagi dunia medis saat ini. Mengapa tidak,
generasi penerus bangsa ada sama mereka dan mereka harus kita rawat (kelola) dengan
4
baik agar terhindar dari hal –hal yang tidak kita inginkan. Bagaimana kondisi ibu hami
pada era pandemi Covid-19 ini menjadi sebuah penelitian khusus yang sangat manarik
bagi kami dan kami paparkan di bawah ini sebagai tanggung jawab kami memberikan
literasi dan edukasi kesehatan (Leo, 2020).
Gangguan cemas muncul karena adanya situasi yang mengancam yang
merupakan reaksi normal dari stres.10 Orang yang mengalami gangguan kecemasan
cenderung juga mengalami serangan panik dan ketakutan. Selama serangan panik,
individu merasa pasti bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi. Perasaan ini
biasanya disertai dengan gejala tertentu seperti jantung berdebar debar, sesak napas,
berkeringat, tremor otot, pingsan, dan mual-mual. Gejala tersebut biasanya terjadi akibat
aksitasi cabang simpatik dari sistim saraf otonomik dan merupakan reaksi seperti dialami
oleh orang lain saat sangat ketakutan. Selama mengalami serangan panic yang parah,
biasanya karena seseorang merasa takut bahwa dirinya mengalami kematian. Ketakutan,
kekhawatiran dan kegelisahan yang tidak beralasan pada akhirnya menghadirkan
kecemasan, dan kecemasan ini tentu akan berdampak pada perubahan perilaku seperti,
menarik diri dari lingkungan, sulit fokus dalam beraktivitas, susah makan, mudah
tersinggung, rendahnya pengendalian emosi amarah, sensitive, tidak logis, susah tidur.
Terkadang juga akan lahir dalam bentuk gangguan psikosomatis berupa, alergi kulit,
sesak nafas, jantung berdegup kencang, berkeringat dingin dan mual-mual. Gangguan
gangguan tersebut apabila tidak ditangani secara cepat maka tentu dapat merusak
kehidupan seseorang untuk mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan diakhirat.
Mari mengenali apa saja ciri-ciri yang dialami oleh ibu yang sedang merasa
stres dan cemas. Terdapat 4 ciri antara lain:
1. Ciri fisik ditandai dengan munculnya keluhan-keluhan somatis, seperti otot yang
tegang; sakit kepala; sakit perut; kelelahan; perubahan pola tidur; dan perubahan pola
makan.
2. Ciri kognitif, ditandai dengan gangguan konsentrasi; bingung secara terus-menerus;
munculnya pikira-pikiran negatif tentang kematian ibu dan bayi; serta takut
kehilangan kendali diri.
3. Ciri afektif juga ditunjukkan dengan munculnya perasaan kekhawatiran yang
berlebihan; mudah panik; sensitif dan mudah tersinggung; merasa terisolasi dan tidak
berdaya; putus asa; sulit untuk merasa bahagia walaupun sedang menanti kehadiran
anak yang akan segera lahir.

5
4. Ciri perilaku yang paling mudah terlihat dalam keseharian ibu yang mengalami stres
dan cemas, antara lain sering menangis; tidak dapat menikmati aktivitas yang dulunya
menyenangkan; sulit mengikuti rekomendasi dokter dalam upaya menjaga kesehatan
ibu dan bayi; mengurung diri dan mengisolasi diri sehingga berdampak terhadap
produktivitas yang menurun.
C. Mengatasi Kecemasan ditengah Pandemi Covid 19

Setiap orang hendaknya benar benar memahami tentang penyebab cemas dalam
pandemik Corona. Untuk itu setiap orang harus tetap memperoleh informasi yang akurat
menyangkut corona. Tetap berkomunikasi secara online dengan sahabat dan keluarga,
dan hendaknya memperoleh pendidikan menyangkut Corona serta penularan,
pencegahan dan pemutusan infeksi virus lewat social distancing, cuci tangan, dan tetap
beraktifitas di rumah serta tetap mejaga imunitas tubuh lewat makan yang bergizi,
berolahraga intensitas sedang, dan istirahat yang cukup. Biasanya dengan memiliki
pemahaman komprehensif menyangkut stressor yaitu virus corona covid.19 maka
diharapkan diri lebih tenang dan lebih siap menghadapi segala kemungkinan di tengah
wabah corona. Dengan demikian setiap orang dapat memutus sumber ketidak pastian
menjadi suatu yang pasti tanpa ada kecemasan berlebihan. Selain memahami tentang
corona, menyadari prilaku cemas yang timbul juga sangat diperlukan guna
mengantisipasi dan menemukan jalan kelaur saat prilaku tersebut muncul. Misalkan saat
anda tidak focus, atau sulit tidur maka pilihan terapi tertentu dapat dilakukan misalnya
dengan realaxsasi ataupun berkonsultasi pada konselor yang berkompeten.
Mengatasi cemas tentu dapat juga dilakukan beberapa terapi psikologis
sederhana, yang inti tujuannya adalah menstimulasi pikiran berpikir logis agar perasaan
dan pikiran negative dapat di halau. Terapi yang cukup popular dan mudah dilakukan
adalah realksasi. Relaksasi adalah suatu proses untuk melepaskan ketegangan yang ada
secara sengaja atau disadari. Dengan melakukan relaksasi, maka diri tetap tenang dan
dapat terkontrol meskipun sedang menghadapi situasi yang penuh dengan tekanan.
Relaksasi juga dapat menghindarkan perasaan cemas, gelisah dan amarah yang dapat
menjadi penghalang untuk berpikir jernih.
Hal-hal yang dapat ibu hamil lakukan untuk mengelola kecemasan :
1. Cari tahu apa yang membuat ibu hamil cemas
Tuliskan hal-hal apa yang sebenarnya membuat ibu hamil cemas. Tidak hanya
itu, ibu hamil juga dapat mendiskusikan dengan suami, kira-kira apa yang paling

6
membuat ibu hamil cemas dengan kehamilannya melihat situasi pandemi ini. Apakah
karena takut ke rumah sakit? Atau takut terinfeksi terhadap kehamilannya yang
akhirnya membuat ibu hamil mengurung diri di rumah tanpa melakukan kegiatan
positif? Jika telah mengetahui sumber kecemasan ibu hamil, ajak suami untuk
bersama-sama mencari solusinya. Tidak hanya itu, ibu hamil juga dapat berkonsultasi
dengan Obgyn atau Psikolog untuk membantu melihat solusi apa saja yang dapat ibu
hamil lakukan.
2. Mengonsumsi makanan bergizi, rutin mengonsumsi vitamin dan minum tablet Fe
secara teratur
Menjaga asupan gizi secara ekstra dengan mengkonsumsi makanan bergisi
yang mengandung karbohidrat,protein,vitamin dan mineral. Dengan memenuhi
asupan gisi makan dengan jumlah sedikit namun sering dan melengkapinya dengan
cemilan sehat dan banyak mengonsumsi air putih. Asupan vitamin sangat diperlukan
oleh ibu hamil dan juga janin. Konsumsi sejumlah nutrisi penting seperti asam folat,
kalsium, vitamin C, vitamin D, dan zat besi.
3. Ibu hamil harus lebih menerapkan protokol kesehatan ekstra untuk mencegah Covid-
19.
Lakukan 5M, 3T, dan VDJ. 5 M dilakukan dengan cara memakai masker,
menjaga jarak, dan mencuci tangan, menjauhi kerumunan dan membatasi interkasi
dan mobilisasi. Sedangkan 3T adalah tracing, testing, dan treatment. Sementara VDJ
adalah memperhatikan ventilasi, durasi, dan jarak saat berinteraksi dengan orang lain.
4. Melakukan pemeriksaan ANC secara rutin
Pemeriksaan rutin harus tetap dilakukan di tenaga kesehatan bidan/dokter
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan 5M. pemeriksaan tatap muka pada ibu
hamil selama pandemi dilakukan satu kali pada trimester pertama, dua kali pada
trimester kedua, dan tiga kali pada trimester ketiga.
5. Mengurangi mencari informasi tentang Covid-19
Mendapatkan informasi tentang perkembangan covid-19 merupakan hal yang
penting, sehingga kita bisa mengantisipasi kondisi kita. Namun, terlalu banyak
mencari-cari berita tentang covid-19 pun juga tidak baik ya ibu-ibu, karena hal ini bisa
memicu rasa kecemasan yang berlebihan, memicu rasa takut yang tidak dapat
dihindari. Untuk sementara waktu, mengurangi mencari informasi tentang covid-19
sangat diperlukan.
3. Meningkatkan kegiatan jika di rumah

7
Meningkatkan aktivitas terbukti dapat menghilangkan cemas dan
meningkatkan koping (cara menyelesaikan masalah) pada seseorang. Pada ibu hamil
kegiatan yang dapat dilakukan bisa dengan membaca buku, menonton film, olahraga
ringan, bermain bersama anak, memasak masakan kesukaan keluarga dan sebagainya.
4. Menjaga kesehatan fisik
Kecemasan lebih mudah muncul jika ibu hamil mengalami kelelahan. Makan
secara teratur, tidur yang cukup, dan berolahraga merupakan kegiatan utama yang
tetap perlu dijalankan di masa pandemi ini. Tentunya lakukan kegiatan olahraga yang
tetap memiliki social distancing terhadap orang lain, dan tetap menjaga diri supaya
tidak bersentuhan dengan barang atau orang lain. Jika sulit untuk keluar rumah, ibu
hamil dapat melakukan senam hamil dengan fitur siaran langsung pada aplikasi media
sosial yang marak dilakukan oleh pelatih yoga atau senam pre-natal.
5. Fokus pada kesehatan ibu, si janin, dan keluarga
Menerapkan budaya yang sehat bersama keluarga akan membantu ibu hamil
menciptakan pengalaman positif. Ibu hamil dapat mencetak kalimat pengingat
misalnya “Ganti baju setelah pergi” atau “Yuk cuci tangan” pada sudut-sudut rumah,
atau dengan reminder di ponsel ibu hamil. Dengan begitu, ibu hamil tidak akan
merasa sendiri dalam menghadapinya. Hal terbaik yang dapat ibu hamil lakukan untuk
menjaga kehamilan saat ini adalah menjaga diri dan lingkungan, serta mengurangi
aktivitas di tempat umum. Jika ibu hamil membutuhkan interaksi sosial dengan orang
lain, ibu hamil dapat mengajak teman atau saudara untuk saling komunikasi via
virtual, dan bergabung ke komunitas parenting. Untuk mengecek kesehatan janin, ibu
hamil dapat berkonsultasi dengan dokter atau pihak medis yang biasa ibu hamil
lakukan. Lakukan konsultasi dengan perjanjian untuk menghindari keramaian, dan
tetap menjalankan rutinitas menjaga kebersihan diri.
6. Melakukan relaksasi untuk mengatasi stres
 Duduk dengan posisi santai dan nyaman, bayangkan hal yang menyenangkan
dengan mata terpejam
 Mensyukuri nikmat Allah, ikhlas dan sabar
 Tarik nafas melalui hidung, tahan 3 hitungan lalu hembuskan nafas melalui
mulut. Bayangkan seolah beban pikiran sudah di lepaskan, ulangi sebanyak 3
kali.

8
D. Menerapkan Protokol Kesehatan

1. Memakai Masker
Anda diharapkan untuk memakai masker saat berada
di luar rumah, atau ketika berkumpul bersama kerabat
di mana pun berada.
2. Mencuci Tangan
Anda mesti mencuci tangan menggunakan air mengalir dan
sabun secara berkala. Jika tak ada air dan sabun, Anda bisa
menggunakan hand sanitizer untuk membersihkan tangan
dari kuman-kuman yang menempel.
3. Menjaga Jarak
Jika ada keperluan mendesak yang membuat Anda harus
pergi ke luar rumah, ingatlah untuk menjaga jarak satu sama
lain. Jarak yang dianjurkan adalah 1 hingga 2 meter dari
orang sekitar Anda.
4. Menjauhi Kerumunan
Anda juga diminta untuk menjauhi kerumunan saat berada di
luar rumah. Ingat, semakin banyak dan sering Anda bertemu
orang, kemungkinan terinfeksi corona bisa semakin tinggi.
5. Mengurangi Mobilitas
Jika tidak ada keperluan yang mendesak, tetaplah berada di
rumah. Meski sehat dan tidak ada gejala penyakit, belum
tentu Anda pulang ke rumah dengan keadaan yang masih
sama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson Rita L dkk. Pengantar Psikologi. Jilid 2. Edisi 11. Interaksara. Batam.

Baron, R.S., Cutrona, C.E., Russell, D.W., Hicklin, D., Lubaroff, D.M., (1990). Social
Support and Immune Functions Among Spouses of Cancer  Patients. Journal of
Personality and Social Psychology, 59(2), 344.352. 

Corbett, G. A., Milne, S.J., Hehir, M.P., Lindow, S.W., O’connell, M.P. (2020). Health
anxiety and behavioural changes of pregnant women during the COVID-19
pandemic. European Journal of Obstetrics and Gynecology and Reproductive
Biology, 249, 96–97.

Chaplin J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Penerbit Rajawali Pres. Tahun 2001.

Phoswa, W. N., dan Khaliq, O. P. (2020). Is pregnancy a risk factor of COVID-


19?. European Journal of Obstetrics and Gynecology and Reproductive Biology,
252, 605-609.

Poon, L. C., Yang, H., Kapur, A., Melamed, N., Dao, B., Divakar, H., Mclntyre. H.D.,
Kihara, A.B., Campos, D.A., Ferrazzi, E.M., Renzo., G.C., Hod, M.  (2020).
Global interim guidance on coronavirus disease 2019 (COVID-19) during
pregnancy and puerperium from FIGO and allied partners: Information for
healthcare professionals. International Journal of Gynecology and Obstetrics,
149(3), 273–286.

Tantona, M. 2020. Gangguan Kecemasan Pada Wanita Hamil Di Saat Pandemi Covid-19.
Universitas Lampung. file:///C:/Users/Windows%207/Downloads/181-Article
%20Text-1313-1-10-20200915%20(1).pdf [diakses tanggal 2 Februari 2020]

Yanti, E. 2020. TIPS Mengurangi Kecemasan Ibu Hamil di Masa New Normal Pandemi
Covid-19. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hamzar.
https://stikeshamzar.ac.id/tips-mengurangi-kecemasan-ibu-hamil-di-masa-new-
normal-pandemi-covid-19/ [diakses tanggal 2 Februari 2021]

10

Anda mungkin juga menyukai